Republik Indonesia
KATA PENGANTAR
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Kinerja Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 dapat disusun. Dokumen ini merupakan
wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Kesehatan serta bentuk akuntabilitas pencapaian
kinerja Kementerian Kesehatan.
Laporan ini berupaya menggambarkan berbagai capaian kinerja yang dapat diraih
oleh Kementerian Kesehatan selama Tahun 2015 dengan membandingkannya
terhadap target kinerja yang telah ditetapkan untuk Tahun 2015. Berbagai kebijakan
dan upaya telah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian
Kesehatan yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat; dan 2)
meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat
terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Melalui penyusunan laporan ini kami
sangat mengharapkan adanya masukan umpan balik yang akan berguna dalam
proses perbaikan kinerja Kementerian Kesehatan di masa mendatang. Masukan dan
saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaan di waktu yang akan
datang.
llr/l
l{-[ j
/
Prof. Dr. di. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K)
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
: A. Latar Belakang 1
: C.lsu Strategis 4
2019
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 20
(PF)
Grafik 3.1. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 33
tahun 2015-2019
Grafik 3.2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan 35
kesehatan (PF) tahun 2015
Grafik 3.3. Target persentase ibu hamil KEK tahun2015-2019 39
Memiliki
Grafik 3.4. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang 40
Kebijakan PHBS Tahun 2015
Grafik 3.5. Capaian Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS perProvinsi 41
Tahun 2015
Yang
Grafik 3.6. Target Dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota 45
Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015
Yang
Grafik 3.7. Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase Kabupaten/Kota 46
Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015
Grafik 3.8. Penyandingan Capaian Kinerja Dan RealisasiAnggaran Indikator 46
Persentase Kabupaten/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan
Lingkungan
Tahun 2015
Grafik 3.9. Indikator dan realisasi persentase penurunan kasus PD3l tertentu 53
Tahun 2015
Grafik 3.10. Pencapaian Puskesmas yang TersertifikasiAkreditasi 68
Nasional
Grafik 3.1 1. Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi 74
dan
Grafik 3.12.Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian 79
Alat Kesehatan Tahun 2015
dan
Grafik 3.13.Target dan realisasi indikator persentase ketersediaan obat 82
vaksin di puskesmas Tahun 2015
34
Grafik 3.14. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas di 83
provinsi Tahun 2015
34
Grafik 3.15. Jumlah item obat dan vaksin yang tersedia di puskesmas di 84
provinsi Tahun 2015
obat
Grafik 3.16. Target dan realisasi indikator jumlah bahan baku obat dan 87
tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri
tahun 2015
Grafik 3.17. Target dan realisasi indikator persentase produk alat kesehatan 92
dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015
4
Grafik 3.18. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 101
dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang
RS
Grafik 3.19. Perbandingan Target dan Capaian lndikator persentase 101
Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter
spesialis penunjang Tahun 2015-2019
Grafik 3.20. Distribusi Bantuan PPDS/PPDGS Seluruh Angkatan 1O2
(kumulatif)
Grafik 3.21. SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya 103
Grafik 3.22.Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan 1O7
Luar Negeri
Tabel 3.1 1. Capaian Target Kinerja Tahun 2015 - 2019 PusatKerjasama 1 18
Luar Negeri
Tabel 3.12. Sasaran dan IKP Badan Litbang Kesehatan Tahun 2015 123
Tabel 3.13. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target 124
Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019
Tabel 3.14. Capaian Indikator Jumlah Penelitian yang Didaftarkan HKI Tahun 125
2015
Tabel 3.15. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target 127
Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019
Tabel 3.16. Judul Rekomendasi Kebijakan yang telah Diadvokasikanpada 128
Tahun 2015
Tabel 3.17. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target 130
Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019
Tabel 3.18. Capaian indikator ini dihitung dengan cara: 133
Dalam tahun 2015, terdapat pula indikator yang belum dapat dinilai
keberhasilan atau kegagalannya karena data capaian belum tersedia, yaitu:
1. Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia S 18 tahun.
lndikator ini baru dapat diketahui capaiannya melalui pelaksanaan
survey nasional kesehatan yang direncanakan dilaksanakan pada
tahun 2016. Dengan demikian cata capaian pada tahun 2015 masih
belum dapat disajikan.
