Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus
(apapun penyebabnya) sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan
kronik, partial atau total.1
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 6070% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/
streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-
ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di
bidang diagnostik kelainan abdominalis. Hambatan atau gangguan pasase usus
yang sering juga disebut ileus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltik usus akibat pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik
seperti gagal ginjal dengan uremia sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah
adanya sumbatan/hambatan lumen usus akibat perlekatan atau massa tumor. Akan
terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan.
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi,
invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Ileus dinamik dapat disebakan oleh
paralisis pada peritonitis umum.1,2
Obstruksi usus dapat terjadi akut (dalam jam) atau kronis (dalam minggu).
Pada obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi.
Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah.
Pada strangulasi ada pembuluh darah terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat
yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.1,3
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan
volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.1
Ileus Obstruktif | 1
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai
penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi.
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra
abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi
usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi
intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada
pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi
usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-
75%. Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi.
Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena
berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical
obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau pseudo ileus).4
Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi
ileus, ialah:2,3,4
1. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.
2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi untuk
mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap
merupakan hal yang sulit.
Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik
khas yang dapat mendukungnya.

Ileus Obstruktif | 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat
disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus akibat
pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal dengan uremia
sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah adanya sumbatan/hambatan lumen
usus akibat perlekatan atau massa tumor.1,2
Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi.
Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena
berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical
obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau pseudo ileus).4
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena disebabkan oleh
beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi,
Adhesi/Perlengketan,Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing.
Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.5

ANATOMI

Usus halus ( Intestinum Tenue) dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan


ileum. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus
halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi
bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8
cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi
sekitar 2,5 cm. Duodenum merupakan bagian pertama intestinum tenue, Duodenum
sebagian besar terletak dalam pada dinding posterior abdomen.

Ileus Obstruktif | 3
Duodenum terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis. Duodenum
berbentuk huruf C yang terbentang dari gaster di sekitar caput pancreas sampai
jejunum.7,8 Kira-kira di pertengahan panjang duodenum bermuara ductus
choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai
dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai
oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra
diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan
jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium
(penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga
perlima terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di region abdominalis media
sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis bawah
kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior
abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang
dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan
diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis
berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah
articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan
masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan
peritoneum yang membentuk messenterium.7,8

Gambar 1. Gambaran usus manusia

Ileus Obstruktif | 4
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus
besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar
6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum,
kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama
dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.
Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus
kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati,
kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura
hepatik).
Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli
dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah
limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis)
untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas
panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke
bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu
dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga
pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid danberjalan turun di depan
sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum
melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.

Gambar 2. Anatomi usus besar manusia.

Ileus Obstruktif | 5
Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon transversum dipendarahi
oleh cabang arteri mesenterika superior, yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra,
dan arteri kolika media. Kolon transversum bagian kiri, kolon desendens, kolon
sigmoid, dan sebagian besar rektum dipendarahi oleh arteri mesenterika inferior
melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid, dan arteri hemoroidalis superior.
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus)
dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk
jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari
pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitas
sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan
usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan
serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang
menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak
dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa. Persarafan
usus besar dilakukan oleh sistem saraf ototonom dengan perkecualian sfingter
eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon
ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus
dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon transversum dipersarafi oleh
saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut
simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan inferior. Serabut-serabut
nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum;
sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada
kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf
mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus . Perangsangan
simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan
sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek
berlawanan.
Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-
bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh
kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan
Ileus Obstruktif | 6
di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya
bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan member ikan
pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih
luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah
enzimdalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini
terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil
diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan,
yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan peristaltik mendorong isi
dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi
optimal dan suplai kontinu isi lambung.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.
Kapasitas sekitar 5 l/hari. Gerakan ret rograd dari kolon memper lambat transit
materi dar i kolon kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan
pola yang paling umum, mengisolasisegmen pendek dari kolon, kontraksi ini
menurun oleh anti kolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa
merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen
panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg,tiga sampai
empat.

Ileus Obstruktif | 7
EPIDEMIOLOGI

Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai


penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44%
dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi.
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra
abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi
usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi
intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada
pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi
usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-
75%.

