Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MODUL XVII
PENGELIHATAN
Disusun oleh :

SGD 7

Abdul Wahid Husni


Bakti Setiawan
Cellia Chorditta
Deka Meta Fadrizal
Desi Mayang Sari
Dewi Sartika Desky
Dwi Nopa Andry
Gusnadi Setia Dalimunthe
M. Madarilsyah
Raisa Sekar Ayu Amanda
Wahyudin Hidayat Batubara
Zul Khairil

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat beserta karunia-Nya kami SGD 7
telah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga penyusunan
makalah ini dapat menjadi wadah pengembangan diri dan kreatifitas bagi para
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU, dimana dalam perjalanan akademiknya
mahasiswa/i dituntut dapat mengembangkan suatu topik yang terdapat didalam
sebuah tugas dalam skill lab, yang pada akhirnya disusun dalam suatu bacaan
ilmiah (makalah), dan juga hal ini akan melatih para mahasiswa/i untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

Dalam makalah ini nantinya akan dibahas tentang gangguan pada lensa mata
yakni katarak, dan juga akan dibahas bagaimana definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, gejala dan tanda, pemeriksaan serta penatalaksanaannya.

Demikian gambaran secara singkat tentang makalah yang terdapat pada


pembahasannya. Layaknya sebagai mahasiswa/i yang masih dalam proses
pembelajaran tentunya makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami
menerima saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

WassalamualaikumWr.Wb
LEMBAR PENILAIAN

NILAI PARAF
DAFTAR ISI

Judul HAL

Kata Pengantar ii

Lembar Penilaian iii

Daftar isi iv

BAB 1 Pendahuluan 5

1.1 Latar Belakang 5


1.2 Tujuan Pembahasan 6
1.3 Metode dan Teknik 7

BAB 2 Pembahasan 8

2.1 Skenario 8
2.2 Learning Objectives 9
2.3 Pembahasan Learning Objectives 9
2.3.1 Definisi Katarak 9
2.3.2 Klasifikasi Katarak 10
2.3.3 Etiologi Katarak 12
2.3.4 Patofisioligi Katarak 14
2.3.5 Manifestasi Klinis Katarak 15
2.3.6 Pemeriksaan Katarak 18
2.3.7 Penatalaksanaan Katarak 19
2.3.8 Komplikasi Katarak 22

BAB 3 Penutup 23
Daftar Pustaka 23
Struktur Organisasi 24
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berbagai teori dan pendapat pernah dikemukakan para ahli untuk


menerangkan sebab sebab terjadinya katarak sesungguhnya amatlah kompleks
dan dipengaruhi banyak faktor. Dari sekian banyak penyebab katarak, maka
proses tua merupakan salah satu penyebab katarak yang paling besar pada
manusia. Katarak yang disebabkan karena usia tua disebut katarak senilis. Pada
keadaan ini umumnya katarak baru timbul pada waktu pasien berusia 50 tahun
keatas. Kadang-kadang dapat juga katarak itu timbul sebelum pasien berusia 50
tahun. Pada keadaan ini biasanya katarak ini disebut sebagai katarak presenilis.
Sedangkan bila katarak timbul pada usia dibawah 40 tahun, biasanya disebut
sebagai katarak juvenilis. Apabila katarak tampak seketika sesudah bayi
dilahirkan maka ini disebut sebagaia katarak kongenital.

Dari penjelasan diatas mengenai katarak, maka pada makalah ini akan
dibahas tentang apa gangguan dari lensa mata yakni katarak serta definisi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda, pemeriksaan dan
penatalaksanaannya.

Disamping itu didalam perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis


sehingga menuntut mahasiswa untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa
mengenal waktu, hal itu sangat diperlukan terhadap mahasiswa yang menjadi
calon dokter masa depan di negara Indonesia, jadi dengan konsep keilmuan yang
baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh
masyarakat, itulah merupakan salah satu latar belakang pada penyusunan makalah
ini.
1.2 Tujuan pembahasan

Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan


berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana
tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini
bertujuan menambah wawasan mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan
secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i
fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi
seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat.
Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :

1. Melengkapi tugas Small Group Discussion modul -17 skenario -2


2. Untuk menyelesaikan masalah yang telah dipaparkan dalam skenario
,yang akan dibahas dan dipelajari lebih dalam.
3. Agar menjadi seorang dokter yang profesional di dalam sebuah
kerjasama kelompok.
4. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.

Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat
diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga
seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
1.3 Metode dan teknik

Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang


sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana, dimana
kami menggunakan metode dan teknik secara deskriftif dimana tim penyusun
mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu
dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang masalah yang akan dibahas
setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai sumber tersebut
disimpulkan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai dengan
judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.

Itulah sekilas tentang metode dan teknik yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penyusunan makalah ini ditemukan beberapa kesimpulan yang berkaitan


dengan skenario dan tujuan pembuatan dan judul dari makalah, berikut merupakan
kesimpulan yang diambil :

Dalam skenario dipaparkan bahwa seorang wanita berumur 65 tahun


datang ke poli ilmu kesehatan mata RSU dr.Pirngadi Medan dengan keluhan
kedua mata kabur sejak 6 bulan ini disertai pandangan berawan dan silau disiang
hari, menurut diagnosa pasien ini terkena gejala penyakit katarak senilis stadium
insipien karena pada pemeriksaan funduskopi ditemukan reflek fundus negatif tapi
pasien masih bisa melihat walau tajam pengelihatan kedua mata 1/60, dan pada
status oftalmikus tidak banyak ditemukan kelainan pada mata.

Demikian sidikit banyak pembahasan yang kami berikan apabila ada


pihak-pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan
demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat
berguna bagi pembaca khususunya mahasiswa fakultas kedokteran UISU
berikutnya dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract. 1997-1998.


SanFransisco: AAO 2010. Cataract. Diakses dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Cataract, tanggal 31 Januari 2010.
2. Global Online Information. 2009. Pengertian dan Definisi Katarak.
Diakses dari
http://info.gexcess.com/id/info/PengertiandanDefinisiKatarak.info ,tanggal
31 Oktober 2013.
3. Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract
Surgery-Cataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eye-
care/learn-about-it/cataract/cataract-surgery , tanggal 31 Oktober 2013.
4. Ilham. 2006. Epidemiologi Katarak, diakses dari
http://www.scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI-KATARAK
,tanggal 31 Oktober 2013.
5. Ilyas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta.
6. James, B., Chew, C., Bron, A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed.
Erlangga Medical Series: Jakarta.
7. Medicastore. (2009). Katarak. Diakses dari
http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html , tanggal 31 Januari
2010.
8. Ocampo, V.V.D. (2009). Cataract, Senile: Differential Diagnoses and
Workup. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-
overview ,tanggal 31 Oktober 2013
STRUKTUR ORGANISASI SGD 7
Susunan SGD 7

Tutor : dr. Ramadhan Bestari


Pakar : dr. Nurhaida Djamil Sp.M
Ketua : Wahyudin Hidayat Batubara
Seketaris : Abdul Wahid Husni
Anggota : Bakti Setiawan
Cellia Chorditta
Deka Meta Fadrizal
Desi Mayang Sari
Dewi Sartika Desky
Dwi Nopa Andry
Gusnadi Setia Dalimunthe
M. Madarilsyah
Raisa Sekar Ayu Amanda
Zul Khairil

Pealaksanaan SGD
Pertemuan SGD 1
Hari/ Tgl : Senin, 28 Oktoberl 2013
Pukul : 13.30 s/d 15.30 WIB
Tempat : Gedung El-Munir, Lantai 2, Ruang SGD 7
Tutor : dr. Ramadhan Bestari

Pertemuan SGD 2
Hari/ Tgl : Kamis, 31 Oktober 2013
Pukul : 13.30 s/d 15.30 WIB
Tempat : Gedung El-Munir, Lantai 2, Ruang SGD 7
Tutor : dr. Ramadhan Bestari

Pelaksanaan Panel
Hari/ Tgl : Sabtu, 2 November 2013
Pukul : 13.30 s/d 15.30 WIB
Tempat : Gedung Baru, Ruang Serbaguna FK UISU
Pakar : dr. Nurhaida Djamil Sp.M
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Skenario
Pandangan Berawan

Seorang perempuan 65 tahun datang ke poli ilmu kesehatan mata RSU Dr.
Pirngadi Medan dengan keluhan mata kabur yang dialami sejak 6 bulan
ini.pengelihatan kabur perlahan-lahan, pandangan seperti berawan atau berasap
dan semakin kabur dan silau terutama pada siang hari dan lebih nyaman pada
malam hari. Selama ini pasien tidak pernah mengeluh akit mata merah dan tetap
melakukan aktivitas sehari-hari. Riwayat penderita tekanan darah tinggi dan
kencing manis tidak ada.

