Anda di halaman 1dari 116

PETUNJUK TEKNIS

INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN


DI PUSKESMAS

Kementerian Kesehatan
2022 i
PETUNJUK TEKNIS
INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS

Kementerian Kesehatan
2022
i
Kata Pengantar

Pandemi COVID-19 berdampak dan mengguncang sistem


kesehatan global dan nasional telah mengantarkan Indonesia pada
pilihan menuju jalan perubahan. Kementerian Kesehatan berupaya
mewujudkan jalan perubahan tersebut melalui transformasi sistem
kesehatan Indonesia yang dilaksanakan di tahun 2022. Kementerian
Kesehatan telah mencanangkan enam pilar transformasi kesehatan,
dimana salah satu pilar utama yaitu transformasi pelayanan kesehatan
primer.
Transformasi layanan primer difokuskan untuk meningkatkan
layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya
pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, membangun
infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM, serta memperkuat
manajemen di seluruh layanan primer di tanah air. Transformasi layanan
kesehatan primer yang akan dijalankan menerapkan konsep
kewilayahan difokuskan pada pendekatan siklus hidup serta
mendekatkan layanan kesehatan melalui jejaring hingga ke tingkat
dusun.
Petunjuk teknis ini disusun sebagai panduan dalam
mengimplementasikan upaya transformasi layanan primer di Puskesmas
sebagai fasyankes primer yang menyelenggarakan UKP dan UKM
sehingga dapat memberikan layanan yang berkualitas. Posyandu
Prima, sebagai jaringan Puskesmas, diharapkan semakin berkembang,
baik jumlah maupun kualitas layanannya sesuai kebutuhan masyarakat.

Jakarta, Juli 2022

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

dr. Maria Endang Sumiwi, MPH

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................... i


Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................... 3
C. Sasaran .................................................................................... 3
BAB II Konsep Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer ........................ 4
BAB III Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja ............ 12
A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan
Remaja .................................................................................... 12
B. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas .......... 15
C. Pelayanan Kesehatan Balita dan Pra Sekolah ................... 18
D. Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja .............. 25
BAB IV Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia ......... 37
A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
dan Lansia............................................................................... 37
B. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia ............... 41
C. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif ................................... 53
D. Pelayanan Kesehatan Lansia ............................................... 57
BAB V Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit .......................... 65
A. Kegiatan Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit ... 66
B. Alur Kerja Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit ... 66
BAB VI Peran Lintas Sektor ....................................................................... 71
BAB VII Pencatatan dan Pelaporan ....................................................... 74
BAB VIII Penutup ........................................................................................ 77
Daftar Referensi.......................................................................................... 78
Lampiran .................................................................................................... 81

ii
BAB I
Pendahuluan

0
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

T
ujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi. Arah kebijakan dan strategi pembangunan
bidang kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020-
2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
cakupan kesehatan semesta, utamanya dalam penguatan
pelayanan kesehatan dasar atau Primary Health Care (PHC).

Upaya ini dilakukan dengan mendorong peningkatan upaya


promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan
teknologi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
pendekatan PHC melalui 3 (tiga) strategi utama yaitu integrasi
pelayanan kesehatan, utamanya pada pelayanan primer dan
fungsi kesehatan masyarakat esensial; pemberdayaan individu dan
masyarakat; serta kebijakan dan aksi multi sektor.

Strategi global pelayanan kesehatan yang berfokus pada


individu (people-centred) secara terintegrasi mewujudkan
pelayanan yang lebih komprehensif dan responsif, lebih terintegrasi
dan terjangkau, dengan metode yang terkoordinasi untuk
mengatasi beragam rentang kebutuhan kesehatan yang diperlukan
masyarakat. Manfaat dari pendekatan yang berpusat pada individu
secara terintegrasi ini yaitu mendekatkan pelayanan kesehatan
melalui jaringan dan jejaring hingga tingkat desa dan dusun,
memperkuat promosi dan pencegahan, memperkuat Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) melalui pemantauan dengan dashboard
situasi kesehatan per desa, meningkatkan efisiensi pelayanan,
menurunkan biaya, peningkatan kesetaraan dalam menerima
pelayanan, literasi dan perawatan kesehatan yang lebih baik,
peningkatan kepuasan terhadap pelayanan, peningkatan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 1


hubungan antara pasien dan penyedia pelayanan serta
peningkatan kemampuan untuk merespon krisis pelayanan
kesehatan (resiliensi terhadap pandemi).

Melalui pendekatan ini diharapkan setiap orang memiliki


pengetahuan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mampu
membuat keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan
kesehatannya. Penguatan pelayanan kesehatan primer melalui
pendekatan siklus hidup penting dilakukan karena fakta yang ada
menunjukkan capaian SPM bidang kesehatan tahun 2021 masih jauh
dari target yang ditetapkan.

Permasalahan kesehatan di Indonesia berdasarkan data SUPAS,


2015 diantaranya tingginya angka kematian ibu (305 per 100.000
kelahiran hidup), dimana menurut SIRS 2018, kematian ibu terbanyak
disebabkan gangguan hipertensi (31,9%) dan pendarahan (26,9%).
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi ibu hamil anemia tinggi, yaitu
48,9% begitupula ibu hamil kurang energi kronik (KEK) sebesar 17,6%,
sedangkan berdasarkan SSGI (2021) masih tingginya prevalensi
balita stunting (24,4%) dan wasting (7,1%) serta cakupan imunisasi
dasar lengkap masih rendah (65,8%). Berdasarkan Kajian Cepat
Peran Puskesmas dalam Penanganan Wabah COVID-19 di
Indonesia, Juni 2020, Puskesmas melaksanakan kunjungan ibu hamil
sebesar 69%. Laporan rutin menunjukkan penurunan cakupan
kunjungan antenatal dari 91,3% tahun 2019 menjadi 86,38% pada
tahun 2020.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 2


Di Indonesia, penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer
dilaksanakan melalui Puskesmas yang saat ini jumlahnya sebanyak
10.292 Puskesmas (Pusdatin, 2022). Keberadaan Puskesmas ini
didukung oleh jejaring yang berbasis komunitas serta partispasi
masyarakat di bidang kesehatan melalui UKBM, seperti Poskesdes
(42.051) dan Posyandu (298.266). Berdasarkan laporan per 10 April
2022 dapat diketahui bahwa dari total 78.724 desa/kelurahan yang
ada saat ini ternyata sebanyak 16.664 (21%) desa/kelurahan tidak
memiliki fasilitas kesehatan dalam bentuk Puskesmas/Pustu/
Poskesdes/ Posyandu.

Untuk itu Pemerintah melaksanakan penguatan upaya


kesehatan melalui transformasi pelayanan primer dengan
menerapkan konsep PHC yang dijalankan berdasarkan
kewilayahan, baik upaya kesehatan perorangan maupun
masyarakat secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Sistem ini tidak dapat dijalankan hanya melalui Puskesmas dan
jejaringnya, namun memerlukan peran serta aktif masyarakat serta
Pemerintah Daerah setempat untuk dapat diimplementasikan.

2. Tujuan

Petunjuk Teknis ini disusun sebagai panduan dalam


mengimplementasikan upaya transformasi pelayanan primer di
Puskesmas hingga jaringannya (Posyandu Prima).

3. Sasaran
a. Tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
b. Tenaga kesehatan di Posyandu Prima
c. Penanggung jawab/pengelola program kesehatan masyarakat
di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
d. Pemangku kepentingan terkait

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 3


BAB 2
Konsep Integrasi Pelayanan
Kesehatan Primer

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 3


BAB II
KONSEP INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

I
ntegrasi pelayanan kesehatan primer merupakan salah satu
pilar transformasi sistem kesehatan. Tujuan transformasi sistem
kesehatan adalah melakukan akselerasi pencapaian target
RPJMN 2020-2024 bidang Kesehatan yang meliputi: 1) Meningkatkan
kesehatan ibu, anak, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi; 2)
Mempercepat perbaikan gizi masyarakat; 3) Memperbaiki
pengendalian penyakit; 4) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
dan 5) Memperkuat sistem kesehatan dan pengendalian obat dan
makanan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai
penopang kesehatan Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan
kesehatan primer; 2) Transformasi pelayanan kesehatan rujukan; 3)
Transformasi sistem ketahanan kesehatan; 4) Transformasi sistem
pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM kesehatan; dan 6)
Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer merupakan pilar
penting yang dilaksanakan melalui edukasi penduduk, pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan
kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Transformasi pelayanan
kesehatan primer mengacu pada strategi global pelayanan kesehatan
yang berfokus pada pendekatan siklus hidup (people-centred) secara
terintegrasi untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih
komprehensif, responsif, dan terjangkau.
Transformasi pelayanan kesehatan primer bertujuan untuk
terwujudnya kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas,
dengan sasaran strategis:
1. Menguatnya promotif preventif di FKTP melalui Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan pendekatan keluarga
2. Terpenuhinya sarana, prasarana, obat, Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan alat kesehatan pelayanan kesehatan primer
3. Menguatnya tata kelola manajemen pelayanan kesehatan
kolaborasi publik-swasta dalam mencapai Universal Health
Coverage (UHC)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 4


Fokus dari transformasi sistem pelayanan kesehatan primer
adalah pendekatan siklus hidup sebagai platform integrasi pelayanan
kesehatan sekaligus sebagai platform penguatan promosi dan
pencegahan, mendekatkan pelayanan kesehatan melalui jejaring
hingga tingkat desa dan dusun, termasuk untuk memperkuat promosi
dan pencegahan serta resiliensi terhadap pandemi serta memperkuat
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) melalui pemantauan dengan
dashboard situasi kesehatan per desa.
Pada transformasi pelayanan kesehatan primer, terdapat
perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas,
tidak lagi hanya berbasis pada penyakit/program, tetapi melalui klaster
yang diintervensi oleh semua program sehingga pelayanan kesehatan
di puskesmas akan lebih terintegrasi dan komprehensif. Klaster tersebut
adalah:
1. Klaster 1: Manajemen Puskesmas
2. Klaster 2: Ibu, Anak, dan Remaja
3. Klaster 3: Usia Produktif dan Lansia
4. Klaster 4: Penanggulangan Penularan Penyakit
Dalam konteks transformasi pelayanan kesehatan primer, pada
level kecamatan, sistem pelayanan kesehatan primer menjadi
tanggung jawab Puskesmas, sedangkan pada level desa, sistem
pelayanan kesehatan akan diselenggarakan di Posyandu Prima
(sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekaligus jejaring
Puskesmas). Dari keempat klaster tersebut perlu dilakukan pemetaan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 5


dari sumber daya dan juga pelayanan kesehatan minimal yang ada di
tiap klaster dengan pendekatan dimana pelayanan tersebut diberikan
(point of care).
Dalam implementasinya, sebanyak 24.678 Pustu dan 42.051
Poskesdes akan diintegrasikan ke dalam Posyandu Prima yang nantinya
secara bertahap akan memiliki bangunan permanen, sarana
prasarana pendukung dan mempunyai minimal 2 tenaga kesehatan
(perawat dan bidan) di setiap desa. Posyandu Prima berasal dari
pengintegrasian Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa,
penggabungan Pustu dan Poskesdes yang sudah ada atau;
pembentukan baru. Oleh karena itu istilah Pustu dan Poskesdes diganti
menjadi Posyandu Prima dan tetap sebagai jaringan Puskesmas.
Kegiatan yang dilakukan Posyandu Prima mencakup pelayanan
kesehatan baik promotif dan preventif, dan tata laksana klinis terbatas.
Posyandu Prima uga akan mengkoordinir kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat desa/kelurahan dengan mengkoordinir Posyandu yang
ada di dusun/RT/RW. Kegiatan Posyandu di dusun/RT/RW mencakup
kegiatan untuk kesehatan ibu hamil dan bayi-balita, remaja, usia
produktif dan lansia serta pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular yang dilakukan oleh kader bersama tenaga
kesehatan Posyandu Prima. Kader kesehatan juga melakukan
kunjungan rumah sasaran pada sasaran yang tidak datang ke
Posyandu, dan mempunyai faktor risiko serta secara terjadwal/rutin
dalam upaya meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan.
Unsur partisipasi masyarakat dalam transformasi ini dapat dilihat
dari peran aktif kader dalam menjalankan tugasnya di dusun/RT/RW.
Kader diberi mandat untuk menindaklanjuti permasalahan evaluasi
capaian dan masalah yang ditemukan dari kegiatan Posyandu melalui
kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal sesuai kapasitasnya.
Peran serta masyarakat juga diharapkan secara aktif dalam deteksi dini
permasalahan kesehatan, berkoordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan tingkat desa sehingga permasalahan tersebut dapat
ditangani bersama lintas sektor secara komprehensif.
Konsekuensi dari perubahan ini akan berimplikasi pada
penataan dan penyesuaian kembali terhadap: (i) regulasi dan
kebijakan pendukung; (ii) sistem penganggaran; (iii) sistem pelayanan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 6


dan paket pelayanan; (iv) penyediaan SDM kesehatan dan kader; (v)
pengadaan infrastruktur; (vi) penyiapan instrumen kerja, termasuk
pedoman/ juknis; (vii) peningkatan kapasitas; (viii) pengaturan jam
operasional dan hari kerja; serta (ix) mendefinisikan ulang peran
Pokjanal di semua tingkatan. Regulasi yang jelas akan mendukung
pembiayaan upaya transformasi pelayanan kesehatan primer sehingga
dapat dipenuhi sesuai kemampuan dari APBD dan APBDes.
Gambar 2.1. Struktur Posyandu Prima (sesuai Permenkes 43

Tahun 2019 tentang Puskesmas dan Pustu)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 7


Gambar 2.2. Struktur LKD Posyandu

Sumber: Kemendagri, 2022

Posyandu awalnya merupakan UKBM yang memberikan


pelayanan sosial dasar yang dibutuhkan masyarakat di desa.
Posyandu kini bertransformasi menjadi Lembaga Kemasyarakatan
Desa (LKD) sekaligus mitra Pemerintah Desa melalui Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.18 tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa. Kiprah Posyandu
selama hampir empat dekade memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar tidak
lepas dari peran Pokjanal dan Pokja Posyandu. Kelembagaan atau
organisasi pembina yang ada di tingkat Pusat hingga Desa
berperan dalam menjalankan fungsi koordinasi, pembinaan,
fasilitasi, advokasi, dan bantuan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan/ pengelolaan Posyandu.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 8


Gambar 2.3 Ilustrasi Pola Kerja Sistem Pelayanan Kesehatan Primer

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 9


Gambar 2.4 Alur Integrasi Pelayanan Kesehatan di Dalam dan Luar Puskesmas

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 10


Pada pola integrasi pelayanan kesehatan, pelayanan dalam
dan luar Puskesmas harus berjalan berkesinambungan. Pada
pelayanan dalam Puskesmas pasien atau masyarakat yang datang
akan diterima oleh bagian registrasi, untuk kasus tidak gawat darurat
akan diarahkan ke pelayanan klaster yang sesuai dengan siklus hidup
dan mengikuti alur pelayanan hingga selesai.
Klaster pelayanan dalam Puskesmas kemudian melakukan
input data kasus penyakit yang ditangani pada dashboard PWS.
Selanjutnya klaster pelayanan bersama klaster penanggulangan
penularan penyakit melakukan analisa PWS (minimal 1 kali/minggu atau
segera jika diperlukan) terhadap beban penyakit meliputi morbiditas
penyakit (persentase jumlah penduduk yang mengalami penyakit
tertentu) dan capaian pelayanan/program. Berdasarkan data tersebut
apabila ditemukan perubahan terkait gambaran morbiditas penyakit
atau gambaran capaian pelayanan yang tidak memenuhi target pada
suatu wilayah desa maka masing-masing klaster perlu memberikan
notifikasi tindak lanjut kasus kepada Posyandu Prima desa tersebut.
Notifikasi tersebut kemudian dievaluasi kembali oleh tim Posyandu Prima
untuk menentukan arah tindak lanjut selanjutnya, dapat berupa
kegiatan di Posyandu Prima dan kunjungan rumah oleh nakes atau
kader.
Kader juga melakukan kunjungan rumah rutin yang sudah
direncanakan sebelumnya. Hasil dari kegiatan tersebut kemudian
dilaporkan dan dievaluasi kembali pada Posyandu Prima untuk
dilakukan input ke dashboard PWS. Pada saat kunjungan rumah ini
kader melakukan pengecekan catatan home based record (buku KIA)
dan mengidentifikasikan warga putus pengobatan atau missing
services. Dalam penanganan kasus di luar Puskesmas, pihak FKTP lain
dapat dilibatkan dengan memberikan input terkait kasus yang
ditangani ke dashboard PWS dan menerima notifikasi tindak lanjut
terhadap kasus di wilayahnya.
Melalui alur integrasi pelayanan kesehatan, diharapkan
Puskesmas memiliki sistem pencatatan dan pelaporan satu pintu yaitu
melalui PWS. Dinas Kesehatan setempat dapat memberikan feedback
dan melaksanakan koordinasi dan diseminasi secara internal maupun
lintas sektoral terkait hasil analisis data sehingga analisis data
dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 11


BAB III
Klaster Pelayanan
Kesehatan Ibu, Anak
dan Remaja

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 11


BAB III
KLASTER PELAYANAN KESEHATAN IBU,
ANAK DAN REMAJA

K
laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 3
kelompok pelayanan yaitu 1) Ibu hamil, bersalin dan nifas;
2) Balita dan pra sekolah dan 3) Usia sekolah dan remaja,
yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk
dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
maka fokus pelayanan kesehatan menyesuaikan kondisi pertambahan
usia pada siklus kehidupan.
Morbiditas yang banyak dialami oleh ibu, anak dan remaja
meliputi:
1. Ibu hamil, bersalin dan nifas: anemia, KEK, hipertensi, DM,
penyakit infeksi (TBC, malaria, HIV, hepatitis, COVID-19),
perdarahan jalan lahir, ketuban pecah dini, plasenta previa,
asma, penyakit jantung, perdarahan pasca persalinan, infeksi
rahim, trauma/robekan perineum, postpartum blues, postpartum
depression, dll.
2. Balita dan anak pra sekolah: masalah neonatal (asfiksia, sepsis,
kelainan kongenital), prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), penyakit infeksi (TB, diare, pneumonia), masalah gizi dan
perkembangan (failure to thrive, gizi kurang, gizi buruk, stunting
dan obesitas), dll.
3. Usia sekolah dan remaja: masalah gizi (anemia, underweight,
obesitas), penyakit infeksi (TB, HIV, IMS), gigi dan mulut (karies
gigi), gangguan refraksi dan pendengaran, masalah perilaku
dan penyalahgunaan NAPZA.