ETIOLOGI

Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh :


Adhesi (perlekatan usus halus), ileus karena adhesi umumnya tidak disertai
strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum, atau pascaoperasi. adhesi dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multipel, mungkin
setempat maupun luas. Sering juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi,
perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.
adhesi yang kambuh ungkin akan menjadi masalah besar. Setelah berulang
tiga kali, risiko kambuh menjadi 50%. Adhesi merupakan penyebab
tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus.

Ileus Obstruktif | 8
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya
atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh
adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak. Pada kasus seperti
ini, diadakan pendekatan konservatif karena walaupun pembedahan akan
memberikan perbaikan pasase, kemungkinan besar obstruksi akan kambuh
lagi dalam waktu singkat.1
Hernia inkarserata. Obstruksi akibat hernia inkaserata pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Jika
percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakan herniotomi segera. Hernia inkaserata eksternal (inguinal, femoral,
umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua
sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan penyebab tersering pada
pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.1 Hernia interna
(paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga
bisa menyebabkan hernia.
Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat
menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
Invaginasi. Invaginsi atau Intususepsi usus halus sering ditemukan pada
anak-anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada
anak biasanya bersifat idiopatik. invaginasi menimbulkan obstruksi dan
nekrosis iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Tumor, polip, atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.

Ileus Obstruktif | 9
Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi,
terapi radiasi, atau trauma operasi.
Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
Benda asing, seperti bezoar.
Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau
hernia Littre.
Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
Askariasis. Kebanyakan cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum.
Biasanya ada puluhan hingga lebih seratus, tetapi mungkin terdapat ratusan
ekor. Yang jantan berukuran antara 15-30 cm sedangkan yang betina antara
25-35 cm. Obstruksi bisa terjadi dimana-mana usus halus, tetapi biasanya di
ileum terminal, tempat lumen paling sempit.1

Gambar 3. Penyebab Ileus Obstruktif

Ileus Obstruktif | 10
KLASIFIKASI

Berdasarkan Jenis Sumbatan

Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus menyempit tapi masih
dapat sebagian isi usus masih dapat lewat ke arah distal.
Ileus obstruksi total terjadi akibat lumen usus tersumbat total sehingga tidak
ada isi usus yang dapat lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total
menyebabkan peningkatan risiko gangguan vaskular atau strangulasi dan
bila ini terjadi maka membutuhkan penanganan operatif segera.4

Berdasarkan Penyebab

Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.


Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.8

Berdasarkan Lokasi Obstruktif

Letak Tinggi: Duodenum-Jejunum


Letak Tengah: Ileum Terminal
Letak Rendah: Colon-Sigmoid-rectum

Lain lain

Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan


terjepitnya pembuluh darah.
Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya
penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.1

Ileus Obstruktif | 11
Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan
keluar suatu gelung usu tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua
tempat obstruksi.

PATOFISIOLOGI

Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi


karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus yang
nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibatnya tersumbat, akan terjadi
pengumpulan isi lumen usus berupa gas dan cairan, khususnya di daerah proximal.
hal itu akan menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan,
yang membuat cairan dan gas tersebut akan meningkat dan menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi).5
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-
muntah.5
Gejala utama dari illeus obstruksi ialah mual muntah, umumnya pada obstruksi
letak tinggi. obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut
sekitar umbilikus / bagian epigastrium. Sedangkan Obstruksi pada kolon biasanya
mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus.
Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi
abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring
dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi. Pada tahap
lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang.

Ileus Obstruktif | 12
Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai
adanya keganasan dan intusepsi.5

MANIFESTASI KLINIS

Mual, Muntah, nyeri kolik abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut


(baik feses ataupun tidak ada flatus).
Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit.
Hipotensi, takikardi.
Distensi abdomen dan peningkatan bising usus.
Rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher.
Nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.1,3

DIAGNOSIS

Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan
atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai
konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera. Diagnosa ileus
obstruktif diperoleh dari :
Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan

penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi

sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada ileus

obstruktif usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus

obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus

obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset

muntah lama.

Ileus Obstruktif | 13
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup


kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada
penderita yang kurus/sedang juga dapat ditemukan darm contour (gambaran
kontur usus) maupun darm steifung (gambaran gerakan usus), biasanya nampak
jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan muntah
dan juga pada ileus obstruksi yang berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu serangan kolik.
Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodic
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi
setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi,
maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun
parah. Tidak adanya nyeri usus bias juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau
ileus obstruktif strangulata.
Palpasi dan Perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang
menandakan adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance musculair
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.

Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum


dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus sfingter ani
biasanya cukup namun ampula recti sering ditemukan kolaps terutama apabila telah
terjadi perforasi akibat obstruksi. Mukosa rectum dapat ditemukan licin dan apabila
penyebab obstruksi merupakan massa atau tumor pada bagian anorectum maka
akan teraba benjolan yang harus kita nilai ukuran, jumlah, permukaan, konsistensi,
serta jaraknya dari anus dan perkiraan diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari.

Ileus Obstruktif | 14
Nyeri tekan dapat ditemukan pada lokal maupun general misalnya pada keadaan
peritonitis. Kita juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus
obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat ditemukan pada
sarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila penyebab ileus
obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi mekanik
dengan ileus; menentukan etiologi dari obstruksi; membedakan antara obstruksi
parsial atau komplit dan membedakan obstruksi sederhana dengan strangulasi. Hal
penting yang harus diketahui saat anamnesis adalah riwayat operasi abdomen
(curiga akan adanya adhesi) dan adanya kelainan abdomen lainnya (karsinoma
intraabdomen atau sindroma iritasi usus) yang dapat membantu kita menentukan
etiologi terjadinya obstruksi. Pemeriksaan yang teliti untuk hernia harus dilakukan.
Feses juga harus diperiksa untuk melihat adanya darah atau tidak, kehadiran darah
menuntun kita ke arah strangulasi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi


intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen,
kreatinin dan serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan
menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan
banyak membantu untuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana.
Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat mendeteksi adanya hipokalemia,
hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.

Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi
dekubitus) dan posisi tegak thoraks.

Ileus Obstruktif | 15
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus
( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak,
dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk
mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun
spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa
gambaran, antara lain :
Distensi usus bagian proksimal obstruksi
Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
Posisi Tegak atau Dekubitus : Air-fluid Levels
Posisi Supine : Step-ladder Sign, Distensi usus
String of Pearls Sign, gambaran beberapa kantung gas kecil
yang berderet
Coffee-bean Sign, gambaran gelung usus yang distensi dan
terisi udara dan gelung usus yang berbentuk U yang
dibedakan dari dinding usus yang oedem.
Pseudotumour Sign, gelung usus terisi oleh cairan

Tabel 1. Perbedaan Gambaran Radiologi Obstruksi


Mekanik dan Ileus

Ileus Obstruktif | 16
USG Abdomen
Enteroclysis
CT Scan
MRI

Gambar 4. Dilatasi Usus Gambar 5. Multiple Air-fluid


Level dan String of Pearls Sign

Gambar 6. Herring Bone Gambar 7. Coffee-bean


Appearance Appearance

Ileus Obstruktif | 17
Gambar 8. Step-ledder Sign

USG Abdomen
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi
dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues
obtruksi, USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi. USG
dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak
seperti teknik radiologi yang lain, USG dapat memperlihatkan peristaltic,
hal ini dapat membantu membedakan obstruksi mekanik dari ileus paralitik.
Pemeriksaan USG lebih murah dan mudah jika dibandingkan dengan CT-
scan, dan spesifitasnya dilaporkan mencapai 100%. (Nobie, 2009)

Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga untuk
membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto
polos abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan klinis
menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos abdomen
tidak spesifik.

Ileus Obstruktif | 18
Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena metastase,
tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai
prediksi negative yang tinggi dan dapat dilakukan dengan dua kontras.
Barium merupakan kontras yang sering digunakan. Barium sangat berguna
dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus
maupun perforasi. Namun, penggunaan barium berhubungan dengan
terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus dihindari bila dicurigai
terjadi perforasi. (Nobie, 2009)

