Anda di halaman 1dari 2

Peradaban Islam Pelopor Revolusi

Hijau
Rep: hri/ Red: Agung Sasongko
URBAN COMPASS

Pertanian di kawasan urban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintahan Islam sangat mendukung pembangunan


di sektor pertanian. Maka, jaringan dan saluran irigasi pun dibangun untuk mengairi kebun
dan sawah. Pembangunan pertanian yang dilakukan umat Islam dikembangkan berdasarkan
pendekatan ilmiah.

Hal itu terlihat dari tiga elemen utama penunjang pertanian yakni; sistem pola tanam yang
mutakhir, teknik pembangunan irigasi yang tinggi, serta munculnya beragam varietas
tanaman yang disertai dengan katalog berdasarkan musim, tipe tanah, dan jumlah air yang
dibutuhkan.

Para sarjana pertanian Islam juga mampu menyusun sejumlah ensiklopedia pertanian dan
ilmu tumbuh-tumbuhan atau botani. Salah seorang sarjana pertanian Muslim yang banyak
memperkenalkan dan menemukan tanaman baru adalah Ibn Al-Baitar.

Pada awal abad ke-9 M, sistem pertanian modern telah menjadi sentra kehidupan ekonomi
dan organisasi dalam dinasti Islam. Kekhalifahan Islam menggantikan peran Roma sebagai
eksportir produk pertanian. Selama revolusi pertanian Muslim, pengolahan gula mulai
diproduksi secara besar-besaran. Penggilingan dan perkebunan gula dalam skala besar
bermunculan.

Sejumlah kota di 'Timur Dekat' seperti Anatolia, Yordania, Syria and Lebanon, Georgia,
Armenia, Mesopotamia, Afrika Utara, dan Spanyol didukung dengan sistem pertanian yang
ditopang irigasi yang luas berbasis pengetahuan hidrolik dan prinsip-prinsip hidrostatis.
Sistem irigasi juga digerakkan dengan sistem yang canggih seperti noria, pemutar air, dam,
serta waduk.

Pada era keemasan Islam, penguasa juga memberikan insentif bagi para pemilik lahan serta
para petani penggarapnya. Dinasti Islam pada masa itu mengakui kepemilikan pribadi dan
hasil panen dibagi dengan para penggarapnya. Sementara Eropa masih menerapkan sistem
budak di pertanian dan perkebunan.

Pada zaman kejayaan Islam berlangsung transformasi sosial melalui perubahan kepemilikan
lahan. Setiap orang, perempuan atau laki-laki dari berbagai etnis serta agama memiliki hak
untuk membeli, menjual, menggadaikan, serta menyewakan lahan untuk pertanian atau
keperluan lainnya.

Setiap kesepakatan dalam pertanian, industri, perdagangan dan ketenagakerjaan harus disertai
dengan kontrak. Kedua belah pihak harus memegang kontrak itu. Demikianlah Islam menjadi
pelopor revolusi hijau dan globalisasi hasil pertanian di abad pertengahan.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/11/27/p02ni1313-peradaban-
islam-pelopor-revolusi-hijau

Anda mungkin juga menyukai