A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja

Mekanisme kerja klaster 2 (ibu, anak dan remaja) terdiri dari


pelayanan kesehatan di dalam dan luar Puskesmas sesuai gambar
3.1 sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 12


Gambar 3.1 Alur Kerja Klaster 2 (Ibu, Anak dan Remaja)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 13


Alur mekanisme kerja klaster 2 diatas adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Kesehatan Dalam Puskesmas


a. Saat klien, yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, balita dan anak pra
sekolah, anak usia sekolah dan remaja berkunjung ke Puskesmas, baik
datang sendiri, maupun berdasarkan kiriman/rujukan dari Posyandu,
pemberi layanan primer lainnya, masyarakat maupun sekolah
b. Klien akan melakukan registrasi dan diidentifikasi apakah tergolong
kasus gawat darurat, kasus ibu bersalin/permasalahan kandungan/
obstetric yang memerlukan perawatan diruang bersalin atau bukan.
c. Bila termasuk kasus gawat darurat akan diberikan penanganan sesuai
kasus gawat darurat di IGD dan bila tidak dapat ditangani di
puskesmas akan dirujuk ke Puskesmas/FKTP lain yang lebih kompeten
atau FKTRL.
d. Bila kasus ibu bersalin/permasalahan kandungan/obstetrik yang
memerlukan tindakan maka akan diberikan penanganan yang sesuai
di ruang bersalin (RB) dan bila tidak dapat ditangani di puskesmas
akan dirujuk ke Puskesmas/FKTP lain yang lebih kompeten atau FKTRL.
e. Bila bukan termasuk kasus gawat darurat atau persalinan/
permasalahan kandungan yang memerlukan tindakan maka akan
diberikan pelayanan di poli klaster 2 untuk ibu, anak dan remaja. Klien
mendapatkan pemeriksaan (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta
penanganan sesuai standar:
• ibu hamil ANC sesuai standar (10 T)
• ibu bersalin dan nifas sesuai standar kunjungan nifas
• balita sesuai standar pelayanan balita
• remaja sesuai skrining masalah kesehatan remaja (termasuk
dilaksanakan anamnesa khusus remaja (HEADSSS)
f. Bila pasien tidak perlu pelayanan umum lainnya, setelah mendapat
pemeriksaan sesuai standar diatas termasuk edukasi dan konseling
(jika membutuhkan), maka klien menuju pelayanan farmasi (jika ada
resep dokter) dan pulang.
g. Bila pasien membutuhkan pelayanan umum lainnya maka dapat
diberikan pelayanan yang diperlukan seperti pengobatan gigi dan
mulut, laboratorium, rawat inap (bila ada). Setelah mendapatkan
pelayanan yang sesuai, maka akan dilakukan evaluasi apakah
membutuhkan konsultasi ulang atau tidak.
h. Bila klien membutuhkan layanan spesialistik/rujukan lainnya, maka klien
akan dirujuk ke FKRTL dan fasilitas lainnya (misalnya rujukan sosial dan
hukum).
i. Berdasarkan data klien dari Poli Klaster 2, akan dilakukan PWS melalui
analisa beban penyakit meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 14


2. Pelayanan Kesehatan Luar Puskesmas
a. Pelayanan luar puskesmas dilakukan di Posyandu Prima atau FKTP lain
(klinik pratama, praktik mandiri).
b. Kegiatan di Posyandu Prima meliputi: pelayanan kesehatan dan
evaluasi data PWS.
c. Bila diperlukan pemantauan lanjutan akan dilakukan kunjungan
rumah baik oleh kader atau nakes.

Pada pilot project penerapan integrasi pelayanan kesehatan di klaster


2 akan melihat:
✓ penerapan Antenatal Care (ANC) dan penguatan rujukan ibu hamil
berisiko tinggi
✓ penerapan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) termasuk penanganan infeksi TBC,
imunisasi rutin lengkap, serta pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita
✓ penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) mengacu
pada data PWS dan hasil skrining kesehatan dari sekolah

B. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas

Secara lengkap paket pelayanan kesehatan pada ibu hamil,


bersalin dan nifas dilaksanakan untuk mencegah dan menangani
permasalahan kehamilan, status gizi ibu hamil, persalinan dan nifas
berisiko, meliputi:
1. Pelayanan Antenatal Terpadu (ANC Terpadu)
• Pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif dan sesuai
standar (10 T), dilakukan minimal 6 kali dengan distribusi waktu:
o 1 kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu)
o 2 kali pada trimester ke-2 (> 12 minggu - 24 minggu), dan
o 3 kali pada trimester ke-3 (> 24 minggu sampai
kelahirannya)
• Ibu hamil harus kontak dengan dokter minimal 2 kali, 1 kali di
trimester 1 dan 1 kali di trimester 3 (K5). Pelayanan ANC oleh
dokter termasuk pemeriksaan ultrasonografi (USG).
• Diluar jadwal pemeriksaan antenatal oleh dokter, ANC dapat
dilaksanakan di Posyandu Prima oleh bidan/perawat.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 15


• Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan
melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, komplikasi
kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak
menular yang dialami ibu hamil serta melakukan tata laksana
secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan bersih dan aman.
• Dalam deteksi dini penyakit menular termasuk skrining HIV,
sifilis, hepatitis B, malaria, TBC, dan COVID-19. Misalnya pada
kasus ibu hamil TBC, skrining yang dilaksanakan sbb:
o Sasaran skrining: ibu dengan HIV/AIDS (ODHA), ibu yang
kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis, ibu yang berisiko lainnya,
misalnya: ibu dengan penyakit imunokopromais (pasien
yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat
kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang
persiapan transplantasi organ, dll) dan ibu yang tinggal di
wilayah tertentu, sesuai dengan kebutuhan.
o Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil
skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas
kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis
atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining
TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
ronsen dada.
o Tindak lanjut setelah skrining TBC: ibu yang terindikasi
terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan
pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau
pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di
Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan
TCM), untuk kemudian diberikan pengobatan yang sesuai.
• Saat kunjungan rumah, kader dapat berperan memberikan
edukasi, pendataan ibu hamil, deteksi ibu hamil beresiko (4T),
pemantauan dan pendampingan ibu hamil, serta sweeping
dan edukasi tanda bahaya kehamilan.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 16


2. Kelas Ibu Hamil
• Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan
jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil
akan belajar bersama, berdiskusi dan bertukar pengalaman
tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) dengan menggunakan
buku KIA.
• Selama kehamilan ibu hamil diharapkan dapat mengikuti
kelas ibu hamil minimal 4 kali dengan 1 kali pertemuan
ditemani oleh suami atau keluarga.
• Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil kegiatan aktivitas fisik ibu
hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan
< 20 minggu, sedangkan kegiatan senam hamil dapat
dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32
minggu.
• Kelas ibu hamil dapat dilakukan dimana saja seperti di
Puskesmas, Posyandu Prima, balai desa bahkan di rumah
warga.

3. Pemberian Tambahan Asupan Gizi pada Ibu Hamil Kurang Energi


Kronik (KEK)
• Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan
Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm, sedangkan ibu hamil
dengan kekurangan berat badan adalah ibu hamil dengan
IMT pada trimester I < 18,5 kg/m2.
• Ibu hamil KEK dan kekurangan berat badan harus ditangani
dengan melakukan pengkajian etiologi dan penegakan
diagnosa oleh dokter atau rujukan bila diperlukan.
• Tambahan asupan gizi dengan jumlah energi 500 kkal bagi ibu
hamil KEK dapat berupa pemberian Makanan Tambahan
(MT) yang berasal dari pangan lokal atau pabrikan yang
diberikan selama minimal 90 hari.

4. Persalinan Normal
• Persalinan harus di fasilitas pelayanan kesehatan, agar
apabila terjadi komplikasi selama masa persalinan dapat
ditangani dengan cepat.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 17


• Tenaga yang menjadi tim penolong persalinan sebanyak 3
orang, terdiri dari dokter, bidan dan perawat. Apabila ada
keterbatasan akses dan tenaga medis, persalinan dilakukan
oleh tim minimal 2 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari
bidan-bidan, atau bidan-perawat.

5. Pelayanan Nifas
• Pelayanan pascapersalinan dilaksanakan minimal 4 (empat)
kali dengan waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir
bersamaan yaitu:
o Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 jam sampai
dengan 2 hari setelah persalinan.
o Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah
persalinan.
o Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah
persalinan.
o Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari
setelah persalinan untuk ibu.
• Pelayanan pasca persalinan terintegrasi adalah pelayanan
yang bukan hanya terkait dengan pelayanan kebidanan dan
KB paska salin, tetapi juga terintegrasi dengan program-
program lain yaitu dengan program gizi, penyakit menular,
penyakit tidak menular, imunisasi, jiwa dan lain lain.

6. Pelayanan Pengobatan
• Pelayanan pengobatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas
disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat
dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP.
Diusahakan pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu
waktu (one stop services) atau bila tidak memungkinkan
ditetapkan janji temu pada pertemuan berikutnya.

C. Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah

Pelayanan kesehatan pada balita dan anak pra sekolah ditujukan


untuk mencegah dan menangani masalah kesehatan pada balita
dan anak pra sekolah seperti permasalahan bayi baru lahir, penyakit

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 18


infeksi, dan gangguan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah, melalui deteksi dini dan pengendalian risiko, meliputi:

1. Pelayanan Neonatal Esensial:


• Kegiatan pelayanan neonatal esensial terdiri dari:
o Kunjungan Neonatal (KN 1 s.d KN 3) menerapkan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
o Edukasi perawatan neonatal termasuk IMD, pemberian ASI
eksklusif dan konseling oleh bidan/perawat
• Bidan/perawat melaksanakan pelayanan neonatal esensial
terintegrasi dengan Kunjungan Nifas (KF 1 s.d KF 4) baik di
Puskesmas, Posyandu Prima dan kunjungan rumah.
• Kader melalui kunjungan rumah untuk sweeping, memberikan
edukasi terkait perawatan neonatal, dan pemberian ASI
eksklusif.

2. Pelayanan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


• Pelayanan BBLR mencakup perawatan dan pemantauan
BBLR, yang terdiri dari:
o Penilaian BBLR
o Manajemen BBLR saat dan setelah lahir
o Manajemen Laktasi
o Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan BBLR.
• Direkomendasikan rujukan intrauterin pada ibu yang berisiko
melahirkan < 37 minggu, berat lahir < 2000 gram, mengingat
kesulitan yang akan didapat saat resusitasi, stabilisasi dan
transportasi BBLR.
• Pelayanan BBLR hanya dilaksanakan di Puskesmas PONED
(BBLR tanpa penyulit).
• Tenaga kesehatan terlatih PONED harus mampu mengenali
masalah yang didapat, tanda bahaya, penatalaksanaan
kegawat daruratan, stabilisasi pra rujukan dan rujukan, serta
memantau pertumbuhan dan perkembangan BBLR yang
benar.
• Kader dan nakes di Posyandu Prima dapat melakukan
pemantauan kondisi umum BBLR.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 19


3. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
• Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari:
o Pemeriksaan antropometri: penimbangan berat badan,
pengukuran panjang/tinggi badan, Lingkar Lengan Atas
(LiLA) dan Lingkar Kepala (LK) yang dicatat serta diplot
dalam KMS dalam buku KIA
o Pemeriksaan perkembangan menggunakan ceklist
perkembangan sesuai usia dalam buku KIA
o Interpretasi hasil pemantauan tumbuh kembang
o Edukasi/konseling menggunakan buku KIA, atau media
lainnya (leaflet, poster, lembar balik)
o Rujukan balita dan anak pra sekolah berisiko masalah gizi
dan perkembangan
• Tenaga kesehatan (dokter/bidan/perawat/ahli gizi)
berkolaborasi menindaklanjuti hasil pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan melalui Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mencari adakah penyakit
atau kondisi lainnya yang mendasari sebagai etiologi masalah
gizi.
• Setelah balita memasuki episode sembuh (jika sebelumnya
ada penyakit penyerta), maka dapat dilakukan penilaian
perkembangan mengacu pada Pedoman Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Puskesmas dan
Posyandu Prima.
• Kader melalui event Posyandu dan kunjungan rumah untuk
sweeping, pemantauan dan edukasi tumbuh kembang.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 20


4. Imunisasi Rutin Lengkap
• Layanan imunisasi rutin lengkap pada balita terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan dengan jadwal berikut:

o Imunisasi Dasar
Umur Jenis Interval Minimal
*)
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,
IPV
9 bulan Campak dan Rubella
*) untuk jenis imunisasi yang sama
o Imunisasi Lanjutan
Umur Jenis Interval Minimal **)
18 bulan DPT-HB- 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
Hib
Campak 6 bulan dari Campak dan
dan Rubella dosis 1
Rubella
**) setelah imunisasi dasar

• Bidan/perawat di Puskesmas, Posyandu Prima dan kegiatan


Posyandu melaksanakan imunisasi dan hasilnya dicatat dan
dipantau pada tabel imunisasi dalam buku KIA.
• Kader melalui kunjungan rumah melaksanakan sweeping dan
edukasi imunisasi rutin lengkap.

5. Vitamin A dan obat cacing


• Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan
Anak Balita (12-59 bulan) dilakukan secara serentak pada
bulan Februari dan Agustus (Bulan Penimbangan / Bulan
Vitamin A).
• Pada saat yang sama di bulan Agustus, balita minum obat
cacing untuk pengendalian kecacingan minimal 1 kali tiap
tahun. Berikan vitamin A dulu kemudian obat cacing.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 21


• Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh tenaga pengelola
gizi/bidan/perawat di Posyandu dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain (RS, Puskesmas, Klinik/Praktek Dokter/Bidan
Swasta), serta sekolah taman kanak-kanak, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), termasuk kelompok bermain, tempat
penitipan anak, dll.
• Kader perlu melakukan sweeping melalui kunjungan rumah
jika balita sasaran tidak datang,

6. Pencegahan dan tatalaksana serta rujukan balita gizi kurang,


gizi buruk dan stunting
• Merupakan tindak lanjut pemantauan tumbuh kembang di
event Posyandu atau kegiatan masyarakat, disertai
identifikasi tanda dan gejala klinis sebagai bentuk deteksi dini
untuk penemuan kasus balita gizi kurang, gizi buruk dan
stunting.
• Anak yang ditemukan mengalami risiko masalah gizi di
masyarakat dirujuk ke tenaga kesehatan di Puskesmas.
• Penanganan di Puskesmas oleh tenaga pengelola
gizi/bidan/perawat melibatkan dokter untuk mencari etiologi
(kemungkinan infeksi, penyakit lainnya), meliputi:
o Konfirmasi ulang status gizi mengacu pada 4 (empat)
indikator antropometri, penilaian tren pertumbuhan
(weight increment dan height increment)
o Penilaian status kesehatan dengan pendekatan MTBS
o Penilaian perkembangan dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dilakukan jika
balita telah memasuki episode sembuh dari penyakit (jika
disertai penyakit penyerta)
o Tata laksana gagal tumbuh, gizi kurang dan gizi buruk
mengacu pada Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada balita dan Juknis Pemberian Makanan
Tambahan serta stimulasi perkembangan mengacu pada
Pedoman SDIDTK
o Rujukan ke Rumah Sakit untuk mendapat penanganan
secara komprehensif oleh dokter spesialis anak, bila
ditemukan:

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 22


▪ balita stunting
▪ tanda bahaya (red flag) atau setelah tata laksana
tidak menunjukkan perbaikan
▪ perkembangan menunjukkan hasil meragukan atau
menyimpang
• Alur deteksi dini dan tata laksana masalah gizi sebagaimana
Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak.
• Kader dan anggota masyarakat yang terlatih didampingi
petugas kesehatan melaksanakan sweeping dan monitoring
kasus melalui kunjungan rumah untuk balita berisiko termasuk
yang tidak datang ke Posyandu.

7. Pengambilan sampel Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)


• Sebelum pengambilan sampel, perlu dilaksanakan KIE agar
diperoleh reaksi/respon positif pemangku kebijakan, orang
tua, keluarga, dan masyarakat terhadap SHK pada bayi baru
lahir.
• Skrining diawali proses persiapan, pengambilan specimen
dan tata laksana specimen. Pengambilan spesimen darah
yang paling ideal adalah ketika umur bayi 48 sampai 72 jam.
Teknik pengambilan darah yang digunakan adalah melalui
tumit bayi (heel prick). Darah yang keluar diteteskan pada
kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisi darah,
kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK.
• Pengambilan sampel dilaksanakan di Puskesmas dan
Posyandu Prima oleh bidan/perawat/dokter bekerja sama
dengan dokter spesialis anak (Sp.A), dokter spesialis
kandungan dan kebidanan/obgyn (Sp.OG), dokter umum,
perawat dan bidan yang menolong persalinan untuk
melakukan pengambilan spesimen darah bayi yang baru
dilahirkan pada hari ketiga.

8. Pelayanan pengobatan dengan Manajemen Terpadu Balita


Sakit (MTBS)
• MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan
kecacatan pada balita, dengan sasaran langsung balita

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 23


umur 2 bulan sampai 5 tahun yang sakit, serta bayi umur
kurang dari 2 bulan (bayi muda) yang sakit maupun sehat.
• Penerapan MTBS memperhatikan secara cepat semua gejala
anak sakit, sehingga segera dapat ditentukan apakah anak
dalam keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk. Jika
penyakitnya tidak parah, balita dapat diberi pengobatan
yang sesuai, disamping konseling bagi ibu atau pengasuh
anak.
• Penyakit infeksi yang banyak dialami balita diantaranya TBC,
diare dan pneumonia. Untuk itu perlu dilaksanakan skrining
pada pasien balita yang bergejala maupun berisiko, misalnya
pada skrining kasus TBC balita:
o Sasaran skrining: balita dengan HIV/AIDS (ODHA), balita
yang kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis, balita yang berisiko lainnya
misalnya: balita dengan penyakit imunokopromais
(pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang
mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang
sedang persiapan transplantasi organ, dll) dan balita
yang tinggal di wilayah tertentu, sesuai dengan
kebutuhan.
o Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil
skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas
kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis
atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining
TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
ronsen dada.
o Tindak lanjut setelah skrining TBC: Balita yang terindikasi
terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan
pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau
pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di
Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler
(TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan
pemeriksaan TCM), untuk kemudian diberikan
pengobatan baik obat rutin maupun terapi pencegahan
TBC (TPT).

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 24


• Deteksi dini dan penanganan kasus sesuai MTBS mengacu
Buku Bagan MTBS dan Formulir Pencatatan yang dilaksanakan
oleh bidan/perawat di Puskesmas atau Posyandu Prima.
• Kader melaksanakan kunjungan rumah untuk sweeping balita
yang tidak melakukan kunjungan ulang.

D. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja diberikan


di dalam gedung dan luar gedung Puskesmas. Pelayanan
kesehatan remaja menggunakan pendekatan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang komprehensif dan ramah
bagi remaja. Pelayanan kesehatan bagi anak sekolah dan remaja
di dalam gedung termasuk pelayanan pada klaster 2. Sementara
itu, pelayanan yang dilakukan di luar gedung meliputi pelaksanaan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Posyandu Remaja, pelayanan
kesehatan di Lapas dan Panti Sosial Anak.

1. Pelayanan di Dalam Gedung


Pelayanan kesehatan di dalam gedung bagi usia sekolah dan
remaja yang datang sendiri maupun rujukan dari sekolah atau
Posyandu remaja, bersifat one stop service, terdiri dari:
• Deteksi dini (skrining) penyakit menular dan penyakit tidak
menular
o Pada remaja dilakukan anamnesis dengan pendekatan
HEEADSSS (Home, Education & Employment, Eating &
Exercise, Activities & Peer Relationships, Drug use, Sexuality,
Suicide and Depression, Safety) yang bertujuan untuk
mengetahui riwayat psikososial dan risiko kesehatan seorang
remaja, sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR).
o Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan
diantaranya untuk menilai status gizi dan gejala/tanda
penyakit menular dan tidak menular.
▪ Remaja usia > 15 tahun perlu mendapatkan pelayanan
terkait penyakit tidak menular yang terdapat pada

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 25


klaster 3 yaitu skrining faktor risiko dan PTM (Obesitas, DM
dan hipertensi).
▪ Remaja yang telah menikah perlu mendapat pelayanan
terkait kondisinya (layak hamil, kehamilan dan KB) yang
ramah anak.
o Penyakit infeksi yang sering dialami usia sekolah dan remaja
diantaranya TBC, HIV, IMS, dll. Untuk itu perlu dilaksanakan
skrining pada pasien remaja yang bergejala maupun
berisiko, misalnya pada skrining kasus TBC remaja:
▪ Sasaran skrining: remaja dengan HIV/AIDS (ODHA),
remaja yang kontak serumah dengan pasien TBC paru
yang terkonfirmasi bakteriologis, remaja yang berisiko
lainnya misalnya remaja dengan penyakit
imunokompromais (pasien yang menjalani pengobatan
kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis,
pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang,
pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll),
remaja yang menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP), tinggal di sekolah berasrama, pengguna narkoba
suntik atau remaja yang tinggal di wilayah tertentu,
sesuai dengan kebutuhan.
▪ Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil
skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas
kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis
atau paramedis).
▪ Pemeriksaan penunjang bila diperlukan dan sarana
memadai, misalnya pada skrining TBC menggunakan
pemeriksaan ronsen dada. Pemeriksan penunjang
sebagai tindak lanjut setelah skrining TBC yaitu remaja
yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan,
pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu
Prima atau pengambilan dahak untuk penegakan
diagnosis TBC di Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes
Cepat Molekuler (TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada
keterbatasan pemeriksaan TCM).
• Tatalaksana sesuai diagnosis penyakit dan risiko masalah
kesehatan, meliputi:

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 26


o Tatalaksana medis berupa tindakan atau pengobatan
o Pemberian informasi dan edukasi terkait masalah kesehatan
yang dialami remaja
o Konseling melalui penguatan Pendidikan Keterampilan
Hidup Sehat (PKHS)
• Pembinaan konselor remaja untuk meningkatkan partisipasi
remaja
• Rujukan bila diperlukan (baik rujukan medis, sosial termasuk
rujukan hukum bagi remaja yang mengalami kasus kekerasan)

2. Pelayanan di Luar Gedung


• Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Salah satu wadah dalam pemberian paket pelayanan
kesehatan remaja adalah UKS. Paket pelayanan kesehatan
pada remaja dilaksanakan untuk menangani permasalahan
kesehatan seperti masalah status gizi, anemia, karies,
penglihatan, pendengaran dan perilaku berisiko pada remaja,
meliputi:
1) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan pemberian
pengetahuan kesehatan dan pembiasaan perilaku sehat
peserta didik. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan
bagi peserta didik meliputi 8 isu prioritas kesehatan anak usia
sekolah dan remaja seperti: gizi, sanitasi dan kebersihan diri,
penyakit tidak menular, kesehatan mental dan emosional,
kesehatan reproduksi, pencegahan IMS dan HIV AIDS,
Napza termasuk rokok, Tuberkulosis, dll.
Bentuk kegiatan: Edukasi pentingnya Tablet Tambah darah
(TTD), program sarapan bersama di sekolah dan optimalisasi
aktivitas fisik dan peregangan di sekolah.
2) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 27


Pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah diberikan oleh
puskesmas kepada peserta didik.
Bentuk kegiatan: Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala, imunisasi, pemberian TTD dan pemberian obat
cacing. Informasi lebih lengkap tentang penjaringan
kesehatan pada kotak halaman 28.
3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sehat adalah usaha untuk
menciptakan kondisi lingkungan sekolah/madrasah yang
sehat dan dapat mendukung proses pendidikan sehingga
mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan,
sikap maupun keterampilan.
Bentuk kegiatan: pelaksanaan inspeksi kesehatan
lingkungan sekolah/madrasah oleh Puksesmas,
pembersihan dan desinfeksi seluruh ruangan, penerapan
kawasan tanpa rokok dan NAPZA, penerapan kawasan
tanpa kekerasan, surveilans dan pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit dan pelaksanaan 3R (reuse,
reduce, recycle).
• Posyandu Remaja
Posyandu remaja bertujuan untuk mendekatkan akses dan
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi remaja,
yang dilaksanakan sebulan sekali. Posyandu Remaja
diselenggarakan dan digerakkan oleh kader Posyandu Remaja
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait.
Pada saat penyelenggaraan Posyandu Remaja minimal jumlah
kader adalah 5 (lima) orang untuk memenuhi 5 langkah
kegiatan yang diselenggarakan. Sasaran langsung Posyandu
Remaja adalah remaja usia 10-18 tahun, tanpa memandang
status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan
disabilitas. Sasaran tidak langsung adalah anak usia sekolah 6-
10 tahun dan remaja usia 19-24 tahun.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 28


PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA
DI SEKOLAH

Penjaringan kesehatan merupakan rangkaian pemeriksaan


kesehatan (skrining) yang dilakukan pada seluruh peserta didik
baru yaitu kelas 1 (satu) SD/MI,7 (tujuh) SMP/MTs dan 10 (sepuluh)
SMA/SMK/MA (entry level), sedangkan pemeriksaan berkala
adalah rangkaian pemeriksaan kesehatan (skrining) yang
dilakukan pada seluruh peserta didik kelas 2-6 SD/MI, 8-9 SMP/MTs
dan 11-12 SMA/SMK/MA. Penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala dilakukan minimal 1 (satu) kali setiap tahun
di sekolah/madrasah.

Bentuk Kegiatan
1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan mengenai riwayat kesehatan keluarga, diri,
imunisasi dan perilaku terkait kesehatan lainnya. Kuesioner diisi
oleh masing-masing peserta didik. Bagi peserta didik kelas 1-3
SD/MI atau peserta didik di SLB pengisian kuesioner ini dapat
dibantu dengan orang tua/wali/guru.
2. Pemeriksaan kesehatan secara fisik
a. Dilakukan oleh guru sekolah/madrasah: pengukuran BB/TB
tekanan darah (menggunakan pengukur tekanan darah
digital bila tersedia), pemeriksaan ketajaman penglihatan,
pemeriksaan tajam pendengaran dengan tes berbisik
modifikasi, dan pemeriksaan kebersihan diri serta
pemeriksaan kebugaran jasmani.
b. Dilakukan oleh petugas puskesmas: pemeriksaan gigi dan
mulut, pemeriksaan telinga, denyut jantung dan
pernapasan dan lain lain.
3. Jenis pemeriksaan dalam penjaringan:
a. Pemantauan status gizi
Untuk mendeteksi secara dini masalah gizi kurang, gizi lebih
dan kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Besi
(AGB). Penilaian status gizi anak usia sekolah dan remaja
pada penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
dilakukan melalui:
1) pengukuran antropometri dengan menggunakan
indeks berat badan dan tinggi badan (BB/TB) atau IMT

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 29


2) pemeriksaan tanda gejala anemia : mata bawah
dalam, bibir, lidah dan telapak tangan untuk
mendeteksi dugaan anemia gizi besi
b. Skrining kesehatan indera
1) Skrining Indera Penglihatan
Untuk mendeteksi adanya penyakit pada mata,
gangguan penglihatan seperti kelainan
refraksi/gangguan tajam penglihatan dan buta warna
pada peserta didik serta menindaklanjuti hasil
pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).
Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan
melalui pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan dan
pemeriksaan buta warna.
2) Skrining Indera Pendengaran
Untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi
pendengaran serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan
(bila terdapat ada kelainan). Pemeriksaan telinga
dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi
pendengaran dengan tes berbisik dan tes penala.
c. Skrining gigi dan mulut
Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut
anak usia sekolah dan remaja. Pemeriksaan gigi dan mulut
meliputi pemeriksaan klinis sederhana berupa
pemeriksaan keadaan rongga mulut, meliputi bibir,
mukosa mulut, lidah, langit – langit, gusi, gigi termasuk
kebersihan mulut. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat
kondisi klinis organ – organ tersebut, apakah dalam kondisi
normal atau memiliki kelebihan.
d. Skrining faktor risiko dan PTM
Untuk mendeteksi adanya risiko terjadinya Penyakit Tidak
Menular (PTM) yang dapat terjadi pada anak usia sekolah
dan remaja. Penilaian faktor risiko PTM dapat diketahui dari
kuesioner riwayat kesehatan diri, riwayat penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik misalnya pengukuran tekanan
darah, pengukuran antropometri, pemeriksaan gula darah
bagi remaja usia 15 Tahun ke atas yang memiliki factor
risiko obesiatas dan atau hipertensi, pemeriksaan SADANIS
bagi remaja yang sudah menstruasi dan lain sebagainya.
e. Skrining masalah mental emosional (kesehatan jiwa)
Untuk menemukan secara dini adanya masalah mental
emosional agar dapat segera dilakukan intervensi.
Intervensi secara dini yang dapat dilakukan di layanan
primer adalah pemberian Media KIE dan konseling awal.
Penjaringan
Petunjuk Teknis Integrasikesehatan
Pelayananjiwa / mental
Kesehatan disebaiknya
Puskemas dilakukan
30
sekali setiap tahun pada awal penerimaan peserta didik
baru dengan menggunakan Kuesioner Kekuatan dan
latihan fisik terprogram sesuai dengan hasil pengukuran
kebugaran jasmani dan memotivasi anak untuk
meningkatkan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga.
Pengukuran kebugaran jasmani menggunakan instrumen
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah
disepakati dan ditetapkan menjadi suatu instrumen yang
sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan berlaku di
Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penjaringan
kesehatan anak usia sekolah dan remaja adalah Single test.
g. Imunisasi rutin lanjutan
Untuk mengetahui status imunisasi anak usia sekolah dan
remaja secara lengkap. Penilaian status imunisasi meliputi
jenis imunisasi yang diberikan melalui program imunisasi
dasar dan lanjutan. Pemeriksaan riwayat imunisasi dasar
lengkap dan lanjutan baduta dilakukan pada peserta didik
kelas 1, sedangkan riwayat imunisasi lanjutan anak sekolah
(BIAS) dilakukan pada kelas 1, 2 dan 5 (atau pada anak usia
7, 8 dan 11 tahun).
h. Skrining anemia pada remaja putri
Skrining anemia pada remaja putri merupakan salah satu
bagian dari penilaian status gizi pada penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan berkala. Skrining tanda gejala
anemia dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda klinis
pada kelopak mata bawah dalam, bibir, lidah dan telapak
tangan tampak pucat. Kemudian dilanjutkan dengan
anamnesa riwayat pingsan, sering pusing, kurang
konsentrasi dan memperhatikan gejala 5 L (Lesu, Lemah,
Letih, Lelah, Lalai). Apabila terdapat tanda gejala anemia,
maka rujuk ke Puskesmas/ fasilitas untuk pemeriksaan lebih
lanjut yaitu test laboratorium (Hb, risiko kecacingan).
4. Pelayanan pengobatan untuk anak usia sekolah dan remaja
di sekolah dilakukan dengan penyediaan P3K atau
pengobatan medis sederhana.

