Anda di halaman 1dari 23

Menurut Dr. M.H.

J Smeets yang dikuti dari bukunya santoso Brotodiharjo (2010 ;4) :

pajak adalah pretasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang
dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual : maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

menurut P. J. A. Andriani dalam bukunya Waluyo,

(2009 : 2) :

Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Jadi dapat didefinisikan, pajak adalah bantuan baik secara langsung

maupun tidak yang dipaksa oleh kekuasaan publik dari penduduk untuk

menutupi belanja pemerintah. Pajak merupakan sutu pemungutan dari

masyarakat yang berguna untuk kepentingan Negara.

Pajak menurut pasal 1 UU No.28 Tahun tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
:

kontribusi wajib kepada Negara terutang oleh orang pribadi atau bada yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, yang tidak mendapat timbal balik secara langsung dan dipergunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Wajib pajak

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2

mendefinisikan Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan,

meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak

yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan. Orang

Pribadi merupakan Subjek Pajak yang bertempat tinggal atau

berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

Menurut Undang

undang Nomor 28 Tahun 2007 (2007:3), Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa:

Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun,

Utang pajak

Menurut Siti Resmi (2008:12), tunggakan pajak adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Penerimaan pajak

Pengertian penerimaan pajak menurut John Hutagaol (2007:325) adalah sebagai berikut :

penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan
dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat.

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.

Tarif pajak penghasilan (PPh)badan

Tarif pajak PPh Badan pasal 17 dan pasal 31E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Badan.

Tarif pasal 31E UU PPh adalah 50% (lima puluh persen) dari tarif

umum yang disebutkan pada pasal 17 ayat (1) huruf b atau pasal 17 ayat

(2b) UU PPh, dengan kata lain ada diskon tarif PPh sehingga tarif yang

dikenakan kepada WP Badan yang memenuhi syarat hanya sebesar 14%

(untuk tahun pajak 2012) atau 12,5% (mulai tahun pajak 2013). WP Badan

yang berhak mengenyam fasilitas ini adalah WP Badan yang jumlah

peredaran brutonya dalam satu tahun pajak tidak lebih dari Rp 50 milyar.

Cara penghitungannya dapat dilihat pada memori penjelasan pasal 31E UU


PPh. Menurut penegasan dalam poin 2.c. Surat Edaran (SE) Dirjen Pajak

Nomor SE-66/PJ./2010 tanggal 24 Mei 2010, yang berasal dari kegiatan

usaha, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

sebelum dikurangi dengan biaya fiskal.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tarif pajak PPh Badan

digunakan untuk menghitung PPh Badan terutang. Tarif pajak PPh Badan

adalah berdasarkan pasal 17 dan pasal 31 E Undang-Undang No. 36 Tahun

2008 tentang pajak penghasilan, yaitu sebagai berikut:

(1) Tarif pajak untuk tahun pajak 2009 adalah sebesar 28%.

(2) Tarif pajak untuk tahun pajak 2010 dan 2011 serta tarif Pajak

Penghasilan Badan (PPh Badan) SPT Tahun PPh Badan 2012 dan

13

seterusnya adalah sebesar 25%.

(3) Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka

yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah

keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di

Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat

memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif

tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

(4) Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai

dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat

fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen)

dari tariff tersebut (28% atau 25%) yang dikenakan atas

Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan


Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Keperluan dalam penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena

pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

Indikator penerimaan PPh badan

Kepatuhan Pajak

Manfaat evaluasi kinerja karyawan

Pengukuran evaluasi kinerja karyawan

Pemeriksaan pajak

Pengertian pemeriksaan pajak

Definisi pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

sebagaimanan telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP) adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan

dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self

assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang

undang perpajakan( Siti Kurnia Rahayu2010 : 245).

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan(Mardiasmo 2009:50).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan

pajak merupakan kegiatan menghimpun dan mengolah data atau keterangan


secara profesional berdasarkan standar pemeriksaan dan harus berpegang teguh

pada undang-undang perpajakan.

Prosedur pemeriksaan pajak

Prosedur pelaksanaan pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2011:54) adalah sebagai berikut :

1. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Pemerintah Pemeriksaan dan harus
memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
2. Wajib Pajak yang diperiksa harus :
a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau
objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberi keterangan yang diperlukan.
3. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan
yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan.
4. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu,
bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban pada dua butir di atas.

