Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa
dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mematikan.Lebih
seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita asma dengan peningkatan
prevalensi anak-anak. Asma merupakan gangguan saluran nafas yang sangat
kompleks, tidak memiliki sifat yang khas, baik gambaran klinis, faktor pencetus
proses perjalanan penyakit, maupun pola mekanisme terjadinya sangat bervariasi.
Meskipun begitu, asma memiliki ciri klasik berupa mengi, bronkokontraksi, terjadi
sembab mukosa dan hipersekresi(Sulistyo, 2005).

Asma merupakan penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas


dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda.Kondisi ini
akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas
saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi.Pada saat serangan, alur jalan napas
membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang
masuk ke paru-paru (WHO, 2011).

Penelitian epidemiologi diberbagai negara mengenai prevalensi asma


menunjukkan angka yang sangat bervariasi, di Skandinavia 0,7-1,8%; Norwegia 0,9-
2,0%; Finlandia 0,7-0,8%; Inggris 1,6-5,1%; Australia 5,4-7,4%, India 0,2%;
Jepang0,7%; Barbados 1,1%. Beberapa survey menunjukkan bahwa penyakit asma
menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 43% anak-anak di
Eropa, dan 40% hari pada anak-anak di Amerika Serikat. Prevalensi asma pada anak
di Indonesia sekitar 6,5% pada anak usia < 14 tahun. Seranganasma terjadi pada
anak-anak tersebut, didiagnosis oleh para ahli sebagai asma ekstrinsik yang dapat
disebabkan oleh alergen.

1
2

Prevalensi asma pada anak di Indonesia masih cukup tinggi terutama di kota-
kota besar, yaitu antara 3,7%-16,4% (Aditama,2006). Pada tahun 2005 saja, penderita
asma di seluruh dunia mencapai 400 juta orang, dengan pertambahan 180.000 setiap
tahunnya. Beberapa survey menunjukkan bahwa penyakit asma menjadi salah satu
penyebab hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 43% hari sekolah
anak-anak di Eropa, dan 40% hari sekolah pada anak-anak di Amerika serikat.
Serangan asma pada anak-anak tersebut, oleh para ahli didiagnosis sebagai asma
ekstrinsik yang dapat disebabkan karena alergi terhadap faktor-faktor alergen yang
berasal dari lingkungan terutama yang sangat berhubungan dengan polusi udara serta
virus yang menyebabkan gangguan kesehatan pada saluran pernapasan(Purnomo,
2008).

Prevalensi tertinggi penyakit asma berdasarkan gejala tahun 2013 ialah di


Provinsi Sulawesi Tengah (7,8%). Tertinggi ke dua di Provinsi Nusa Tenggara timur
(7,3%), kemudian di Yogyakarta (6,9%). Sementara itu, prevalensi terendah terdapat
di Provinsi Lampung (1,6%), kemudian diikuti Riau, dan Bengkulu (2%), sementara
untuk Provinsi Jawa Tengah (4,3%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).

Perokok berdasarkan usia di Indonesia pada tahun 2013 terbanyak berada


pada kelompok umur 15-19 tahun (50%). Terbesar kedua pada kelompok umur 20-24
tahun (27%). Proporsi penduduk berumur 10 tahun yang merokok tiap hari
terbanyak berada di Provinsi Kepulauan Riau (27,2%), kemudian Provinsi Jawa Barat
dan Bengkulu (27,1%). Sedangkan proporsi yang terendah berada di Provinsi Papua
(16,3%), kemudian Bali (18%), dan Nusa Tenggara Timur (19,7%) (Profil kesehatan
Indonesia, 2013).

Masalah lingkungan adalah semakin besarnya polusi yang terjadi lingkungan


indoor dan outdoor, serta perbedaan cara hidup yang dapat ditunjang dari
sosioekonomi individu. Karena lingkungan dalam rumah mampu memberikan
kontribusi besar terhadap faktor pencetus serangan asma, maka perlu adanya
3

perhatian khusus pada beberapa bagian dalam rumah. Perhatian tersebut ditujukan
pada keberadaan alergen dan polusi udara yang dipengaruhi oleh faktor kondisi
lingkungan rumah dan perilaku keluarga. Komponen kondisi lingkungan rumah yang
dapat mempengaruhi serangan asma seperti keberadaan debu, bahan dan desain dari
fasilitas perabotan rumah tangga yang digunakan (karpet, kasur, bantal), memelihara
binatang yang berbulu (seperti anjing, kucing, burung), dan adanya keluarga yang
merokok dalam rumah (GINA, 2010).

Di kabupaten Wonogiri selama tiga tahun terjadi peningkatan kejadian asma


bronkial, tahun 2012 sebesar 503 kasus, tahun 2013 sebesar 2299 dan pada tahun
2014 sebesar 3180, dan di tahun yang sama dengan jumlah kematian sebesar 12
kasus. Kejadian asma bronkial pada anak usia 1-14 tahun sebesar 298 kasus baru, dan
jumlah kasus keseluruhan untuk Kabupaten Wonogiri sebesar 370 kasus. Berdasarkan
data Rekam medis pada bulan Januari hingga Oktober 2016 di Rumah Sakit Soediran
MS Wonogirirawat jalan dan rawat inap penderita asma pada anak sebesar 142 kasus.
Wilayah puskesmas tertinggi kasus Asma pada anak di Puskesmas Wonogiri I
sebesar 117 kasus dan Puskesmas Eromoko I sebesar 70 kasus.Pemicu terjadinya
peningkatan kasus akibat tingginya angka perokok dan terpapar oleh debu rumah
tangga (Profil Kesehatan Kabupaten Wonogiri, 2014).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian


tentang pengaruh faktor asap rokok dan debu rumah terhadap kejadian Asma
Bronkial pada anak.

B. Perumusan Masalah
1. Apakah paparan asap rokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian asma
bronchial pada anak?
2. Apakah keberadaan debu rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian asma
bronchial pada anak?
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh faktor asap rokok dandebu rumah terhadap kejadian asma
bronkial di Kabupaten Wonogiri.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui faktor risiko asap rokok terhadap kejadian asma pada anak
b. Mengetahui faktor risiko keberadaan debu terhadap kejadian asma bronkial
pada anak

D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan bermanfaat
bagi program pelayanan kesehatan, masyarakat dan peneliti lain.
2. Bagi program pelayanan kesehatan memberikan informasi tentang faktor resiko
yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada anak dan selanjutnya
dapat memberikan sumbangan bagi pencegahan dan pengendalian untuk asma
pada anak
3. Memberikan informasi pada masyarakat tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian asma pada anak sehingga masyarakat dapat mengetahui dan
dapat melakukan pencegahan.
5

E. Keaslian Penelitian

Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dengan


penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Keaslian penelitian
Nama Judul Variabel Desain Tempat Hasil
Schei Childhood Kadar CO2 Rancangan Tempat CO2 yang
MA Ashma sedangkan Analitik penelitian dihasilkan dari
Hessen Woodsmoke penelitian ini pendekatan Guatemala bahan bakar
Jo, 2004 from Cooking yang diteliti Case control untuk
In Guatemala asap rokok memasak
mampu
mempengaruhi
kejadian
serangan asma
pada anak

Wayne. Result of a Intervensi Desain New York, Adanya


JM 2004 Home-Based lantai tempat penelitian Boston alas/lantai
Environmental tidur dari Eksperimen Chicago, mampu
Intervention allergen Washington mengurangi
among Urban tungau Arizona kejadian asma
children with p=0,001
asthma

Arya H Faktor-faktor kelembaban, Analitik Tempat Variabel


M Purba, yang suhu, observasional penelitian: pendidikan,
2008 berhubungan pendidikan, dengan Kabupaten penghasilan,
dengan olutan asap rancangan Boyolali, polutan asap
kejadian asma dapur, polutan case control Jawa dapur dan
bronkial di asap obat anti study Tengah polutan asap
kabuaten nyamuk bakar, anti nyamuk
Boyolali status sosial tidak
ekonomi, bermakna
Genetik, secara
kebiasaan statistik.
merokok,
perokok pasif
dan keluarga.

Sri Manifetasi Umur anak, Rancangan RSUP Dr. Tidak terdapat


Purwati, klinis asma Jenis kelamin cross sectional sardjito perbedaan
2012 dengan anaksosial study Kota kualitas hidup
6

kualitas hidup ekonomi Jogjakarta dengan


anak keluarga, dan serangan asma
tingkat pada anak
pendidikan karena
orangtua terdapat
perbedaan
skor total
dengan mean
difference-
0,28; CI;95%)
Erwin Hubungan Asap dapur, Analitik Kabupaten Faktor resiko
Hari paparan asap asap rokok, obeservasional Boyolali, yang
Astuti, dalam rumah, hewan dengan Jawa berhubungan
2010 hewan peliharaan, rancangan Tengah dengan
peliharaan, lingkungan penelitian case kejadian asma
lingkungan tempat tinggal, control study bronkial pada
tempat tinggal sosial anak adalah
dan sosial ekonomi, paparan asap
ekonomi atopi, dapur, paparan
dengan makanan asap rokok,
kejadian asma jamur, kecoa kontak hewan
bronkial pada dan umur peliharaan dan
anak di sosial
Kabupaten ekonomi.
Boyolali
Penelitian pengaruh Paparan asap Case control RSUD Adanya
ini faktor asap rokok, debu Kabupaten pengaruh
rokok dan rumah, Wonogiri paparan asap
debu rumah penyedap rasa rokok, debu
(MSG),riwayat rumah, jenis
terhadap
asma kelamin dan
kejadian keluarga,jenis binatang
Asma kelamin, peliharaan
Bronkial binatang sedangkan
pada anak peliharaan dan variable yang
pemakaian anti tidak
nyamuk bakar berpengaruh
yaitu
pemakaian
penyedap rasa
dan adanya
binatang
peliharaan.

Anda mungkin juga menyukai