Diberikan oleh:
Ibu Ismiarni Komala, Ph.D., Apt.
Disusun oleh:
Lulu Cahyani 11151020000001
Dila Taruli 11151020000005
Rosa Amelia 11151020000016
Agung Nurgraha 11151020000024
Kinanthi Dwi Nurbaiti 11151020000030
Nurfita Amalina 11151020000031
Salman Al Farisi 11151020000035
Muhammad Rasyid W 11151020000037
Maulia Muhtaromah 11151020000043
Icha Putri Mideva 11151020000044
Yuyun Anugerah 11151020000050
Farmasi AC 2015
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah farmakognosi fitokimia mengenai Teknik Isolasi Senyawa Minyak
Atsiri Secara Konvensional ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah farmakognosi fitokimia yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami teknik isolasi minyak atsiri
secara konvensional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses ekstraksi distilasi uap adalah metode ekstraksi yang populer dan cocok untuk
sebagian besar bahan tanaman (Kasuan dkk, 2013). Pada metode ini, air digunakan sebagai
solvent, dan sebagai kondensor untuk proses pendinginan distilat berupa campuran air dan
minyak atsiri yang dihasilkan dari proses ekstraksi (Muhtadin dkk,2013). Air dimasukkan
kedalam tangki sebagai sumber uap panas (boiler). Sampel diletakkan didalam kompartemen
yang berada diatas boiler. Didalam boiler terdapat lubang-lubang kecil yang menghubungkan
bagian tangki dengan bagian kompartemen sampel. Penyulingan dilakukan dimulai dengan
tekanan uap rendah (sekitar 0,5-1 bar). Kemudian tekanan diboiler dinaikkan secara berangsur-
angsur sampai suhu uap mencapai 150oC dan tekanan mencapai 5 bar. Uap air dari boiler yang
mendidih akan mengalir ke sampel dan uap akan menembus sel-sel bahan dan membawa uap
minyak atsiri melalui kondensor.
Dikondensor, uap diubah kembali ke campuran cair yang mengandung minyak esensial
dan air. Air pendingin pada kondensor dapat digunakan untuk mempertahankan tingkat air
yang diinginkan, hal ini akan mengurangi air yang terbuang dan memperkecil perbedaan suhu
antara tangki dengan aliran air. Cairan yang diperoleh dari proses kondensor ditampung pada
tangki pemisah. Distilat membentuk cairan dengan dua lapisan yang jelas antara air dan
senyawa organik (minyak essential). Kebanyakan (tapi tidak semua) minyak-minyak essential
lebih ringan daripada air, dan akan menempati lapisan bagian atas (Ariyani, dkk). Distilat yang
ditampung pada tangki pemisah dipisahkan minyak dari air dengan menggunakan corong
pemisah.
Durasi proses steam distilation umumnya adalah dalam 3 sampai 8 jam, tergantung pada
kuantitas dan ukuran partikel bahan baku yang akan diekstraksi (Kasuan dkk, 2013). Pada
sistem ini, penyulingan lebih baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian,
akar, dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak bertitik didih lebih
tinggi, tetapi tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri yang mudah
rusak oleh pemanasan dan air (Ariyani dkk). Kelebihan dari proses ini adalah sederhana, dan
ekonomis sedangkan kelemahannya, yaitu:
a. tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mudah rusak oleh adanya air
dan panas;
b. minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air dan panas;
c. komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi;
d. bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah;
e. komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi sebagian tidak
ikut tersuling, dan tetap tertinggal dalam bahan.
Berikut prosedur isolasi minyak atsiri kenanga menggunakan metode distilasi uap pada
penelitian Isolasi Minyak Atsiri Kenanga (cananga adorata) Menggunakan Metode Destilasi
Uap Termodifikasi Dan Karakterisasinya Berdasarkan Sifat Fisik Dan KG-SM
D. Kondensor
E. Corong pisah
F. Hot plate
Seperangkat alat distilasi uap yang digunakan dirangkai dengan ketel penghasil uap
bertekanan tinggi dan dilakukan proses distilasi selama 8 jam. Isolasi minyak atsiri kenanga
dengan menggunakan distilasi uap pada penelitian ini menghasilkan minyak atsiri kenanga
yang berwarna kuning muda, berbau segar khas kenanga dengan rendemen sebesar 1,066%.
Rendemen yang diperoleh dari penelitian ini relatif lebih rendah diduga karena perbedaan
daerah pertumbuhan bunga kenanga, waktu petik bunga dan kematangan bunga sehingga
mempengaruhi hasil rendemen yang diperoleh.
Uap yang dihasilkan pada ketel penghasil uap menyebabkan tekanan uap dalam ketel
distilasi meningkat sehingga komponen minyak atsiri kenanga seperti senyawa linalool yang
memiliki tekanan uap tinggi dapat terisolasi. Tekanan uap dalam ketel penghasil uap sebesar
1,39 atm, relatif lebih besar dibandingkan dengan tekanan uap senyawa linalool yang memiliki
tekanan uap sebesar 2,603x10-4 atm, sehingga senyawa linalool dapat terisolasi.
2.3 Karakterisitik Hasil Produk Steam Distilation
Metode ini digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri. Minyak atsiri itu sendiri memiliki
kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki
kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak
atsiri. Zat inilah yang mengeluarka aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman,
misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industry
makanan dan minuman (Sri Yuliani, 2012).
