Analisis
Pada praktikum analisis kuantitatif kali ini menggunakan metode titrimetrik. Metode
analisis titrimetrik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu
senyawa dalam sampel berdasarkan perhitungan volume. Proses dalam metode titrimetrik
disebut titrasi. Banyak jenis dari metode titrimetrik antara lain titrasi asidi-alkali metri, titrasi
pengendapan, titrasi pembentukkan kompleks, dan titrasi redoks. Titrasi yang akan dibahas
pada praktikum ini yaitu titrasi redoks, dimana terdapat dua jenis titrasi redoks yaitu
permanganometri dan iodi-iodometri. Permanganometri merupakan teknik penentuan kadar
suatu senyawa dari sampel dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran.
Sedangkan iodo-iodimetri merupakan teknik penentuan kadar suatu senyawa dari sampel
dengan melibatkan ion iodat dan iodin dalam proses titrasi. Prinsip dari titrasi redoks yaitu
reaksi antara titran yang mengalami reduksi dengan analit yang mengalami oksidasi atau
sebaliknya. Dimana disaat tercapai titik ekivalen, jumlah elektron antara titran dan analit
setimbang.
Titrasi permanganometri dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu standarisasi
titran, yang akan distandarisasi yaitu kalium permanganat (KMnO4) menggunakan larutan
baku natrium oksalat (Na2C2O4). Tahap kedua yaitu aplikasi penentuan jumlah kristal air pada
asam oksalat hidrat menggunakan titran natrium oksalat terstandarisasi. Titrasi ini
menggunakan prinsip titran berupa kalium permanganat sebagai oksidator yang akan
mereduksi analit yaitu ion kromat menjadi karbon dioksida.
Langkah selanjutnya yaitu mengambil alikuot dari larutan baku natrium oksalat dalam
labu ukur sebanyak 10 ml menggunakan pipet volume, dan dipindahkan ke erlenmeyer 250
ml. Alasan pengambilan alikuot menggunakan pipet volume karena pipet volume terdapat
label ex yang artinya volume yang dikeluarkan sesuai dengan angka yang tertera pada skala
pipet. Sedangkan untuk tempat analit dalam proses titrasi menggunakan erlenmeyer karena
agar memudahkan proses pengocokkan, dan analit tidak mudah terciprat keluar. Larutan
natrium oksalat baku dalam erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan larutan asam sulfat 2
N sebanyak 2 ml untuk memberi suasana asam guna mereduksi ion MnO4- menjadi Mn2+.
Serta dipanaskan hingga suhunya mencapai 70C. Jika suhu terlalu rendah, maka reaksi akan
berjalan sangat lambat sehingga penentuan titik akhir titrasi sulit untuk dilakukan, namun jika
suhu terlalu tinggi, akan menyebabkan pelarut menguap sehingga volume berkurang. Selain
itu, pada suhu yang terlalu tinggi juga akan membuat beberapa spesi ion rusak atau berubah
menjadi spesi lain yang akan mempengaruhi proses titrasi.
Hal yang harus dilakukan sebelum memulai titrasi yaitu mengkalibrasi buret terlebih
dahulu. Proses kalibrasi buret dapat dimulai dengan pembilasan buret dengan larutan kalium
permanganat. Setelah dibilas, maka mulai bisa diisikan larutan kalium permanganat hingga
melebihi skala nol, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit hingga tepat skala nol. Buret yang
digunakan pada titrasi permanganometri yaitu buret amberglas. Buret amberglas adalah buret
yang terbuat dari bahan kaca yang berwarna coklat atau gelap. Buret ini berfungsi untuk
larutan yang mudah teroksidasi oleh cahaya matahari seperti larutan Kalium permanganat atau
iodium.
