Anda di halaman 1dari 37

amyharriest50

laporan akhir praktikum biokimia umum LIPID

amyharriest50
2 tahun yang lalu
Iklan

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia
yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel . Senyawa lipid tidak mempunyai
rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda
dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut non polar seperti eter, kloroform, aseton, dan bebzena. Berdasarkan sifat demikian , lipid
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau
pelarut nonpolar lainnya.

Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara
umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya berbeda. Dalam pengertian
sehari-hari disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika
berbentuk cair pada suhu kamar. Umumnya tujuan percobaan mengenai lemak dan minyak yaitu
untuk mengetahui beberapa sifat fitokimia dari lipid, mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
identifikasi sifat minyak, mengetahui pembentukan emulsi dari lipid dan mengidentifikasi adanya
sterol pada suatu bahan.Ada 7 percobaan mengenai lemak atau minyak yaitu uji kelarutan lipid, uji
pembentukan emulsi, uji keasaman minyak, uji sifat ketidakjenuhan minyak, uji penyabunan
minyak, uji kolesterol dan uji kristal kolesterol.

Tujuan
Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu
Mengetahui adanya pembentukan emulsi dari minyak
Mengetahui sifat asam basa minyak
Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak
Mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali
Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif
Mengetahui bentuk Kristal dari kolesterol
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Kelarutan Lipid

Pada umumnya lemak atau minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol dan
larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena, atau pelarut non
polar lainnya.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua
cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan
membentuk emulsi yang stabil, karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi
dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukan, sehingga tetes minyak
menjadi tersebar seluruhnya.

2.2 Uji Pembentukan Emulsi

Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain dimana keduanya
tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang
disebut emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara
kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupa protein, gom, sabun, atau garam empedu.

Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada
minyak ataupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat
menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak sehingga
mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lainnya.

2.3 Uji Keasaman Minyak

Minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal
ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan
asam-asam lemak bebas.

Proses ketengikan pada lemak atau minyak dipercepat oleh adanya cahaya, kelembaban,
pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu seperti fe, Ni atau Mn. Sebaliknya zat-zat
yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidan. Misalnya tokoferol
(vitamin E), asam askorbat (vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid.

2.4 Uji Sifat Ketidak jenuhan Minyak

Komposisi asam lemak dalam trigliserida terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap, sedangkan
asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.

Sumber asam lemak jenuh banyak terdapat dalam hewan (lemak hewani) seperti asam palmitat
dan asam stearat. Sedangkan, asam lemak tidak jenuh kebanyakan berasal dari tanaman (lemak
nabati) dan beberapa diantaranya merupakan asam lemak esensial seperti asam oleat, asam
linoleat dan asam linolenat. Asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan air brom karena adisi
brom pada ikatan rangkap.

-C=C- + Br2 > -C-C-


2.5 Uji Penyabunan Minyak

Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses
hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH atau KOH
melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali
disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi.

2.6 Uji Kolesterol

Kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan komponen penting yang terdapat dalam
membran semua sel hidup. Kolesterol adalah sterol utama yang terdapat di alam. Untuk
mengetahui adanya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol menggunakan reaksi
warna. Salah satu diantaranya adalah Lieberman Burchard. UJi ini positif bila reaksi menunjukkan
warna yang berubah dari merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi sebanding
dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.

2.7 Uji Kristal Kolesterol

Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol
terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenalin bagian luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf.
Jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk kristal.
Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arteriossclerosis) karena
dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga
aliran darah terganggu.

Kolesterol dalam darah tidak terdapat bebas, melainkan berkonjugasi sebagai lipoproteida, yaitu
pembentuk protein yang terdiri atas 25% kolesterol dan 75% asam lemak tidak jenuh.

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan Dan Alat

Bahan
Minyak kelapa
Minyak kelapa tengik
Minyak ikan
Alkohol 96 %
Kloroform
Eter
Air suling (aquades)
Na2CO3 0,5 %
sabun
protein 2 %
empedu encer
Margarin
Air brom
NaOH
deterjen
Asam asetat encer (5M)
CaCl2 5%
MgSO4 5%
Pb-Asetat 5%
Kolesterol 0,5 % dalam kloroform
Asam asetat anhidrit
H2SO4 pekat
Alat
Tabung reaksi
Erlenmeyer
Penjepit tabung
Pipet ukur
Pipet tetes
Kertas lakmus merah dan biru
Porselin tetes
Alat pemanas
Neraca analitis
Gelas obyek
3.2 Metode

A. Uji Kelautan Lipid

Disiapkan 5 tabung reaksi bersih .


Di isi berturut-turut dengan air suling, alcohol 96%, eter, kloroform, lar.Na2CO3 0,5% sebanyak
1ml.
Ditambahkan setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
Dikocok sampai homogeny
Diamati sifat kelarutannya
Disiapkan 5 tabung reaksi bersih dan kering
Tabung 1 : Di isi 2 ml air suling, 2 tetes minyak kelapa

Tabung 2 : Di isi 2 ml air suling, 2 tetes minyak kelapa, 2 ml Na2CO3

Tabung 3 : Di isi 2 ml air suling, 2 tetes minyak kelapa,2 ml lar.sabun

Tabung 4 : Di isi 2 tetes minyak kelapa, 2 ml lar.protein

Tabung 5 : Di isi 2 tetes minyak kelapa, 2 ml lar.empedu


Di kocok setiap tabung dengan kuat
Diamati pembentukan emulsi
Uji Keasaman Minyak
Diteteskan sedikit minyak kelapa pada porselin tetes
Di uji dengan kertas lakmus merah dan biru
Di amati perubahan warna
Diulangi percobaan dengan minyak kelapa tengik
Uji sifat ketidak jenuhan minyak
Di masukkan 2 tetes minyak kelapa ke tabung reaksi
Di tambahkan 2 ml kloroform
Di tambahkan setetes demi setetes air brom sambil dikocok hingga warna merah air brom tidak
berubah
Di hitung jumlah tetesan yang dibutuhkan
Di ulangi percobaan dengan margin atau lemak padat
Di bandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan
Uji penyabunan lemak
Hidrolisis minyak kelapa (saponifikasi)
Di masukan 5 ml minyak kelapa ke dalam erlenmeyer
Di tambahkan 1,5 g NaOH dan 25 ml alcohol 96%
Di panaskan sampai mendidih selama 15 menit
Di ambil 3 tetes larutan dan dilarutkan dalam air
Di uapkan alkohol yang tersisa sampai habis
Di dinginkan dan ditambahkan 75 ml air dan dipanaskan sampai semua sabun larut
Uji sifat-sifat sabun
Di ambil 6 ml larutan sabun, lalu dinetralkan dengan asam asetat encer
Lalu dibagi tiga dan dimasukan ke tabung reaksi
Kedalam tabung dimasukan masing-masing CaCl2 5%, MgSO4 5% dan Pb-asetat 10% sebanyak
5 ml
Di amati dan dicatat perubahan yang terjadi
Di ulangi percobaan dengan deterjen

