Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Disusun Oleh :

dr. Ina Soraya

Pembimbing :

dr. Emi Wijayanti

PUSKESMAS KARANG KETUG

KOTA PASURUAN

2015
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

TEMA : Infeksi Menular Seksual

TANGGAL : 11 Agustus 2015

TEMPAT : PUSKESMAS Karangketug

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya


terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998,
istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat
menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat
lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi
gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi
human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua masyarakat,
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang paling sering dari semua
infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).

Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab
pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda lakilaki dan penyebab
kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan
remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual,
tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat.
Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua
kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan screening dan
rendahnya pemberitaan akan IMS (Da Ros, 2008).

Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat disembuhkan
(sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada
laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar
di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Jutaan IMS
oleh virus juga terjadi setiap tahunnya, diantaranya ialah HIV, virus herpes, human
papilloma virus, dan virus hepatitis B (WHO, 2007). Di Amerika, jumlah wanita yang
menderita infeksi klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh wanita
yang menderita infeksi klamidial, golongan umur yang memberikan kontribusi yang
besar ialah umur 15-24 tahun (CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak
laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada
dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi
gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia,
sifilis maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah
penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah
penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya
belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia
pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 130.000 orang. Sampai dengan Desember
2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan
kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus
baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362
kematian (Depkes, 2009). Di Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845 jumlah
penduduk yang tercatat, ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular seksual
(Depkes, 2008).

Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang


tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita
infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic
inflammatory disease (WHO, 2008).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah menjadi
problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi menular
seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti
bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan infeksi menular seksual.
Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini
mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhanyang diakukan oleh
pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya. Tidak adanya mata pelajaran yang
secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid sekolah menengah
atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian
infeksi menular seksual di kalangan remaja.

Berdasarkan masalah diatas yaitu penyuluhan tentang infeksi menular seksual


dirasa perlu untuk dilakukan terutama kepada masyarakat usia dewasa produktif
untuk meningkatkan kewaspdadaan terhadap Infeksi Menular Seksual.

2. PERMASALAHAN DI KELUARGA MASYARAKAT MAUPUN KASUS


a. Infeksi menular seksual merupakan kasus yang banyak di temui di kalangan
masyarakat usia produktif.
b. Banyak masyarakat yang tidak menyadari dirinya menderita Infeksi menular
seksual.
c. Infeksi menular seksual tidak hanya berupa HIV/AIDS tetapi masih ada
banyak jenis infeksi yang termasuk dalam infeksi menular seksual.

3. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


a. Metode penyuluhan : penyuluhan dengan dialog dua arah yang
memungkinkan peserta untuk bertanya bebas kepada penyuluh.
b. Prioritas masalah : pemahaman peserta tentang pengertian, penyebab, gejala,
komplikasi, pencegahan serta pentingnya untuk berobat rutin bagi penderita
infeksi menular seksual.
c. Intervensi Masalah : penyuluhan tentang pengertian, penyebab, gejala,
komplikasi, pencegahan serta pentingnya untuk berobat rutin bagi penderita
infeksi menular seksual.
4. PELAKSANAAN
Penyuluhan mengenai Infeksi menular seksual dilakukan pada tanggal
11 Agustus 2015 di Aula pertemuan Puskesmas Karang Ketug. Peserta berjumlah
60 orang yang merupakan peserta kegiatan penyuluhan rutin JKN yang didakan
oleh Puskesmas Karang Ketug. Peserta berusia 18 - 40 thn ke atas dari beberapa
kelurahan wilayah kerja Puskesmas Karang Ketug. Penyuluhan berlangsung dua
arah dimana peserta bebas bertanya.

5. MONITORING DAN EVALUASI TERMASUK DI DALAMNYA


PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada sesi terakhir penyuluh memberikan hadiah pada peserta penyuluhan
yang bisa menjawab pertanyaan penyuluh untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta terhadap materi setelah penyuluhan.

Pasuruan, 11 Agustus 2015

Mengetahui,

Penyuluh, Kepala Puskesmas Gadingrejo


dr. Ina Soraya drg. Martha Wahani Patrianty

Pembimbing,

dr. Emi Wijayanti

LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Ina Soraya Tanda Tangan

Nama Pendamping Dr. Emi Wijayanti Tanda Tangan


Nama Wahana Kota Pasuruan (Puskesmas Karang Ketug)
Tema Penyuluhan Infeksi menular seksual
Tujuan Penyuluhan Agar masyarakat mengetahui jenis, penyebab hingga
pencegahan terhadap Infeksi menular seksual
Hari/ Tanggal Selasa/ 11 Agustus 2015
Waktu 09.30 WIB
Tempat Puskesmas Karng Ketug
Jumlah Peserta 60 orang

Lampiran 1

Foto-Foto Penyuluhan Dan Absensi

Anda mungkin juga menyukai