Gambar 9. Coiled-spring Appearance


pada Intususepsi

CT Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi
strangulate dan menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika
klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat
membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia karena
penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab
intrinsik.
Ileus Obstruktif | 19
Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian
proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm.
(Nobie, 2009)
Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat
spesifisitasnya sekitar 70-905 untuk mendeteksi adanya obstruksi
intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal,
dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat melewati
bagian obstruksi dan kolon yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT
scan juga dapat memberikan gambaran adanya strangulasi dan obstruksi
gelung tertutup. Obstruksi Gelung tertutup diketahui melalui gambaran
dilatasi bentuk U atau bentuk C akibat distribusi radial vasa mesenteric yang
berpusat pada tempat puntiran. Strangulasi ditandai dengan penebalan
dinding usus, intestinal pneumatosis (udara didinding usus), gas pada vena
portal dan kurangnya uptake kontras intravena ke dalam dinding dari bowel
yang affected. CT scan juga digunakan untuk evaluasi menyeluruh dari
abdomen dan pada akhirnya mengetahui etiologi dari obstruksi.
Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yang rendah
(<50%) untuk mendeteksi grade ringan atau obstruksi usus halus parsial.
Zona transisi yang tipis akan sulit untuk diidentifikasi. (Nobie, 2009)

MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya
obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari
obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau
dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa dan
inflamasi. (Nobie, 2009)

Ileus Obstruktif | 20
DIAGNOSIS BANDING

Ileus paralitik
Appendicitis akut
Kolesistitis, kolelithiasis, dan kolik bilier
Konstipasi
Dysmenorhea, endomeriosis, dan torsio ovarium
Gastroenteritis akut dan Inflammatory Bowel Disease
Pancreatitis akut

TATALAKSANA

Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan


kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian cairan
intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat. Urin harus di monitor
dengan pemasangan Foley Kateter. Setelah urin adekuat, KCl harus ditambahkan
pada cairan intravena bila diperlukan. Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya
hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk menilai kekurangan cairan. Antibiotik
spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi
bakteri pada ostruksi intestinal. (Evers, 2004)
Dekompresi
Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga penting untuk
dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan tube ini bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena
muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen.
Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif dengan
resusitasi dan dekompresi saja. Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif
dilaporkan sebesar 60 85% pada obstruksi parsial. (Evers, 2004)

Ileus Obstruktif | 21
Tatalaksana Operatif
Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit membutuhkan
terapi operatif. Pendekatan non operatif pada beberapa pasien dengan obstruksi
intestinal komplit telah diusulkan, dengan alasan bahwa pemasangan tube intubasi
yang lama tak akan menimbulkan masalah yang didukung oleh tidak adanya tanda-
tanda demam, takikardia, nyeri tekan atau leukositosis.
Namun harus disadari bahwa terapi non operatif ini dilakukan dengan
berbagai resikonya seperti resiko terjadinya strangulasi pada daerah obstruksi dan
penundaan terapi pada strangulasi hingga setelah terjadinya injury akan
menyebabkan intestinal menjadi ireversibel. Penelitian retrospektif melaporkan
bahwa penundaan operasi 12 24 jam masih dalam batas aman namun
meningkatkan resiko terjadinya strangulasi.
Pasien dengan obstruksi intestinal sekunder karena adanya adhesi dapat
diterapi dengan melepaskan adhesi tersebut. Penatalaksanaan secara hati hati dalam
pelepasan adhesi tresebut untuk mencegah terjadinya trauma pada serosa dan untuk
menghindari enterotomi yang tidak perlu. Hernia incarcerata dapat dilakukan secara
manual dari segmen hernia dan dilakukan penutupan defek. Penatalaksanaan pasien
dengan obstruksi intestinal dan adanya riwayat keganasan akan lebih rumit. Pada
keadaan terminal dimana metastase telah menyebar, terapi non-operatif, bila
berhasil, merupakan jalan yang terbaik; walaupun hanya sebagian kecil kasus
obstruksi komplit dapat berhasil di terapi dengan non-operatif. Pada umumnya
dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus :
Koreksi Sederhana (Simple Correction). Hal ini merupakan tindakan
bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada
hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
Tindakan By-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.

Ileus Obstruktif | 22
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula
dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis. (Ullah etal., 2009).

Gambar 10. Correct Colon Resection

Ileus Obstruktif | 23
KOMPLIKASI

Nekrosis usus, perforasi usus


Sepsis
Syok dehidrasi
Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
Pneumonia aspirasi dari proses muntah
Gangguan elektrolit

PROGNOSIS

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,


etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus. Mortalitas obstruksi
tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat (Nobie,
2009).