Uji kolesterol
Di siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering
Tabung 1 : 1 ml minyak kelapa

Tabung 2 : 5 tetes minyak ikan

Tabung 3 : 5 tetes kolesterol 0,5%

Di tambahkan 2 ml kloroform di setiap tabung


Di tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid
Di tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung
Di kocok hati-hati dan didiamkan beberapa detik
Di amati perubahan warna yang terjadi
Uji Kristal kolesterol
Di larutkan sedikit kolesterol dalam alkohol panas pada gelas obyek
Di ambil setetes larutan kolesterol dan di teteskan pada gelas preparat
Di biarkan sampai semua alkoholnya menguap
Di periksa kristal kolesterol dibawah mikroskop
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN


1 Uji kelarutan lipid Tabung 1 : Tidak larut dan terpisah
Tabung 2 : Tidak larut dan terjadi pengendapan

Tabung 3 : Larut dan bercampur

Tabung 4 : Larut dan warna menjadi kuning

Tabung 5 : Membentuk buih bewarna putih

2 Uji pembentukan emulsi Tabung 1 : Tidak larut dan terpisah


Tabung 2 : Tidak larut dan terpisah

Tabung 3: Larutan bewarna putih,ada buih dan minyak larut

Tabung 4 : Terbentuk emulsi

Tabung 5 : Tidak larut dan warna kuning minyak dan hijau bening

3 Uji keasaman minyak # Minyak kelapa = sifat netral


Lakmus merah = merah

Lakmus biru = biru

# Minyak tengik = sifat asam (pH 6)

Lakmus merah = merah

Lakmus biru = merah

4 Uji sifat ketidak jenuhan minyak Tabung 1 : 5 tetes minyak tidak jenuh dapat
menghilangkan air brom
Tabung 2 : > 5 tetes margarin jenuh tidak dapat menghilangkan air brom
5 Uji penyabunan minyak Setelah semua larutan dicampur : reaksi berjalan sempurna, warna
berubah jadi bening, serta buih-buih pada larutan menghilang
6 Uji kolesterol Tabung 1 : warna hijau pekat
Tabung 2 : warna merah

Tabung 3 : warna hijau

7 Uji Kristal kolesterol Kristal yang terbentuk, berbentuk persegi panjang dengan salah satu
ujungnya membentuk sudut seperti anak tangga, Kristal tidak bewarna dan tidak berbau

4.2 Pembahasan

Uji kelarutan lipid


Pada percobaan ini, semua bahan diuji secara organoleptis yaitu uji yang meliputi panca indera,
dalam hal ini adalah penglihatan. Pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 1 antara minyak
kelapa dengan aquades, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada aquades, minyak
tidak dapat larut dengan baik dan antara minyak kelapa dan aquades terpisah karna air adalah
senyawa polar, sementara minyak adalah senyawa non polar, warnanya pun keruh da nada
endapan minyak di permukaan.

Sedangkan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 2 antara minyak kelapa dengan alkohol,
saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada alkohol, tidak terjadi kelarutan sempurna
dibuktikan dengan terlihatnya larutan yang koloid dan membentuk koloid dan membentuk
gumpalan terlihat ada pemisahan dan warnanya yang cerah . Hal ini dikarenakan etanol
merupakan zat pelarut yang baik. alasan selanjutnya terlihat dari rumus kimianya terdapat dua
gugus alkil (etil alkohol) sehingga apa bila terjadi reaksi gugus alkil yang paling luar lebih mudah
untuk lepas sehingga terjadilah ikatan kimia.

Sedangkan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 3 antara minyak kelapa dengan eter,saat
minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada eter, minyak dapat larutdengan baik dan dapat bercampur
dengan sempurna dan karena kedua larutan ini dapat berikatan dengan gaya vanderwalls dan
kedua larutan sama-sama bersifat polar.

Dan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 4 antara minyak kelapa dengan kloroform, saat
minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada kloroform, minyak dapat larut dengan baik dan warna
yang terbentuk adalah kuning.

Yang terakhir pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 5 antara minyak kelapa dengan Na2CO3
0,5%, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada larutan Na2CO3 0,5% diperolah
minyak tidak larut dalam Na2CO3 0,5 %. Seharusnya disamping lipid tidak larut dan terbentuk
emulsi .Dan juga terbentuk buih warna putih

Uji pembentukan emulsi


Pada praktikum kedua yaitu uji emulsi lemak, reaksi yang terjadi pada kelima tabung
menunjukkan hasil yang negatif. Pada tabung 1 yang berisi aquades dan minyak kelapa, larutan
tidak dapat menyatu dan membentuk 2 lapisan.

Namun pada percobaan tabung 2 , dengan adanya larutan Na2CO3 Minyak kelapa membentuk
emulsi ketika dilarutkan kedalam larutan campuran air dan Na2CO3. Karena Na2CO3 merupakan
zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na2CO3 terjadi emulsi
karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air.

Hal yang berbeda terjadi pada reaksi ketiga tabung lainnya. Pada tabung 3 yang berisi minyak,
aquades dan larutan sabun, tabung 4 yang berisi larutan protein dan minyak, dan tabung 5 yang
berisi larutan empedu encer dan minyak.

Namun menurut satu literatur yang di peroleh, seharusnya minyak yang direaksikan dengan air
dan air + air sabun akan membentuk emulsi, dikarenakan air sabun memecah molekul minyak
kelapa sehingga susunanya akan rusak. Hal ini sesuai dengan pendapat Raharjo (2005) yang
menyatakan bahwa asam lemak jenuh dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh lebih memiliki
titik lebur lebih rendah dan mudah larut dan saat minyak kelapa direaksikan dengan air +
Na2CO3 diperoleh hasil emulsi dari reaksi tersebut, dikarenakan Na2CO3 memecah molekul
sehingga susunannya rusak. Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap dalam struktur
kimianya dan asam lemak jenuh pada umumnya tidak dapat larut di dalam air. Ketidaksesuaian
antara praktikum yang telah dilakukan dengan literatur kemungkinan di sebabkan oleh kesalahan
dalam cara kerja ataupun alat dan bahan laboratorium yang kurang steril.

Uji keasaman minyak


Pada uji keasaman dan kebasahan lipid pada percobaan ini yaitu ingin mengetahui sifat
keasaman dan kebasaan pada minyak kelapa ,dan minyak tengik . Langkah pertama yang di
lakukan yaitu memasukkan sampel minyak kelapa ,dan minyak tengik ke dalam porselin tetes
kemudian mencelupkan kertas indicator ke dalam porselin tetes tersebut kemudian melihat dan
mengukur perubahan yang terjadi. Pada percobaan ini menunjukkan pH pada minyak kelapa , dan
minyak tengik, berturut turut adalah 7,7. Hal ini menunjukkan pada minyak kelapa tengik dan
minyak kelapa bersifat netral .

Hal ini berbeda dengan literature yang ada dimana dikatakan bahwa seharusnya minyak tengik
bersifat lebih asam dibandingkan dengan minyak kelapa karena telah mengalami hidrolisis dan
oksidasi yang mengahasilkan aldehid, keton,dan asam lemak bebas. Hal ini mungkin dikarenakan
kesalahan pada praktikan pada saat melakukan pengukuran pH-nya ( Alipanca, 2012).

Uji sifat ketidak jenuhan


Pada percobaan uji sifat ketidakjenuhan minyak, 3 tetes minyak kelapa dan 2 ml kloroform
dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama dan pada tabung kedua diisi dengan seujung spitel
margarine dan 3 ml kloroform. Kemudian diteteskan sedikit demi sedikit air brom lalu dikocok
sampai warna air brom (merah) tidak berubah. Lalu dihitung jumlah tetes dan bandingkan jumlah
tetesan antara kedua tabung.
Pada tabung pertama menghasilkan 5 tetes yang tidak jenuh dan pada keadaan tidak jenuh dapat
menghilangkan air brom karena adisi brom pada satu ikatan rangkap. Sedangkan pada tabung
kedua menghasilkan >5 tetes dan pada margarin asam jenuhnya tidak dapat menghilangkan air
brom karena adisi brom pada satu ikatan atau lebih ikatan rangkap. Sehingga minyak lebih tinggi
ketidak jenuhannya dibandingkan dengan margarin.

Uji penyabunan lemak


Sabun adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan alkali. Asam lemak
ini terdapat di dalam minyak nabati dan lemak hewan. Reaksi dari minyak nabati dan lemak
hewan dengan alkali disebut dengan reaksi saponifikasi. Selain berasal dari minyak atau lemak,
sabun juga dibuat dari minyak bumi dan gas alam maupun langsung dari tanaman. Secara teoritis
semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun. Sifat-sifat sabun yaitu sabun
bersifat basa, sabun menghasilkan buih atau busa, sabun mempunyai sifat membersihkan, Lemak
dan minyak dapat terhidrolisis menghasilkan asam lemak dan gliserol, proses hidrolisis minyak
oleh alkali akan terbentuk penyabunan atau saponifikasi. Semakin banyak endapan yang
terbentuk, maka semakin tinggi nomor atomnya.

Pada uji sifat-sifat sabun digunakan 3 bahan uji, yaitu larutan CaCl2 5%, larutan MgSO4, dan
larutan Pb-asetat 5%. Pada larutan sabun yang ditambahkan larutan CaCl2 5%, terbentuk endapan
dalam jumlah yang sedang. Pada larutan sabun yang ditambahkan larutan MgSO4 5%, terbentuk
endapan dalam jumlah sedikit. Sedangkan pada larutan sabun yang ditambahkan Pb-asetat 5%,
terbentuk endapan dalam jumlah yang banyak. Jumlah endapan yang terbentuk menandakan
jumlah air sadah yang terdapat dalam larutan. Semakin banyak endapan, maka semakin tinggi
kesadahannya. Air sadah yaitu air yang mengandung mineral yang tinggi. Air sadah mengandung
ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah menyebabkan sabun dan detergen sukar berbuih dan timbulnya
sejenis karang dan kerak. Sabun dan detergen sukar berbuih karena ion Ca2+ dan Mg2+
mengendapkan sabun dan detergen.

Uji kolesterol
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara
kualitatif. Kolesterol hanya terdapat pada manusia dan hewan, sedangkan pada tumbuhan tidak
terdapat kolesterol. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh manusia yaitu dalam bentuk lemak yang
sangat diperlukan oleh otak. Untuk mengetahui adanya kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol
menggunakan reaksi warna.

Salah satu diantaranya ialah reaksi Lieberman Burchard. Hasil positif didapatkan pada minyak
kelapa yang tidak terjadi perubahan warna pada minyak kelapa. Sedangkan pada minyak ikan dan
kolesterol 0,5% dalam kloroform terjadi perubahan warna menjadi warna hijau kemerahan dan
merah pada kloroform yang menandakan hasil positif dan sesuai dengan reaksi Lieberman
Burchard. Dimana, uji positif bila reaksi menunjukkan warna yang berubah dari merah, kemudian
biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.

Uji Kristal kolesterol


Uji kristal kolesterol bertujuan untuk untuk mengetahui dan mengamati Kristal kolesterol. Prinsip
kerja uji kristal kolesterol adalah memasukan larutan kolesterol ke dalam tabung reaksi kemudian
memanaskan sampai mendidih, lalu dinginkan, kemudian saring lalu ambil endapan kemudian
amati dengan mikroskop.

Pada uji kristal kolesterol terbentuk kristal kolesterol karena kolesterol adalah suatu eter yang
mampu membentuk ikatan hidrogen karena kolesterol merupakan senyawa polialkanol yang
mempunyai perbedaan elektronegativitas yang bebas dengan H dan O. Jika kolesterol direaksikan
dengan alkohol maka akan terbentuk kristal kolesterol. Jika terdapat kolesterol dalam konsentrasi
yang tinggi maka kolesterol akan mengkristal dalam bentuk kristal tak berwarna. Kristal yang
dihasilkan tidak berbau, memiliki titik lebur 150o 181oC dan berwarna bening.

Berikut ini adalah gambar dari kristal kolesterol yang diperoleh dari percobaan:

Kristal yang terbentuk, berbentuk persegi panjang dengan salah satu ujungnya membentuk sudut
seperti anak tangga. Hal ini sesuai dengan teori.

Gambar Kristal kolesterol di bawah mikroskop

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini :

Lemak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alcohol, dan larut sempurna pada pelarut
nonpolar seperti eter dan kloroform.
Emulsi pada minyak terbentuk jika terdapat zat pengemulsi atau emulsifier sebagai pada larutan
Minyak murni bersifat netral sedangkan minyak tengik bersifat asam yang dibuktikan dengan
kertas lakmus.
Hidrolisis minyak oleh alkali diketahui dengan terbentuknya endapan dan perubahan warna
menjadi kuning. Kesadahan minyak diketahui dengan terbentuknya busa dan endapan
Sterol dalam suatu bahan dapat diketahui dengan perubahan warna merah menjadi hijau
Kolesterol dalam alkohol terdapat suatu bentuk keristal yang didalamnya terdapat macam-macam
keristal yang sempurna.
Minyak lebih tinggi ketidakjenuhannya dibandingkan dengan margarine
5.2 Saran

Diharapkan praktikan bisa lebih teliti dalam melakukan pengamatan


Diharapkan agar jumlah asisten dapat disesuaikan dengan jumlah kelompok praktikan yang ada
Diharapkan agar laboratorium dapat melengkapi alat-alat praktikum
Diharapkan agar laboratorium dapat menyediakan kursi sehingga praktikan dapat melakukan
praktikum dengan nyaman

DAFTAR PUSTAKA

Andhika ,deivy. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA UMUM.


Laboratorium biokimia Fakultas Teknologi Pertanian UNAND. Padang.
vheenvhien
Laporan Praktikum Biokimia Lipid

vheenhie
6 tahun yang lalu
Iklan

JUDUL : Lipida
Hari/Tanggal : Jumat, 21 Oktober 2011

TUJUAN :
2.1 Menguji kelarutan lemak dan minyak pada berbagai jenis pelarut.

2.2 Menguji sistem emulsi lemak/minyak dalam air dan larutan Na2CO3.

2.3 Menentukan bilangan penyabunan suatu lemak/minyak.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Suatu Lipid didefinisikan sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter
( Fessenden & Fessenden,1982)

Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-
kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic
se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)

Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang
berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007)

Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak
yaitu:

R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang
paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti triester (dari)
gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar
lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah
berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden &
fessenden, 1982)

Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun


penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007).

Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak
jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al,2007).

Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini
dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk
asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).

Dengan reagen HubIs Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2,
maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang
berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak
ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk
memutuskan ikatan rangkap ( Salirawati et al,2007).

Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap
oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi
ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).

Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat
berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril
tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007)
Gambar 3.1 Contoh hidrolisis Margarin

Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu
sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol
asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah
miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan
(Salirawati et al,2007)

Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin
pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya (salirawati et al,2007)

Gambar3.2 Reaksi penyabunan gliseril stearat

Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut
sabun cuci, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa
disebut sabun mandi. (Salirawati et al,2007)

Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak
kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan
minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas
kurang dari 5% .

Menurut ketaren(1986), warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam
karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan menurut Kisshenbuar (1960), warna
pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena
asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna.

Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak
dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat
diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat,
karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan
kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren,
1986).

Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida
dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4%
trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).

Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak
yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam
lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44C,asam lemak miristat 54C, asam lemak
palmitat 63C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati gardjito,1980)

Metode Percobaan

4.1 Alat

Tabung reaksi

Kertas lakmus

Gelas kimia

Pipet tetes

4.2 Bahan

Mentega

Margarin

Minyak kayu cendana

Alkohol panas

Asam encer

Aquades

Alkali

Larutan Na2CO3. 1,0 %


4.3 Prosedur Kerja

Uji Kelarutan

Derajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung
pada bahan pelarut yang dipakai.

Cara kerja :

3 mL pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Sedikit bahan percobaan
dibubuhkan ke dalam tabung yang sudah berisi pelarut. Isi tabung dikocok kuat-kuat dan diamati
kelarutannya.

Emulsi

Minyak/lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada
bahan lain yang dapat berfungsi sebagai emulgator.

Cara Kerja:

Kira-kira 5 mL air dimasukkan ke tabung reaksi yang bersih. 3 tetes bahan percobaan dimasukkan
pada tabung reaksi berisi air. Dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.
5 mL air dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. 2-3 tetes larutan Na2CO3 dibubuhkan
kedalam tabung yang berisi air. Dikocok dan diperiksa larutan dengan indicator hingga laritan
bersifat basa. Kemudian, 3 tetes bahan percobaan dibubuhkan ke dalamnya dan dikocok kuat-kuat
selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.

Penentuan bilangan penyabunan

2,5 g bahan percobaan (lemak/minyak) dan 25 ml KOH 0,1 M dimasukkan kedalam Erlenmeyer
250 ml. dibuat juga blankonya(pengerjaannya sama, tetapi tanpa menggunakan bahan percobaan).
Baik bahan percobaan maupun blako dibuat duplo (2 kali ulangan)
Direfluks diatas api kecil sampai penyabunan sempurna (kira-kira 30 menit). Untk mengetahui
apakah proses penyabunan telah selesai/sempurna, hasil refluks diteteskan dalam tabung yang
berisi air. Bila bening berarti proses penyabunan telah selesai.
Setelah didinginkan, hasil refluks ditambah 2 tetes indicator fenolftalein dan dititrai denganlarutan
HCl 0,5 M.
Di hitung bilangan penyabunan
Keterangan :

V1 = Volume Hcl yang dibutuhkn untuk bahan percobaan (mL)

V2 = Volume HCl yang dibutuhkan untuk blako (mL)

M = Molaritas Hcl yang digunakan

56,1 = massa molekul KOH

Penentuan Bilangan peroksida

Minyak sebanyak 5 g ditimbang dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan30 ml campuran


pelarut yang terdiri dari 60% CH3COOH dan 40% CHCl3, lalu dikocok
Selanjutnya, larutan tersebut ditanbahkan 0,5 mL larutan KI jenuh sambil dikocok dan dibiarkan
dalam ruangan gelap selama 2 menit.
Larutan ditambahkan 30 mL aquades dan 3 tetes indicator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3
0,01 M. Proses yang sama dilakukan juga terhadap blanko.

Penentuan bilangan asam

Minyak sebanyak 20 g ditimbang dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 50 mL etanol 95%


Campuran kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam pemanas air sambil diaduk, kemudian
dtambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan KOH 0,1 M.

V. Hasil Percobaan
Hidrolisis pati oleh amilase air liur

Bahan Percobaan Kloroform Alcohol Panas Asam Encer Alkali


Minyak kelapa+
Mentega +
Margarin + +

Keterangan: (+) = larut (-) = tidak larut

Bahan Percobaan Emulsi A Emulsi B


Minyak kelapa +
Mentega +
Margarin +

Keterangan : (+) = membentuk emulsi (-) = tidak membentuk emulsi

Penentuan Bilangan penyabunan

Blanko Bahan Percobaan


Ulangan IUlangan II Ulangan IUlangan II
Meniskus akhir 14,5 6,5 22 9,5
Meniskus awal 10 1 6 2
Volume HCl 4,5 5,5 16 7,5
Rataan Vb= 5 Rataan Vi= 11,75

Diketahui : berat bahan percobaan : 2,5 gram

Konsentrasi HCl : 0,5 M

Volume HCl untuk blanko (V1) : 5 ml

Volume HCl untuk bahan percobaan : 11,75 ml

Massa molekul KOH : 56 g/mol


= 75,735

Penentuan bilangan Peroksida

Konsentrasi Na2S2O3 = 0.01 M


Volume Na2S2O3 = 10 ml
Berat sampel = 5 gram

= 20

Penentuan bilangan asam

Konsentrasi KOH = 0,1 M


Volume KOH = 17,5 ml
Berat sampel = 20 gr
Titrasi

Meniskus awal =0
Meniskus akhir = 17,5

= 4,90875

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yaitu uji kelarutan, minyak kelapa, mentega dan margarine ketiganya
larut dalam kloroform, tetapi pada alcohol panas hanya margarine yang larut sedangkan pada
alkali ketiganya tidak larut. Menurut Lehninger (1982), lipid merupakan sekumpulan senyawa
biomolekul yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter,
benzene, aseton, dan petroleum eter. Jadi, hasil percobaan ini membuktikan bahwa lipid larut
dalam kloroform karena kloroform merupakan pelarut non polar sedangkan alcohol tidak karena
alcohol merupakan pelarut polar begitu pula dengan alkali (salirawati et al,2007).

Pada percobaan kedua, pembentukan emulsi terlihat bahwa untuk percobaan bagian A Minyak,
mentega dan margari hanya dilarukan dengan menggunkan air. Tidak terjadi pembentukkan emulsi
karena minyak, mentega dan margarine tidak dapat larut didalam air Karena air merupakan pelarut
polar (salirawati et al,2007).

Tetapi pada percobaan bagian B, dengan adanya larutan Na2CO3 Minyak kelapa membentuk
emulsi ketika dilarutkan kedalam larutan campuran air dan Na2CO3. Karena Na2CO3 merupakan
zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na2CO3 terjadi emulsi
karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air. (Fessenden & Fesenden,
1982)

Pada percobaan ketiga yakni penentuan bilangan penyabunan minyak direaksikan dengan KOH.
Sabun yang dihasilkan dari reaksi ini berupa sabun yang mempunyai sifat yang lebih keras
(Salirawati et al,2007).

Dalam penentuan bilangan penyabunan, besar kecilnya bilangan penyabunan ditentukan oleh
panjang pendeknya rantai karbon. Hasil dari bilangan penyabunan dari minyak adalah 75,735 hal
ini menunjukan bahwa minyak memiliki rental yang panjang karena bilangan penyabunannya
besar (Salirawati et al,2007).

Pada percobaan keempat yakni penentuan bilangan peroksida, minyak dilarukn dalam pelarut
yang merupakan campuran kloroform dan asam asetat. Dan ditambhkan larutan kanji kemudian
dititrasi. Hasil akhir dari titrasi larutan membentuk dua fase. Bilangan peroksida dari minyak yang
didapat sesuai hasil percobaan adalah 20. Penentuan bilangan peroksida ini bertujuan untk
melihat kualitas minyak. Karena seringkali minyak mudah mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Untk menghambatnya biasanya
ditambahkan antioksidan. Antioksidn bersifat sebagai akseptor radikal bebas dan mampu
menghentikan reaksi oksidasi minyak (stuckey,1968).

Reaksi autooksidasi dimulai ketika radikal bebas hasil tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen
membentuk radikal peroksida. Reaksi ini berntai dan sangat cepat dengan energy hamper nol,
sehingga konsentrasi radikal peroksida yang terbentuk lebih besar dalam siste makanan dimana
oksigen tersebut berada. Radikal peroksida tersebut akan mengekstrak ion hydrogen dari lipid
membentuk hidroperoksida dan molekul radikal lipida baru (Trilaksani,2003)

Dan untuk percoban selanjutnya yakni penentuan bilangan asam. Sesuai hasil percobaan diperoleh
4,98075. Asam yang berasal dari antioksidan bertindak sebagai donor proton (hydrogen) terhadap
radikal bebas yang terbentuk sehingga tahap propagasi dapat terhambat dan jumlah radikal bebasa
yang dapat menstimulasi terjadinya kankerpun dapat dikurangi jumlahnya. Semakin banyak
antioksidan yang ditambahkan pada minyak, kerusakan minyak karena oksidasipun dapat
dikurang (Salirawati et al,2007).