2. Persentase Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan
SPM. Indikator ini masih menggunakan data pengukuran tahun 2014
karena data capaian SPM tahun 2015 baru akan dilaporkan oleh
kabupaten/kota pada tahun 2016.
4 -eg i+
{b
I !\$e ffi[g 't+
4 t
ffi tnw ,t*
a ! lbn it"
ffire |
,'t>
|tue
.a
IE ,
.'b
t\,+
I !l}
M ttt 'rr ip
,
ro
t
liiji
I {fl.t' lsilF i: r;..
m ffi'tk., !} Irl" t tilx
t I
I
il ill*# t>
!ffi si
lwr
1s{F
{Mi.
*s+at
a& ,*l Eft
I
i$:i
i .lF
t t fiu xJ,ll i$ #t 4rt ffi tst
t n Em, t
.l
:ID f$[ AT 'ffsmg
.i"' ,.I
n 4 mx $s #r
re il |rk" d{Fr tq
I a
sr|[.i
.G;
ffi wk qr a !#
t "{
I IF
r
a
j{ra tl a
I
t I
[F
F
-
q+
IF
: "rt
D rlh
4
ID aa
a
-ttD
'i
i
\
I
'ffii
tC,
G
tl
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan dibentuk dalam rangka membantu Presiden Republik
Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan negara di bidang
kesehatan.
C. lsu Strategis
Dalam pelaksanaan rencana kerja Kementerian Kesehatan, terdapat
beberapa isu strategis atau permasalahan yang perlu mendapat perhatian,
yaitu:
1. Besarnya jumlah penduduk Indonesia
Pada Tahun 2015 Indonesia berpenduduk 256.461.700 jiwa sementara
laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,19o/o per tahun.
Diperkirakan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar itu, pada tahun
2030Indonesia akan memiliki penduduk sebanyak 268.074.600 jiwa.
Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhannya yang tinggi akan
berdampak pada layanan kesehatan yang harus disediakan oleh
pemerintah. Dua permasalahan yang harus dihadapi adalah isu penduduk
miskin dan penduduk lanjut usia (lansia). Dengan bertambahnya
penduduk miskin berimplikasi makin besarnya biaya kesehatan yang
harus ditanggung oleh pemerintah. Meningkatnya populasi lansia
berakibat 1) meningkatnya kebutuhan layanan sekunder dan tersier; 2)
meningkatnya kebutuhan layanan home care; dan 3) meningkatnya biaya
kesehatan.
b. RealisasiAnggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan
dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
4. Bab lV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
c
|!
P
|!
0)
6
o
:z
c(o
HFgistgeii*iii L
o
c,
o
E
o
Y
(!
o
c
!z
c(U
o
q
(!
-t
Strategi Kementerian Kesehatan disusun sebagai jalinan strategi dan tahapan-
tahapan pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan baik yang tertuang dalam
Tujuan Satu (T1) maupun Tujuan Dua (T2). Kedua tujuan tersebut diarahkan
dalam rangka pencapaian visi dan misi Presiden.
9. MeningkatkanPengendalianPenyakit
1) Untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang dilakukan
melalui:
Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila
ada dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit menular
seperti Mass Blood Suruey untuk malaria) dalam memperoleh
pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah-
daerah yang berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk
menjamin upaya memutus mata rantai penularan.
Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan
penyakit menular dibutuhkan strategi innovative dengan
memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public
12. Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dibutuhkan komitmen
politik yang tinggi. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya
antara lain:
a. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat
tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat
tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan
kemandirian nasional.
b. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan
post markef alat kesehatan.
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan;
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara 31o/o.
I
/
12. Meningkatnya sistem informasi kesehatan terintegrasi, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan
prioritas secara lengkap dan tepat waktu;
b. Persentase ketersediaan jaringan komunikasi data yang diperuntukkan
untuk akses pelayanan e-health.
Masyarakat kesehatan
2 Persentase ibu hamil kurang energi 24.2
o/o
kronik
3 Persentase Kabupaten/Kota yang 40o/o
mempunyai kebijakan
kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang
berpotensiwabah
4 Persentase penurunan prevalensi 6.9o/o
Jumlah anggaran yang dialokasikan pada Tahun 2015 untuk mencapai seluruh
sasaran tersebut adalah Rp47.758.757.903.000,00 (empat puluh tujuh triliun
tujuh ratus lima puluh delapan miliar tujuh ratus lima puluh tujuh juta Sembilan
ratus tiga ribu rupiah).
ffi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
a. Di tingkat Internasional
1) lndonesia sebagai Lead Country pelaksanaan Project ASEAN Cities
Getting to Zeros
'ASEAN Declaration of Commitment: Getting to Zerc New HIV
lnfections, Zerc Discrimination and AIDS-Related Death' telah diadopsi
oleh LeaderASEAN pada KTTASEAN ke-19 pada 17 November2011 di
Bali, Indonesia. Inisiatif Deklarasi tersebut merupakan prakarsa dari
lndonesia. Kementerian Kesehatan Rl menjadi lead country untuk
melaksanakan project ASEAN Cfties Getting to Zeros.
Pada pertemuan ASEA,V Task Force Meeting ke-23 bulan Juli 2015,
seluruh negara ASEAN sepakat terhadap rekomendasi Fast-Track-Cities
memajukan target pengakhiran HIV/AIDS di tahun 2020 dengan
pendekatan 90-90-90, yaitu di tahun 2020 90o/o penderita HIV/AIDS
mengetahui status penyakitnya, 9oo/o mendapat terapi antiretroviral yang
4) Ditingkat Nasional
Keberhasilan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan tahun 2015 diantaranya :
Grafik 3.1. Persentase persalinan difasilitas pelayanan kesehatan (PF) tahun 2O1r2O19
90
85
80 lTarget
I
75
70
20L6 2017
Grafik 3.2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan
(PF) tahun 2015
NureTen3jen Errlt
JrweTlmur
Brll
J.w.B|7|t -
lrmgun3
Indonoh
Sumrten Srlrten
Srdrwrsl Elrrt
Sumber data: Laporan- Rutin Direffiorat Bina Kesehatan lbu Tahun 2015
-
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu karena
memperoleh pelayanan dengan sarana yang memadai, oleh tenaga
kesehatan yang terlatih, serta mendapatkan penanganan kegawat-
daruratan yang komprehensif.
Ketika ibu hamil yang di daerahnya tidak terdapat bidan atau memang
memiliki kondisi penyulit, maka pada saat menjelang hari taksiran
?rei.t r" +
:.F
lj
30
25
20
15 I Target
10 I
5
0
201s 20L6 20L7 2018 2019
(dari target 24,2%). Hal ini menunjukkan korelasi yang positif sekaligus
menunjukkan pemakaian anggaran yang efisien. Hal ini bisa dicapai
karena mengoptimalkan sumber daya dan keterpaduan antar program.
50%
4OAl'
3096
20
LOo/.
Grafik 3.5. Capaian Kab/Kotra yang memiliki Kebijakan PHBS per ProvinsiTahun 2015
o
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
to*.n"''*ti ;;;*r;;;il;." I vo
ffiffi E I
O-25 o/o kab/ kota 26-5O o/o kab/ kota Sl-75 o/o kab/ kota 76-LOO o/ol<ab/
di propinsi di propinsi di propinsi kota di propinsi
r4()
r20
1()()
ao
6()
40
20
o
C/\P/AIANKINERIA REALISASIANGGARAN
-
Pada tahun 2015, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan
indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas
Kesehatan Lingkungan sebesar Rp 327,508,693,000 dan realisasi
anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 81.36 o/o atau
Rp 266,474,345,409. Target indikator yang ditetapkan sebesar 20 o/o
SiIBUil sE
.t
;l/l\-E
,L'.rl
t-l
l!li{
tr q
-r-II
Jamban Model Honal menghantarkan Desa Manda dan Deia Alr Garam DIstrlct
Bugl eebagal Desa Pertama SBS dl Kabupaten Jayaw[aya, Papua Th 2015
Gambar 3.6. Salah satu sarana Penyediaan Air Minum dan SanitasiTotal
Berbasis Masyarakat (PAM- STBM)yang pada tahun 2015 dilaksanakandiTT
lokasi
1) Penjelasan indikator
lndikatordan halhasi
Persenhse Penurunan Kasus PD3l Tertentu Ih.2015
15
r Target
x10
I Capaian
c
!,
|,|
oq
b) Hambatan/kendala
. Cakupan lmunisasi yang belum merata di semua wilayah
. Sebagian besar koordinator PD3l memiliki tugas rangkap
sehingga tidak fokus pada fungsinya
. Kondisi geografis yang sulit di jangkau sehingga petugas
mengalami kesulitan saat melakukan PE,
o Belum maksimalnya komitmen dan dukungan pemangku
program surveilans PD3l baik di provinsi maupun di
kabupaten/kota, hal ini sejalan dengan masih terbatasnya
dukungan dana operasional bersumber APBD.
,-.&u,fir
#i ,,
1) Penjelasan Indikator
Psnbdogree
the 2!,ador*n Canleipltoe on Ww u Fstilciu ponilrryn brhdrp ry
tbdill emenafr dryp* hat|fr d htlonri
renrmnn Afnd Bfld t{flrfr drbn mnb'lein nonOfrr girpn lapdr efiri YHdr yrp norfl
(qrlnro.r gmo.oddh Pnl dr| d'rpl teildqr eminEr odrn DanoflrCan PIl| dm dJtfll Srtalr,
Gambar 3.1 l. Rangk aian The * tndonesian Conferene on Tobaw or
Heafth
Data capaian untuk indikator ini diperoleh dengan cara menjumlah seluruh
kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada
tahun berjalan. Data diperoleh dengan cara merekapitulasi data hasil
survei Puskesmas yang telah diputuskan lulus oleh Komisi Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah:
1) Penyusunan regulasi dengan diterbitkannya Permenkes No. 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
2) Pertemuan sosialisasi dan advokasi kebijakan akreditasi Puskesmas,
klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik
mandiri dokter gigi pada pertemuan rutin Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Dasar.
5) Pelatihan untuk surveior dan tim ToT tim pendamping tingkat propinsi
melalui DIPA Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar.
b) Faktor Waktu
o Pencairan dana dekon 04 (BUK) ke beberapa provinsi baru
terlaksana pertengahan tahun 2015 sehingga mempengaruhi
pelaksanaan pelatihan tim pendamping kab/kota, sebagai
akibatnya waktu untuk pendampingan ke Puskesmas terbatas
sehingga belum siap untuk disurvei
o DIPA dana tugas pembantuan tahun 20'15 untuk Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Dasar terbit pada tanggal 30 Oktober 2015,
sehingga dinas kesehatan kab/kota yang mengalokasikan dana
untuk pembangunan fisik tidak dilaksanakan karena waktu
pelaksanaan sangat singkat.
. Pengiriman berkas pengajuan survei oleh provinsi sebagian
besar pada bulan November 2015.
d) Faktor Sarana
o Komisi Akreditasi FKTP yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan belum mempunyai ruangan tersendiri sehingga
belum dapat bekerja secara optimal
o Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih
manual lewat surat belum berbasis web.
b) Waktu :
d) Sarana:
o Pengusulan ruangan untuk IGFKfP ke Biro Umum
o Penganggaran kegiatan pembuatan sistem informasi akreditasi
untuk mempermudah pelaksanaan dan pengorganisasian survei
akreditasi FKTP.
Permasalahan
a) Dana
Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang
mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya.
b) Waktu
o Proses akreditasi mulai dari pelatihan sampai terakreditasi
merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang
lama.