Ileus Obstruktif | 24
BAB III

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. N
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku : Dayak
Alamat : Desa Timpah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
NO. RM : 040625
Tanggal MRS : 22 Oktober 2017

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri perut

Keluhan Tambahan
Mual muntah, perut terasa kembung

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan nyeri pada perut
sejak 3 hari SMRS. Nyeri perut lebih dirasakan pada bagian ulu hati dan perut kanan
bagian atas. Nyeri seperti melilit dan disertai dengan perut kembung. Nyeri perut
dirasakan tiba tiba dan semakin hari semakin nyeri. Pasien sudah belum meminum
obat apapun untuk mengurangi keluhannya.

Ileus Obstruktif | 25
Jika terasa sakit pasien hanya meminum teh hangat dan beristirahat.
Keluhan lain yang pasien rasakan yaitu mencret 2 kali 1 hari SMRS. BAB cair tidak
disertai lendir maupun darah. Selain itu pasien juga mengeluh mual muntah. Mual
muntah muncul saat pasien hendak makan sehingga napsu makan pasien ikut
menurun. Demam disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : Disangkal


Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
Riwayat Kolesterol : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : Disangkal


Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
Riwayat Kolesterol : Disangkal

Riwayat Kebiasaan Pasien

Kebiasaan merokok : Disangkal


Kebiasaan minum kopi : Disangkal
Kebiasaan minum alkohol : Disangkal
Kebiasaan olahraga : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien saat ini merupakan ibu rumah tangga dan bukan menjadi tulang
punggung keluarga.

Ileus Obstruktif | 26
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 90x/menit
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Pernafasan : 18 x / menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 360C
Umur Klinis : 50 an
Gizi : Cukup
Kulit : Sawo matang
Turgor : Baik
KGB : Tidak ada pembengkakan KGB
Pembuluh darah : Teraba dan kuat angkat, bruit (-)

Pemeriksaan Regional
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : CA -/-, SI -/-
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
Telinga : Lapang/lapang, sekret -/-, serumen-/-
Leher : Tidak ada kelainan
Toraks : Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri
Cor : BJ I II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, BU , NT (+) region ulu hati
dan abdomen kanan atas, NK (-), massa (-)
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Genitalia Eksterna : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2
Ileus Obstruktif | 27
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (22 Oktober 2017)
Hb : 14,0 g/dl Cholesterol : 181 mg/dL
Ht : 42 % Trigliserid : 109 mg/dL
Trombosit : 236.000 sel/mm3 Ur / Cre : 33/1,0
Leukosit : 9.900 sel/mm3 As. Urat : 4,9 mg/dL
GDS : 106 mg/dL OT/PT : 27/30

Urine Lengkap (22 Oktober 2017)


Warna : Kuning Bilirubin : (-)
Kejernihan : Keruh Eritosit : (-)
Berat Jenis : 1,020 Epitel sel : 4-7/lpb
pH : 5,0 Silinder : (-)
Leukosit : (-) Kristal : (-)
Nitrit : (-) Leukosit : 2-6/lpb
Protein : (-) Eritrosit : 8-14/lpb
Glukosa : (-) Bakteri : (-)
Keton : (-) Jamur : (-)
Urobilinogen : (-)

USG Abdomen (22 Oktober 2017)

Gambar 11a, b. Hasil USG Pasien

Ileus Obstruktif | 28
Ekspertise :

Usus tampak dilatasi


Cairan pada usus meningkat
Jumlah udara meningkat
Organ intraabdomen lainnya normal

Kesan : Gambaran Ileus Obstruktif dd paralitik

Foto Polos Abdomen (23 Oktober 2017)

Ekspertise :
Dilatasi usus
Coil spring (+), Herring
bone (+)
Air fluid level pendek
pendek
Free air
Kesan : Ileus Obstruktif

Gambar 12. Hasil Foto Polos Pasien

Ileus Obstruktif | 29
RESUME

Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Abdomen : Auskultasi BU

Pemeriksaan Penunjang
Epitel sel urin : 4-7/lpb
Leukosit urin : 2-6/lpb
Eritrosit urin : 8-14/lpb

DIAGNOSA KLINIS : Abdominal pain ec Ileus Obstruktif

DIAGNOSA BANDING :