VII. Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulakan bahwa :

Lemak dan minyak tidak larut di dalam asam, alkohol dan alkali(pelarut Polar), tetapi dalam
pelarut organik seperti: eter, kloroform, dll.
Lemak dan minyak tidak membentuk emulsi di dalam air, tetapi di dalam larutan garam seperti
Na2CO3 membentuk emulsi
Bilangan penyabunan adalah Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram
lemak. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon.
Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian
Universitas Udayana

Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga

Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas


Teknologi pertanian UGM

Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press

Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo


Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan.
Laporan penelitian.Bogor:IPB

Iklan
Kategori: Uncategorized
Tinggalkan sebuah Komentar
vheenvhien

Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas
Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-


Press. Jakarta.

http //www.dianafatihatul.blogspot.com

Iklan
Kategori: Tak Berkategori
Tinggalkan sebuah Komentar
amyharriest50

Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas

Asrul
JUMAT, 06 DESEMBER 2013
laporan LIPID
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI DASAR
LIPID

logo UIN.jpeg

Disusun oleh:
Nama : ASRUL
Nim : 60700112042
Kelompok : IV (Empat)
Jurusan : ILMU PETERNAKAN
Asisten : MAGHFIRAH BAHARUDDIN

LABORATORIUM PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Nutrisi Dasar, yang berjudul Percobaan Lipid disusun
oleh:
Nama : Asrul
Nim : 60700112042
Kelompok : IV (Empat)
Jurusan : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima
sebagai laporan lengkap.
Samata-Gowa, November 2013
Koordinator Asisten Asisten

( Nurwahidah. J ) ( Maghfirah Baharuddin )


NIM : 60700110025 NIM : 60700111038

Mengetahui
Tanggal Pengesahan :

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang
terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau
tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik nonpolar, seperti
benzen, pentana, dietil ether dan karbon tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat
diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan (Chitika, 2013).
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena
nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut dalam pelarut nonpolar,
seperti alkohol, ether atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid diantaranya untuk
menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel dan sebagai pensinyalan molekul
(Anonim, 2013).
Lipid merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di
dalam lemak, monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya
getah dan steroid) dan lain-lain (Chitika, 2013).
Karena begitu besar peranannya sebagai senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan
atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Untuk memberikan
defenisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak
mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip (Anonim, 2013).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang dilaksanakan adalah
1. Mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak.
2. Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
3. Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
4. Mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipid (dari bahasa Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang
dicirikan oleh sifat kelarutannya. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar
seperti kloroform, eter, dan benzena. Penyusun utama lipid adalah trigliserida, yaitu ester gliserol
dengan tiga asam lemak yang bisa beragam jenisnya (Gordon 1990).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid
kompleks. Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit
penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis
lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada
sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah
molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus
fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun
panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipid lainnya berupa
gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipid sederhana (yang
tidak mengandung komponen asam lemak) seperti derivat senyawa terpenoid/isoprenoid serta
derivat steroida. Lipid sering berupa senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau
karbohidrat (glikolipida) (Anna, 1994).
Asam lemak penyusun lipid ada dua macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Asam lemak tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Halogen
dapat bereaksi cepat dengan atom C pada rantai yang ikatannya tidak jenuh (peristiwa adisi). Lipid
yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut minyak,
sedangkan lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak
(Pratt, 1992).
Selama penyimpanan, lemak atau minyak mungkin menjadi tengik. Ketengikan terjadi karena
asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon,
alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) dengan BM relatif rendah dan
bersifat volatil dengan aroma yang tidak enak (tengik/rancid). Karena mudah terhidrolisis dan
teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya.
Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta
menghindarkannya dari kontak langsung dengan udara. Dari segi gizinya, asam lemak
mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam
pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.
Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan
antioksidan di dalam tubuh (Sudarmadji, 1989).
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-
kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan
tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang
dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid.
Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak
yaitu: R1, R2, dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23,
tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak
dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol.
Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak
berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa
lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun
penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-asam
lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani
misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam
lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat
di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam
lemak jenuh. Dengan reagen Hubis Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung
sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis
minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda.
Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah
digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap. Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan
iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan.
Semakin besar bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak
kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan
minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas
kurang dari 5% . Warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam karoten
yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Warna pada minyak selain disebabkan oleh zat warna
karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak
berwarna. Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi.
Karoten tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik,
tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren,
1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak
yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam
lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44C, asam lemak miristat 54C, asam lemak
palmitat 63C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Gardjito, 1980).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat
berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril
tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat. Proses hidrolisis yang menggunakan basa
akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan
(Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika
rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan. Besar kecilnya bilangan
penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon,
semakin kecil bilangan penyabunannya. Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang
bersifat lebih keras atau biasa disebut sabun cuci, sedangkan jika digunakan KOH maka
dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut sabun mandi (Salirawati et al,2007).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat,
karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat
ketidak jenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan
kedalam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. Asam
lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida
dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4%
trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak
dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah
komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai
panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat
tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger, 1982).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid
kompleks. Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak atau
minyak seperti ester asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak jagung,
minyak biji kapas, dan butter, 2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang
alkohol, contohnya adalah beeswax, spermaceti, dan carnauba wax, dan 3) sterol yang didapat dari
hidrogenasi parsial atau menyeluruh fenantrena, contohnya adalah kolesterol dan ergosterol
(Encyclopedia, 2008).
Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit
penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis
lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada
sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah
molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus
fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Triasilgliserol terakumulasi di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa, dalam tubuh manusia
dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk penyimpanan energi. Lipid yang lebih
kompleks berada dekat dan berhubungan dengan protein dalam membran sel dan partikel
subselular. Jaringan yang lebih aktif mengandung lipid kompleks yang lebih banyak, contohnya
adalah dalam otak, ginjal, paru-paru, dan darah yang mengandung konsentrasi fosfatida dalam
jumlah tinggi pada mamalia (Encyclopedia 2008).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/ Tanggal : Sabtu, 30 November 2013
Pukul : 13.00 - 14.30 WITA
Tempa : Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunsen 1 buah, Erlenmeyer 1 buah ,
gelas kimia 250 ml 1 buah, kaki tiga + kasa 1 buah, pipet skala 3 buah, pipet tetes 1 buah, rak
tabung 1 buah dan tabung reaksi 7 buah.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, alkohol 95%, alkohol 95% panas,
alkohol 96%, asam cuka encer, CaCl2, ether, KmnO4 0,1 N, korek gas, larutan KOH 50%, larutan
NaCO3 0,5%, larutan sabun 3%, larutan NaCl, minyak murni, minyak zaitun, pb-asetat dan
spirtus.