Ringkasan paket pelayanan kesehatan ibu, anak dan remaja


tercantum pada tabel 3.1.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 31


Tabel 3.1 Paket Pelayanan Kesehatan pada Ibu, Anak dan Remaja

• Ibu hamil, bersalin dan nifas


Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/Masyarakat) (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
ANC Edukasi, pendataan ANC K2, K3, K4 ANC K1, K2, K3, K4, K5
ibu hamil, deteksi ibu dan K6 dan K6 plus USG oleh
hamil beresiko (4T), dokter
pemantauan dan
pendampingan,
sweeping serta
edukasi tanda
bahaya kehamilan
Kelas Ibu Edukasi mengikuti Kelas ibu hamil : Fasilitasi Fasilitasi pelaksanaan
Status gizi ibu hamil kelas ibu hamil edukasi buku KIA, pelaksanaan kelas ibu hamil di
hamil, senam ibu hamil, kelas ibu hamil di Posyandu
kehamilan, sharing session, Posyandu
persalinan pemberian TTD
dan nifas Pemberian Edukasi gizi Edukasi gizi seimbang Edukasi gizi Pemantauan status gizi
beresiko MT ibu hamil seimbang, dan PMT pemulihan seimbang dan dan asupan, edukasi,
KEK monitoring PMT PMT pemulihan PMT, monitoring
Persalinan - - - Persalinan normal dan
Normal penyiapan stabilisasi
rujukan ibu dan bayi
jika diperlukan
(Puskesmas PONED sesuai
kompetensi persalinan
penyulit ringan UK 37-40
minggu)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 32


• Ibu hamil, bersalin dan nifas
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/Masyarakat) (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Pelayanan Pelayanan Nifas (Ibu Pelayanan Nifas bagi - Sweeping,
Nifas (KF 1-4 dan Bayi Baru Lahir) Ibu dan Bayi Baru Lahir pemantauan kondisi,
dan KN 1-3) kondisi normal pendampingan dan
pemenuhan layanan
esensial sesuai nasihat
dokter, edukasi tanda
bahaya Ibu dan Bayi
baru lahir dan rujukan
fasyankes sesuai
kebutuhan
Pelayanan - - - Sesuai tata laksana
pengobatan penyakit didukung
oleh penunjang
laboratorium
• Balita dan Anak Pra Sekolah
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/Masyarakat) (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Status gizi, Pelayanan Edukasi perawatan Kunjungan Neonatal Kunjungan Neonatal Kunjungan Neonatal
tumbuh neonatal neonatal dan dengan MTBM, dengan MTBM, dengan Manajemen
kembang dan esensial pemberian ASI Edukasi perawatan Edukasi perawatan Terpadu Bayi Muda
infeksi pada eksklusif, sweeping. neonatal termasuk neonatal termasuk (MTBM), Edukasi
balita pemberian ASI pemberian ASI perawatan neonatal
eksklusif dan eksklusif dan termasuk pemberian
konseling konseling ASI eksklusif dan
konseling

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 33


• Balita dan Anak Pra Sekolah
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/Masyarakat) (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Status gizi, Pelayanan Pemantauan Pemantauan Pemantauan dan
tumbuh BBLR Perawatan
kembang dan Pemantauan Sweeping, Timbang BB, Ukur Timbang BB, Ukur Timbang BB, Ukur PB
infeksi pada tumbuh pemantauan dan PB/TB, LiLA, LK, ceklis PB/TB, LiLA, LK, atau TB, LiLA, LK,
balita kembang edukasi tumbuh perkembangan, SDIDTK, penentuan SDIDTK, penentuan
kembang rujukan status gizi status gizi

Imunisasi Sweeping dan Imunisasi Rutin Imunisasi Rutin Imunisasi Rutin


Rutin edukasi Imunisasi Lengkap Lengkap Lengkap
Lengkap Rutin Lengkap
Vitamin A Sweeping dan Pemberian Vitamin A - -
dan Obat edukasi Vitamin A dan obat cacing
Cacing dan Obat Cacing
Pelayanan Edukasi dan Edukasi dan Pemantauan Penanganan balita
balita gizi monitoring, rujukan pemberian MT bermasalah gizi
kurang, gizi (rawat inap / rawat
buruk dan jalan), merujuk ke
stunting FKRTL bagi balita
bermasalah gizi
Pengambilan - - - Pengambilan dan
sampel SHK pengiriman sampel
SHK
Pelayanan Sweeping balita - MTBS* (merujuk jika MTBS
pengobatan yang tidak ditemukan klasifikasi
merah)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 34


dengan melakukan
MTBS kunjungan ulang
• Usia Sekolah dan Remaja
Sasaran Pelayanan Kesehatan Delivery Unit
Masalah Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/Masyarakat) (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
atau Sekolah
Status gizi, Pendidikan kesehatan, Edukasi, pemantauan Edukasi 8 isu Fasilitasi kegiatan Fasilitasi
anemia pelayanan kesehatan status gizi, pelacakan prioritas remaja UKS dan kegiatan UKS
remaja, dan pembinaan kasus, monitoring (Kespro, gizi, Posyandu
karies gigi, lingkungan sekolah konsumsi TTD NAPZA, HIV/AIDS, Remaja
penglihatan, sehat PTM, Keswa, PHBS,
pendengaran, kekerasan/cedera),
perilaku pemberian dan
berisiko edukasi TTD, makan
bersama, aktifitas
fisik
Penjaringan (satu tahun sekali)
Pemantauan Status Gizi BB, TB, tanda dan
gejala anemia
Skrining kesehatan Tes tajam
indera penglihatan, tes Fasilitasi kegiatan Fasilitasi
Sweeping
buta warna, UKS kegiatan UKS
pemeriksaan
telinga dan tajam
pendengaran
Skrining gigi dan mulut Pemeriksaan
kesehatan gigi dan
mulut

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 35


• Usia Sekolah dan Remaja
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/Masyarakat) (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
atau Sekolah
Status gizi, Skrining faktor risiko Anamnesis faktor
anemia dan PTM (Obesitas, risiko PTM,
remaja, DM dan hipertensi) pengukuran BB, TB,
karies gigi, LP, TD, pemeriksaan
penglihatan, gula darah*,
pendengaran, SADANIS**
perilaku Skrining masalah Kuesioner SDQ
berisiko kesehatan jiwa (Strength and
Difficulties
Questionaire)
Skrining kebugaran Tes berlari (single Fasilitasi kegiatan Fasilitasi
Sweeping test) UKS kegiatan UKS
Imunisasi rutin Campak Rubella,
lanjutan DT, TD, HPV
Skrining anemia Anamnesis dan
remaja putri tanda klinis
Pelayanan - P3K Terbatas Pelayanan
pengobatan Kesehatan
Peduli
Remaja
Catatan:
* Pada remaja usia 15 tahun keatas dengan obesitas dan atau hipertensi
** Pada remaja putri yang sudah menstruasi

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 36


BAB IV
Pelayanan Kesehatan
Usia Produktif dan
Lansia
BAB IV
PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIF
DAN LANSIA

K
laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 2
kelompok pelayanan yaitu 1) usia produktif ( ≥15 – 44 tahun)
dan 2) lanjut usia (pra lansia 45-59 tahun dan lansia ≥ 60
tahun). Pelayanan kesehatan dilaksanakan berkesinambungan
dengan fokus pelayanan kesehatan sesuai kondisi pertambahan usia
pada siklus kehidupan.
Morbiditas yang banyak dialami oleh usia produktif dan lansia
meliputi:
1. Usia produktif: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung,
stroke, kanker, PPOK, obesitas), masalah kejiwaan, dll
2. Lansia: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung, stroke,
kanker, PPOK, obesitas), mental emosional dan kognitif
(demensia), katarak, dll.

A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia

Alur kerja klaster 3 (usia produktif dan lansia) terdiri dari


pelayanan Kesehatan di dalam puskesmas dan luar Puskesmas
sebagaimana gambar 4.1.

Alur mekanisme kerja klaster 3 adalah sebagai berikut:

1. Layanan Dalam Puskesmas:

a. Pasien usia produktif dan lansia berkunjung ke puskesmas atas


inisiatif sendiri atau atas rujukan dari Posyandu, pemberi layanan
primer/klinik pratama/ praktik mandiri atau masyarakat.
b. Pasien melakukan registrasi dan diidentifikasi apakah termasuk
kasus gawat darurat atau bukan.
c. Untuk pelayanan pada lansia, sesuai prinsip puskesmas
santun/ramah lansia, layanan diprioritaskan mulai dari registrasi
sampai apotek dan sebaiknya dilayani di 1 lantai sesuai dengan
kondisi puskesmas dan kebijakan puskesmas. Misalnya: Lansia
yang datang ke puskesmas sebaiknya diberikan ruangan khusus
supaya lansia tidak harus mengantri bersama dengan pasien
umum lainnya. Apabila kondisi puskesmas tidak memungkinkan,

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 37


dapat dilakukan di ruangan pemeriksaan umum dengan syarat
pasien lansia harus didahulukan.
d. Setelah registrasi, bila termasuk kasus gawat darurat akan
diberikan penanganan sesuai kasus gawat darurat di IGD/RB dan
bila tidak dapat ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKTRL.
e. Bila bukan termasuk kasus gawat darurat maka akan diberikan
pelayanan di poli klaster 3 untuk usia produktif dan lansia. Pasien
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar.
• untuk usia produktif yaitu skrining PTM, PM dan layak hamil.
• untuk lansia (60 tahun keatas) yaitu skrining/penilaian
pengkajian paripurna pasien geriatri, skrining PTM (hipertensi,
DM, kardiovaskuler, kanker payudara, paru, usus/kolorektal,
skrining PPOK, obesitas) dan PM (TBC). Bila pasien membutuhkan
pelayanan farmasi dapat diberikan bila diperlukan.
f. Hasil penilaian pengkajian paripurna geriatri :
• Lansia sehat dengan kategori mandiri atau lansia dengan
ketergantungan ringan, atau mempunyai penyakit yang
terkontrol, maka akan diberikan pelayanan di ruang kegiatan
lansia dengan berbagai aktifitas seperti latihan fisik, stimulasi
kognitif, edukasi/konseling, PMT, penyuluhan, interaksi sosial.
Setelah itu pasien dapat pulang.
• Bila ditemukan lansia dengan kategori kelompok lansia dengan
ketergantungan sedang, berat atau total, maka harus mengikuti
program layanan perawatan di rumah (homecare), dapat
melibatkan pelaku rawat/pendamping/ caregiver atau dirujuk
ke Rumah Sakit.
g. Bagi pasien usia reproduksi dan llansia yang mempunyai masalah
kesehatan akan diberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi
di poli klaster 3. Jika tidak mampu ditangani di puskesmas akan
dirujuk ke FKRTL.
h. Bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan akan diberikan
pelayanan pengobatan dan konsultasi di poli klaster 3. Jika tidak
mampu ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKRTL.
i. Bila pasien dengan tidak perlu pelayanan umum lainnya, setelah
mendapat pemeriksaan sesuai standar diatas, maka pasien
dapat pulang.
j. Bila pasien membutuhkan pelayanan umum lainnya maka dapat
diberikan pelayanan yang diperlukan seperti pengobatan gigi
dan mulut, laboratorium, rawat inap (bila ada). Setelah
mendapatkan pelayanan yang sesuai, maka akan dilakukan
evaluasi apakah membutuhkan konsultasi ulang atau tidak.
k. Bila pasien membutuhkan penanganan spesialistik maka akan
dirujuk ke FKTRL.
l. Pelayanan dalam puskesmas termasuk PWS yaitu melakukan
analisa beban penyakit meliputi morbiditas dan cakupan
pelayanan.
m.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 38


2. Layanan Luar Puskesmas:

a. Pelayanan luar puskesmas dilakukan di posyandu prima, FKTP lain


(klinik pratama, praktik mandiri).
b. Kegiatan di posyandu prima meliputi: pelayanan kesehatan dan
evaluasi PWS.
c. Bila diperlukan pemantauan lanjutan akan dilakukan kunjungan
rumah baik oleh kader atau nakes.

Pada pilot project penerapan integrasi pelayanan kesehatan di klaster 3


akan melihat:
✓ Penguatan pelayanan terpadu PTM termasuk deteksi faktor risiko dan
kepatuhan pengobatan PTM (Hipertensi dan DM) serta skrining
pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G)
✓ Penerapan penanganan infeksi TBC

Paket pelayanan kesehatan usia produktif dilaksanakan untuk


mencegah dan menangani permasalahan penyakit tidak menular,
masalah gizi (anemia, obesitas), gangguan mental emosional dan
depresi, keluarga berencana serta persiapan kehamilan. Paket
pelayanan kesehatan lansia (usia > 60 tahun) dilaksanakan untuk
menangani permasalahan penyakit tidak menular dan kanker, masalah
gizi, masalah penglihatan dan indera serta demensia.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 39


Gambar 4.1. Alur Kerja Klaster 3 (Usia Produktif dan Lansia)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 40


B. Pelayanan Usia Produktif dan Lansia
Paket layanan skrining beberapa penyakit (hipertensi, Diabetes
Melitus, kardiovaskular, kanker payudara, kanker leher rahim, paru,
usus dan talasemia serta PPOK) dilaksanakan dengan prinsip sama
antara usia produktif dan lansia, meliputi:

1. Skrining Hipertensi
• Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun
• Kegiatan dilaksanakan secara rutin dan berkala untuk
memudahkan masyarakat menjangkau layanan dan
berdampak pada keberhasilan pencapaian target.
• Skrining untuk deteksi dini hipertensi dapat dilakukan di Pos
Binaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular
(PTM)/Posyandu/Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK),
fasyankes atau laboratorium klinik swasta, komunitas, sekolah,
kampus, instansi/ tempat kerja dan serta tempat-tempat
umum lainnya, melalui pemeriksaan tekanan darah
menggunakan tensimeter digital.
• Di komunitas deteksi dini hipertensi dilakukan oleh kader
terlatih dan penegakan diagnosis dilakukan di Puskesmas/
FKTP.
• Klasifikasi Hipertensi pada anak dan orang dewasa usia 18
tahun ke atas pada PNPK Tata laksana Hipertensi Anak dan
Dewasa sebagai berikut:

Tabel 4.1 Klasifikasi Hipertensi pada Dewasa


Klasifikasi TD sistolik TD diastolic
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ dan < 90
terisolasi

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 41


Tabel 4.2 Klasifikasi Hipertensi pada Anak
menurut AAP Tahun 2017
Anak Usia 1-13 Anak Usia ≥ 13
tahun tahun
Tekanan darah Sistolik dan diastolik < 120/80 mmHg
normal < persentil 90
Tekanan darah Sistolik dan diastolik 120/< 80 mmHg -
meningkat ≥ persentil 90 tetapi 129/ < 80 mmHg
< persentil 95, atau -
120/80 mmHg tetapi
< persentil 95
Hipertensi tingkat 1 Sistolik dan diastolik 130/80 mmHg -
diantara persentil 95 138/89 mmHg
dan persentil 95+12
mmHg, atau 130/80
mmHg – 138/89
mmHg
Hipertensi tingkat 2 Sistolik atau diastolik ≥ 140/90 mmHg
≥ persentil 95+12
mmHg, atau ≥
140/90 mmHg

• Penilaian hasil skrining Hipertensi dan tindak lanjutnya:


o Berdasarkan skrining pada kegiatan Posyandu atau
Posyandu Prima
- Normal : tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan setiap bulan.
- Hipertensi: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan
kesehatan
o Berdasarkan skrining di Puskesmas/FKTP
- Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan setiap bulan
- Hipertensi: tatalaksana sesuai PPK dan standar lain
yang berlaku
• Tatalaksana hipertensi dilakukan di Puskesmas/FKTP dilakukan
dengan PANDU PTM sesuai standar.
• Disamping pemeriksaan tekanan darah, di Puskesmas pada
pasien hipertensi usia ≥ 40 tahun juga dilakukan pemeriksaan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 42


deteksi dini komplikasi pada organ target untuk melihat
kemungkinan adanya komplikasi penyakit jantung, stroke dan
kelainan ginjal. Pemeriksaan mata dengan funduskopi,
pemeriksaan fungsi jantung dengan EKG dan laboratorium
yaitu profil lipid untuk mengetahui dyslipidemia, pemeriksaan
fungsi ginjal dengan urinalisa untuk menilai albuminuria, ureum
dan kreatinin.
• Tindak lanjut skrining dilakukan konseling perubahan perilaku
untuk lebih sehat, seperti gizi seimbang, aktivitas fisik, layanan
Upaya Berhenti Merokok (UBM) dan terapi yang sesuai
Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK). Kunjungan rumah oleh kader
untuk memberikan edukasi bila pasien tidak datang 2 kali.

2. Skrining Diabetes Melitus


• Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun
• Penapisan DM dengan melakukan pemeriksaan kadar gula
darah, dilakukan untuk:
o usia 15 - < 40 tahun dengan faktor risiko PTM (riwayat
obesitas dan/atau obesitas sentral, dan/atau tekanan
darah tinggi)
o usia ≥ 40 tahun
• Skrining DM di Posyandu dan FKTP dilakukan 1 tahun sekali:
o Skrining DM di Posyandu dilaksanakan oleh kader terlatih
dan penegakan diagnosa dilakukan di FKTP.
o Skrining di Posyandu Prima dan FKTP dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, mengacu pada Panduan Praktik Klinis
(PPK), atau ketentuan lain yang berlaku.
• Alat dan bahan yang digunakan dalam Skrining DM:
1) Alat pemeriksaan kadar gula darah (Glukometer untuk
kegiatan Posyandu/Posyandu Prima atau Clinical
Chemistry Analyzer di Puskesmas/FKTP lainnya)
2) Test strip gula darah.
3) Auto lancet
4) Jarum khusus/ lancet untuk pengukuran gula darah.
5) Kapas alkohol.
6) Tissue kering.
7) Sarung tangan.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 43


8) Kotak limbah benda tajam/safety box

Tabel 4.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kadar Gula darah


dengan Glukometer
Kriteria Gula darah Gula darah
sewaktu (mg/dl) Puasa (mg/dl)
Diabetes* ≥ 200 ≥ 126

Prediabetes 140 -199 100 – 125

Normal < 100 < 100


*disertai gejala klasik
Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah
dengan Clinical Chemistry Analyzer
Glukosa Glukosa Glukosa
Plasma Plasma plasma 2 jam HbA1C
Kriteria
Sewaktu Puasa Setelah TTGO (%)
(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)

Diabetes ≥ 200 ≥ 126 ≥ 200 ≥6,5

Prediabetes 140 -199 100 – 125 140 – 199 5,7 – 6,4


Normal < 100 < 100 < 140 < 5,7

Sumber : PNPK Tatalaksana DM tipe 2 dewasa

• Penilaian hasil skrining DM dan tindak lanjutnya:


o Berdasarkan skrining pada kegiatan Posyandu atau
Posyandu Prima
- Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan selama 3 bulan
- Diabetes: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan
kesehatan
o Berdasarkan skrining di Puskesmas/FKTP
- Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan selama 3 bulan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 44


-Diabetes: tatalaksana sesuai PPK dan peraturan lain
yang berlaku
• Tindak lanjut skrining DM dapat dilakukan kunjungan rumah
oleh kader untuk memberikan edukasi.

4. Skrining Kardiovaskular
• Sasaran: penderita hipertensi dan Diabetes Melitus yang
berusia 40 tahun ke atas.
• Pemeriksaan yang dilakukan:
o EKG dan lipid profil dilakukan minimal setahun sekali.
o Pemeriksaan lipid profil (kolesterol total, HDL, LDL dan
Trigliserid) dilakukan pada seluruh penduduk usia 60 tahun
keatas serta penderita hipertensi dan atau DM usia diatas
40 tahun.
• Skrining kardiovaskular dapat dilakukan di Posbindu
PTM/Posyandu/Pos UKK, komunitas, sekolah, kampus, instansi/
tempat kerja dan fasyankes ataupun laboratorium klinik
swasta serta tempat-tempat umum lainnya.
• Alat yang digunakan di tingkat Puskesmas adalah tensimeter
digital, alat pemeriksaan profil lipid, dan alat pemeriksaan
EKG.

5. Skrining Kanker Payudara, Serviks, Paru, Usus (Kolorektal) dan


Skrining Talasemia
• Kanker payudara dan serviks:
o Sasaran: Skrining kanker payudara dan kanker leher rahim
usia 30-50 tahun dengan riwayat sudah pernah kontak
seksual. Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim (serviks) sebaiknya dilakukan meski diluar rentang usia
tersebut.
o Pemeriksaan yang dilakukan:
▪ Pemeriksaan payudara
- Melalui metoda SADANIS (Pemeriksaan Payudara
Klinis) oleh dokter dan atau bidan yang memiliki
kompetensi baik melalui pendidikan tinggi maupun
pelatihan, di Puskesmas maupun Posyandu Prima.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 45


- SADANIS dilakukan setiap 3 tahun sekali atau lebih
cepat apabila ditemukan kelainan dana tau keluhan
pada SADARI. Pada perempuan dengan usia diatas
40 tahun dianjurkan dilakukan SADANIS setiap tahun.
- Pasien juga diajarkan untuk melakukan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) di rumah setiap
bulannya.
- Kenali payudara sendiri, jika ditemukan kelainan
seperti benjolan, abnormal pada kulit payudara dan
kelainan pada puting dan keluhan/kelainan yang
tidak biasa dirujuk ke FKRTL.
- Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi.
▪ Pemeriksaan serviks
- Deteksi dini kanker serviks melalui skrining
dilaksanakan dengan pemeriksaan Inspeksi Visual
dengan Asam asetat (IVA)
- IVA dilakukan 3 tahun sekali namun bila dibutuhkan
dapat dilakukan setiap tahun pada populasi berisiko
tinggi (multipartner/ pasangan seksual multipel,
riwayat seksual kurang dari 18 tahun, riwayat
pernikahan lebih dari sekali, infeksi menular seksual
berulang, penderita HIV AIDS/ immunocompromised
atau mendapatkan terapi imunosupresan jangka
panjang, malnutrisi).
- Deteksi dini dan tindaklanjut IVA positif dilaksanakan
di Puskesmas oleh dokter dan atau bidan yang
memiliki kompetensi baik melalui pendidikan tinggi
maupun pelatihan.
- Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi.

• Kanker paru dan kolorektal:


o Kanker Paru:
▪ Deteksi dini kanker paru terbatas pada kelompok pasien
risiko tinggi.
▪ Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup:

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 46


o pasien usia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥ 30
tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15
tahun sebelum pemeriksaan, atau
o pasien ≥ 50 tahun dengan riwayat merokok ≥ 20
tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya
(selain usia atau lama merokok, faktor risiko lainnya
adalah pajanan radiasi, paparan okupasi bahan
kimia karsinogenik, riwayat kanker paru pada pasien
atau keluarga dan penyakit paru seperti PPOK atau
fibrosis paru)
▪ Skrining yang dilakukan di Puskesmas melalui anamnesis
faktor risiko Ca paru
▪ Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi.
o Kanker kolorektal
▪ Indikasi pemeriksaan dini atau skrining kanker kolorektal
adalah individu dengan risiko sedang dan risiko tinggi.
Individu dengan risiko sedang adalah bila:
1) Berusia 50 tahun atau lebih;
2) Tidak mempunyai riwayat kanker kolorektal atau
inflammatory bowel disease;
3) Tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal; dan
4) Terdiagnosis adenoma atau kanker kolorektal setelah
berusia 60 tahun.
▪ Individu dengan risiko meningkat atau risiko tinggi adalah
bila dengan:
1) Riwayat polip adenomatosa;
2) Riwayat reseksi kuratif kanker kolorektal;
3) Riwayat keluarga tingkat pertama kanker kolorektal
atau adenoma kolorektal (rekomendasi berbeda
berdasarkan umur keluarga saat di diagnosis);
4) Riwayat inflammatory bowel disease yang lama; dan
5) Diagnosis atau kecurigaan sindrom Hereditary Non-
polyposis Colorectal Cancer (HNPCC) atau
Lynchatau Familial Adenomatous Polyposis (FAP).

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 47


▪ Pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas berupa colok
dubur dan pemeriksaan lanjutan (laboratorium) yaitu
darah samar faeces.
▪ Tenaga kesehatan/kader dapat melakukan kunjungan
rumah untuk memberikan edukasi.

• Skrining Talasemia
o Skrining talasemia untuk menemukan pembawa sifat
talasemia untuk mencegah lahirnya bayi dengan
talasemia mayor melalui perkawinan antar embawa sifat.
o Skrining dilakukan pada saudara kandung dari
penyandang talasemia mayor (keluarga ring 1).
o FKTP : anamnesis keluarga : apakah punya saudara, anak
penyandang talasemia, apakah ada keluarga yang rutin
melakukan transfusi darah? Bila ya maka lakukan
pemeriksaan darah lengkap yang minimal mencakup
pemeriksaan Hb, MCV dan MCH, serta melakukan
pemeriksaan sediaan hapusdarah tepi.
o Jika hasilnya dicurigai pembawa sifat talasemia bila nilai
salah satu dari Hb, MCV atau MCH lebih rendah dari
batasan normal (Hb < 11mg/dL, MCV < 80 fL, MCH < 27pq)
maka pasien harus dirujuk ke FKTRL untuk pemeriksaan lebih
lanjut, atau dapat juga melakukan rujukan sampel (darah
yang diambil dibagi 2 tabung dan dirujuk di hari yang
sama).

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 48


Berikut alur skrining talasemia pada keluarga ring 1:

Gambar 4.2 Alur Skrining Talasemia

Pemeriksaan Hb,
MCV, MCH,
SADT

Pemeriksaan analisis
Hb dg HPLC/
elektroforesis
capillary

6. Skrining PPOK
• Sasaran skrining merupakan kelompok individu berisiko, usia ≥
40 tahun, mempunyai riwayat paparan (asap rokok, polusi
udara, lingkungan tempat kerja) dan/atau mempunyai gejala
dan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, gejala
berlangsung lama umumnya semakin memberat.
• Deteksi dini PPOK dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun,
dapat dilaksanakan dalam (Puskesmas dan Posyandu Prima)
dan di luar gedung seperti kegiatan Posbindu/ Posyandu.
• Skrining PPOK menggunakan instrumen (kuesioner) PUMA
dengan isian 7 pertanyaan, ditambah dengan gejala dan
tanda klinis yang ditemukan. Jika:
o Skor < 7: Risiko rendah PPOK
o Skor > 7: Risiko tinggi PPOK, lakukan pemeriksaan spirometri

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 49


• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan
edukasi.

7. Skrining Obesitas
• Sasaran: usia >15 tahun
• Skrining obesitas dilakukan 1 tahun sekali, melalui pengukuran
berat badan, tinggi badan dan lingkar perut oleh kader di
kegiatan Posyandu dan tenaga kesehatan di Posyandu Prima
dan Puskesmas.
• Kemudian dilakukan pengkategorian baik untuk obesitas
umum dan obesitas sentral sesuai nilai rujukan.
• Terdapat 2 jenis obesitas yaitu obesitas umum dan obesitas
sentral.
a. Obesitas umum diukur berdasarkan pengkategorian IMT
yaitu melihat perbandingan antara Berat Badan (BB) dan
Tinggi Badan (TB).
IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 4.5 Kategori Obesitas pada Orang Dewasa

Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus <17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25, 0
Kelebihan berat badan
Gemuk (overweight) >25,0 – 27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan
Obese >27,0
tingkat berat

Sumber : PMK No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 50


b. Obesitas sentral dilihat dari ukuran lingkar perut
Tabel 4.6 Kategori Obesitas Sentral
No Lingkar Perut Jenis Kelamin Klasifikasi
1 ≤ 90 cm Laki-laki Normal
2 > 90 cm Laki-laki Berisiko/ Obesitas Sentral
3 ≤ 80 cm Perempuan Normal
4 > 80 cm Perempuan Berisiko/ Obesitas Sentral
Sumber: The Asia Pasific Perspective, WHO 2000

• Tindak lanjut hasil skrining obesitas:


o Posyandu Prima dan kegiatan Posyandu
▪ Jika ditemukan hasil kategori obesitas, dilakukan
edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan
pemantauan selama 3 bulan untuk kemudian
dilakukan evaluasi, apakah perubahan gaya hidup
sehat berhasil membuat perubahan pada kondisi
obesitasnya atau tidak.
▪ Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi
▪ Jika tidak terdapat perubahan maka dilakukan tindak
lanjut dini ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
o Puskesmas
Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana sesuai
dengan hasil pemeriksaan.
▪ Obesitas: intervensi melalui pengaturan pola makan,
aktivitas dan latihan fisik, pengaturan waktu tidur,
pengaturan perilaku mengelola stress; edukasi dan
konseling; serta rujukan bila ada penyakit penyerta dan
atau sindroma metabolik.
▪ Gemuk /overweight: edukasi perubahan gaya hidup
sehat
▪ Normal: pertahankan gaya hidup sehat

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 51


8. Skrining TBC
• Sasaran:
o Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
o Penyandang DM
o Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis pada usia produktif
o Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif atau tidak
diketahui
▪ Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang
menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang
mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang
sedang persiapan transplantasi organ, dll).
▪ Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas
kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna
narkoba suntik.
o Kelompok masyarakat umum yang tinggal di wilayah
tertentu, sesuai dengan kebutuhan
• Metode skrining: Wawancara gejala dan tanda TBC dan
edukasi hasil skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh
petugas kesehatan di Puskesmas dan Posyandu Prima dan
saat kegiatan Posyandu (petugas medis atau paramedis).
Jika sarana memadai, metode skrining TBC dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan ronsen dada.
• Tindak lanjut setelah skrining TBC: Usia produktif dan lansia
yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan,
pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu Prima
atau pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di
Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan
TCM).
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
wawancara gejala TBC, investigasi kontak serta edukasi terkait
TBC.

9. Pelayanan pengobatan
Pelayanan pengobatan pada usia produktif dan lansia
disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat
dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP. Diusahakan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 52


pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu waktu (one stop
services) atau bila tidak memungkinkan ditetapkan janji temu
pada pertemuan berikutnya.

C. Pelayanan Usia Produktif


Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia
produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus
ditujukan bagi usia produktif, yaitu:
1. Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
• Sasaran: usia diatas 18 tahun
• Penapisan (skrining) akan adanya masalah kesehatan
jiwa/mental dilakukan paling sedikit 1 kali setahun dengan
menggunakan kuesioner Self Rating Quesioner (SRQ-20). Agar
mendapatkan hasil yang optimal, sasaran perlu memahami
bahwa:
o Pertanyaan berkaitan dengan apa yang saya/anda
alami, bukan terkait apa yang saya/anda harus nya alami.
o Time frame/lini masa kondisi yang dialami adalah 30 hari
terakhir, jadi tidak menyaring kondisi yang terjadi lebih dari
satu bulan yang lalu.
o Mendapatkan hasil > dari 6 TIDAK berarti saya/anda
mengalami gangguan jiwa, akan tetapi berarti saya/anda
berpotensi mengalami masalah kesehatan jiwa dan
memerlukan penelusuran lebih lanjut oleh petugas
kesehatan di pelayanan primer.
• Pelaksanaan skrining ini dilakukan oleh kader, guru, tenaga
kesehatan dan atau orang tua, baik di kegiatan Posyandu,
sekolah, di Posyandu Prima ataupun Puskesmas, dan dapat
dilaksanakan secara terpadu dengan skrining program lain,
seperti: gizi, penyakit menular (TBC, HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dll), penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, talasemia,
dll).
• Skrining menggunakan kuesioner cetak atau elektronik
(google form, aplikasi android sehat jiwa dan sebagainya).
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk penemuan
kasus masalah kesehatan jiwa.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 53


2. Skrining Kebugaran
• Skrining kebugaran jasmani dilakukan melalui pengukuran
kebugaran minimal setiap 6 bulan sekali dengan metode
Rockport. Metode ini sederhana dengan sarana yang
minimal, sehingga dapat dilakukan oleh Puskesmas maupun
dengan bekerja sama dengan perusahaan di wilayah
kerjanya.
• Metode Rockport :
o Merupakan tes pengukuran jasmani yang mudah, murah
dan dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
tanpa risiko yang besar terhadap cidera dan memiliki risiko
minimal bagi yang memiliki fator risiko terhadap penyakit.
o Tes ini dilakukan dengan berjalan atau berlari di lintasan
datar sepanjang 1,6 km (seperti halaman sekolah, kantor,
fasilitas umum perumahan dan tidak harus lintasan atletik
dalam stadion gelanggang olahraga).
o Terdapat pada aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual
pada daerah dengan jaringan telekomunikasi terbatas.
o Kategori tingkat kebugaran dinilai dengan melihat waktu
tempuh, usia dan jenis kelamin berdasarkan tabel
penilaian rockport (tabel B.1) dilanjutkan dengan program
latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang
disarankan.
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan
edukasi keluarga tentang pentingnya skrining dan menjaga
kebugaran.

