MODUL XVII
PENGELIHATAN
Disusun oleh :
SGD 7
Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat beserta karunia-Nya kami SGD 7
telah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga penyusunan
makalah ini dapat menjadi wadah pengembangan diri dan kreatifitas bagi para
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU, dimana dalam perjalanan akademiknya
mahasiswa/i dituntut dapat mengembangkan suatu topik yang terdapat didalam
sebuah tugas dalam skill lab, yang pada akhirnya disusun dalam suatu bacaan
ilmiah (makalah), dan juga hal ini akan melatih para mahasiswa/i untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
Dalam makalah ini nantinya akan dibahas tentang gangguan pada lensa mata
yakni katarak, dan juga akan dibahas bagaimana definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, gejala dan tanda, pemeriksaan serta penatalaksanaannya.
WassalamualaikumWr.Wb
LEMBAR PENILAIAN
NILAI PARAF
DAFTAR ISI
Judul HAL
Kata Pengantar ii
Daftar isi iv
BAB 1 Pendahuluan 5
BAB 2 Pembahasan 8
2.1 Skenario 8
2.2 Learning Objectives 9
2.3 Pembahasan Learning Objectives 9
2.3.1 Definisi Katarak 9
2.3.2 Klasifikasi Katarak 10
2.3.3 Etiologi Katarak 12
2.3.4 Patofisioligi Katarak 14
2.3.5 Manifestasi Klinis Katarak 15
2.3.6 Pemeriksaan Katarak 18
2.3.7 Penatalaksanaan Katarak 19
2.3.8 Komplikasi Katarak 22
BAB 3 Penutup 23
Daftar Pustaka 23
Struktur Organisasi 24
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari penjelasan diatas mengenai katarak, maka pada makalah ini akan
dibahas tentang apa gangguan dari lensa mata yakni katarak serta definisi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda, pemeriksaan dan
penatalaksanaannya.
Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat
diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga
seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
1.3 Metode dan teknik
Itulah sekilas tentang metode dan teknik yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pealaksanaan SGD
Pertemuan SGD 1
Hari/ Tgl : Senin, 28 Oktoberl 2013
Pukul : 13.30 s/d 15.30 WIB
Tempat : Gedung El-Munir, Lantai 2, Ruang SGD 7
Tutor : dr. Ramadhan Bestari
Pertemuan SGD 2
Hari/ Tgl : Kamis, 31 Oktober 2013
Pukul : 13.30 s/d 15.30 WIB
Tempat : Gedung El-Munir, Lantai 2, Ruang SGD 7
Tutor : dr. Ramadhan Bestari
Pelaksanaan Panel
Hari/ Tgl : Sabtu, 2 November 2013
Pukul : 13.30 s/d 15.30 WIB
Tempat : Gedung Baru, Ruang Serbaguna FK UISU
Pakar : dr. Nurhaida Djamil Sp.M
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Pandangan Berawan
Seorang perempuan 65 tahun datang ke poli ilmu kesehatan mata RSU Dr.
Pirngadi Medan dengan keluhan mata kabur yang dialami sejak 6 bulan
ini.pengelihatan kabur perlahan-lahan, pandangan seperti berawan atau berasap
dan semakin kabur dan silau terutama pada siang hari dan lebih nyaman pada
malam hari. Selama ini pasien tidak pernah mengeluh akit mata merah dan tetap
melakukan aktivitas sehari-hari. Riwayat penderita tekanan darah tinggi dan
kencing manis tidak ada.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan vital sigb ditemukan sensorium compos mentis, tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 72 kali permenit reguler,pernafasan 16 kali permenit, tidak
dijumpai ikterus dan sianosis.
Hasil pemeriksaan diumpai ketajaman pengelihatan (visus) 1/60, pemeriksaan
pinhole tidak ada kemajuan ketajaman pengelihatan.
Pemeriksaan status pftalmikus pada kedua mata tidak dijumpai kelainan pada
kelopak mata, konjungtiva, kornea dan bilik mata depan. Pemeriksaan dengan
senter dijumpai refleks bayangan iris (shadow test) negatif.
Pada pemeriksaan funduskopi dijumpai lensa keruh, refleks fundus negatif, papil,
retina dan makula tidak dapat dievaluasi.
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin dalam batas normal dan KGD dalam batas
normal.
2.2 Learning Objectives
1. Definisi Katarak
2. Klasifikasi Katarak
3. Etiologi Katarak
4. Patofisiologi Katarak
5. Manifestasi klinis Katarak
6. Pemeriksaan Katarak
7. Penatalaksanaan Katarak
8. Komplikasi Katarak
Kata katarak berasal dari bahasa Latin, cataracta, atau dalam bahasa
Yunani, kataraktes, yang artinya terjun seperti air. Kata ini ditafsirkan dari buku-
buku Arab Nuzul EL Ma yang berarti air terjun. Istilah ini dipakai oleh orang
Arab sebab orang-orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang seolah-
olah terhalang oleh air terjun. Oleh Constantin Africanus seorang biarawan
Chartago (tahun 1018 1085) yang mengajar di Sarlemo. Sampai saat ini kata
katarak digunakan dan berarti sesuatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata.
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak
katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat
faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-
sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul
maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan
obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat
penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun
dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
- Jalan lain yang mungkin pada perjalanan dari hipertensi dan glaukoma pada
katarak senilis adalah perubahan struktur protein dalam kapsul lensa. Selanjutnya
menyebabkan perubahan pada transpor membran dan permeabilitas terhadap ion
dan akhirnya akan meningkatkan intra okuler yang menyebabkan perubahan
bentuk katarak.
- Pada studi yang relevan, orang yang berkediaman di area yang besar terpapar
sinar ultraviolet lebih mungkin berkembang katarak senilis dan lebih cepat
dibandingkan orang yang berkediaman di tempat yang sedikit terpapar sinar
ultraviolet.
- Hal lain yang signifikan berhubungan dengan katarak senilis adalah penambahan
usia, jenis kelamin perempuan, kelas sosial, dan miopia. Pekerja yang terpapar
dengan radiasi infra merah juga memiliki insiden yang tinggi terhadap
perkembangan katarak senilis.
- Meskipun miopia merupakan sebuah faktor risiko, telah terlihat bahwa orang
dengan miopia yang telah menggunakan kaca mata setidaknya 20 tahun akan
diekstraksi katarak lebih tua dibandingkan emetrop. Secara tidak langsung
terdapat efek protektif dari kaca mata terhadap radiasi solar ultraviolet.
2.3.4 Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien,
intumesen, imatur, matur dan hipermatur (Ilyas, 2005).
HIPER
Bilik mata
depan Normal Dangkal Normal Dalam
Uveitis dan
Penyulit - glaukoma - glaukoma
1. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak isnipien (Ilyas, 2005).
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
2. Katarak Intumesen.
3. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder (Ilyas, 2005).
4. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (Ilyas, 2005).
5. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul
lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi
kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni (Ilyas, 2005).
- Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-
hati
- Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil
- Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan
metabolik, atau katarak hipermatur.
- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak
ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paska operasi dini. Pupil mengalami distorsi.
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges, 2000).
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2002).