Indikator-indikator pemeriksaan pajak

Menurut (Siti Kurnia Rahayu,2010 : 286) terdapat beberapa dimensi dan indikator pemeriksaan
pajak diantaranya

yaitu :

1. Persiapan pemeriksaan.

Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan

sebagai berikut:

a. Mempelajari berkas wajib pajak atau berkas data b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib
pajak c. Mengidentifikasi masalah d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak e. Menentukan ruang
lingkup pemeriksaan f. Menyusun program pemeriksaan g. Menentukan buku-buku dan dokumen
yang akan dipinjam h. Menyediakan sarana pemeriksaan

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

pemeriksa dan meliputi :


a. Memeriksadi tempat wajib pajak b. Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern. c.
Memutahirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan. d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku,
catatan-catatan dan dokumendokumen. e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga f.
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak g. Melakukan sidang penutup (closing
conference).

3. Laporan Hasil Pemeriksaan

a. Umum

b. Pelaksanaan pemeriksaan

c. Hasil pemeriksaan

d. Kesimpulan dan usul pemeriksaan

Penagihan pajak

Pengertian penagihan pajak

Menurut Moeljo Hadi (2001:36), yang dimaksud dengan penagihan pajak adalah :

serangkaian kegiatan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak berhubung Wajib Pajak tidak melunasi
baik sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku.

Menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang penagiahan pajak dengan surat paksa
pengertian penagihan pajak adalah :

penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi untang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang-barang yang telah disita.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa pada

dasarnya proses penagihan pajak melibatkan beberpa unsur-unsur yang

mempunyai arti yang cukup penting, diantaranya yaitu:

1. Utang pajak, yaitu Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administrasi berupa bunga , denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat

ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan.4

2. Serangkaian tindakan dilakukan sesuai jadwal waktu yang benar, yaitu

penerbitan Surat Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan

berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), sampai dengan


pelaksanaan lelang.

3. Aparat Direktorat Jendral Pajak, yaitu Jurusita Pajak yang telah memenuhi

syarat untuk melakukan penagihan pajak.

4. Penanggung pajak yang mempunyai kewajiban melunasi utang pajak.

5. Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu UU KUP 1984 dan UU

PPSP serta peraturan pelaksanaan yang mengaturnya.

Terdapat

Tindakan penagihan pajak

2.2.1 Surat Teguran Tindakan penagihan pajak diawali dengan penerbitan Surat Teguran.

Sesuai dengan Pasal 8 angka 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang

Undang Nomor 19 Tahun 2000 yang dimaksud dengan Surat Teguran, Surat

Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat

untuk menegur atau memperingatakan kepada Wajib Pajak utnutk melunasi utang

pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan

7 Departemen Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:


562/KMK.04/2000 tentang syarat-syarat Pengangkatan dan Pemberhentian Juru sita Pajak, Pasal 1.

apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal

jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat

lainnya yang sejenis ini dilakukan oleh Pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh

pejabat tersebut setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis tidak

diterbitkan apabila kepada Penanggung Pajak telah diberikan persetujuan untuk


mengangsur atau menunda pembayaran utang pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak

harus terlebih dahulu mengajukan surat permohonan untuk mengangsur atau

menunda pembayaran utang pajak. 2.2.2 Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa Surat Paksa
diterbitkan oleh kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang

menerbitkan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, dan

Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah

apabila:

1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah

diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;

2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan

Sekaligus; atau

3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Penerbitan Surat Paksa secara sah oleh pejabat berwenang merupakan

modal utama bagi pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, hal ini karena

penerbitan Surat Paksa memberikan wewenang kepada petugas penagihan pajak

khususnya Jurusita Pajak untuk melaksanakan eksekusi langsung dalam penyitaan

atas barang milik Penanggung Pajak dan selanjutnya untuk melakukan penjualan

atau pelelangan atas barang-barang yang disita untuk pelunasan pajak terutang

tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih dahulu. Atau dengan kata lain,

dalam hal ini Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial serta mempunyai

kedudukan yang sama dengan putusan pengadilan perdata.

Surat Paksa diterbitkan palng cepat 21 (dua puluh datu hari) sejak
penerbitan Surat Teguran, kecuali apabila terhadap Penanggung Pajak telah

diterbitkan surat penagihan seketika dan sekaligus. Surat Paksa diberitahukan oleh

Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada

Penanggung Pajak. Yang dimaksud dengan pernyataan disini adalah membacakan

isi Surat Paksa kepada Penanggung Pajak dan kedua belah pihak, Jurusita dan

Penanggung Pajak kemudian menandatangani berita acara sebagai pernyataan

bahwa Surat Paksa telah diberitahukan.