Senyawa terpena yang terkandung di dalam minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu monoterpen yang mempunyai titik didih antara 140-180C dan seskuiterpen
yang mempunyai titik didi >200C. Dilihat dari struktur kimianya, monoterpen dapat dibagi
lagi menjadi tiga golongan, yaitu asiklik (geraniol, linalool, mirsena), monosiklik (-terpineol,
limonene, terpinolena, mentol, menton, dan karvon), dan bisiklil ( dan -pinen, tujon, kamfor,
dan fenkon) (Sri Yuliani, 2012).
Dilihat dari gugus fungsi di dalamnya, monoterpen dapat berbentuk alkohol (mentol dan
geraniol), aldehid, keton (menton dan karvon), dan lakton (nepetalakton). Kelompok
monoterpen sederhana banyak tersebar luas di dalam tanaman minyak atsiri yang terdapat pada
bagian daun, misalnya dan -pinen, karen, -felandren, dan mirsen. Sementara itu, pada
bagian bunga dan biji cenderung mempunyai monoterpen yang lebih khas. Beberapa zat yang
khas seperti geraniol terdapat pada tanaman serai wangi dan palmarosa, limonene terdapat pada
biji pala, dan -pinen terdapat pada biji pala dan lada, benzil asetat terdapat pada bunga
kenanga dan melati, sedangkan kariofilen terdapat pada bunga cengkih (Sri Yuliani, 2012).
Penyulingan dengan metode Steam Destilation biasa dipakai untuk bahan baku yang
membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman (Hesti Dwi,
2014).
Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian tanaman yang
keras, seperti kulit batang, kayu, dan biji-bijian yang keras. Contoh tanamannya adalah akar
wangi, pala, masoyi, nilam, dan cendana (Sri Yuliani, 2012).
2.4 Tumbuhan Khusus
1. Kayu manis:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Sub divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum zeylanicum
Kayu manis mempunyai manfaat sebagai, anti infeksi, meningkatkan fungsi otak,
mengontrol gula darah. Minyak atsiri pada kulit kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap
mikroorganisme (Antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (Stomakik)
juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu, minyaknya dapat
digunakan dalam industry sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion
parfum dan cream (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Efek farmakologis yang dimiliki kayu main diantar sebagai peluruh keringat (diaphoretic),
antirematik, penambah nafsu makan dan penghilang rasa sakit (Analgesik) (Hariana,
2007).Kandungan kimia: Minyak Atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah
sinamaldehida 60-70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl-benzoat,
phelandrene dan lain-lainnya.
2. Cengkeh
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Monochlamydae
Ordo : Caryophillaceae
Famili : Myrtaceae
Spesies : Syzgium aromaticum (L.) Meer & Perry
Pemakaian utama minyak cengkeh adalah untuk diambil eugenol, isoeugenol, dan zat
vanili buatan yang dipakai pada industry kimia sebagai zat dasar untuk meyusun bermacam-
macam jenis persenyawaan. Metabolit cengkeh yang paling banyak adalah eugenol, eugenol
asetat, dan kariofilen. Senyawa tersebut bersifat sebagai antibakteri dan antijamur.
Eugenol, iso-eugenol, dan zat vanili dalam inyak atsiri cengkeh dipakai pada industry
bahan kimia sebagai zat dasar untuk menyusun bermacam-macam jenis persenyawaan, seperti
parfum, perasa, obat antinyamuk, analgetik.
3.1 Kesimpulan
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat didihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali dalam
bentuk cairan. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Alat yang digunakan untuk proses
destilasi uap yaitu destilator uap. Pada metode destilasi ini, unit penyulingan terbagi atas 3 unit
yaitu, ketel bahan baku, boiler, dan kondensor.
Proses ekstraksi distilasi uap adalah metode ekstraksi yang populer dan cocok untuk
sebagian besar bahan tanaman (Kasuan dkk, 2013). Pada metode ini, air digunakan sebagai
solvent, dan sebagai kondensor untuk proses pendinginan distilat berupa campuran air dan
minyak atsiri yang dihasilkan dari proses ekstraksi (Muhtadin dkk,2013).
Metode ini digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri. Minyak atsiri itu sendiri memiliki
kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki
kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak
atsiri. Zat inilah yang mengeluarka aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman,
misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industry
makanan dan minuman (Sri Yuliani, 2012).
3.2 Saran
Irwandi, Dedi. 2014. Experiments of Organic Chemistry. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta P.IPA - FITK Press
Julianto, Tatang S. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta: Deepublish
Revani, et al. 2013. Destilasi Uap. Laboratorium Kimia Fisika. Surabaya: Fakultas Teknologi
Industri ITS
Ariyani, dkk. TT. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Tanaman Sereh Dengan Menggunakan Pelarut
Metanol, Aseton, Dan N-Heksana. Jurnal Teknik Kimia Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. Surabaya
Kasuan, dkk. 2013. Extraction Of Citrus Hystrix D.C. (Kaffir Lime) Essential Oil Using
Automated Steam Distillation Process: Analysis Of Volatile Compounds. Malaysian
Journal of Analytical Sciences, Vol 17 No 3. Malaysia.
Muhtadin, dkk. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan Kering dengan
Menggunakan Metode Steam Distillation. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1. Surabaya.
Yuliani, Sri, Suyanti Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya