Kementerian Kesehatan
2022 i
PETUNJUK TEKNIS
INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan
2022
i
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I
Pendahuluan
0
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
T
ujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi. Arah kebijakan dan strategi pembangunan
bidang kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020-
2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
cakupan kesehatan semesta, utamanya dalam penguatan
pelayanan kesehatan dasar atau Primary Health Care (PHC).
2. Tujuan
3. Sasaran
a. Tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
b. Tenaga kesehatan di Posyandu Prima
c. Penanggung jawab/pengelola program kesehatan masyarakat
di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
d. Pemangku kepentingan terkait
I
ntegrasi pelayanan kesehatan primer merupakan salah satu
pilar transformasi sistem kesehatan. Tujuan transformasi sistem
kesehatan adalah melakukan akselerasi pencapaian target
RPJMN 2020-2024 bidang Kesehatan yang meliputi: 1) Meningkatkan
kesehatan ibu, anak, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi; 2)
Mempercepat perbaikan gizi masyarakat; 3) Memperbaiki
pengendalian penyakit; 4) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
dan 5) Memperkuat sistem kesehatan dan pengendalian obat dan
makanan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai
penopang kesehatan Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan
kesehatan primer; 2) Transformasi pelayanan kesehatan rujukan; 3)
Transformasi sistem ketahanan kesehatan; 4) Transformasi sistem
pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM kesehatan; dan 6)
Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer merupakan pilar
penting yang dilaksanakan melalui edukasi penduduk, pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan
kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Transformasi pelayanan
kesehatan primer mengacu pada strategi global pelayanan kesehatan
yang berfokus pada pendekatan siklus hidup (people-centred) secara
terintegrasi untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih
komprehensif, responsif, dan terjangkau.
Transformasi pelayanan kesehatan primer bertujuan untuk
terwujudnya kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas,
dengan sasaran strategis:
1. Menguatnya promotif preventif di FKTP melalui Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan pendekatan keluarga
2. Terpenuhinya sarana, prasarana, obat, Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan alat kesehatan pelayanan kesehatan primer
3. Menguatnya tata kelola manajemen pelayanan kesehatan
kolaborasi publik-swasta dalam mencapai Universal Health
Coverage (UHC)
K
laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 3
kelompok pelayanan yaitu 1) Ibu hamil, bersalin dan nifas;
2) Balita dan pra sekolah dan 3) Usia sekolah dan remaja,
yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk
dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
maka fokus pelayanan kesehatan menyesuaikan kondisi pertambahan
usia pada siklus kehidupan.
Morbiditas yang banyak dialami oleh ibu, anak dan remaja
meliputi:
1. Ibu hamil, bersalin dan nifas: anemia, KEK, hipertensi, DM,
penyakit infeksi (TBC, malaria, HIV, hepatitis, COVID-19),
perdarahan jalan lahir, ketuban pecah dini, plasenta previa,
asma, penyakit jantung, perdarahan pasca persalinan, infeksi
rahim, trauma/robekan perineum, postpartum blues, postpartum
depression, dll.
2. Balita dan anak pra sekolah: masalah neonatal (asfiksia, sepsis,
kelainan kongenital), prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), penyakit infeksi (TB, diare, pneumonia), masalah gizi dan
perkembangan (failure to thrive, gizi kurang, gizi buruk, stunting
dan obesitas), dll.
3. Usia sekolah dan remaja: masalah gizi (anemia, underweight,
obesitas), penyakit infeksi (TB, HIV, IMS), gigi dan mulut (karies
gigi), gangguan refraksi dan pendengaran, masalah perilaku
dan penyalahgunaan NAPZA.
4. Persalinan Normal
• Persalinan harus di fasilitas pelayanan kesehatan, agar
apabila terjadi komplikasi selama masa persalinan dapat
ditangani dengan cepat.
5. Pelayanan Nifas
• Pelayanan pascapersalinan dilaksanakan minimal 4 (empat)
kali dengan waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir
bersamaan yaitu:
o Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 jam sampai
dengan 2 hari setelah persalinan.
o Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah
persalinan.
o Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah
persalinan.
o Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari
setelah persalinan untuk ibu.
• Pelayanan pasca persalinan terintegrasi adalah pelayanan
yang bukan hanya terkait dengan pelayanan kebidanan dan
KB paska salin, tetapi juga terintegrasi dengan program-
program lain yaitu dengan program gizi, penyakit menular,
penyakit tidak menular, imunisasi, jiwa dan lain lain.
6. Pelayanan Pengobatan
• Pelayanan pengobatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas
disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat
dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP.
Diusahakan pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu
waktu (one stop services) atau bila tidak memungkinkan
ditetapkan janji temu pada pertemuan berikutnya.
o Imunisasi Dasar
Umur Jenis Interval Minimal
*)
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,
IPV
9 bulan Campak dan Rubella
*) untuk jenis imunisasi yang sama
o Imunisasi Lanjutan
Umur Jenis Interval Minimal **)
18 bulan DPT-HB- 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
Hib
Campak 6 bulan dari Campak dan
dan Rubella dosis 1
Rubella
**) setelah imunisasi dasar
Bentuk Kegiatan
1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan mengenai riwayat kesehatan keluarga, diri,
imunisasi dan perilaku terkait kesehatan lainnya. Kuesioner diisi
oleh masing-masing peserta didik. Bagi peserta didik kelas 1-3
SD/MI atau peserta didik di SLB pengisian kuesioner ini dapat
dibantu dengan orang tua/wali/guru.
2. Pemeriksaan kesehatan secara fisik
a. Dilakukan oleh guru sekolah/madrasah: pengukuran BB/TB
tekanan darah (menggunakan pengukur tekanan darah
digital bila tersedia), pemeriksaan ketajaman penglihatan,
pemeriksaan tajam pendengaran dengan tes berbisik
modifikasi, dan pemeriksaan kebersihan diri serta
pemeriksaan kebugaran jasmani.
b. Dilakukan oleh petugas puskesmas: pemeriksaan gigi dan
mulut, pemeriksaan telinga, denyut jantung dan
pernapasan dan lain lain.
3. Jenis pemeriksaan dalam penjaringan:
a. Pemantauan status gizi
Untuk mendeteksi secara dini masalah gizi kurang, gizi lebih
dan kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Besi
(AGB). Penilaian status gizi anak usia sekolah dan remaja
pada penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
dilakukan melalui:
1) pengukuran antropometri dengan menggunakan
indeks berat badan dan tinggi badan (BB/TB) atau IMT
K
laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 2
kelompok pelayanan yaitu 1) usia produktif ( ≥15 – 44 tahun)
dan 2) lanjut usia (pra lansia 45-59 tahun dan lansia ≥ 60
tahun). Pelayanan kesehatan dilaksanakan berkesinambungan
dengan fokus pelayanan kesehatan sesuai kondisi pertambahan usia
pada siklus kehidupan.
Morbiditas yang banyak dialami oleh usia produktif dan lansia
meliputi:
1. Usia produktif: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung,
stroke, kanker, PPOK, obesitas), masalah kejiwaan, dll
2. Lansia: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung, stroke,
kanker, PPOK, obesitas), mental emosional dan kognitif
(demensia), katarak, dll.
1. Skrining Hipertensi
• Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun
• Kegiatan dilaksanakan secara rutin dan berkala untuk
memudahkan masyarakat menjangkau layanan dan
berdampak pada keberhasilan pencapaian target.
• Skrining untuk deteksi dini hipertensi dapat dilakukan di Pos
Binaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular
(PTM)/Posyandu/Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK),
fasyankes atau laboratorium klinik swasta, komunitas, sekolah,
kampus, instansi/ tempat kerja dan serta tempat-tempat
umum lainnya, melalui pemeriksaan tekanan darah
menggunakan tensimeter digital.
• Di komunitas deteksi dini hipertensi dilakukan oleh kader
terlatih dan penegakan diagnosis dilakukan di Puskesmas/
FKTP.
• Klasifikasi Hipertensi pada anak dan orang dewasa usia 18
tahun ke atas pada PNPK Tata laksana Hipertensi Anak dan
Dewasa sebagai berikut:
4. Skrining Kardiovaskular
• Sasaran: penderita hipertensi dan Diabetes Melitus yang
berusia 40 tahun ke atas.
• Pemeriksaan yang dilakukan:
o EKG dan lipid profil dilakukan minimal setahun sekali.
o Pemeriksaan lipid profil (kolesterol total, HDL, LDL dan
Trigliserid) dilakukan pada seluruh penduduk usia 60 tahun
keatas serta penderita hipertensi dan atau DM usia diatas
40 tahun.
• Skrining kardiovaskular dapat dilakukan di Posbindu
PTM/Posyandu/Pos UKK, komunitas, sekolah, kampus, instansi/
tempat kerja dan fasyankes ataupun laboratorium klinik
swasta serta tempat-tempat umum lainnya.
• Alat yang digunakan di tingkat Puskesmas adalah tensimeter
digital, alat pemeriksaan profil lipid, dan alat pemeriksaan
EKG.
• Skrining Talasemia
o Skrining talasemia untuk menemukan pembawa sifat
talasemia untuk mencegah lahirnya bayi dengan
talasemia mayor melalui perkawinan antar embawa sifat.
o Skrining dilakukan pada saudara kandung dari
penyandang talasemia mayor (keluarga ring 1).
o FKTP : anamnesis keluarga : apakah punya saudara, anak
penyandang talasemia, apakah ada keluarga yang rutin
melakukan transfusi darah? Bila ya maka lakukan
pemeriksaan darah lengkap yang minimal mencakup
pemeriksaan Hb, MCV dan MCH, serta melakukan
pemeriksaan sediaan hapusdarah tepi.
o Jika hasilnya dicurigai pembawa sifat talasemia bila nilai
salah satu dari Hb, MCV atau MCH lebih rendah dari
batasan normal (Hb < 11mg/dL, MCV < 80 fL, MCH < 27pq)
maka pasien harus dirujuk ke FKTRL untuk pemeriksaan lebih
lanjut, atau dapat juga melakukan rujukan sampel (darah
yang diambil dibagi 2 tabung dan dirujuk di hari yang
sama).
Pemeriksaan Hb,
MCV, MCH,
SADT
Pemeriksaan analisis
Hb dg HPLC/
elektroforesis
capillary
6. Skrining PPOK
• Sasaran skrining merupakan kelompok individu berisiko, usia ≥
40 tahun, mempunyai riwayat paparan (asap rokok, polusi
udara, lingkungan tempat kerja) dan/atau mempunyai gejala
dan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, gejala
berlangsung lama umumnya semakin memberat.
• Deteksi dini PPOK dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun,
dapat dilaksanakan dalam (Puskesmas dan Posyandu Prima)
dan di luar gedung seperti kegiatan Posbindu/ Posyandu.
• Skrining PPOK menggunakan instrumen (kuesioner) PUMA
dengan isian 7 pertanyaan, ditambah dengan gejala dan
tanda klinis yang ditemukan. Jika:
o Skor < 7: Risiko rendah PPOK
o Skor > 7: Risiko tinggi PPOK, lakukan pemeriksaan spirometri
7. Skrining Obesitas
• Sasaran: usia >15 tahun
• Skrining obesitas dilakukan 1 tahun sekali, melalui pengukuran
berat badan, tinggi badan dan lingkar perut oleh kader di
kegiatan Posyandu dan tenaga kesehatan di Posyandu Prima
dan Puskesmas.
• Kemudian dilakukan pengkategorian baik untuk obesitas
umum dan obesitas sentral sesuai nilai rujukan.
• Terdapat 2 jenis obesitas yaitu obesitas umum dan obesitas
sentral.
a. Obesitas umum diukur berdasarkan pengkategorian IMT
yaitu melihat perbandingan antara Berat Badan (BB) dan
Tinggi Badan (TB).
IMT = Berat Badan (kg)
Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus <17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25, 0
Kelebihan berat badan
Gemuk (overweight) >25,0 – 27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan
Obese >27,0
tingkat berat
9. Pelayanan pengobatan
Pelayanan pengobatan pada usia produktif dan lansia
disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat
dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP. Diusahakan
4. Pelayanan KB
• Pelayanan kontrasepsi merupakan komponen utama
program KB dengan fungsi memberikan pelayanan konseling
dan pemakaian kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi yang
aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria berikut:
D. Pelayanan Lansia
Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia
produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus
ditujukan bagi lansia, yaitu:
1. Skrining Status Gizi, Tingkat Kemandirian, Risiko Jatuh, Mental
Emosional dan Kognitif (Demensia)
• Setiap lansia (60 tahun ke atas) yang berkunjung ke
Puskesmas, Pustu atau posyandu pada kunjungan atau
kontak pertama dengan petugas kesehatan dilakukan
skrining pengkajian paripurna menggunakan instrument
pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G) minimal 1 tahun
sekali.
• Penilaian dilakukan menyeluruh terhadap lanjut usia dari
aspek biologis, kognitif, psikologis dan sosial untuk
menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan
terhadap lansia.
• Pemeriksaan skrining yang dilakukan meliputi:
o Posyandu Prima dan Puskesmas:
Pengkajian paripurna pasien geriatri (pemeriksaan BB, TB,
LP, TD, tingkat kemanditian, anamnesa perilaku berisiko,
status mental dan kognitif), kuesioner SRQ-20 serta
pemeriksaan laboratorium sederhana gula darah,
kolesterol dan asam urat, dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana
sesuai dengan hasil pemeriksaan.
o Kegiatan Posyandu:
Skrining kesehatan pada Lansia berupa pemeriksaan BB,
TB, LP, TD, kuesioner SRQ-20, tingkat kemandirian,
anamnesa perilaku berisiko, gangguan mental dan
kognitif, pemeriksaan laboratorium sederhana (gula
2. Skrining Katarak
• Skrining katarak bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit
katarak pada mata dimana terjadi kekeruhan pada lensa
mata yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan,
ditandai terlihatnya warna putih pada manik mata sehingga
penglihatan menjadi berkabut.
• Katarak paling sering ditemukan berkaitan dengan proses
degenerasi lensa pada usia di atas 40 tahun (katarak senilis),
sehingga idealnya skrining dilakukan sejak usia tersebut.
• Skrining katarak pada lansia dilakukan 1 kali setahun, sesuai
dengan tempat pelaksanaan skrining katarak, yaitu:
o Kegiatan Posyandu
▪ Skrining katarak pada kegiatan posyandu dilaksanakan
dengan bantuan kader untuk melakukan tes tajam
penglihatan secara sederhana dengan metode hitung
jari. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya
penurunan tajam penglihatan yang merupakan salah
satu tanda katarak.
▪ Pemeriksaan hitung jari dilakukan pada masing-masing
mata dari jarak 6 meter. Dikatakan tidak ada
gangguan penglihatan jika menjawab benar dalam
hitung jari sebanyak 3 kali berturut-turut. Jika dalam
pemeriksaan 3 kali hitung jari tersebut terdapat
jawaban salah, maka dicurigai mempunyai gangguan
penglihatan.
3. Skrining Kebugaran
• Skrining kebugaran jasmani bagi lansia dilaksanakan di
Puskesmas oleh petugas kesehatan minimal setiap 6 bulan
sekali dengan metode tes jalan 6 menit yang terdapat pada
aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual pada daerah
dengan jaringan telekomunikasi terbatas. Skrining ini cukup
sederhana dengan sarana yang minimal.
• Tes jalan 6 menit dinilai sebagai pemeriksaan paling aman
bagi lansia dan tidak berisiko ditengah-tengah pelaksanaan
tes. Tesi ini dinilai dari jarak yang dapat ditempuh dalam
waktu 6 menit. Penilaian tes jalan 6 menit kelompok lansia
dapat dilihat di tabel C1 Lampiran 4 halaman 84.
• Skrining kebugaran jasmani dilanjutkan dengan program
latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang
direkomendasikan. Rekomendasi latihan fisik untuk lansia:
o Aktivitas fisik aerobik intensitas sedang 150 menit
perminggu atau intensitas tinggi 75 menit perminggu
atau kombinasi keduanya.
o Aktivitas fisik untuk meningkatkan kekuatan otot
dilakukan setidaknya 2 kali seminggu.
o Lansia dengan mobilitas yang buruk perlu melakukan
aktivitas fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan
mencegah jatuh setidaknya 3 kali seminggu.
o Apabila lansia tidak dapat melakukan aktivitas fisik sesuai
rekomendasi, dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas
fisik sesuai kondisi dan kemampuannya dengan bantuan
dari tenaga ahli seperti dokter olahraga, ortopedi,
fisioterapi atau pelatih kebugaran.
Ringkasan paket pelayanan usia produktif dan lansia
tercantum pada tabel 4.7.
• Usia Produktif
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/ (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Masyarakat)
Skrining hipertensi Tekanan darah, Tekanan darah, Tekanan darah, gula darah,
dan Diabetes gula darah gula darah urinalisis
Melitus (1x/tahun)
Skrining jantung - - EKG, profil lipid
dan stroke
Penyakit Tidak (1x/tahun)
Menular dan Skrining kanker SADANIS • Pemeriksaan payudara
kanker, Payudara klinis
masalah gizi (1x/tahun) Edukasi keluarga • Inspeksi visual dengan
(anemia, Serviks (1/ 3 tahun) asam asetat
obesitas), Usus (1x/ tahun) • Darah samar feces, colok
gangguan Paru (1x/ tahun) dubur
mental • Anamnesis faktor risiko
emosional dan Ca paru
depresi pada Skrining PPOK (1x/ Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA
usia produktif tahun)
Skrining obesitas TB, BB, LP TB, BB, LP TB, BB, LP
(1x/ tahun)
Skrining TBC (1x/ Gejala TBC, Gejala TBC Gejala TBC, Skrining gejala TBC,
tahun) investigasi kontak, pengambilan BTA/TCM/Ro
edukasi dahak
P
rioritas dalam penanggulangan penyakit menular tertuju
pada pencegahan dan pengendalian penyakit TBC,
HIV/AIDS, pneumonia, hepatitis, malaria, demam Dengue,
influenza, flu burung dan neglected tropical diseases seperti kusta,
frambusia, filariasis, schistosomiasis, dll. Selain penyakit tersebut, penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti polio, campak,
difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun
neonatal juga tetap menjadi perhatian walaupun pada tahun 2014
Indonesia telah dinyatakan bebas polio dan tahun 2016 sudah
mencapai eliminasi tetanus neonatorum. Termasuk prioritas dalam
pengendalian penyakit menular adalah pelaksanaan Sistim
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB), Kekarantinaan Kesehatan
untuk mencegah terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM)
dan pengendalian penyakit infeksi emerging.
Untuk mengendalikan penyakit menular maka diperlukan strategi
yang diantaranya:
a. Perluasan cakupan akses masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan terkait penyakit menular untuk menjamin
upaya memutus mata rantai penularan.
b. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan
penyakit menular, dibutuhkan strategi inovatif dengan
memperkuat kemampuan petugas Puskesmas dalam melakukan
pengamatan faktor risiko dan penyakit dan penentuan langkah
penanggulangannya.
c. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya
pengendalian penyakit melalui Surveilans Berbasis Masyarakat
(SBM) untuk melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang
dapat menyebabkan masalah kesehatan dan melaporkannnya
kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon dini
sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi.
Kementerian/Lembaga Kegiatan
Kementerian Koordinator • Mendukung koordinasi, sinkronisasi
Bidang Pembangunan perencanaan dan penganggaran,
Manusia dan pelaksanaan, monitoring evaluasi
Kebudayaan untuk integrasi layanan primer
• Mendukung koordinasi penyiapan
regulasi integrasi layanan primer
Kementerian Kesehatan • Menyusun kebijakan trasnformasi
layanan primer
• Menyusun perencanaan kebutuhan
SDM, sarana prasarana alat
• Mengkoordinasikan pelaksanaan
integrasi layanan primer
• Melakukan pelatihan Tenaga
Kesehatan dan pelatihan Kader
• Integrasi system informasi
pelaporan real-time layanan primer
Kementerian Dalam • Menyusun regulasi terkait
Negeri penguatan Posyandu menjadi
Posyandu Prima
• Memberikan instruksi kepada
kepala daerah untuk berkomitmen
mendukung transformasi layanan
primer
• Memastikan ketersediaan anggaran
untuk kegiatan posyandu prima dan
posyandu
• Mendorong Pokjanal untuk
berperan aktif dalam memperkuat
Posyandu sebagai LKD
1. Pencatatan
Pencatatan pelayanan tiap klaster dilaksanakan melalui sistem
digital untuk memudahkan kader dan tenaga kesehatan menginput
data, yaitu menggunakan aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) dan
Citizen Health App yang terkoneksi dengan dashboard Indonesia
Health Services (IHS).
P
etunjuk teknis ini diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan promotif dan preventif di fasilitas pelayanan
Kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas beserta
jaringannya yaitu Posyandu Prima. Melalui petunjuk teknis yang disusun
ini, dapat terlaksana upaya pencegahan, deteksi dini, promosi
kesehatan, pembangunan infrastruktur, ketersediaan sarana,
prasarana, SDM, serta manajemen pelayanan kesehatan yang semakin
kuat di seluruh pelayanan primer di Indonesia.
D. Manajemen
• Pedoman Tata Kelola Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa pada link
https://link.kemkes.go.id/tatakelolakeswa
• Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di FKTP pada link
https://link.kemkes.go.id/pedomankeswaFKTP
Meja 3
Meja 2 Anamnesis/Wawancara Gejala
Meja 1 TBC dan Edukasi Hasil Skrining
Registrasi dan Pemeriksaan Gejala dan tanda TBC.
Penyuluhan Informasi Dasar
Suhu, BB, TB serta Tekanan
terkait TBC Jika terdapat sarana ronsen
Darah
dada, lakukan skrining dengan
ronsen dada
Meja 4 Meja 5
Pengambilan, Pengemasan dan Pencatatan dan Pelaporan Hasil
Pengiriman Dahak Skrining Gejala TBC
Langkah-langkah:
a. Penyuluhan Informasi Dasar terkait TBC
Penyuluhan kesehatan dilakukan oleh perwakilan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan skrining gejala TBC di setiap
lokasi. Tujuan penyuluhan untuk memberikan informasi dasar terkait
TBC (cara penularan, cara pencegahan, pengobatan, dan lain-lain)
serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kepada peserta
skrining.
b. Registrasi dan Pemeriksaan Suhu, BB, TB serta Tekanan Darah
Registrasi dan Pemeriksaan Suhu, BB, TB serta Tekanan Darah
dilakukan oleh petugas (perangkat desa/komunitas/kader atau
lainnya) yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
berkoordinasi dengan puskesmas setempat. Peserta diwajibkan
membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK)
untuk proses registrasi skrining gejala TBC. Petugas registrasi dan
pemeriksaan suhu, BB, TB serta tekanan darah bertugas untuk:
Tabel A1. Penilaian single test 1600 meter Kelompok umur 10-12 tahun
Keterangan
Aerobik tipe 1 Jalan santai, Jalan Cepat, Jogging, Besepeda
Aerobik tipe 2 Senam, Renang, Step Aerobik, Disko Robik dll
Aerobik tipe 3 Olahraga Permainan Seperti Sepak Bola, Tennis,
Tennis Meja, Bola Basket, Bulutangkis, Bola Voli, Dll
a. IBU HAMIL
Keterangan:
tanda "v"
wajib
dilakukan/di
periksa. Bila
tidak
dilakukan
maka
dilakukan
pada
kunjungan
selanjutnya
tanda (*)
atas indikasi
Ketika ditemukan klasifikasi merah, maka Posyandu Prima akan merujuk ke Puskesmas/ FKTP untuk mendapat
pemeriksaan oleh dokter
Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktur Tata Kelola Kesehatan Masyarakat
Kontributor:
• Direktorat Tata Kelola Kesmas (Monika Saraswati S, Rima Damayanti,
Pramutia H, Lisa)
• Direktorat Gizi dan KIA (Erna Mulati, Inti Mudjiati, Hera Nurlita, Ario
Baskoro, Rivani Noor, Dhefi Ratnawati, Yusuf)
• Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lansia (Kartini R, Julina,
Nindya)
• Direktorat Promosi Kesehatan (Imran A Nurali, Hanna Herawati, Ilvalita,
Danu)
• Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (Saddam)
• Direktorat P2PTM (Esti Ari, Sylviana, Andri)
• Direktorat P2PM (Endang Lukitosari, Sulistya, Totok, Lanny, Meilina,
Astrid, Hesti, Nur Indah, Hellen, Ridwan, Astrid)
• Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan (Triya Novita, Rohani,
Sorta, Palge)
• Direktorat Kesehatan Jiwa (Herbet S)
• BKPK (Dyah, Made Dewi, Tince)
Editor:
Rivani Noor, Monika Saraswati S
Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan
2022