Proses titrasi dimulai seketika suhu analit yang dipanaskan mencapai 70C tepat. Saat
titran menetes sedikit demi sedikit, erlenmeyer dikocok dengan cepat untuk mempermudah
jalannya reaksi. Analit yang mula-mula tak berwarna menandakan bahwa belum ada spesi ion
Mn2+, seiring bertambahnya volume titran maka akan berubah warna menjadi ungu muda
pada titik akhir titrasi. Namun perubahan warna tidak terjadi secara langsung, terdapat
beberapa perubahan warna yang terjadi selama proses titrasi antara analit natrium kromat
dengan titran kalium permanganat. KMnO4 mula-mula berwarna ungu tua, saat MnO4-
tereduksi dalam analit menjadi berwarna ungu muda namun dalam konsentrasi yang sangat
kecil, warna ungu muda hanya tampak beberapa detik saja. Ditengah perjalanan titran
menetes, terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi kecoklatan, hal tersebut
menandakan adanya spesi MnO2 dalam analit. MnO2 terbentuk karena ..... . Dan saat titik
akhir titrasi tercapai, hasil reaksi antara titran dan analit yang terbentuk yaitu ungu muda,
yang menandakan adanya spesi ion Mn2+. Titrasi permanganometri tidak memerlukan
indikator, karena titran kalium permanganat dapat bertindak sebagai autoindikator.
Tahap kedua dari proses titrasi permanganometri yaitu aplikasi penentuan jumlah
kristal air dalam senyawa asam oksalat hidrat. Tahap pertama yaitu, mengisi erlenmeyer
dengan 10 ml larutan asam oksalat. Larutan asam oksalat hidrat, merupakan larutan asam
lemah yang tak berwarna. Sebelum dititrasi, ditambahkan larutan asam sulfat 2 N sebanyak 2
ml dan dipanaskan hingga bersuhu 70C. Prinsip titrasi permanganometri pada tahap aplikasi
ini yaitu reaksi antara titran yang mengalami reduksi dengan analit yang mengalami oksidasi
pada titik akhit titrasi. Perubahan warna analit yang terjadi pada tahap aplikasi yaitu dari tak
berwarna berwarna ungu kecoklatan ungu muda.
Penambahan asam sulfat selain digunakan dalam pemberi suasana reaksi redoks,
fungsi lain dari asam sulfat yaitu untuk mempercepat berlangsungnya reaksi, atau berfungsi
sebagai katalis.
Titrasi aplikasi penentuan jumlah kristal air dalam asam oksalat dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali. Dengan volume kalium permanganat yang diperoleh pada
pengulangan pertama, kedua, dan ketiga yaitu sebesar 5,3 ml. Sehingga dapat dihitung jumlah
kristal air pada asam oksalat hidrat yaitu sebesar 1,6 atau setara dengan 2. Pembulatan yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah pembulatan tertinggi. Proses pembulatan dilakukan
karena nilai dari Mr harus bulat.
X. Pembahasan
Titrasi permanganometri merupakan salah satu jenis titrasi yang menggunakan prinsip
dasar redoks. Titrasi redoks melibatkan larutan titran yang mudah tereduksi dengan analit
yang mudah teroksidasi begitu pula dengan sebaliknya. Titran merupakan larutan yang
konsentrasinya telah diketahui, biasanya diletakkan di dalam buret. Sedangkan analit
merupakan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, biasanya diletakkan di dalam
erlenmeyer atau gelas kimia dengan ditambahkan indikator sebagai penanda bahwa reaksi
telah mencapai titik ekivalen. Namun pada titrasi permanganometri tidak menggunakan
indikator, karena larutan kalium permanganat sendiri dapat bertindak sebagai indikator.
Oleh karena itu, diperlukan larutan baku yang digunakan untuk menstandarisasi kalium
permanganat, yaitu natrium oksalat. Natrium oksalat memenuhi kriteria menjadi larutan baku
karena mudah ditemukan dalam keadaan murni, tidak higroskopis sehingga senyawanya stabil
serta mempunyai berat molekul yang besar yaitu 134. Berat molekul yang besar dibutuhkan
sebagai syarat untuk larutan baku karena dapat mengurangi galat saat perhitungan.
Dalam proses titrasi, dianjurkan untuk melakukan pengambilan data secara berulang
agar hasil yang didapat akurat dan presisi. Akurat adalah dimana hasil perhitungan mendekati
hasil mutlak atau nilai yang diharapkan. Sedangkap presisi merupakan pengambilan data yang
nilainya hampir sama satu sama lain.
Pada praktikum permanganoetri ini, dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama
yaitu standarisasi larutan kalium permanganat menggunakan larutan natrium oksalat sebagai
baku. Serta tahap kedua merupakan aplikasi penentuan jumlah kristal air dalam asam oksalat
hidrat (H2C2O4.xH2O). Dalam tahap pertama, hal yang perlu diperhatikan yaitu saat
menimbang asam oksalat hidrat menggunakan neraca analitik. Massa natrium oksalat hidrat
yang ditimbang yaitu sebesar 0,674 gram. Penimbangan diawali dengan mengkalibrasi neraca
analitik terlebih dahulu untuk mengurangi galat dalam perhitungan. Setiap setelah
memasukkan natrium oksalat hidrat kedalam vial yang berada di dalam kaca neraca, pintu
neraca ditutup untuk mengurangi getaran pada neraca dan mencegah sampel dari penguapan.
Setelah menimbang, langkah kedua yaitu membuat larutan baku primer natrium
oksalat dengan cara melarutkan natrium oksalat hidrat dengan 100 ml air menggunakan labu
ukur. Asam oksalat hidrat dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml hingga tidak ada yang
tersisa, dan kemudian ditambahkan akuades hingga tanda batas. Setelah terisi hingga tanda
batas, maka dikocok hingga homogen. Dengan menggunakan rumus :
224
224 =
()
Hal terpenting dilakukan sebelum memulai proses titrasi yaitu mengkalibrasi buret
terlebih dahulu. Cara mengkalibrasi buret yaitu dengan membilas buret menggunakan larutan
KMnO4. Kalibrasi diperlukan sebelum menggunakan alat-alat lab untuk memastikan bahwa
alat telah kembali nol atau tidak terkontaminasi dengan zat pengotor. Setelah itu barulah
mengisi buret dengan KMnO4 hingga melebihi angka nol dan kemudian dikeluarkan sedikit
demi sedikit hingga miniskus tepat di angka nol. Larutan natrium oksalat yang ada pada
erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan 2 ml larutan asam sulfat 2 N untuk menambah
suasanya menjadi asam, jika suasana asam, maka ion MnO4- akan tereduksi menjadi Mn2+.
Setelah di tambahkan asam sulfat, kemudian analit di panaskan hingga suhu mencapai 70C
untuk mempercepat mekanisme reaksi.
Reaksi reduksi ion MnO4- menjadi Mn2+ dalam suasana asam. Terjadi perubahan
bilangan oksidasi dari +7 menjadi +2, sehingga menerima 5 elektron. Spesi Mn2+
menyebabkan analit berubah warna menjadi ungu muda.
Hidrolisis yang terjadi pada ion MnO4- menjadi MnO2. Kehadiran MnO2 membuat
analit berubah warna menjadi kecoklatan saat mendekati titik ekivalen.
3. 5C2O42- 2CO2 + 2e
Reaksi oksidasi ion oksalat menjadi karbon dioksida, ion oksalat yang mula-mula
mempunyai bilangan oksidasi +3 berubah menjadi +4, sehingga melepaskan 1
elektron.
5C2O42- 2CO2 + 2e X5
1. 1 = 2. 2
5C2O42- 2CO2 + 2e X5
Pada pengulangan pertama didapatkan volume KMnO4 sebesar 5,3 ml; pada
pengulangan kedua didapatkan volume KMnO4 sebesar 5,3 ml; serta pada pengulangan ketiga
juga didapatkan colume KMnO4 sebesar 5,3 ml. Dari volume KMnO4 yang telah diketahui,
maka kita dapat menghitung normalitas asam oksalat hidrat dengan menggunakan rumus :
1. 1 = 2. 2
Sehingga diperoleh molaritas asam oksalat hidrat sebesar 0,0537 M. Dari normalitas
tersebut dapat dicari Mr keseluruhan dari H2C2O4.xH2O menggunakan rumus sebagai berikut
:
.
NH2C2O4.xH2O = ()
Sehingga ditemukan nilai x pada asam oksalat hidrat sebesar 1,6. Angka 1,6
merupakan bukan bilangan bulat, oleh karena itu, harus dibulatkan menggunakan tafsiran
tertinggi sehingga menjadi x = 2.