3. Skrining Layak Hamil


• Untuk usia produktif yang sudah menikah (Pasangan Usia
Subur/PUS) perlu kelayakan untuk dapat merencanakan
kehamilan sehat. Bagi yang tidak layak hamil atau berisiko
dipastikan untuk menggunakan kontrasepsi untuk mengindari
kehamilan tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi.
• Skrining layak hamil dapat dilakukan secara mandiri oleh
calon pengantin dan pasangan usia subur maupun dibantu
oleh kader saat kegiatan Posyandu, sehingga dapat

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 54


diketahui status kesehatannya apakah dapat menjalani
kehamilan secara sehat atau layak untuk menjalani
kehamilan. Skrining dilaksanakan menggunakan aplikasi
kescatin yang hasilnya kemudian diverifikasi dan ditindak
lanjuti oleh petugas kesehatan.
• Pelaksanaan dan tindak lanjut skrining layak hamil dapat
dilaksanakan secara terpadu dengan program lain, seperti:
program gizi, penyakit menular (tuberkulosis, HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dll), penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes,
talasemia dll), dan pelayanan kejiwaan.
• Skrining layak hamil berupa pemeriksaan Pasangan Usia Subur
(PUS) di Posyandu Prima, dan pemeriksan PUS dan catin di
Puskesmas oleh tenaga Kesehatan.
• Tindaklanjut dan tatalaksana sesuai hasil skrining layak hamil:
o Di Posyandu Prima:
▪ PUS Layak hamil: konseling perencanaan kehamilan
sehat
▪ PUS dapat hamil dengan pengawasan: rujuk ke
puskesmas untuk mendapatkan tatalaksana, konseling
dan perencanaan kehamilan
▪ PUS tidak layak hamil: konseling dan pemasangan
kontrasepsi
o Di Puskesmas
▪ Catin/PUS Layak hamil: konseling perencanaan
kehamilan sehat
▪ Catin/PUS dapat hamil dengan pengawasan:
tatalaksana penyakit/masalah kesehatan, konseling
dan perencanaan kehamilan
▪ Catin/PUS tidak layak hamil: tatalaksana penyakit/
masalah kesehatan, konseling dan pemasangan
kontrasepsi

4. Pelayanan KB
• Pelayanan kontrasepsi merupakan komponen utama
program KB dengan fungsi memberikan pelayanan konseling
dan pemakaian kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi yang
aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria berikut:

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 55


o Diberikan oleh tenaga kesehatan terampil yang memiliki
standar kompetensi;
o Memberikan pelayanan konseling informasi tentang
manfaat kontrasepsi, kemungkinan gejala efek samping
samping dan cara mengatasi, dan pilihan kontrasepsi
sesuai dengan kebutuhan kesehatan ibu;
o Menyediakan pilihan kontrasepsi, dan mampu melakukan
fasilitasi rujukan efektif ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi sesuai kebutuhan kesehatan ibu.
• Pelayanan kontrasepsi dilakukan secara berkesinambungan
mulai dari pra pelayanan, pelayanan kontrasepsi dan pasca
pelayanan.
o Pra pelayanan dilakukan pemberian komunikasi, informasi
dan edukasi, pelayanan konseling, penapisan kelayakan
medis dan permintaan persetujuan tindakan tenaga
kesehatan. Konseling yang diberikan meliputi manfaat,
kesesuaian alat kontrasepsi, kemungkinan gejala efek
samping dan cara-cara mengatasi, dan alternatif pilihan
alat kontrasepsi. Prinsip konseling membuat ibu mampu
memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan mereka.
o Pelayanan Kontrasepsi adalah pemberian kondom, pil,
suntik, pemasangan atau pencabutan implant,
pemasangan atau pencabutan AKDR, pelayanan
vasektomi tanpa pisau (VTP). Pelayanan kontrasepsi dapat
dilakukan pada Masa Interval, Paska Persalinan Pasca
Keguguran dan Pelayanan kontrasepsi darurat. Pelayanan
KB pada paska persalinan dan paska keguguran
bekerjasama dengan klaster 2.
o Pasca Pelayanan Kontrasepsi meliputi Pemberian
konseling dan Pelayanan medis/rujukan apabila di
perlukan setelah dilakukan pelayanan kontrasepsi.
• Pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan di:
o Kegiatan Posyandu: Pil, suntik dan kondom.
o Posyandu Prima: Pil, suntik kondom, implant dan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 56


o Puskesmas: Pil, suntik kondom, implant dan alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) dan Metode Operasi Pria (MOP)
berupa vasektomi tanpa pisau (VTP).
• Kader dapat membantu petugas kesehatan dalam
memberikan edukasi dan mobilisasi (misalnya pemberian
kondom, dll).

D. Pelayanan Lansia
Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia
produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus
ditujukan bagi lansia, yaitu:
1. Skrining Status Gizi, Tingkat Kemandirian, Risiko Jatuh, Mental
Emosional dan Kognitif (Demensia)
• Setiap lansia (60 tahun ke atas) yang berkunjung ke
Puskesmas, Pustu atau posyandu pada kunjungan atau
kontak pertama dengan petugas kesehatan dilakukan
skrining pengkajian paripurna menggunakan instrument
pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G) minimal 1 tahun
sekali.
• Penilaian dilakukan menyeluruh terhadap lanjut usia dari
aspek biologis, kognitif, psikologis dan sosial untuk
menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan
terhadap lansia.
• Pemeriksaan skrining yang dilakukan meliputi:
o Posyandu Prima dan Puskesmas:
Pengkajian paripurna pasien geriatri (pemeriksaan BB, TB,
LP, TD, tingkat kemanditian, anamnesa perilaku berisiko,
status mental dan kognitif), kuesioner SRQ-20 serta
pemeriksaan laboratorium sederhana gula darah,
kolesterol dan asam urat, dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana
sesuai dengan hasil pemeriksaan.
o Kegiatan Posyandu:
Skrining kesehatan pada Lansia berupa pemeriksaan BB,
TB, LP, TD, kuesioner SRQ-20, tingkat kemandirian,
anamnesa perilaku berisiko, gangguan mental dan
kognitif, pemeriksaan laboratorium sederhana (gula

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 57


darah, kolesterol) yang dilakukan oleh kader didampingi
oleh tenaga kesehatan.
• Kunjungan rumah dilakukan oleh kader bagi lansia yang tidak
datang atau belum mau datang atau dalam rangka
kegiatan perawatan kesehatan masyarakat dengan
memberikan edukasi pada keluarga.
• Jika ditemukan kelainan hasil pemeriksaan, dilakukan rujukan
ke Puskesmas atau Rumah sakit sesuai masalah yang
ditemukan dan kebutuhan lansia.

2. Skrining Katarak
• Skrining katarak bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit
katarak pada mata dimana terjadi kekeruhan pada lensa
mata yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan,
ditandai terlihatnya warna putih pada manik mata sehingga
penglihatan menjadi berkabut.
• Katarak paling sering ditemukan berkaitan dengan proses
degenerasi lensa pada usia di atas 40 tahun (katarak senilis),
sehingga idealnya skrining dilakukan sejak usia tersebut.
• Skrining katarak pada lansia dilakukan 1 kali setahun, sesuai
dengan tempat pelaksanaan skrining katarak, yaitu:
o Kegiatan Posyandu
▪ Skrining katarak pada kegiatan posyandu dilaksanakan
dengan bantuan kader untuk melakukan tes tajam
penglihatan secara sederhana dengan metode hitung
jari. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya
penurunan tajam penglihatan yang merupakan salah
satu tanda katarak.
▪ Pemeriksaan hitung jari dilakukan pada masing-masing
mata dari jarak 6 meter. Dikatakan tidak ada
gangguan penglihatan jika menjawab benar dalam
hitung jari sebanyak 3 kali berturut-turut. Jika dalam
pemeriksaan 3 kali hitung jari tersebut terdapat
jawaban salah, maka dicurigai mempunyai gangguan
penglihatan.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 58


▪ Jika ditemukan penurunan tajam penglihatan dari jarak
6 meter, dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih
lanjut oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.
o Puskesmas dan Posyandu Prima
▪ Skrining awal katarak dapat dilakukan di Posyandu
Prima melalui pemeriksaan tajam penglihatan. Hasil
skrining kemudian ditindaklanjuti dengan tes bayangan
atau shadow test oleh tenaga kesehatan yaitu dokter
di Posyandu Prima (apabila tersedia) dan Puskesmas.
▪ Test bayangan atau shadow test bertujuan untuk
mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar
pemeriksaan adalah makin sedikit lensa keruh pada
bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada
lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal
kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa.
▪ Skrining katarak di puskesmas dilakukan dengan
pemeriksaan visus dan shadow test.
- Pemeriksaan visus dilaksanakan dengan Snellen chart
atau Tumbling E chart dengan koreksi terbaik atau
menggunakan pinhole.
- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan lampu
senter dan lup untuk segmen anterior dimana tidak
ditemukan kekeruhan kornea dan tampak reflek pupil
masih baik.
- Shadow test dilakukan menggunakan senter atau
penlight untuk memperhatikan bayangan iris pada
kekeruhan lensa.
▪ Penilaian hasil pemeriksaan:
- Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan
letaknya jauh terhadap pupil lensa belum keruh
seluruhnya (belum sampai ke depan) ini terjadi pada
katarak matur, keadaan ini disebut shadow test positif
(+).
- Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat
terhadap pupil lensa sudah keruh seluruhnya (sampai
pada kapsul anterior) terdapat ada katarak matur,
keadaan ini disebut shadow test negatif (-).

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 59


- Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya,
mengecil serta terletak jauh di belakang pupil,
sehingga bayangan iris pada lensa besar dan
keadaan ini disebut pseudo positif.
▪ Jika ditemukan hasil pemeriksaan shadow test positif,
dilakukan edukasi dan konseling terkait perawatan
katarak, serta rujukan ke rumah sakit.

3. Skrining Kebugaran
• Skrining kebugaran jasmani bagi lansia dilaksanakan di
Puskesmas oleh petugas kesehatan minimal setiap 6 bulan
sekali dengan metode tes jalan 6 menit yang terdapat pada
aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual pada daerah
dengan jaringan telekomunikasi terbatas. Skrining ini cukup
sederhana dengan sarana yang minimal.
• Tes jalan 6 menit dinilai sebagai pemeriksaan paling aman
bagi lansia dan tidak berisiko ditengah-tengah pelaksanaan
tes. Tesi ini dinilai dari jarak yang dapat ditempuh dalam
waktu 6 menit. Penilaian tes jalan 6 menit kelompok lansia
dapat dilihat di tabel C1 Lampiran 4 halaman 84.
• Skrining kebugaran jasmani dilanjutkan dengan program
latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang
direkomendasikan. Rekomendasi latihan fisik untuk lansia:
o Aktivitas fisik aerobik intensitas sedang 150 menit
perminggu atau intensitas tinggi 75 menit perminggu
atau kombinasi keduanya.
o Aktivitas fisik untuk meningkatkan kekuatan otot
dilakukan setidaknya 2 kali seminggu.
o Lansia dengan mobilitas yang buruk perlu melakukan
aktivitas fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan
mencegah jatuh setidaknya 3 kali seminggu.
o Apabila lansia tidak dapat melakukan aktivitas fisik sesuai
rekomendasi, dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas
fisik sesuai kondisi dan kemampuannya dengan bantuan
dari tenaga ahli seperti dokter olahraga, ortopedi,
fisioterapi atau pelatih kebugaran.
Ringkasan paket pelayanan usia produktif dan lansia
tercantum pada tabel 4.7.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 60


Tabel 4.7 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia

• Usia Produktif
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/ (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Masyarakat)
Skrining hipertensi Tekanan darah, Tekanan darah, Tekanan darah, gula darah,
dan Diabetes gula darah gula darah urinalisis
Melitus (1x/tahun)
Skrining jantung - - EKG, profil lipid
dan stroke
Penyakit Tidak (1x/tahun)
Menular dan Skrining kanker SADANIS • Pemeriksaan payudara
kanker, Payudara klinis
masalah gizi (1x/tahun) Edukasi keluarga • Inspeksi visual dengan
(anemia, Serviks (1/ 3 tahun) asam asetat
obesitas), Usus (1x/ tahun) • Darah samar feces, colok
gangguan Paru (1x/ tahun) dubur
mental • Anamnesis faktor risiko
emosional dan Ca paru
depresi pada Skrining PPOK (1x/ Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA
usia produktif tahun)
Skrining obesitas TB, BB, LP TB, BB, LP TB, BB, LP
(1x/ tahun)
Skrining TBC (1x/ Gejala TBC, Gejala TBC Gejala TBC, Skrining gejala TBC,
tahun) investigasi kontak, pengambilan BTA/TCM/Ro
edukasi dahak

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 61


• Usia Produktif
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/ (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Masyarakat)
Skrining masalah Penemuan kasus Kuesioner SRQ 20 Kuesioner SRQ 20 • Kuesioner self reporting
kesehatan jiwa (1 masalah questioner (SRQ 20)
kali/ tahun) kesehatan jiwa • Kuesioner ASSIST (untuk
menapis
penyalahgunaan NAPZA
secara dini)
Skrining kebugaran Edukasi keluarga Pengukuran kebugaran
(1x/ 6 bulan) dengan test rockport

Skrining layak - Skrining layak Pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan


hamil (1x/ tahun) hamil (kuesioner kesehatan catin dan pasangan usia
aplikasi) pasangan usia subur
subur
Pelayanan Pemantauan P3K Pengobatan • Pengobatan hipertensi,
pengobatan kepatuhan terbatas DM dengan monitoring
pengobatan TBC, gula darah dan HbA1C
hipertensi, DM, • Pengobatan TBC dan
gangguan jiwa pencegahan TBC (TPT)
• Pengobatan gangguan
jiwa
• Pengobatan penyakit
akibat kerja
Pelayanan KB Edukasi dan Pil, suntik, kondom Pil, suntik, Pil, suntik, kondom, implant,
mobilisasi kondom, implant Alat Kontrasepsi Dalam
dan AKDR Rahim (AKDR) dan Metode
Operasi Pria (MOP)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 62


• Lansia
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/ (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Masyarakat)
Skrining hipertensi Tekanan darah, Tekanan darah, Tekanan darah, gula darah,
dan Diabetes gula darah gula darah urinalisis
Melitus (1x/tahun)
Skrining jantung - - EKG, profil lipid
dan stroke
(1x/tahun)
Skrining kanker: - SADANIS • Pemeriksaan payudara
• Payudara (1x/3 klinis
Penyakit Tidak tahun) • Darah samar feces, colok
Menular dan • Usus (1x/ tahun) dubur
kanker, • Paru (1x/ tahun) • Anamnesis faktor risiko Ca
masalah gizi, paru
masalah Edukasi keluarga
Skrining PPOK (1x/ Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA
penglihatan tahun)
dan indera,
serta demensia Skrining status gizi, BB, TB, LP, TD, BB, TB, LP, TD, BB, TB, LP, TD, anamnesa
pada lansia tingkat kuesioner SRQ- anamnesa perilaku perilaku berisiko, status
kemandirian, 20, tingkat berisiko, status fungsional (tingkat
risiko jatuh, kemandirian, fungsional (tingkat kemandirian dan risiko
mental emosional anamnesa kemandirian dan jatuh), status gizi, mental
dan kognitif perilaku berisiko, risiko jatuh), status dan kognitif, pemeriksaan
(demensia) gangguan gizi, mental dan laboratorium (gula darah,
mental dan kognitif, kolesterol, asam urat),
kognitif, pemeriksaan lab kuesioner SRQ-20.
pemeriksaan sederhana (gula

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 63


• Lansia
Sasaran Pelayanan Delivery Unit
Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Posyandu Prima Puskesmas
Kesehatan (Rumah/ (Dusun/RT/RW) (Desa/Kelurahan) (Kecamatan)
Masyarakat)
lab sederhana darah, kolesterol,
(gula darah, asam urat),
kolesterol) kuesioner SRQ-20.
Skrining TBC (1x/ Gejala TBC, Gejala TBC Gejala TBC, Skrining gejala TBC,
tahun) investigasi kontak, pengambilan BTA/TCM
edukasi dahak
Skrining katarak (1 - - Tajam penglihatan Pemeriksaan visus, shadow
kali/ tahun) Shadow test test

Skrining - - - Test kebugaran dengan tes


kebugaran (1x/ 6 jalan 6 menit
bulan)
Pelayanan Pemantauan Pemantauan Pengobatan • Pengobatan hipertensi,
pengobatan kepatuhan kepatuhan terbatas, DM dengan monitoring
pengobatan TBC, pengobatan pemantauan gula darah dan HbA1C
hipertensi, DM, TBC kepatuhan • Pengobatan TBC dan
gangguan jiwa pengobatan TBC pencegahan TBC (TPT)
• Pengobatan gangguan
jiwa

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 64


BAB V
Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 64


BAB V
KLASTER PENANGGULANGAN PENULARAN PENYAKIT

P
rioritas dalam penanggulangan penyakit menular tertuju
pada pencegahan dan pengendalian penyakit TBC,
HIV/AIDS, pneumonia, hepatitis, malaria, demam Dengue,
influenza, flu burung dan neglected tropical diseases seperti kusta,
frambusia, filariasis, schistosomiasis, dll. Selain penyakit tersebut, penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti polio, campak,
difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun
neonatal juga tetap menjadi perhatian walaupun pada tahun 2014
Indonesia telah dinyatakan bebas polio dan tahun 2016 sudah
mencapai eliminasi tetanus neonatorum. Termasuk prioritas dalam
pengendalian penyakit menular adalah pelaksanaan Sistim
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB), Kekarantinaan Kesehatan
untuk mencegah terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM)
dan pengendalian penyakit infeksi emerging.
Untuk mengendalikan penyakit menular maka diperlukan strategi
yang diantaranya:
a. Perluasan cakupan akses masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan terkait penyakit menular untuk menjamin
upaya memutus mata rantai penularan.
b. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan
penyakit menular, dibutuhkan strategi inovatif dengan
memperkuat kemampuan petugas Puskesmas dalam melakukan
pengamatan faktor risiko dan penyakit dan penentuan langkah
penanggulangannya.
c. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya
pengendalian penyakit melalui Surveilans Berbasis Masyarakat
(SBM) untuk melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang
dapat menyebabkan masalah kesehatan dan melaporkannnya
kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon dini
sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 65


d. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam
pengendalian penyakit menular seperti tenaga epidemiologi,
sanitasi dan laboratorium.
e. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik
cepat untuk pengendalian penyakit menular secara cepat.