Dalam hal Surat Paksa tidak dapat diberitahukan kepada Wajib Pajak

orang pribadi atau badan, Surat Paksa disampaikan melalui aparat Pemerintah

Daerah (Pemda) sekurang-kurangnya setingkat sekretaris kelurahan atau sekretaris

desa di mana Wajib Pajak bertempat tinggal atau melakukan kegiatan usahanya.

Jika Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya atau

tempat kedudukannya, pemberitahuan Surat Paksa dilaksanakan dengan

menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman Surat Paksa tersebut melalui

media massa.

Apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak berada di luar wilayah kerja

pejabat yang menerbitkan Surat Paksa, pejabat yang menerbitkan Surat Paksa

dapat memerintahkan Jurusitanya untuk melaksanakan Surat Paksa di luar

wilayah kerjanya sepanjang masih dalam satu kota. Dalam hal ini, pejabat tersebut

wajib memberitahukan pelaksanaan Surat Paksa kepada pejabat ysng wilayah

kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa. 2.2.3 Penyitaan Asset Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak Kepala KPP yang telah menerbitkan Surat Paksa dapat menerbitkan Surat

Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dalam hal utang pajak tidak dilunasi
dalam jangka waktu 2 kali 24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa

diberitahukan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Dalam hal lain, SPMP

paling cepat diterbitkan setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak tanggal Surat

Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.

Seperti dalam penyampaian Surat Paksa, maka pejabat yang menerbitkan

Surat Paksa dapat memerintahkan Jurusitanya untuk menerbitkan SPMP terhadap

objek sita dimaksud, kecuali ditetapakan lain oleh Keputusan Menteri atau

Keputusan Kepala Daerah. Dalam hal ini pun, pejabat tersebut wajib

memberitahukan penerbitan SPMP kepada pejabat yang wilayah kerjanya

meliputi tempat objek sita berada.

Barang milik Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang

berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain

termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan

sebagi pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito

berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya,

piutang, dan penyertaan modal pada perusahan lain; dan atau

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi bruto

tertentu.

Kegiatan penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan

oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia,


dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan,

Jurusita harus membuat berita acara pelaksanaan sita (BAPS) yang ditanda

tangani oleh Jurusita, Penanggung Pajak, dan saksi-saksi. Dalam hal Penanggung

Pajak menolak menandatangani BAPS, Jurusita harus mencantumkan penolakan

tersebut dalam BAPS yang selanjutnya ditandatangani oleh Jurusita dan saksi

saksi sehingga BAPS dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

Penyitaan tetap dapat dilaksanakan sekalipun Penanggung Pajak tidak hadir,

sepanjang salah seorang saksi berasal dari Pemda setempat, sekurang-kurangnya

setingkat Kepala Kelurahan atau Kepala Desa. Salinan BAPS ditempelkan pada

barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di

tempat-tempat umum. Jurusita tidak dapat melaksanakan penyitaan terhadap

barang-barang Penanggung Pajak yang terlebih dahulu disita oleh pengadilan

negeri, kejaksaan, kepolisian, atau instansi lain yang telah lebih dahulu melakukan

penyitaan.

2.2.4 Pelelangan atau Penjualan Asset Sitaan Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum
dengan cara

penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan

peminat atau calon pembeli. Pelelangan atas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak

dilakukan apabila utang pajak atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah

dilaksanakan penyitaan. Adapun secara lengkap ketentuan yang mengatur

pelelangan adalah Pasal 24 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 19

Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaiman telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang memuat

tentang persiapan, pengumuman, pembatalan, pelaksanaan hingga akibat lelang.

Asset Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang disita berupa uang tunai,

deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat

berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain,

dikecualikan dari penjualan secara lelang, adapun penggunaannya dilakukan dengan cara:8

a. Uang tunai disetor langsung ke Kas Negara atu Kas Daerah;

b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu, dipindahbukukan ke Kas Negara atau

Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan;

c. Obilgasi, saham atau surat berharga lainnya yang diperdangkan di bursa efek

segera dijual atas permintaan Pejabat;

8 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 136 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan
yang dikecualikan dari Penjualan secara Lelang dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
Pasal 2.

d. Obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang tidak diperdangkan di bursa

efek segera dijual oleh Pejabat;

e. Piutang dibuatakan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih

dari Penanggung Pajak kepada Pejabat; atau

f. Penyertaan modal pada perusahaan laindibuatkan akte persetujuan pengalihan

hak menjual dari Penanggung Pajak kepada Pejabat. 2.2.5 Pencegahan Pencegahan adalah larangan
yang bersifat sementara terhadap Penanggung

Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan
alasan tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pencegahan hanaya

dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunayai jumlah utang

pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,00 dan diragukan itikad dalam

melunasi utang pajak.

Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan

yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas permintaan Pejabat atau atasan

pejabat yang bersangkuatan, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang

Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang antara lain menentukan

bahwa yang berwenang dan bertanggung jawab atas pencegahan adalah Menteri

Keuangan sepanjang menyangkut urusan piutang Negara.

Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan terhadap beberapa orang sebagai

Penanggung Pajak Badan atau ahli waris. Jangka waktu pencegahan paling lama 6

(enam bulan) dan dapat diprpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam bulan).

Tindakan pencegahan ini merupakan bentuk lunak sebelum dilakukannya

tindakan penyanderaan yaitu dengan pengekangan sementara waktu kebebasan

Penanggung Pajak dengan menempatkannya pada tempat tertentu.

Indikator-indikator penagihan pajak

2.1.1.5Indikator Penagihan Pajak

Menurut Diaz Priantara (2012:115)indikator penagihan pajak, yaitu :

1. Surat Paksa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
2. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan(SPMP) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah
surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. 3. Pelaksanaan Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barangs di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan
dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil


(Tahun) penelitian Persamaan perbedaan Penelitian

Dahliana Hasan Pelaksanaan 1. Menggunakan 1. Metode Pelaksanan


(2008) Tax variabel penelitian Tax
Compliance kepatuhan dan hukum Compliance
Dalam penerimaan empiris di Kota
Upaya pajak. dengan cara Yogyakarta
Optimalisasi observasi dan masih belum
Penerimaan wawancara maksimal
Pajak di Kota 2. Metode yang
Yogyakarta analisis secara disebabkan
kualitatif oleh
beberapa
faktor
penghambat
baikyang
berasal dari
pihak wajib
pajak
maupun
fiskus.
Asri Fika Agusti Pengaruh 1. Variabel 1. Variabel Terdapat
dan Vinola tingkat independen kontrol pengaruh
Herawati kepatuhan maupun penghasilan yang positif
(2009) wajib pajak dependen. kena pajak dan
badan 2. Menggunakan (PKP). signifikan
terhadap analisisi regresi 2. Objek antara
penerimaan berganda, uji penelitian kepatuhan
pajak yang asumsi klasik, wajib pajak WP Badan
dimoderasi uji t dan uji f. pada KPP terhadap
oleh Pratama peningkatan
pemeriksaan Jakarta Grool penerimaan
pajak pada Pertampuran. pajak pada
kpp pratama 3. Mengunakan KPP. Namun
uji pemeriksaan
autokorelasi tidak dapat
dalam membuat
pengujian hubungan
asumsi klasik. antara
4. Menggunakan kepatuhan
uji BLUE (Best WP Badan
Linier dan
Unbiased peningkatan
Estimator) penerimaan
pajak
semakin
baik.
Euphrasia Susy Pengaruh 1. Variabel 1. Objek Tingkat
Suhendra tingkat independen : penelitian kepatuhan
(2010) kepatuhan Tingkat wajib pajak di wajib pajak
wajib pajak kepatuhan KPP pratam di badan
badan wajib pajak lingkungan terdapat
terhadap badan Jakarta. pengaruh
peningkatan 2. Data yang di positif
penerimaan 2. Variabel peroleh untuk terhadap
pajak dependen : tahun 2004- peningkatan
penghasilan Penerimaan pajak 2008. penerimaan
badan. pajak
penghasilan
badan pada
kantor
pelayanan
pajak
wilayah
jakarta

Kerangka pemikiran

Hipotetis penelitian

Bab iii

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan

pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti

buku-buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang

relevan dengan penelitian.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan secara langsung di objek penelitian. Metode

digunakan ada 2 jenis yaitu observasi dan kuesioner.


a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi yang

sebenarnya di lokasi penelitian.

b. Kuesioner yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan kepada

konsumen yang menjadi reponden secara langsung untuk kemudian

dijawab sesuai dengan kedaan sebenarnya sehingga diperoleh

informasi dengan realitas dan validitas setinggi mungkin.

SKALA PENGUKURAN PENELITIAN

Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan

di ukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini di gunakan Skala Likert yang

merupakan salah satu bentuk dari Skala Sikap. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial.