Pemeriksaan :
Pemeriksaan vital sigb ditemukan sensorium compos mentis, tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 72 kali permenit reguler,pernafasan 16 kali permenit, tidak
dijumpai ikterus dan sianosis.
Hasil pemeriksaan diumpai ketajaman pengelihatan (visus) 1/60, pemeriksaan
pinhole tidak ada kemajuan ketajaman pengelihatan.
Pemeriksaan status pftalmikus pada kedua mata tidak dijumpai kelainan pada
kelopak mata, konjungtiva, kornea dan bilik mata depan. Pemeriksaan dengan
senter dijumpai refleks bayangan iris (shadow test) negatif.
Pada pemeriksaan funduskopi dijumpai lensa keruh, refleks fundus negatif, papil,
retina dan makula tidak dapat dievaluasi.
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin dalam batas normal dan KGD dalam batas
normal.
2.2 Learning Objectives

1. Definisi Katarak
2. Klasifikasi Katarak
3. Etiologi Katarak
4. Patofisiologi Katarak
5. Manifestasi klinis Katarak
6. Pemeriksaan Katarak
7. Penatalaksanaan Katarak
8. Komplikasi Katarak

2.3 Pembahasan Learning Objectives


2.3.1 Definisi Katarak

Kata katarak berasal dari bahasa Latin, cataracta, atau dalam bahasa
Yunani, kataraktes, yang artinya terjun seperti air. Kata ini ditafsirkan dari buku-
buku Arab Nuzul EL Ma yang berarti air terjun. Istilah ini dipakai oleh orang
Arab sebab orang-orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang seolah-
olah terhalang oleh air terjun. Oleh Constantin Africanus seorang biarawan
Chartago (tahun 1018 1085) yang mengajar di Sarlemo. Sampai saat ini kata
katarak digunakan dan berarti sesuatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata.

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya


terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).

Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan


lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara
normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.

Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan


kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif. Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan
lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat
disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

2.3.2 Klasifikasi Katarak

Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale (2000) terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.

2. Katarak anak- anak

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak
katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat
faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.

b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-
sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul
maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan
obat.
3. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.

4. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada


fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan
akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang
sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren,
glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut:


diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik,
galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.

6. Katarak toksik

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat
penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun
dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

7. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik


yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
2.3.3 Etiologi Katarak

Penyebab katarak senilis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.


Beberapa studi telah membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap
perkembangan dari katarak senilis. Bermacam-macam hal yang mempengaruhi
termasuk kondisi lingkungan, penyakit sistemik, diet, dan umur.

West dan Valmadrid mengatakan bahwa katarak yang berhubungan


dengan usia adalah sebuah penyakit multifaktorial dengan faktor risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan tipe-tipe katarak yang berbeda. Selanjutnya
mereka mengatakan bahwa katarak kortikal dan subkapsular posterior
berhubungan erat dengan stres lingkungan seperti paparan sinar ultraviolet,
diabetes, dan obat-obat yang diminum. Bagaimanapun katarak nuklear terlihat
mempunyai korelasi dengan merokok. Alkohol berhubungan dengan semua jenis
katarak.

Analisis yang serupa dilengkapi oleh Miglior dan kawan-kawan. Mereka


menemukan bahwa katarak kortikal berhubungan dengan adanya diabetes yang
lebih 5 tahun dan meningkatnya kadar potasium dan sodium serum. Adanya
riwayat pembedahan dengan anestesi umum dan penggunaan obat-obat sedatif
berhubungan dengan penurunan risiko katarak kortikal. Katarak subkapsular
posterior dihubungkan dengan penggunaan steroid dan diabetes, sedang katarak
nuklear mempunyai hubungan yang berarti dengan asupan kalsitonin dan susu.

Penyakit sistemik dan katarak senilis

- Katarak senilis berhubungan dengan banyak penyakit sistemik, termasuk


kolelitiasis, alergi, pneumonia, penyakit koroner dan penyakit jantung insufisiensi,
hipotensi, hipertensi, retardasi mental, dan diabetes.

- Hipertensi sistemik telah ditemukan secara berarti meningkatkan risiko katarak


subkapsular posterior.

- Jalan lain yang mungkin pada perjalanan dari hipertensi dan glaukoma pada
katarak senilis adalah perubahan struktur protein dalam kapsul lensa. Selanjutnya
menyebabkan perubahan pada transpor membran dan permeabilitas terhadap ion
dan akhirnya akan meningkatkan intra okuler yang menyebabkan perubahan
bentuk katarak.

Sinar ultraviolet dan katarak senilis

- Hubungan sinar ultraviolet dan perkembangan dari katarak senilis telah


diuraikan secara menarik. Satu hipotesis menjelaskan bahwa katarak senilis,
terutama opasitas dari korteks, mungkin disebabkan oleh dampak suhu terhadap
lensa.

- Pada binatang percobaan oleh Al-Ghadyan dan Cotlier mendokumentasikan


adanya peningkatan suhu. Pada bagian posterior lensa pada kelinci setelah
dipaparkan dengan sinar matahari yang disebabkan oleh efek temperatur pada
kornea dan peningkatan suhu badan.

- Pada studi yang relevan, orang yang berkediaman di area yang besar terpapar
sinar ultraviolet lebih mungkin berkembang katarak senilis dan lebih cepat
dibandingkan orang yang berkediaman di tempat yang sedikit terpapar sinar
ultraviolet.

Faktor risiko lain :

- Hal lain yang signifikan berhubungan dengan katarak senilis adalah penambahan
usia, jenis kelamin perempuan, kelas sosial, dan miopia. Pekerja yang terpapar
dengan radiasi infra merah juga memiliki insiden yang tinggi terhadap
perkembangan katarak senilis.

- Meskipun miopia merupakan sebuah faktor risiko, telah terlihat bahwa orang
dengan miopia yang telah menggunakan kaca mata setidaknya 20 tahun akan
diekstraksi katarak lebih tua dibandingkan emetrop. Secara tidak langsung
terdapat efek protektif dari kaca mata terhadap radiasi solar ultraviolet.
2.3.4 Patofisiologi Katarak

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu


transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang


berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2002).

2.3.5 Manifestasi Klinis Katarak

Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan


secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan
seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan.
Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh secara
menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala umum
gangguan katarak menurut GOI (2009) dan Medicastore (2009) meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Peka terhadap sinar atau cahaya.

3. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata.

4. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca.

5.Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Klasifikasi Katarak Senilis

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien,
intumesen, imatur, matur dan hipermatur (Ilyas, 2005).
HIPER

INSIPIEN IMMATUR MATUR MATUR

Kekeruhan Ringan Sebagian Penuh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Termulans

Bilik mata
depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopods

Uveitis dan
Penyulit - glaukoma - glaukoma

1. Katarak Insipien

Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak isnipien (Ilyas, 2005).
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.

2. Katarak Intumesen.

Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa


akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat
dan mengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

3. Katarak Imatur

Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder (Ilyas, 2005).

4. Katarak Matur

Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (Ilyas, 2005).

5. Katarak Hipermatur

Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul
lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi
kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni (Ilyas, 2005).

2.3.6 Pemeriksaan Katarak

Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan
harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap
mata dan perkembangan katarak.

Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan


ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien
mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.

Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan


petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan
yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil
Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik
atau keterlibatan difus makula

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas


lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan).

- Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-
hati

- Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil
- Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan
metabolik, atau katarak hipermatur.

Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari


integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat
menilai gangguan penglihatan

2.3.7 Penatalaksanaan Katarak

Tujuan terapi medikamentosa antara lain:

Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah


rusaknya protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan
molekul protein dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati
tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Contoh: obat iodine yang
memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium iodine, dll

Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan


persyarafan mata. Contoh:

- suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi retina), contoh:


vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU,

- suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi syaraf), contoh


vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11 mg,
vitamin B complex, dll

- Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah), contoh


ascorbic acid 600 mg

-Vitamin E untuk menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin.