A. Kegiatan Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit


Kegiatan dalam klaster penanggulangan penularan penyakit
harus mengacu pada strategi Kewaspadaan Dini dimana hal ini
mencakup deteksi dini dengan penemuan kasus baik secara pasif
dan aktif, pemeriksaan laboratorium dan kegiatan surveilans
(verifikasi respon). Kegiatan ini akan mencakup kegiatan di dalam
gedung maupun diluar gedung melalui upaya promotif preventif.
Kegiatan penemuan kasus secara pasif adalah penemuan
kasus dari suspek yang datang ke Puskesmas dan ditangani
terintegrasi sesuai SOP dari masing-masing penyakit dalam klaster
sesuai siklus hidup, untuk itu diperlukan kemampuan dari tenaga
kesehatan untuk mengenali semua gejala-gejala dari masing-
masing penyakit. Penemuan kasus secara aktif (active case finding)
dilakukan dengan cara melakukan pelacakan/survey kontak dan
skrining di masyarakat.
Dalam melakukan pelacakan kontak diperlukan koordinasi dan
kolaborasi multi pihak untuk memastikan adanya pembagian peran,
pemetaan dan pembagian sumber daya. Untuk mencegah
terjadinya duplikasi data maka diperlukan sistem pendataan yang
terintegrasi dan saling melengkapi dengan data dari klaster lain.
Selain itu untuk kelancaran kegiatan maka semua sumber daya
harus disiapkan diantaranya petugas terlatih, Alat Pelindung Diri
(APD), sarana pengambilan specimen, formulir daftar tilik, dll.

B. Alur Kerja Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit


Di dalam gambar 5.1 terlihat alur kerja klaster 4 diawali dengan
melihat hasil analisis dari PWS berupa pemetaan beban penyakit
apa saja dan cakupan pelayanan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Setiap kasus penyakit menular yang datang dan tercatat

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 66


dalam PWS harus segera dilakukan penilaian apakah merupakan
penyakit potensi KLB atau bukan. Jika masuk sebagai penyakit
potensial KLB maka harus terlaporkan ke dalam aplikasi Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) oleh petugas surveilans
Puskesmas. Di dalam SKDR nantinya jika jumlah kasus melebihi
parameter yang telah ditetapkan maka akan muncul ‘Sinyal KLB”
yang dapat tertangkap oleh petugas surveilans di tingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi maupun di Pusat. Jika muncul “Sinyal KLB”
maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus segera melakukan
verifikasi/penyelidikan epidemiologi ke Puskesmas dalam waktu <24
jam untuk memastikan apakah sinyal tersebut berpotensi KLB atau
tidak. Jika ternyata sinyal tersebut adalah KLB maka harus segera
dilakukan respon KLB berupa pengendalian faktor risiko/
lingkungan/vector dan binatang pembawa penyakit termasuk
pemeriksaan laboratorium, hal ini mencegah untuk terjadinya
perluasan KLB ke wilayah lain. Di dalam melakukan respon KLB ini
diperlukan koordinasi dengan lintas sektor dan disusun laporan
berjenjang. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon ini dibangun
untuk mencegah kejadian dan perluasan KLB di suatu wilayah.
Jika pada penilaian awal tersebut bukan merupakan penyakit
potensial KLB maka akan dilanjutkan dengan surveilans rutin.
Puskesmas melaksanakan tindak lanjut berupa investigasi/
pelacakan kontak, penemuan kasus aktif, pemantauan minum obat
dan edukasi penyakit bersama Posyandu Prima serta jika
memerlukan pemantauan lanjutan dilaksanakan kunjungan rumah
oleh nakes/kader.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 67


Gambar 5.1 Alur Kerja Klaster 4 (Penanggulangan Penularan Penyakit)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 68


Tabel 5.1 Paket Pelayanan Penanggulangan Penularan Penyakit

Sasaran Pelayanan Delivery Unit


Masalah Kesehatan Kunjungan Rumah Event Posyandu Prima (Desa/ Puskesmas
Kesehatan (Rumah/ Masyarakat) Posyandu Kelurahan) (Kecamatan)
Penularan Penemuan kasus Penemuan kasus aktif - Penemuan kasus aktif Penemuan kasus aktif
penyakit: aktif
NTD, menular Survey kontak Survey kontak Survey kontak Survey kontak
langsung, (investigasi/pelacak (investigasi/ (investigasi/pelacakan (investigasi/pelacakan
zoonotic, an kontak) pelacakan kontak) kontak) kontak)
tular vektor, Verifikasi/Penyelidika - Verifikasi/Penyelidikan Verifikasi/Penyelidikan
PD3I, n epidemiologi epidemiologi epidemiologi
Penyakit Respon KLB: Pemantauan faktor Respon KLB: Respon KLB:
Potensial KLB • Pengendalian resiko • Pengendalian faktor • Pengendalian faktor
lainnya faktor risiko/ risiko/ lingkungan/ risiko/ lingkungan/
lingkungan/ vektor vektor dan binatang vektor dan binatang
dan binatang pembawa penyakit pembawa penyakit
pembawa penyakit • Pemeriksaan • Pemeriksaan
• Pemeriksaan laboratorium untuk laboratorium dan tes
laboratorium untuk respon KLB dan cepat diagnostik untuk
respon KLB dan surveilans respon KLB dan
surveilans surveilans
Pengobatan massal pengawasan minum pembagian obat, Pengobatan massal
obat, pelacakan pengawasan minum
kasus mangkir/putus obat,
berobat, pemantauan kemajuan
pengobatan
Edukasi penyakit Edukasi penyakit Edukasi penyakit Edukasi penyakit
menular menular menular menular

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 69


Saat ini di Indonesia, salah satu penyakit prioritas adalah TBC.
Beban kasus yang tinggi, masih rendahnya penemuan kasus, serta
masih tingginya kasus yang putus berobat menyebabkan penularan
kasus di masyarakat tetap tinggi. Untuk itu diperlukan penanganan
yang menyeluruh untuk menurunkan beban TBC.
Di bawah ini adalah salah satu contoh yang menggambarkan
tentang respon yang dilaksanakan klaster 4 saat ditemukan kasus
TBC. Skrining, penegakan diagnosis yang ditunjang oleh
pemeriksaan laboratorium hingga tata laksana sesuai SOP yang
telah dilaksanakan oleh klaster sesuai siklus hidup akan ditindaklanjuti
klaster 4 dengan kegiatan:
• Bersama klaster penanggung jawab kasus tersebut menganalisa
data PWS terkait beban penyakit dan cakupan pelayanan
• Merencanakan dan melaksanakan tindak lanjut yang diperlukan,
yaitu:
o Bekerja sama dengan Posyandu Prima sebagai jaringan di
tingkat desa:
- Melaksanakan investigasi kontak terhadap kontak serumah
dan kontak erat bersama kader Posyandu setempat.
- Melanjutkan pemberian obat serta pemantauan minum
obat pada kasus TBC
- Pemantauan kemajuan pengobatan
o Kunjungan rumah oleh nakes/kader
- Penemuan kasus aktif dengan investigasi kontak
- Pengawasan minum obat
- Pelacakan kasus putus obat
- Pemantauan faktor risiko lainnya
- edukasi terkait informasi dasar terkait TBC (cara penularan,
cara pencegahan, pengobatan, dan lain-lain)
• Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
• Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 70


BAB VI
Peran Lintas Sektor

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 71


BAB VI
PERAN LINTAS SEKTOR

Untuk menyukseskan program Transformasi Layanan Primer,


Kemenkes membutuhkan kerja sama dari Kementerian/Lembaga dan
lintas sektor lainnya, yaitu:

Kementerian/Lembaga Kegiatan
Kementerian Koordinator • Mendukung koordinasi, sinkronisasi
Bidang Pembangunan perencanaan dan penganggaran,
Manusia dan pelaksanaan, monitoring evaluasi
Kebudayaan untuk integrasi layanan primer
• Mendukung koordinasi penyiapan
regulasi integrasi layanan primer
Kementerian Kesehatan • Menyusun kebijakan trasnformasi
layanan primer
• Menyusun perencanaan kebutuhan
SDM, sarana prasarana alat
• Mengkoordinasikan pelaksanaan
integrasi layanan primer
• Melakukan pelatihan Tenaga
Kesehatan dan pelatihan Kader
• Integrasi system informasi
pelaporan real-time layanan primer
Kementerian Dalam • Menyusun regulasi terkait
Negeri penguatan Posyandu menjadi
Posyandu Prima
• Memberikan instruksi kepada
kepala daerah untuk berkomitmen
mendukung transformasi layanan
primer
• Memastikan ketersediaan anggaran
untuk kegiatan posyandu prima dan
posyandu
• Mendorong Pokjanal untuk
berperan aktif dalam memperkuat
Posyandu sebagai LKD

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 71


Kementerian/Lembaga Kegiatan
• Melakukan pembinaan dan
pengawasan secara berjenjang
terhadap Posyandu
• Memastikan dan mengawal
pemenuhan nakes di Puskesmas
dan Posyandu Prima oleh Pemda

Kementerian Desa, • Memberi dukungan regulasi dalam


Pembangunan Daerah pengalokasian dana desa untuk
Tertinggal dan mendukung kegiatan Posyandu dan
Transmigrasi pemberdayaan masyarakat desa
lainnya
• Membina perencanaan desa agar
layanan primer menjadi salah satu
prioritas

Kementerian Keuangan • Mendukung dengan perencanaan


dan pengalokasian anggaran untuk
program layanan kesehatan primer
(Sarpras, alkes, SDM) melalui
berbagai sumber pendanaan
• Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD) diprioritaskan untuk
transformasi Kesehatan, termasuk
penguatan layanan primer

Bappenas • Melakukan koordinasi, sinkronisasi


kebijakan perencanaan (kegiatan,
input SDM, sarpras, regulasi) dan
penganggaran untuk integrasi
layanan primer.
• Melakukan koordinasi evaluasi
program

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 72


Kementerian/Lembaga Kegiatan
TP-PKK • Melakukan koordinasi dan
sinkronisasi kegiatan PKK
mendukung pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan
• Melakukan pembinaan kegiatan
PKK di daerah secara berjenjang
sampai tingkat desa/kelurahan
dalam mendukung Posyandu dan
kegiatan pemberdayaan
masyarakat lainnya di bidang
kesehatan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 73


BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Pencatatan
Pencatatan pelayanan tiap klaster dilaksanakan melalui sistem
digital untuk memudahkan kader dan tenaga kesehatan menginput
data, yaitu menggunakan aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) dan
Citizen Health App yang terkoneksi dengan dashboard Indonesia
Health Services (IHS).

a. Formulir Kunjungan Rumah


• Formulir-formulir kunjungan rumah oleh kader, terdiri dari:
o Data Keluarga dan Anggota Keluarga
o Checklist kunjungan rumah ibu hamil
o Checklist kunjungan rumah ibu bersalin dan nifas
o Checklist kunjungan rumah bayi, balita dan pra sekolah
o Checklist kunjungan rumah usia sekolah dan remaja
o Checklist kunjungan rumah usia produktif
o Checklist kunjungan rumah lansia
o Checklist kunjungan rumah penyakit menular

b. Pencatatan Dashboard Per Desa


• Pada klaster siklus hidup pencatatan dashboard per desa
meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan sebagai berikut:
o Ibu hamil, bersalin dan nifas:
▪ Morbiditas: jumlah ibu hamil anemia, jumlah ibu hamil KEK,
jumlah ibu hamil DM, jumlah ibu hamil hipertensi, jumlah ibu
hamil dengan penyakit infeksi (TBC, malaria, HIV, hepatitis,
COVID-19) dan ibu hamil dengan resiko 4 T..
▪ Cakupan pelayanan: jumlah ibu hamil ANC terpadu, % ibu
hamil mendapatkan K1, K2, K3, K4, K5 dan K6, K1 dengan
USG, K5 dengan USG, K6 10 T.
o Neonatal
▪ Morbiditas: Jumlah BBLR, jumlah neonatus SHK+, jumlah
neonatus icteric, jumlah neonatus HIV, jumlah neonatus
dirujuk.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 74


▪ Cakupan pelayanan: % kunjungan neonatus (KN1, KN2,
KN3), % Pemberian Vit K pada bayi baru lahir, % IMD pada
bayi baru lahir, % bayi baru lahir di lakukan MTBM, % bayi
baru lahir diimunisasi Hb0 < 24 jam dan % bayi baru lahir
diimunisasi Hb0 < 7 hari.
o Bayi
▪ Morbiditas: jumlah bayi tidak naik BB, jumlah bayi stunting,
jumlah bayi gizi kurang, jumlah bayi gizi buruk, jumlah bayi
obesitas, jumlah bayi dengan masalah perkembangan,
jumlah bayi TBC, jumlah bayi diare, jumlah bayi pneumonia.
▪ Cakupan pelayanan: % bayi ditimbang bulan inil, % bayi
dipantau perkembangan bulan ini, % bayi mendapatkan
ASI eksklusif (0-6 bulan), % bayi mendapatkan imunisasi
dasar lengkap, % bayi mendapatkan Vitamin A, % bayi
dilayani MTBM dan MTBS.
o Balita dan Pra sekolah
▪ Morbiditas: jumlah balita tidak naik BB, jumlah balita
stunting, jumlah balita gizi kurang, jumlah balita gizi buruk,
jumlah balita obesitas, jumlah balita dengan masalah
perkembangan, jumlah balita sakit mendapatkan MTBS,
jumlah balita dengan penyakit infeksi (TBC, diare,
pneumonia), jumlah balita kontak erat TB
▪ Cakupan pelayanan: % balita ditimbang bulan ini, % balita
dipantau perkembangan bulan ini, % balita mendapatkan
vitamin A, % balita mendapatkan imunisasi dasar dan
lanjutan, % bayi dilayani MTBM dan MTBS.
o Anak Usia Sekolah dan Remaja
▪ Morbiditas: % underweight pada remaja, % remaja dengan
anemia, % remaja dengan DM, % remaja dengan
hipertensi, dan % remaja TBC.
▪ Cakupan pelayanan: % remaja mendapatkan skrining
kesehatan, % remaja putri mendapatkan TTD, % remaja
putri mengonsumsi TTD.
o Usia Produktif
▪ Morbiditas: jumlah DM pada usia produktif, jumlah
hipertensi pada usia produktif, jumlah usia produktif dengan
TBC

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 75


▪ Cakupan pelayanan: % usia produktif yang mendapatkan
pengobatan hipertensi teratur setiap bulan, % usia produktif
yang mendapatkan pengobatan DM teratur setiap bulan,
% usia produktif yang diskrining
o Lansia
▪ Morbiditas: jumlah lansia dengan tekanan darah tinggi,
jumlah lansia dengan DM, jumlah lansia dengan
underweight, jumlah lansia dengan obesitas, jumlah lansia
mandiri, jumlah lansia TBC.
▪ Cakupan pelayanan: % lansia mendapatkan skrining faktor
risiko PTM, % lansia yang mendapatkan pengobatan
hipertensi teratur setiap bulan, % lansia yang mendapatkan
pengobatan DM teratur setiap bulan.