Ileus paralitik
Ca colon
Penyakit chron

PROGNOSIS

Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanactionam : Bonam

Ileus Obstruktif | 30
PENATALAKSANAAN

IVFD RL 500cc 20 tpm Propepsa syr 3x1c PO


Inj. Pantoprazole 1x40mg Paracetamol 3x500mg PO
Inj. Ondancetron 3x4mg

FOLLOW UP

TGL S O A P
23/10 Mual (+), STATUS GENERALIS Abdominal Pain - IVFD RL 500cc 20tpm
muntah (-), KU : TSS RR : 20x/m ec Ileus - Inj. Pantoprazole
0
tidak napsu Kes : CM S : 36,5 C Obstruktif 1x40mg
makan, perut TD : 120/80mmHg - Inj. Ondancetron 3x4mg
semakin lama N : 82x/m - Propepsa sy 3x1c
semakin besar. PEMERIKSAAN LOKALIS - PCT 3X500mg tab
Mata : CA -/-, SI -/- - Rencana alih rawat
Cor : BJ I,II reg, M (-), G (-) bedah untuk ileus
Pulmo : Rh -/-, Wh -/- obstruktif
Abd : Supel, defence
muscular (+), BU ,
Hipertimpani, NK (-), NT
(+) ulu hati, tidak teraba
massa.
FOTO POLOS ABDOMEN
Ileus Obstruktif
24/10 Mual (+), STATUS GENERALIS Abdominal Pain dr. Ronius, SpB
muntah (-), KU : TSS RR : 18x/m ec Ileus IVFD RL 500cc 20tpm
nyeri perut Kes : CM S : 36,2 C0
Obstruktif Terapi stop
TD : 130/90mmHg Diet bebas
N : 82x/m Rencana operasi ileus
PEMERIKSAAN LOKALIS
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : BJ I,II reg, M (-), G (-)
Pulmo : Rh -/-, Wh -/-

Ileus Obstruktif | 31
Abd : Supel, defence
muscular (-), BU ,
Hipertimpani, NK (-), NT
(+) ulu hati, tidak teraba
massa.
25/10 BAB cair >3x, STATUS GENERALIS Abdominal pain - IVFD RL 500cc 20tpm
ampas (+), KU : TSS RR : 20x/m ec Ileus - New diatab 3x1 PO
lender (-), Kes : CM S : 36,50C Obstruktif - Metronidazole 3x500mg
Flatus (+) TD : 140/90mmHg PO
N : 82x/m *Keluarga masih berunding
PEMERIKSAAN LOKALIS untuk rencana operasi
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : BJ I,II reg, M (-), G (-)
Pulmo : Rh -/-, Wh -/-
Abd : Supel, defence
muscular (-), BU ,
Hipertimpani, NK (-), NT
(+) ulu hati, tidak teraba
massa.
26/10 BAB lancar, STATUS GENERALIS Abdominal pain *Pasien dan keluarga menolak
tidak cair, KU : TSS RR : 20x/m ec Ileus Obstruktif dilakuka operasi
demam (-) Kes : CM S : 36,4 C0
BLPL
TD : 120/80mmHg Cefixime 2x100mg PO
N : 82x/m Ranitidine 2x1 tab PO
PEMERIKSAAN LOKALIS Metronidazole 3x500mg
Mata : CA -/-, SI -/- PO
Cor : BJ I,II reg, M (-), G (-)
Pulmo : Rh -/-, Wh -/-
Abd : Supel, defence
muscular (-), BU ,
Hipertimpani, NK (-), NT
(+) ulu hati, tidak teraba
massa.