Menurut Simamora (2002: 46) Skala Likert, yang juga di sebut summated

ratings scale, merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas di gunakan

dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk

mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang di berikan adalah

60

pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah

sampai paling tinggi. Pilihan jawaban bisa tiga, lima, tujuh, dan Sembilan. Yang

pasti ganjil. Semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin

terwakili.

Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan

sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut (Riduwan, 2008: 86):

Pernyataan Positif

Sangat setuju (SS) = 5


Setuju (S) =4

Netral (N) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Pernyataan Negatif

Sangat setuju (SS) = 1

Setuju (S) =2

Netral (N) = 3

Tidak Setuju (TS) = 4

Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

ALAT ANALISIS DATA

a. Uji Validitas dan Reabilitas

Pada setiap pengukuran selalu diharapkan diperoleh hasil ukur yang

akurat dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat

ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal

(Simamora, Bilson : 2002: 58). Uji validitas digunakan untuk

mendapatkan validitas yang tinggi dari instrumen penelitian sehingga

bisa memenuhi persyaratan. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan guna

memperoleh gambaran yang tetap mengenai apa yang diukur. Uji

validitas dan reabilitas ini dengan menggunakan koefisien korelasi

Pearson Product Moment yang diperoleh melalui analisa data dengan

menggunakan SPSS version 19.0 for windows.

Item yang memiliki daya beda cukup tinggi akan dihitung

reliabilitasnya dengan menggunakan reliabilitas koefisien alpha yang

diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS version 19.0


for windows. Item-item dalam skala yang memiliki validitas yang

baik dan reliabel akan digunakan untuk mengukur.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi linear berganda yaitu analisis yang digunakan untuk

menghitung pengaruh variabel independen (X1, X2, X3, dan X4) terhadap

variabel dependen (Y) apabila terjadi perubahan pada satu satuan dari

variabel independen (X1, X2, X3, dan X4).

Rumus yang digunakan adalah:

Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + b3 . X3 + b4 . X4

Dimana:

Y = Perilaku pembelian

X1 = Advertising

X2 = Personal Selling

62

X3 = Sales promotion

X4 = Publicity

a = Koefisien regresi konstan

c. Analisis korelasi

Yaitu untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel yang

dianalisis, dimana hubungan dinyatakan oleh besarnya angka koefisien

korelasi dan arah dinyatakan oleh tanda positif atau negative. Apabila r =

+ 1 atau mendekati + 1, maka korelasi antara dua variabel dikatakan

positif, sangat kuat dan bersifat searah, artinya kenaikan atau penurunan

nilai X terjadi bersama dengan kenaikan atau penurunan nilai Y.

- Apabila r = 0 atau mendekati, maka hubungan antara dua variabel

(X dan Y) sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.


- Apabila r = - 1 atau mendekai - 1, maka korelasi dikatakan negatif,

dan bersifat tidak searah bahwa kenaikan nilai X terjadi bersama

sama penurunan nilai Y demikian pula sebaliknya.

d. Koefisien determinasi (r2), digunakan untuk melihat besarnya pengaruh

variable X terhadap Y.

e. Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk menguji hubungan masing-masing variabel bebas

(X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y), dengan formulasi sebagai

berikut :

Dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05), dengan ketentuan sbb:

63

- Jika thitung > ttabel, maka variabel independent (X1 dan X2)

mempunyai keeratan hubungan yang signifikan terhadap variabel

dependent (Y).

- Jika thitung < ttabel, maka variabel independent (X1 dan X2) tidak

mempunyai keeratan hubungan yang signifikan dengan variabel

dependent (Y).

f. Uji Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk mengetahui hubungan/pengaruh secara bersama

sama variabel independent (X1 dan X2) terhadap variabel dependent (Y),

dengan formulasi sebagai berikut :

Dengan ketentuan sebagai berikut :

H0 = tidak ada hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan

dengan variabel independen


H1 = minimal ada satu variabel dependen yang berhubungan dengan

variabel independen

= 5%

a) Jika Fhitung < Ftabel, maka variabel independent (X1 dan X2) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (Y), H0

di terima.

b) Jika Fhitung > Ftabel, maka variabel independent (X1 dan X2)

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (Y), H0

di tolak.

Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2011:105).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam

model regresi dapat dilihat dari besaran nilai Tolerance dan VIF-nya

(Variance Inflation Factor). Regresi bebas dari masalah

multikolonieritas jika nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai

VIF > 10 (Ghozali, 2011:106).

Uji Hipotesis dan Analisis Data

Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear

antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,.Xn) dengan

variabel dependen (Y). Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari

variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing


variabel independen berhubungan positif atau negatif (Priyatno, 2013).

Berdasarkan hubungan antara variabel pemeriksaan pajak (X1),

penagihan pajak (X2), norma moral (X3) dan kebijakan sunset policy

(X4) terhadap peningkatan penerimaan pajak (Y), maka akan digunakan

model analisa regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y =Peningkatan penerimaan pajak

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi pemeriksaan pajak

b2 = Koefisien regresi penagihan pajak

b3 = Koefisien regresi norma moral

b4 = koefisien regresi kebijakan sunset policy

X1 = Variabel pemeriksaan pajak

X2 = Variabel penagihan pajak

55

X3 = Variabel norma moral

X4 = Variabel kebijakan sunset policy

e = error

2. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk menguji apakah variabel independen

yaitu pemeriksaan pajak, penagihan pajak, norma moral, dan kebijakan

sunset policy berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen

yaitu peningkatan penerimaan pajak. derajat signifikansi yang


digunakan adalah alpha 0,05 apabila nilai signifikan kurang dari alpha

0,05 dan nilai koefisien regresi searah dengan hipotesis maka hipotesis

diterima, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara

parsial mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011).

3. Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk menguji penggaruh secara bersama

sama variabel pemeriksaan pajak, penagihan pajak, norma moral, dan

kebijakan sunset policy terhadap peningkatan penerimaan pajak. jika

nilai sig F < alpha 0,05 maka terdapat pengaruh secara bersama-sama

variabel pemeriksaan pajak, penagihan pajak, norma moral, dan

kebijakan sunset policy terhadap peningkatan penerimaan pajak

(Ghozali, 2011).

Uji Asusmsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan

dengan uji One-Sample Kolmogorov Smirnov (K-S). Uji

Kolmogorov Smirnov (K-S) dilakukan dengan menggunakan bantuan

53

software SPSS. Uji Kolmogorov Smirnov bertujuan untuk

mengetahui apakah pengujian yang dilakukan berdistribusi normal

dengan cara melihat pada hasil output. Jika nilai Uji Kolmogorov

Smirnov (K-S) lebih besar dari nilai signifikan yaitu 0,05 maka data
berdistribusi normal (Priyatno, 2013).

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) uji multikolinieritas adalah uji yang

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar beberapa atau semua variabel independen.

Model regresi yang baik tidak terjadi multikolinieritas yaitu:

1. Nilai VIF (variance inflation factor) < 10 maka tidak terjadi

multikolinieritas.

2. Nilai tolerance > (0,1) maka tidak terjadi multikolinieritas.

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Metode yang digunakan untuk

menguji adanya heteroskedastisitas yaitu dengan uji glejser. Model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, yaitu

apabila nilai signifikan > alpha 0,05 maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Jika nilai signifikan < 0,05 maka terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2011)

Anda mungkin juga menyukai

  • Undangan
    Undangan
    Dokumen9 halaman
    Undangan
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • 2 (KDD)
    2 (KDD)
    Dokumen22 halaman
    2 (KDD)
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • Data Base Dan Kuesioner Organisasi
    Data Base Dan Kuesioner Organisasi
    Dokumen7 halaman
    Data Base Dan Kuesioner Organisasi
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • 1 (Pengkesmas)
    1 (Pengkesmas)
    Dokumen20 halaman
    1 (Pengkesmas)
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • 3 (PP)
    3 (PP)
    Dokumen32 halaman
    3 (PP)
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen13 halaman
    Cover
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • Berita Acara Serah Terima
    Berita Acara Serah Terima
    Dokumen1 halaman
    Berita Acara Serah Terima
    Tahzibul Awaluddin
    100% (1)
  • SKP
    SKP
    Dokumen23 halaman
    SKP
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • Samsung
    Samsung
    Dokumen41 halaman
    Samsung
    desy asrina
    100% (1)
  • Pajak PDF
    Pajak PDF
    Dokumen11 halaman
    Pajak PDF
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • Hasil-Hasil Kongres Xxix
    Hasil-Hasil Kongres Xxix
    Dokumen446 halaman
    Hasil-Hasil Kongres Xxix
    Mizta D'xyuhada
    Belum ada peringkat
  • Asal Aja
    Asal Aja
    Dokumen1 halaman
    Asal Aja
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat
  • Pajak PDF
    Pajak PDF
    Dokumen11 halaman
    Pajak PDF
    Tahzibul Awaluddin
    Belum ada peringkat