. RSUD yang akan melakukan workshop,bimbingan, maupun survey
simulasi harus masuk dalam waiting /isf oleh IGRS karena
banyaknya permintaan RS sementara jumlah SDM pembimbing
terbatas. Padahal pengunaan pendanaan hanya berlaku 1 tahun.
c) SDM
Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga kurang
mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu dengan
menunjuk Direktur Rumah Sakit yang bukan Tenaga Medis,
sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai dengan Permenkes
Nomor 1045/MENKES/PER/X\|2OO6 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak
terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang
mendukung kegiatan akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi
kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS.
b) Waktu
. Mengkoordinasikan dengan KARS untuk menjadwalkan survei
simulasi akreditasi agar sesuai dengan target indikator RS
akreditasi.
. Melakukan advokasi kepada Dinkes Propinsi untuk melakukan
bimbingan akreditasi ke RSUD Kab/Kota dalam mengatur proses
akreditasi mulai dari pelatihan sampai dengan survei akreditasi
dalam satu tahun anggaran.
c) SDM
b. Realisasi jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang
diproduksi di dalam negeri sebanyak 11 jenis.
c. Realisasi persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang
memenuhi syarat sebesar 78,18Vo.
Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015
Target Realisasi Capaian
Sasaran Strategis lndikator Kinerja
2015 2015 2015
Meningkatnya Persentase ketersediaan 77o/o 79,38o/o 103,09%
akses dan mutu obat dan vaksin di
sediaan farmasi, Puskesmas
alat kesehatan dan Jumlah bahan baku obat 11 157,140/o
Perbekalan dan obat tradisional serta
Kesehatan Rumah alat kesehatan (alkes) yang
Tangga (PKRT) diproduksi di dalam negeri
Persentase produk alat 75o/o 78,18o/o 104,24%
kesehatan dan PKRT di
peredaran yang memenuhi
syarat
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Persentase ketersediaan Jumlah bahan baku obat Persentase produk alat
obat dan vaksin di dan obat tradisional scrta kesehatan dan PKRT di
Puskesmas alat kesehatan (alkes) pcredaran yang,
yang diproduksi di dalam memenuhisyarat
neSerl
Grafik 3.11.Target dan realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin
di puskesmas tahun 2015
95",5 l
90% -
ITarget
r Realisasi
Permasalahan:
Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data indikator persentase
ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2015 menghadapi
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Laporan yang dikirimkan oleh Provinsi setiap bulannya tidak lengkap
dan tidak tepat waktu seperti yang telah dituangkan di dalam buku
Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (lKK)
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-
2019 yang sudah disosialisasikan kepada seluruh Provinsi.
2) Jumlah tenaga kefarmasian yang terbatas dan kompetensi yang belum
sesuai di Puskesmas.
Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes)
yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).
lmpor bahan baku obat, produk kefarmasian lain dan alat kesehatan
mengakibatkan kurangnya kemandirian dalam pelayanan kesehatan.
Hampir 90% kebutuhan obat nasional sudah dapat dipenuhi dari produksi
dalam negeri. Hanya industry farmasi masih bergantung pada 96% bahan
baku impor. Selain itu ketergantungan terhadap impor alat kesehatan
masih mencapai 94o/o. Sehingga pada Renstra periode 2015 - 2019
ditetapkan indikator Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta
Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatiQ
*)Jenr's
bahan baku obat dan alat kesehatan yang diinisiasi pada tahun 2015
40
30
20 lTarget
I Realisasi
10
Daftar Nama Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional yang
Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 20'15
Tabel 3.4. Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional yang Diproduksi di Dalam
Negeri Tahun 2015
Gambar 3.13. Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015
rill/'/'ff//
Gambar 3.14. Menteri Kesehatan Rl, Prof. Dr. Nila Farid Moeloe( Sp.M (K) membuka
pameran alat kesehatan dan PKRT dalam negeri di Hall B Jakarta Convention Center,
Senayan Jakarta
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional
serta Alat Kesehatan yang diproduksi di dalam negeri yaitu:
1) Keterlambatan pihak ke tiga dalam mengusulkan proposal penelitian
BBO
2) Keterlambatan pelaksanaan penelitian BBO, sehingga penelitian
selesai di akhir tahun
3) Terbatasnya jenis produk alat kesehatan yang diproduksi di dalam
negeri.
4) Terbatasnya jumlah sarana produksi dalam negeri.
5) Terbatasnya kemampuan sarana produksi dalam negeri untuk
memproduksi alat kesehatan.
Kriteria umum:
1) Ketersediaan laboratorium uji dan metode pengujiannya.
2) Kajian resiko dari sampel yang akan diambil.
3) Ketersediaan standar yang digunakan dalam metode analisis.
4) Produk yang banyak dipakai oleh masyarakat luas.
5) Produk yang banyak beredar dan memiliki dampak yang cukup luas
pada masyarakat.
6) Produk yang berdasarkan data tahun sebelumnya yang tidak
memenuhi syarat (TMS).
Kriteria khusus:
1) Produk alat kesehatan kelas satu.
2) Produk alat kesehatan steril.
3) Produk PKRT.
4) Produk yang diduga tercemar dan dapat menimbulkan dampak yang
tidak diinginkan.
Grafik 3.16. Target dan realisasi indikator persentase produk alat kesehatan dan
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015
840A
82o/o
80o,6
78%
76%
74%
72%
70016
Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah kegiatan proaktif, kegiatan ini
merupakan salah satu upaya strategi peningkatan pengawasan posf-
market dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
terhadap keamanan, mutu, manfaat dan kinerja alat kesehatan dan PKRT
yang beredar di wilayah NKRI dan telah memiliki izin edar. Tujuan
Kegiatan ini adalah untuk menjamin alat kesehatan dan PKRT yang
beredar di wilayah NKRI memenuhi persyaratan mutu dan manfaat dan
mendukung pencapaian indikator ketiga Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan yaitu persentase produk alat kesehatan dan
PKRT yang beredar memenuhi persyaratan keamaanan, mutu dan
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT di
peredaran yang memenuhi syarat, yaitu:
Upaya dan prestasi yang telah dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2015 antara lain:
1) Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat
(GeMa CerMat) dan selanjutnya dilakukan sosialisasi pelaksanaannya
kepada Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia, lkatan Apoteker
Indonesia dan Akademisi. Selanjutnya setelah pedoman pelaksanaan
GeMa CerMat tersebut tersusun maka akan dilakukan penerapan yang
diawali dengan model percontohan GeMa CerMat di Dinas Kesehatan
Provi nsi/Kabu paten/Kota.
Sejak 1
Januari 2014, Pemerintah mulai mengimplementasikan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Nasional
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kebijakan JKN merupakan suatu
kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dengan
tujuan tercapainya keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan seluruh rakyat untuk hidup produkti
secara sosial dan ekonomi. Hal ini selaras dengan amanah UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan era JKN
dilaksanakan secara berjenjang serta memberlakukan sistem rujukan
dengan harapan akan mengurangi beban rumah sakit. Akan tetapi, sukses
dan tidaknya pelaksanaan JKN, salah satunya ditentukan oleh berjalan
tidaknya sistem rujukan dan Puskesmas merupakan garda pertama sistem
tersebut. Berdasarkan penelitian Rahmat Alyakin (2014), pengalaman
penerapan Jamkesmas di Kabupaten Nias Selatan justru perubahan
Untuk tahun 2015, dari taget 1.200 yang ditetapkan, telah tercapai
1.179 Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan atau
tercapai 98 %. Pencapaian ini menunjukkan bahwa capaian indikator ini
turut didukung oleh peran serta Pemerintah Daerah terkait SDM
kesehatan. Hal ini selaras dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah
Provinsi wajib melakukan perencanaan dan pengembangan SDM
kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi. Di dalam UU Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 4 disebutkan pula bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab terhadap
pengaturan, pengawasan dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan.