Ileus Obstruktif | 32
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS
Dilaporkan sebuah kasus ileus obstruktif pada seorang perempuan yang
datang dengan keluhan nyeri perut. Dari anamnesa diketahui bahwa nyeri yang
dirasakan bersifat semakin lama semakin berat disertai perut kembung, mual
muntah. Pasien masih dapat BAB dan buang angin (flatus). Terdapar riwayat BAB
encer 2x sehari (diare) tanpa disertai lendir maupun darah. Pada lipat paha tidak
ditemukan benjolan. Selain itu tidak terdapat riwayat demam. Adanya nyeri kolik,
muntah dan distensi (perut kembung) menunjukkan gejala umum adanya obstruksi
usus.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan distensi (kembung) abdomen, nyeri tekan,
defans muskular, bising usus menurun. Distensi merupakan tanda umum obstruksi.
Dari pemeriksaan penunjang urinalisa menunjukkan banyak terdapat sel darah baik
leukosit maupun eritrosit. Dari foto abdomen 3 posisi terlihat air fluid level, coil
spring, dan herring bone. Gambaran radiologi ini mendukung diagnosis ileus
obstuktif.
Menurut stadiumnya, kasus ini dapat digolongkan obstruksi parsial dan
simple, sebab selain terdapat muntah, pasien juga masih dapat BAB dan flatus,
kondisi umum belum terdapat tanda-tanda syok maupun sepsis.
Lokasi dan penyebab sumbatan (intralumen atau ekstralumen; adhesi, hernia
atau keganasan) dapat dipekirakan melalui onset keluhan yang cepat atau lambat
serta gejala dan pemeriksaan fisik yang ada. Jika terdapat benjolan di perut,
inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan adanya hernia
inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir
dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut
kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada
adanya adhesi usus.

Ileus Obstruktif | 33
Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan
onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah. Namun lokasi dan
penyebab sumbatan, dapat diketahui secara pasti melalui laparotomi.
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus dengan
cara yang sebaik-baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja dalam
satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan:2,3,4
1. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan
umum penderita optimal
2. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat
3. Mencegah laparotomi negatif
4. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab
obstruksinya
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Pada kasus ini sudah direncanakan operasi tetapi dari pihak keluarga menolak
tindakan tersebut sehingga penanganan pada pasien ini hanya dari medika mentosa
saja. Pada pasien ini tetap dilakukan rehidrasi dan dekompresi nasogastrik, untuk
mencegah sepsis sekunder. Pasien juga menerima terapi obat-obatan berupa
antibiotik (sebagai profilaksis) dan anti nyeri.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus:
(a) Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang melewati bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
Ileus Obstruktif | 34
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian
hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
Pada kasus ini, hingga follow up 26 Oktober 2017, kondisi umum pasien
mengalami kemajuan dan diputuskan boleh rawat jalan.

Ileus Obstruktif | 35
BAB V

KESIMPULAN
Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat
disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus. Ileus
adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus
obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena disebabkan oleh
beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi,
Adhesi/Perlengketan,Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing.
Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus yang
nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Manifestasi klinis pada ileus obstruktif adalah mual, muntah, nyeri kolik
abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut (baik feses ataupun tidak ada
flatus), dehidrasi dan hilangnya turgor kulit, hipotensi, takikardi, distensi abdomen
dan peningkatan bising usus, rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher, nyeri
tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.
Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus/darm contour dan gerakan usus
yang terlihat dari luar/darm steifung, Pada auskultasi bising usus akan meningkat
dan biasanya akan terdengar suara tinggi (metallic sound) Pada palpasi dapat
dijumpai tanda-tanda rangsang peritoneal seperti nyeri lepas dan defans muskuler.
Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai total atau tidaknya
suatu obstruksi dengan menilai kollaps tidaknya ampulla rekti. Bila pasien telah
mengalami peritonitis maka akan ditemukan nyeri tekan pada pemeriksaan ini.

Ileus Obstruktif | 36
DAFTAR PUSTAKA
1. Nining. Asuhan keperawatan ileus obstruktif. [Online].2009s. Available
from:URL:http://ns-nining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-
obstruksi-usus.html
2. Mana NM, Kartadinata : Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran 1983;29.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC,
2003. H:181-192
4. Anonymous. Ileus. [Online].2007. Available from UR:
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
5. Anonym. Mechanical Intestinal Obstruction. [Online].2008. Available from
URL: http://www.Merck.com.
6. Anonym. Ileus. [Online].2009. Available from:URL: http://www.Merck.com.
7. Adialong. Obstruksi ileus. [Online].2008. Available from URL: http://adi-
along.blog.friendster.com/2008/10/obstruksi-ileus/
8. Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price,
S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya C. Jakarta: EGC, 1994.
9. Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price SA, Wilson
LM,editor. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Alih bahasa:
dr.Peter Anugerah. Jakarta: EGC;1995. Hal.389 - 412.
10. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007. Available from:
URL:http://www.emedicine.com
11. Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran 1983;29.

Ileus Obstruktif | 37

Anda mungkin juga menyukai