Pembedahan Katarak (James et. al., 2006)

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan


penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat swbagai kasus
perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.

Operasi ini dapat dilakukan dengan:

- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak
ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.

- Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui


insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanya
tidak dibutuhkan penjahitan. Sekarang metode ini merupakan metode pilihan di
negara barat.

Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi


dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa
umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk
penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral
dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan
operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka


pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat
meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.

Komplikasi Pembedahan Katarak (James et. al., 2006)

a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi


maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang merupakan
resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina.

b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paska operasi dini. Pupil mengalami distorsi.

c. Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang


terjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri, penurunan
tajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata depan (hipopion).

d. Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea


untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan
pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata
steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis
jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan
masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal,
dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat
untuk mencegah infeksi namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika
penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui
insisi yang kecil menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka
memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.

e. Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama


bila disertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring berjalannya waktu,
namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.

f. Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan


dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
g. Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul
posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel
residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin
didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser
(neodymium yttrum (ndYAG)laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat
risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi
YAG. Penelitian yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkan
bahwa bahan yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan
tumpang tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior
penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.

2.3.8 Komplikasi Katarak

Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges, 2000).
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2002).

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus Diare
    Laporan Kasus Diare
    Dokumen35 halaman
    Laporan Kasus Diare
    md_putra10
    75% (8)
  • Contoh Kasus Medikolegal
    Contoh Kasus Medikolegal
    Dokumen8 halaman
    Contoh Kasus Medikolegal
    Fauziah Husnu Shofiah
    0% (2)
  • JHDSKJHBKFSJH
    JHDSKJHBKFSJH
    Dokumen1 halaman
    JHDSKJHBKFSJH
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Jhjdfhjsdfhkjhfs
    Jhjdfhjsdfhkjhfs
    Dokumen1 halaman
    Jhjdfhjsdfhkjhfs
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Lili Collins
    Lili Collins
    Dokumen2 halaman
    Lili Collins
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • DDCDC
    DDCDC
    Dokumen12 halaman
    DDCDC
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • CKB
    CKB
    Dokumen23 halaman
    CKB
    angelin
    Belum ada peringkat
  • Jhqgsduyd
    Jhqgsduyd
    Dokumen1 halaman
    Jhqgsduyd
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • TGGG
    TGGG
    Dokumen2 halaman
    TGGG
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Keggggeeaa
    Keggggeeaa
    Dokumen13 halaman
    Keggggeeaa
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Visum Et Repertum (PP)
    Visum Et Repertum (PP)
    Dokumen37 halaman
    Visum Et Repertum (PP)
    Tiara Rahmadhika
    Belum ada peringkat
  • Cover Paper
    Cover Paper
    Dokumen1 halaman
    Cover Paper
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • MEDS
    MEDS
    Dokumen3 halaman
    MEDS
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Bedsss
    Bedsss
    Dokumen10 halaman
    Bedsss
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen22 halaman
    MAKALAH
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • JIWI
    JIWI
    Dokumen6 halaman
    JIWI
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Case Panic Attack
    Case Panic Attack
    Dokumen18 halaman
    Case Panic Attack
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Struktur Kelenjar Endokrin
    Struktur Kelenjar Endokrin
    Dokumen4 halaman
    Struktur Kelenjar Endokrin
    abdul wahid
    100% (1)
  • Uopo Iki
    Uopo Iki
    Dokumen7 halaman
    Uopo Iki
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Katarak
    Katarak
    Dokumen11 halaman
    Katarak
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Referat Ra-Sab Pada Hernia
    Referat Ra-Sab Pada Hernia
    Dokumen33 halaman
    Referat Ra-Sab Pada Hernia
    abdul wahid
    Belum ada peringkat
  • Rasab Pada Hil
    Rasab Pada Hil
    Dokumen2 halaman
    Rasab Pada Hil
    abdul wahid
    Belum ada peringkat