Selain itu, disebutkan pula bahwa perencanaan, pengadaan dan
pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai kebutuhan juga menjadi
tanggung jawab bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Artinya
Tabel 3.6. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis
dasar dan 3 dokter spesiais penunjang
TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 TAHUN
2015
2 Persentase RS 30o/o 35o/o 4Qo/o 50o/o 60% 35o/o
Kab/Kota Kelas C
yang memiliki4
dokter spesialis
dasar dan 3
dokter spesiais
penunjang
Targeft Rsatsari
rTarget Reahsasi
Grafik 3.18. Perbandingan Target dan Capaian Indikator persentase RS Kab/Kota kelas
C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
Tahun 2015-2019
bllt,
\il:'.
-tif.:.
2 t-t',
10':'
rJg;
2(i18
400
t00
Fi.lrata,r,rpr sratl!
Dukungan Program
No. Kementerian
Pembangunan Kesehatan
1 Kementerian Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Negeri bidang Kesehatan, Gerakan
Masyarakat Sehat, Posbindu, dan
Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK)
2 Kemnterian Perencanaan Gerakan Masyarakat Sehat
Pembangunan Nasional
(Bappenas)
3 Kementerian Keuangan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
Kesehatan dan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK)
4 Kementerian Pertanian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
5 Kementerian Desa, Desa Siaga, Desa Sehat
Perbatasan, dan Daerah
Tertinggal
6 Kementerian Pekerjaan Rumah Sehat
Umum dan Perumahan
Grafik 3.21. Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya
untuk Program Kesehatan
iE;;l
]rc.p"i"n
I
Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari kemitraan dunia
usaha dalam pembangunan kesehatan adalah:
1) Dunia usaha dan swasta mendapatkan informasi tentang program
kesehatan prioritas.
2) Dunia usaha dan swasta berkontribusi untuk penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
3) Adanya daerah binaan dunia usaha dalam pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan untuk program prioritas Kemenkes.
Prestasi yang dicapai dalam kemitraan dengan dunia usaha di tahun 2015
adalah:
1) Pemerintah daerah menggalang kemitraan dengan 87 dunia usaha di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya
io*a-
i lCrpaian
(tiga) atau 100% dari target yang telah ditetapkan. Adapun ormas tersebut
adalah Muslimat Nadhlatul Ulama, Perdhaki, dan Pramuka.
Selain itu, Pusat Promosi Kesehatan memperbarui Kesepakatan
Bersama dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang terdiri dari
Organisasi Keagamaan, Organisasi Wanita dan Organisasi Pemuda. Pada
tahun 2015, sebanyak 19 (sembilan belas) Ormas melalui
penandatanganan MoU bersepakat dan berkomitmen untuk melakukan
upaya peningkatan Promosi Kesehatan bidang kesehatan.
Pada tahun 2015 jumlah target yang akan dicapai adalah sebanya 8
dokumen kesepakatan yang diimplementasikan, sebagai mana yang
tercantum dalam tabel di bawah ini
Tabel3.9. Dokumen Kesepakatan dan lmplementasi Kerja Sama Pusat Kerjasama Luar
Negeri, Tahun 2015
Dokumen Kesepakatan
No lmplementasi Kerja Sama
Kerja Sama
Pelaksanaan The 1st Joint Working
MoU Kerja Sama Bilateral Rl
1 Group Meeting on Health Cooperation
- India
Rl - India
Thematic Area: 3 OIC
Pelaksanaan Workshop for Policy
2 Strategic Health Programme
Makers on Scaling up Nutrition
of Action (SHPA) OKI
Global Nutrition Report
(GNR) dan KTT Agenda
Pembangunan Pasca 2015 Penyusunan indikator pencapaian
3
serta Pertemuan UN Summit SDGs tingkat nasional
side-event on Food Security,
Nutrition and Health
Declaration on
Tersusunnya Dokumen Governance
Strengthening the ASEAN
and lmplementation Mechanism of
4 Secretariat and Reviewing
ASEAN Post 2015 Health
the ASEAN Programme (3rd
Development Agenda
SOMHD Work Group