• Pada klaster penanggulangan penularan penyakit, dalam


pelaksanaan pilot akan fokus pada pencatatan kasus TBC,
meliputi:
o Indikator Utama
▪ Jumlah pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis dan TBC
anak yang dilakukan investigasi kontak
▪ Jumlah penemuan semua kasus TBC dari hasil IK
▪ Jumlah Anak < 5 th yang mendapatkan pengobatan
pencegahan dari hasil investigas kontak
o Indikator Proses
▪ Jumlah kontak yang dilakukan skrining TB
▪ Jumlah terduga TBC yang dirujuk dan dilakukan
pemeriksaan
o Indikator Output
▪ Jumlah Kasus TBC yang terkonfirmasi dan memulai
pengobatan
▪ Jumlah Kasus TBC yang menyelesaikan pengobatan
• Pelaporan
Pelaporan menggunakan sistem pelaporan berbasis digital (hasil
input data dan analisis) agar setiap pengelola program pada setiap
jenjang dapat mengetahui terkait morbiditas dan cakupan
pelayanan sehingga dapat digunakan untuk penentuan kebijakan.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 76


BAB VIII
Penutup

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 77


BAB VIII
PENUTUP

P
etunjuk teknis ini diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan promotif dan preventif di fasilitas pelayanan
Kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas beserta
jaringannya yaitu Posyandu Prima. Melalui petunjuk teknis yang disusun
ini, dapat terlaksana upaya pencegahan, deteksi dini, promosi
kesehatan, pembangunan infrastruktur, ketersediaan sarana,
prasarana, SDM, serta manajemen pelayanan kesehatan yang semakin
kuat di seluruh pelayanan primer di Indonesia.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 77


DAFTAR REFERENSI
Petunjuk Teknis Integrasi
Pelayanan di Puskemas

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 78


DAFTAR REFERENSI

Link referensi pedoman terkait pelayanan adalah sebagai berikut:


http://link.kemkes.go.id/ReferensiJuknisILP

A. Klaster Ibu, Anak, Remaja


• Pedoman ANC Terpadu: https://link.kemkes.go.id/pedomanANCterpadu
• Pedoman Kelas Ibu: https://link.kemkes.go.id/pedomankelasibu
• Pedoman Bumil KEK: https://link.kemkes.go.id/pedomanbumilkek
• Pedoman Persalinan: https://link.kemkes.go.id/pedomanpersalinan
• Pedoman Nifas: https://link.kemkes.go.id/pedomannifas
• Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial:
https://link.kemkes.go.id/yankesneonatalesensial
• Permenkes 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial:
https://link.kemkes.go.id/permenkes532014
• Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita:
https://link.kemkes.go.id/pedomanTLGB
• Pedoman Manajemen Terintegrasi Suplementasi Vitamin A:
https://link.kemkes.go.id/suplementasivitaminA
• Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi:
https://link.kemkes.go.id/permenkes122017
• Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita:
https://link.kemkes.go.id/pedomanbalita
• Buku Bagan MTBS: https://link.kemkes.go.id/bukubaganMTBS
• Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala Anak Usia
Sekolah dan Remaja pada link https://link.kemkes.go.id/usekrem
• Buku Pedoman Kebugaran Jasmani pada link
https://link.kemkes.go.id/pedomanbugarjasmani
• Pedoman Bencana dan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja pada link
https://link.kemkes.go.id/bencanakeswaAR
• Buku Juknis Layanan Depresi pada link https://link.kemkes.go.id/juknisdepresi
• Buku Juknis Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Mental Emosional
pada link https://link.kemkes.go.id/juknismentalemosional
• Buku Pedoman Pencegahan dan Penanganan Bunuh Diri pada link
https://link.kemkes.go.id/cegahbunuhdiri
• Buku Protokol DKJPS Anak dan Remaja pada link
https://link.kemkes.go.id/DKJPSAR
• Pedoman Manajemen Pencegahan dan Tatalaksana Gangguan
Penggunaan NAPZA untuk Tenaga Kesehatan pada link
https://link.kemkes.go.id/pencegahanNAPZA
• Instrumen SRQ pada link: https://link.kemkes.go.id/SRQKuesioner
• Instrumen SDQ pada link https://link.kemkes.go.id/SDQSkoring
• Buku KIA pada link: https://link.kemkes.go.id/bukukia

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 78


B. Klaster Usia Produktif dan Lansia
• Permenkes Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual pada
link : https://link.kemkes.go.id/permenkes212021
• Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil pada link
https://link.kemkes.go.id/yankessebelumhamil
• Buku Saku Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin pada link
https://link.kemkes.go.id/bukukesprocatin
• Buku Saku Merencanakan Kehamilan Sehat pada link
https://link.kemkes.go.id/rencanahamilsehat
• Pedoman Konseling Menggunakan Lembar Balik Alat Bantu Pengambilan
Keputusan ber KB pada link https://link.kemkes.go.id/konselingKB
• Pedoman Manajamen Pelayanan KB pada link
https://link.kemkes.go.id/manajemenlayananKB
• Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan KB pada link
https://link.kemkes.go.id/layanankontrasepsiKB
• Permenkes 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lansia di Puskesmas: https://link.kemkes.go.id/permenkes672015
• Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan di
Posyandu Lansia pada link https://link.kemkes.go.id/puskesmasppkplansia
• Instrumen Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) pada link
https://link.kemkes.go.id/instrumenP3G
• Buku Kesehatan Lanjut Usia pada link https://link.kemkes.go.id/bukulansia
• Kohor kesehatan Lansia pada link https://link.kemkes.go.id/kohorlansia
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/4634/2021 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Dewasa pada link
https://link.kemkes.go.id/kepmenkes46342021
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/603/2020 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa pada link
https://link.kemkes.go.id/kepmenkes603ss2020
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama pada link
https://link.kemkes.go.id/kepmenkes5142015
• Buku Juknis Layanan Depresi pada link
https://link.kemkes.go.id/juknislayanandepresi
• Buku Juknis Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Mental Emosional
pada link https://link.kemkes.go.id/kendalimentalemosional
• Buku Pedoman Pencegahan dan Penanganan Bunuh Diri pada link
https://link.kemkes.go.id/penangananbunuhdiri

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 79


• Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi COVID-
19 pada link https://link.kemkes.go.id/keswapsikososialCOVID19
• Buku Saku Kegawatdaruratan Psikiatrik pada link
https://link.kemkes.go.id/GDpsikiatrik
• Pedoman Manajemen Pencegahan dan Tatalaksana Gangguan
Penggunaan NAPZA untuk Tenaga Kesehatan pada link
https://link.kemkes.go.id/cegahgangguanNAPZA
• Instrumen P3G pada link: https://link.kemkes.go.id/instrumenP3G
• Tabel Resiko PTM pada link : https://link.kemkes.go.id/tabelresikoptm
• Instrumen PUMA pada link: https://link.kemkes.go.id/instrumenPUMA

C. Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit


• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017
Tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak pada link
https://link.kemkes.go.id/permenkes522017
• Pedoman Algoritma Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) pada link
https://link.kemkes.go.id/algoritmaskdr
• Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Penyakit Potensial
KLB/Wabah pada link https://link.kemkes.go.id/pedomanskdr
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/755/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Tuberkulosis pada link
https://link.kemkes.go.id/kepmenkes7552019Formulir
• Formulir TBC Tingkat Fasyankes pada link:
https://link.kemkes.go.id/tbcfasyankes
• Permenkes 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan TB pada link:
https://link.kemkes.go.id/permenkes672016TB
• Permenkes 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC pada link:
https://link.kemkes.go.id/perpresTB672021

D. Manajemen
• Pedoman Tata Kelola Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa pada link
https://link.kemkes.go.id/tatakelolakeswa
• Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di FKTP pada link
https://link.kemkes.go.id/pedomankeswaFKTP

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 80


LAMPIRAN
Petunjuk Teknis Integrasi
Pelayanan Kesehatan di
Puskemas

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 81


LAMPIRAN

Lampiran 1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Skrining TBC

Meja 3
Meja 2 Anamnesis/Wawancara Gejala
Meja 1 TBC dan Edukasi Hasil Skrining
Registrasi dan Pemeriksaan Gejala dan tanda TBC.
Penyuluhan Informasi Dasar
Suhu, BB, TB serta Tekanan
terkait TBC Jika terdapat sarana ronsen
Darah
dada, lakukan skrining dengan
ronsen dada

Meja 4 Meja 5
Pengambilan, Pengemasan dan Pencatatan dan Pelaporan Hasil
Pengiriman Dahak Skrining Gejala TBC

Gambar 5.1. Skema Operasional Skrining Gejala TBC

Langkah-langkah:
a. Penyuluhan Informasi Dasar terkait TBC
Penyuluhan kesehatan dilakukan oleh perwakilan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan skrining gejala TBC di setiap
lokasi. Tujuan penyuluhan untuk memberikan informasi dasar terkait
TBC (cara penularan, cara pencegahan, pengobatan, dan lain-lain)
serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kepada peserta
skrining.
b. Registrasi dan Pemeriksaan Suhu, BB, TB serta Tekanan Darah
Registrasi dan Pemeriksaan Suhu, BB, TB serta Tekanan Darah
dilakukan oleh petugas (perangkat desa/komunitas/kader atau
lainnya) yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
berkoordinasi dengan puskesmas setempat. Peserta diwajibkan
membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK)
untuk proses registrasi skrining gejala TBC. Petugas registrasi dan
pemeriksaan suhu, BB, TB serta tekanan darah bertugas untuk:

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 81


1) Mengisi daftar registrasi peserta
2) Mencatat identitas diri peserta dan nomor urut pada formulir
skrining gejala TBC
3) Melakukan pemeriksaan suhu, berat badan, tinggi badan, dan
pengukuran tekanan darah kepada peserta skrining

c. Anamnesis/Wawancara Gejala TBC dan Edukasi Hasil Skrining Gejala


TBC
Wawancara gejala TBC dan edukasi hasil skrining gejala TBC
dilakukan oleh petugas kesehatan FKTP/FKRTL/mandiri (petugas
medis atau paramedis) yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertujuan untuk
melakukan wawancara tanda dan gejala TBC dan memberikan
edukasi hasil skrining gejala TBC kepada peserta. Jika peserta
dinyatakan bukan terduga TBC, edukasi yang diberikan seperti
pencegahan faktor risiko TBC dan pentingnya pemberian Terapi
Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk menghindari terjadinya TBC
aktif. Sedangkan peserta yang dinyatakan terduga TBC, maka
edukasi yang diberikan mengenai pemeriksaan lanjutan dan
pengobatan TBC.
d. Pengambilan, Pengemasan dan Pengiriman Dahak
Pengambilan, pengemasan dan pengiriman dahak dilakukan oleh
petugas kesehatan FKTP/FKRTL/mandiri terlatih yang ditunjuk oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diperiksa dengan mesin
TCM di FKTP/FKRTL. Pembiayaan pengemasan dan pengiriman pot
sputum yang berisi dahak mengacu pada ketentuan alur program
TBC. Kegiatan ini dilakukan pada hari yang sama saat kegiatan
skrining gejala TBC.

Pelaksanaan Kegiatan Skrining TBC luar gedung dilakukan dengan


kerjasama antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan memberdayakan petugas kesehatan
FKTP/FKRTL/mandiri, komunitas/kader, perangkat desa, dan lain-lain di
wilayah kerja masing-masing.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 82


Sejalan dengan pelaksanaan kegiatan skrining TBC maka:
• Kelompok sasaran yang terduga TBC akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan diagnosis TBC
• Kelompok sasaran yang tidak terindikasi terduga TBC, selanjutnya
dapat diases untuk pemberian TPT
• Kelompok sasaran yang sedang dalam pengobatan TBC, dilakukan
pemantauan kepatuhan pengobatan TBC.

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 83


Lampiran 2. Skrining Kebugaran Jasmani Remaja

Skrining kebugaran jasmani dilakukan minimal setiap 6 bulan sekali


dengan menggunakan metode Single Test. Tes dilakukan dengan
berlari pada jarak tempuh tertentu sesuai dengan usia anak sebagai
berikut:
• usia 10-12 tahun menempuh jarak 1000 meter
• usia 13-19 tahun menempuh jarak 1600 meter
Penilaian dilihat dari waktu tempuh yang diperlukan, dan
dikonversikan menjadi tingkat kebugaran berdasarkan usia dan jenis
kelamin (tabel penilaian terlampir/ dapat dilihat pada Buku
Pedoman Kebugaran Jasmani).

Skrining ini merupakan skrining kebugaran sederhana dengan sarana


yang minimal serta dapat dilakukan melalui aplikasi SIPGAR maupun
pengukuran manual, sehingga dapat dilakukan oleh Puskesmas
maupun Posyandu, bekerja sama dengan UKS. Pencatatan dan
pelaporan dilakukan melalui SIPGAR admin dan SITKO.

Setelah dilakukan skrining kebugaran diharapkan anak usia sekolah


diberikan edukasi aktivitasf fisik dan latihan fisik sesuai dengan tingkat
kebugaran dan kondisi kesehatan masing-masing.

Tabel A1. Penilaian single test 1600 meter Kelompok umur 10-12 tahun

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 84


Tabel A2. Penilaian single test 1600 meter Kelompok umur 13-19 tahun

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 85


Tabel A3. Rekomendasi Aktivitas Fisik berdasarkan Tingkat Kebugaran

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 86


Lampiran 3. Skrining Kebugaran Jasmani Usia Produktif

Tabel B1. Rekomendasi Aktivitas Fisik berdasarkan Tingkat Kebugaran

Hasil Frekuensi / Intensitas Durasi (diluar Tipe


Kebugaran minggu olahraga pemanasan olahraga
dan
pendinginan)

Baik/ Baik 4-5 x denyut nadi 40 - 60 menit Aerobik tipe


Sekali 140 - 150 x/ 1, 2, 3
menit

Cukup 3x denyut nadi 30 - 40 menit Aerobik tipe


120 - 140 x/ 2
menit

Kurang/ 2x denyut nadi 20 - 30 menit Aerobik tipe


Kurang 100 - 120 x/ 1
Sekali menit

Keterangan
Aerobik tipe 1 Jalan santai, Jalan Cepat, Jogging, Besepeda
Aerobik tipe 2 Senam, Renang, Step Aerobik, Disko Robik dll
Aerobik tipe 3 Olahraga Permainan Seperti Sepak Bola, Tennis,
Tennis Meja, Bola Basket, Bulutangkis, Bola Voli, Dll

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 87


Lampiran 4. Skrining Kebugaran Jasmani Lansia

Tabel C1. Penilaian Tes Jalan 6 Menit Kelompok Lansia

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 88


Lampiran 5. Ceklist Pelayanan pada Klaster

1) KLASTER IBU, ANAK DAN REMAJA

a. IBU HAMIL

Keterangan:

tanda "v"
wajib
dilakukan/di
periksa. Bila
tidak
dilakukan
maka
dilakukan
pada
kunjungan
selanjutnya

tanda (*)
atas indikasi

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 89


b. BALITA

• Pelayanan Neonatal Esensial dengan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda


(MTBM)

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 90


Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 91
• Pelayanan Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 92


• Pelayanan Imunisasi Rutin Lengkap

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 93


• Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

Ketika ditemukan klasifikasi merah, maka Posyandu Prima akan merujuk ke Puskesmas/ FKTP untuk mendapat
pemeriksaan oleh dokter

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 94


c. REMAJA

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 95


2. KLASTER USIA PRODUKTIF DAN LANSIA
USIA PRODUKTIF

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 96


Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 97
LANSIA

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 98


Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 99
3. KLASTER PENANGGULANGAN PENULARAN PENYAKIT

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 100


Penanggulangan Penularan Penyakit Tuberkulosis

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 101


Tim Penyusun

Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktur Tata Kelola Kesehatan Masyarakat

Kontributor:
• Direktorat Tata Kelola Kesmas (Monika Saraswati S, Rima Damayanti,
Pramutia H, Lisa)
• Direktorat Gizi dan KIA (Erna Mulati, Inti Mudjiati, Hera Nurlita, Ario
Baskoro, Rivani Noor, Dhefi Ratnawati, Yusuf)
• Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lansia (Kartini R, Julina,
Nindya)
• Direktorat Promosi Kesehatan (Imran A Nurali, Hanna Herawati, Ilvalita,
Danu)
• Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (Saddam)
• Direktorat P2PTM (Esti Ari, Sylviana, Andri)
• Direktorat P2PM (Endang Lukitosari, Sulistya, Totok, Lanny, Meilina,
Astrid, Hesti, Nur Indah, Hellen, Ridwan, Astrid)
• Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan (Triya Novita, Rohani,
Sorta, Palge)
• Direktorat Kesehatan Jiwa (Herbet S)
• BKPK (Dyah, Made Dewi, Tince)

Editor:
Rivani Noor, Monika Saraswati S

Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 89


PETUNJUK TEKNIS
INTEGRASI PELAYANAN
KESEHATAN
DI PUSKESMAS

Kementerian Kesehatan
2022

Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 90

Anda mungkin juga menyukai