pajak adalah pretasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang
dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual : maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
(2009 : 2) :
Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
maupun tidak yang dipaksa oleh kekuasaan publik dari penduduk untuk
Pajak menurut pasal 1 UU No.28 Tahun tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
:
kontribusi wajib kepada Negara terutang oleh orang pribadi atau bada yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, yang tidak mendapat timbal balik secara langsung dan dipergunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib pajak
Menurut Undang
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun,
Utang pajak
Menurut Siti Resmi (2008:12), tunggakan pajak adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Penerimaan pajak
Pengertian penerimaan pajak menurut John Hutagaol (2007:325) adalah sebagai berikut :
penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan
dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat.
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.
Tarif pajak PPh Badan pasal 17 dan pasal 31E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Badan.
Tarif pasal 31E UU PPh adalah 50% (lima puluh persen) dari tarif
umum yang disebutkan pada pasal 17 ayat (1) huruf b atau pasal 17 ayat
(2b) UU PPh, dengan kata lain ada diskon tarif PPh sehingga tarif yang
(untuk tahun pajak 2012) atau 12,5% (mulai tahun pajak 2013). WP Badan
peredaran brutonya dalam satu tahun pajak tidak lebih dari Rp 50 milyar.
usaha, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
digunakan untuk menghitung PPh Badan terutang. Tarif pajak PPh Badan
(1) Tarif pajak untuk tahun pajak 2009 adalah sebesar 28%.
(2) Tarif pajak untuk tahun pajak 2010 dan 2011 serta tarif Pajak
Penghasilan Badan (PPh Badan) SPT Tahun PPh Badan 2012 dan
13
(3) Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka
(4) Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
Kepatuhan Pajak
Pemeriksaan pajak
2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP) adalah sebagai berikut:
assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang
mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2011:54) adalah sebagai berikut :
1. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Pemerintah Pemeriksaan dan harus
memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
2. Wajib Pajak yang diperiksa harus :
a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau
objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberi keterangan yang diperlukan.
3. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan
yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan.
4. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu,
bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban pada dua butir di atas.
Menurut (Siti Kurnia Rahayu,2010 : 286) terdapat beberapa dimensi dan indikator pemeriksaan
pajak diantaranya
yaitu :
1. Persiapan pemeriksaan.
sebagai berikut:
a. Mempelajari berkas wajib pajak atau berkas data b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib
pajak c. Mengidentifikasi masalah d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak e. Menentukan ruang
lingkup pemeriksaan f. Menyusun program pemeriksaan g. Menentukan buku-buku dan dokumen
yang akan dipinjam h. Menyediakan sarana pemeriksaan
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Umum
b. Pelaksanaan pemeriksaan
c. Hasil pemeriksaan
Penagihan pajak
Menurut Moeljo Hadi (2001:36), yang dimaksud dengan penagihan pajak adalah :
serangkaian kegiatan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak berhubung Wajib Pajak tidak melunasi
baik sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang penagiahan pajak dengan surat paksa
pengertian penagihan pajak adalah :
penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi untang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang-barang yang telah disita.
1. Utang pajak, yaitu Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga , denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
3. Aparat Direktorat Jendral Pajak, yaitu Jurusita Pajak yang telah memenuhi
Terdapat
2.2.1 Surat Teguran Tindakan penagihan pajak diawali dengan penerbitan Surat Teguran.
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 19 Tahun 2000 yang dimaksud dengan Surat Teguran, Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat
untuk menegur atau memperingatakan kepada Wajib Pajak utnutk melunasi utang
pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan
apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat
lainnya yang sejenis ini dilakukan oleh Pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh
pejabat tersebut setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis tidak
menunda pembayaran utang pajak. 2.2.2 Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa Surat Paksa
diterbitkan oleh kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang
Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
apabila:
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
Sekaligus; atau
modal utama bagi pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, hal ini karena
atas barang milik Penanggung Pajak dan selanjutnya untuk melakukan penjualan
atau pelelangan atas barang-barang yang disita untuk pelunasan pajak terutang
tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih dahulu. Atau dengan kata lain,
dalam hal ini Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial serta mempunyai
Surat Paksa diterbitkan palng cepat 21 (dua puluh datu hari) sejak
penerbitan Surat Teguran, kecuali apabila terhadap Penanggung Pajak telah
diterbitkan surat penagihan seketika dan sekaligus. Surat Paksa diberitahukan oleh
Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada
isi Surat Paksa kepada Penanggung Pajak dan kedua belah pihak, Jurusita dan
Dalam hal Surat Paksa tidak dapat diberitahukan kepada Wajib Pajak
orang pribadi atau badan, Surat Paksa disampaikan melalui aparat Pemerintah
desa di mana Wajib Pajak bertempat tinggal atau melakukan kegiatan usahanya.
Jika Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya atau
menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman Surat Paksa tersebut melalui
media massa.
Apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak berada di luar wilayah kerja
pejabat yang menerbitkan Surat Paksa, pejabat yang menerbitkan Surat Paksa
wilayah kerjanya sepanjang masih dalam satu kota. Dalam hal ini, pejabat tersebut
kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa. 2.2.3 Penyitaan Asset Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak Kepala KPP yang telah menerbitkan Surat Paksa dapat menerbitkan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dalam hal utang pajak tidak dilunasi
dalam jangka waktu 2 kali 24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa
diberitahukan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Dalam hal lain, SPMP
paling cepat diterbitkan setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak tanggal Surat
objek sita dimaksud, kecuali ditetapakan lain oleh Keputusan Menteri atau
Keputusan Kepala Daerah. Dalam hal ini pun, pejabat tersebut wajib
Barang milik Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang
berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain
termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi bruto
tertentu.
Jurusita harus membuat berita acara pelaksanaan sita (BAPS) yang ditanda
tangani oleh Jurusita, Penanggung Pajak, dan saksi-saksi. Dalam hal Penanggung
tersebut dalam BAPS yang selanjutnya ditandatangani oleh Jurusita dan saksi
saksi sehingga BAPS dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
setingkat Kepala Kelurahan atau Kepala Desa. Salinan BAPS ditempelkan pada
barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di
negeri, kejaksaan, kepolisian, atau instansi lain yang telah lebih dahulu melakukan
penyitaan.
2.2.4 Pelelangan atau Penjualan Asset Sitaan Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum
dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli. Pelelangan atas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
dilakukan apabila utang pajak atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaiman telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang memuat
Asset Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang disita berupa uang tunai,
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat
dikecualikan dari penjualan secara lelang, adapun penggunaannya dilakukan dengan cara:8
c. Obilgasi, saham atau surat berharga lainnya yang diperdangkan di bursa efek
8 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 136 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan
yang dikecualikan dari Penjualan secara Lelang dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
Pasal 2.
d. Obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang tidak diperdangkan di bursa
hak menjual dari Penanggung Pajak kepada Pejabat. 2.2.5 Pencegahan Pencegahan adalah larangan
yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan
alasan tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pencegahan hanaya
yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas permintaan Pejabat atau atasan
pejabat yang bersangkuatan, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang antara lain menentukan
bahwa yang berwenang dan bertanggung jawab atas pencegahan adalah Menteri
Penanggung Pajak Badan atau ahli waris. Jangka waktu pencegahan paling lama 6
1. Surat Paksa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
2. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan(SPMP) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah
surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. 3. Pelaksanaan Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barangs di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan
dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Penelitian terdahulu
Kerangka pemikiran
Hipotetis penelitian
Bab iii
1. Penelitian Kepustakaan
buku-buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang
2. Penelitian Lapangan
di ukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
langkah penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini di gunakan Skala Likert yang
merupakan salah satu bentuk dari Skala Sikap. Skala likert digunakan untuk
Menurut Simamora (2002: 46) Skala Likert, yang juga di sebut summated
ratings scale, merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas di gunakan
60
pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah
sampai paling tinggi. Pilihan jawaban bisa tiga, lima, tujuh, dan Sembilan. Yang
pasti ganjil. Semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin
terwakili.
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut (Riduwan, 2008: 86):
Pernyataan Positif
Netral (N) = 3
Pernyataan Negatif
Setuju (S) =2
Netral (N) = 3
akurat dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat
ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal
menghitung pengaruh variabel independen (X1, X2, X3, dan X4) terhadap
variabel dependen (Y) apabila terjadi perubahan pada satu satuan dari
Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + b3 . X3 + b4 . X4
Dimana:
Y = Perilaku pembelian
X1 = Advertising
X2 = Personal Selling
62
X3 = Sales promotion
X4 = Publicity
c. Analisis korelasi
korelasi dan arah dinyatakan oleh tanda positif atau negative. Apabila r =
positif, sangat kuat dan bersifat searah, artinya kenaikan atau penurunan
variable X terhadap Y.
(X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y), dengan formulasi sebagai
berikut :
63
- Jika thitung > ttabel, maka variabel independent (X1 dan X2)
dependent (Y).
- Jika thitung < ttabel, maka variabel independent (X1 dan X2) tidak
dependent (Y).
sama variabel independent (X1 dan X2) terhadap variabel dependent (Y),
variabel independen
= 5%
a) Jika Fhitung < Ftabel, maka variabel independent (X1 dan X2) tidak
di terima.
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka variabel independent (X1 dan X2)
di tolak.
Uji Multikolonieritas
model regresi dapat dilihat dari besaran nilai Tolerance dan VIF-nya
multikolonieritas jika nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai
penagihan pajak (X2), norma moral (X3) dan kebijakan sunset policy
Keterangan :
a = Konstanta
55
e = error
2. Uji Statistik t
0,05 dan nilai koefisien regresi searah dengan hipotesis maka hipotesis
3. Uji Statistik F
nilai sig F < alpha 0,05 maka terdapat pengaruh secara bersama-sama
(Ghozali, 2011).
a. Uji Normalitas
53
dengan cara melihat pada hasil output. Jika nilai Uji Kolmogorov
Smirnov (K-S) lebih besar dari nilai signifikan yaitu 0,05 maka data
berdistribusi normal (Priyatno, 2013).
b. Uji Multikolinieritas
multikolinieritas.
a. Uji Heteroskedastisitas