Tabel 3.11. Capaian Target Kinerja Tahun 2O1O - 2015 Pusat Kerjasama Luar Negeri
No. Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Target: Target: Target: Target: Target:
Naskah Kerja 22 23 27 28 30
Sama Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisa
lnternasional :22 :23 :27 :28 si:30
(100o/o) (100%) (100%) (100%) (100%)
2 Jumlah Target:
Kesepakatan I
Kerja Sama Realisa
Luar Negeri di si :
Bidang I
Kesehatan (100%)
Target
akhir
Target Capaian tahun
Program Sasaran Indikator o/o
2015 2015 renstra
2015-
2019
Jumlah
rekomendasi
kebijakan
Meningkatny
berbasis
Program a kualitas
penelitian dan
Penelitian penelitian,
pengembangan
dan pengembang 2
kesehatan yang 24 24 120
Pengemban an dan 0
diadvokasikan
gan pemanfaatan
ke pengelola
Kesehatan di bidang
program
kesehatan
kesehatan dan
atau pemangku
kepentingan
Tabel 3.18. Perbandingan Realisasi Kinefla Tahun 2015 dengan Target Jangka
Menengah pada Renstra 2O1 *2O19
Target akhir
Target Capaian tahun o/o
Program Sasaran lndikator
2015 2015 renstra
2015-2019
Jumlah
Meningkatn
laporan Riset
Program ya kualitas
Kesehatan
Penelitian penelitian,
Nasional
dan pengemban
(Riskesnas) 1 1 5 20
Pengemba gan dan
bidang
ngan pemanfaata
kesehatan
Kesehatan n di bidang
dan gizi
kesehatan
masyarakat
10. Sasara Strategis 10: Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik
dan bersih
Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara 31o/o
Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara 31o/o
Satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan yang diaudit selama
periode TA. 2015 adalah 558 (lima ratus enam puluh dua) dengan rincian
sebagai berikut:
1) Satuan Kerja yang diaudit oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes
sebanyak: 179 (seratus tujuh puluh sembilan);
2) Satuan Kerja yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebanyak: 379 (tiga ratus tujuh puluh sembilan).
Total satuan kerja yang temuan Kerugian Negaranya 0 s.d < 1 o/o
adalah sebanyak 554 (lima ratus lima puluh empat) dengan persentase
Satuan Kerja dinyatakan memiliki kerugian negara 3 1o/o bila satuan kerja
pengelofa APBN Kemenkes dengan temuan kerugian negara < 1o/o dari
total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan
laporan hasil pengawasan.
Grafik 3.24. Target dan Realisasi Pejabat Struktural yang Memenuhi Kompetensi
80%
70%
60%
so%
40%
30%
20%
70%
o%
R ea lisas i
Pada tahun 2015 seperti grafik diatas, telah terealisasi sebanyak 1.620
pejabat structural atau sebesar 73,17o/o dan 2.214 Pejabat Struktural,
dimana total seluruh Jabatan Struktural (Eselon) di Lingkungan
Kementerian Kesehatan beflumlah 2.235 jabatan dan terdapat2l jabatan
struktural yang masih kosong.
90%
1 .'"
85%
80%
75%
i,.
70%
Target Realisasi
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 telah
ditetapkan target sebesar 80% Pegawai dengan kinerja minimal baik dari
seluruh jumlah pegawai Kementerian Kesehatan baik CPNS maupun
it/:
^Mrrreura
s&[Mll
5fuldqdeE@hdffi@
re|4ffi +ehHqrtr.tqlqb &6
e
cffi p6ddhels*Alpjd
rffiotemgsffi
g
Prde guESIffiG&
th JMdrs$ffi
tb 4r5
70
50
50
40
30 - -ofr Capaian
ryyoTarget
20
20,20
10
0
TWI TW II TW III TW IV
G. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.
8O,OOo/o i
60,000/o i
40,00%
i
2O,OO"/' i
,s
Bab lV Penutup
Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia < 18 tahun; dan 2) Persentase
Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM.
Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2015 dan kekurangan diharapkan dapat
menjadi parameter dan acuan penetapan kebijakan, program dan kegiatan pada
waktu mendatang.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan
Kinerja ini.
INST'F; h T''
JEtitiEr(,iL
, Apt, MM, ME
3h 71217 198502 1 001