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah
1. Membuat Emulsi
a) Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
b) Memasukkan masing-masing 5 ml air ke dalam tabung reaksi.
c) Memasukkan masing-masing setetes minyak zaitun ke dalam tabung reaksi.
d) Memasukkan 3 tetes larutan NaCO3 0,5% ke dalam tabung reaksi yang ke-2.
e) Memasukkan 3 tetes larutan sabun 3% ke dalam tabung reaksi yang ke-3.
f) Menghomogenkan masing-masing campuan larutan.
g) Mengamati emulsi-emulsi yang nampak segera, setelah dihomogenkan.
h) Mengamati perubahan yang terjadi setelah campuran larutan ditenangkan selama 30 menit.
2. Sifat Larut Lemak
a) Menyiapkan 4 buah tabung reaksi.
b) Memasukkan masing-masing 2 ml air, alkohol 95%, alkohol 95% panas dan ether ke dalam
tabung reaksi.
c) Memasukkan 2 tetes minyak zaitun ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d) Menghomogenkan masing-masing campuran larutan.
e) Mengamati larutan minyak ke-4 tabung tersebut.
3. Menyatakan Ikatan Tak Jenuh
a) Memasukkan 3 tetes minyak kelapa murni ke dalam tabung reaksi.
b) Menambahkan setetes larutan KmnO4 0,1 N, ke dalam tabung reaksi.
c) Mengamati perubahan yang terjadi.
4. Menyabunkan Minyak
a) Memasukkan 5 ml minyak murni ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml.
b) Menambahkan 20 ml alkohol 96% ke dalam labu Erlenmeyer.
c) Menambahkan 3 ml larutan KOH 50%.
d) Memanaskan campuran larutan tersebut di atas nyala api selama 10 menit.
e) Membandingkan campuran larutan.
f) Melarutkan campuran larutan tersebut ke dalam 100 ml air panas.
g) Memasukkan 20 ml larutan tersebut ke dalam gelas kimia.
h) Menambahkan 5 tetes asam cuka encer ke dalam larutan.
i) Membagi 2 larutan yang ada di dalam gelas kimia ke dalam tabung reaksi.
j) Menambahkan 3 tetes CaCl2 ke dalam tabung reaksi yang pertama.
k) Menambahkan 3 tetes pb-asetat ke dalam tabung reaksi yang ke-2.
l) Memasukkan 20 ml campuran larutan yang telah diencerkan dalam air panas ke dalam gelas
kimia.
m) Menambahkan 2-3 butir NaCl padat ke dalam gelas kimia tersebut.
n) Mengamati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat Emulsi
No.
Gambar
Keterangan
1.
Air + Minyak Zaitun
a. Setelah dihomogenkan

1
2
b. Setelah ditenangkan 30 menit

1
2
3
a. Setelah dihomogenkan
1. Larutan keruh sedang
2. Gelembung

b. Setelah ditenangkan 30 menit


1. Busa putih
2. Larutan keruh sedang
3. Gelembung
2.
Air + Minyak zaitun + NaCO3 0,5%
a. Sesaat setelah dihomogenkan

1
2

b. Ditenangkan selama 30 menit setelah dihomogenkan


1
2
a. Sesaat setelah dihomogenkan
1. Gelembung
2. Larutan bening

b. Ditenangkan selama 30 menit setelah dihomogenkan


1. Gelembung
2. Larutan bening
3.

Air + Minyak Zaitun + Sabun 3%


a. Sesaat setelah dihomogenkan

1
2

b. Ditenangkan selama 30 menit setelah dihomogenkan


1

a. Sesaat setelah dihomogenkan


1. Busa putih
2. Larutan keruh

b. Ditenangkan selama 30 menit setelah dihomogenkan


1. Busa putih
2. Larutan keruh
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar

2. Sifat Larut Lemak


No.
Gambar
Keterangan
1.
Air + Minyak Zaitun

1
1. Air + minyak zaitun
1. Larutan keruh
2.
Alkohol 95% + Minyak Zaitun
1
2

3
2. Alkohol 95% + Minyak Zaitun
1. Larutan bening
2. Gelembung
3. Endapan
3.

Alkohol 95% Panas + Minyak Zaitun

3. Alkohol 95% Panas + Minyak Zaitun


1. Larutan bening
2. Endapan

4.
Ether + Minyak Zaitun

1
4. Ether + Minyak Zaitun
1. Larutan bening
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar\

3. Menyatakan Ikatan Tak Jenuh


No.
Gambar
Keterangan
1.
Minyak Kelapa Murni

1
1. Minyak Kelapa Murni
1. Larutan kuning keruh
2.
Minyak Kelapa Murni + larutan KmnO4 0,1 N

1
2. Minyak Kelapa Murni + larutan KmnO4 0,1 N
1. Endapan ungu
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar

4. Menyabunkan Minyak
No.
Gambar
Keterangan
1.
Minyak + Alkohol 96% + Larutan KOH 50%

a
b
1. Minyak + Alkohol 96% + Larutan KOH 50%
a. Busa bening kasar
b. Endapan kuning keruh
2.
Percobaan I
a. 10 ml larutan sabun + 3 tetes CaCl

1
2
3
b. 10 ml larutan sabun + 3 tetes pb-asetat

1
2

a. 10 ml larutan sabun + 3 tetes CaCl2


1. Busa Putih
2. Endapan putih
3. Larutan kuning pucat

b. 10 ml larutan sabun + 3 tetes pb-asetat


1. Larutan kuning pucat
2. Endapan putih
3.
Percobaan II
10 ml larutan sabun + NaCl padat

a
b
3. Percobaan II
10 ml larutan sabun + NaCl padat
a. Busa putih
b. Endapan putih
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar

B. Pembahasan
Adapun pembahasan dari hasil pengamatan diatas adalah sebagai berikut:
1. Membuat Emulsi
Minyak mempunyai sifat tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut non-polar seperti
alkohol panas, ether, khloroforn, benzene. Pada hasil percobaan menunjukkan bahwa
pencampuran antara air dan minyak zaitun setelah dihomogenkan akan menghasilkan larutan
keruh dan tedapat gelembung, setelah ditenangkan 30 menit akan menghasilkan busa putih,
larutan keruh sedang dan gelembung. Pada pencampuran antara air, NaCO3 dan minyak zaitun
sesaat setelah dihomogenkan akan menghasilkan gelembung dan larutan dan larutan bening,
ditenangkan selama 30 menit setelah dihomogenkan akan menghasilkan gelembung dan larutan
bening. Pada pencampuran air, minyak zaitun dan sabun 3% sesaat setelah dihomogenkan akan
menghasilkan busa putih dan larutan keruh, begitupun juga pada larutan yang ditenangkan selama
30 menit setelah dihomogenkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010), yang menyatakan bahwa hidrofilik yaitu bagian
emulgator yang suka pada air sedangkan lipofilik yaitu bagian emulgator yang suka pada minyak.
2. Sifat Larut Lemak
Minyak mempunyai sifat tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut non-polar seperti
alkohol panas, ether, khloroforn dan benzene. Pada hasil percobaan menunjukkan bahwa
pencampuran antara air dan minyak zaitun akan menghasilkan larutan yang keruh; alkohol 95%
dan minyak zaitun akan menghasilkan larutan bening, gelembung dan endapan; alkohol 95%
panas dan minyak zaitun akan menghasilkan larutan bening dan endapan; ether dan minyak zaitun
akan menghasilkan larutan bening.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Armstrong (1995) yang menyatakan bahwa minyak tidak
larut dalam air dan menghasilkan larutan putih kuning.
3. Menyatakan Ikatan Tak Jenuh
Minyak kelapa dan minyak yang lainnya termasuk ke dalam asam lemak tak jenuh yang
mngandung ikatan ganda. Minyak kelapa lebih jenuh daripada minyak yang lainnya meskipun
keduanya sama-sama asam lemak tak jenuh. Lipid mengandung bermacam-macam asam lemak
tak jenuh yang bereaksi dengan ion. Jumlah iod yang diabsorpsi menetukan jumlah ketidak
jenuhan dalam lipid. Jadi angka iod didefinisikan sebagai berikut: banyaknya gram iod diabsorpsi
oleh 100 gr lipid.
Dua metode yang umumnya dipakai yaitu: metode Hanus yang memakai iodin bromida sebagai
carrier dan metode Wijs yang memakai iodin klorida. Pada percobaan yang dilakukan minyak
kelapa murni yang berwarna kuning keruh setelah ditetesi dengan KMnO4 akan mengendap
menjadi warna ungu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010) yang menyatakan bahwa minyak pada saat
ditambahkan 3 tetes larutan, maka warna dari larutan tersebut hilang dan termasuk asam lemak tak
jenuh sedangkan khusus untuk margarin pada saat ditambahkan 3 tetes larutan. Maka warna tidak
hilang jadi margarin termasuk ke dalam asam lemak jenuh.
4. Penyabunan Minyak
Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 3 ml KOH dan 20 ml
alkohol 96% kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran ini
menghasilkan larutan berwarna kuning pucat yang tidak saling campur. Setelah itu minyak, KOH
dan alkohol 96% dipanaskan diatas penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut
dalam KOH, alkohol dan larutan berwarna kuning pucat, terdapat busa putih dan endapan putih.
Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk
pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol
yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis
dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida).
Hal ini sesuai dengan pendapat Indah (2011), menyatakan bahwa penambahan alkohol
dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah
reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Perubahan warna yang terjadi adalah dari coklat
pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya pembentukan emulsi dari minyak disebabkan karena adanya sifat tidak larut dalam
pelarut polar dan larut dalam pelarut nonpolar seperti alkohol panas, ether, khloroforn dan
benzene.
2. Kelarutan lipid pada pelarut tertentu karena lipid mengacu pada golongan senyawa
hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut
polar seperti air tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, ether atau kloroform.
3. Sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak disebabkan karena adanya asam lemak yang
mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya.
4. Terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali disebabkan oleh penyabunan karena salah satu
hasilnya adalah garam asam lemak yang disebut sabun dan larutan alkali yang tertinggal tersebut
kemudian ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut
bereaksi dapat diketahui.

B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah untuk praktikum yang dilakukan
seharusnya menggunakan semua pengujian supaya semua praktikum juga dapat mengetahui
semua pengujian yang dilakukan dan juga menggunakan bahan yang telah tersediah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Lipid. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1678529. Diakses tanggal 30
November 2013.
_______. 2013. Kamus lemak. http: //kamuslemak. com/cari3. php? kunci=143. Diakses tanggal
30 November 2013.
_______. 2013. Lipid. http://www.wikipedia/lipid.html. Diakses tanggal 30 November 2013.
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian
Universitas Udayana
Chitika. 2013. Makalah Lipid. http: //www. chitika. kutukuliah. net/makalah-lipid. html. Diakses
tanggal 30 November 2013.
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas
Teknologi pertanian UGM
Gordon, Gunawan. 1990. Pengaruh Kadar Asam Lemak Bebas. Bandung : Ilmu dan Peternakan
Institut Teknologi Bandung.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Penerjemah: Maggy Thenawidjaya. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari Basic of Biochemistry.
Pratt, Pandjiwidjaja. 1992. Teknologi Minyak dan Lemak I. Bogor : Jurusan Teknologi Industri
Fateta Institut Pertanian Bogor.
Putri N. 2008. Analisis Lipid. [terhubung berkala]. http://www.staff.ui.ac.id/
internal/131668156/.../Kel-01-ANALISISLIPID.ppt. Diakses pada tanggal 01 Desember 2013.
Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo
Scy Tech Encyclopedia. 2008. Lipid. [terhubung berkala]. http://www.answers. com/library/Sci
%252DTech%20Encyclopedia-cid-47286.html. Diakses pada tanggal 01 Desember 2013.
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan.
Laporan penelitian.Bogor:IPB

Asrul di 16.08
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Beranda
Lihat versi web
MENGENAI SAYA
Foto saya
Asrul
saya dari selayar letaknya di kepulauan JAMPEA
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai