Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA II

TEKNIK ISOLASI SENYAWA MINYAK ATSIRI SECARA KONVENSIONAL


STEAM DESTILATION

Diberikan oleh:
Ibu Ismiarni Komala, Ph.D., Apt.

Disusun oleh:
Lulu Cahyani 11151020000001
Dila Taruli 11151020000005
Rosa Amelia 11151020000016
Agung Nurgraha 11151020000024
Kinanthi Dwi Nurbaiti 11151020000030
Nurfita Amalina 11151020000031
Salman Al Farisi 11151020000035
Muhammad Rasyid W 11151020000037
Maulia Muhtaromah 11151020000043
Icha Putri Mideva 11151020000044
Yuyun Anugerah 11151020000050

Farmasi AC 2015

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah farmakognosi fitokimia mengenai Teknik Isolasi Senyawa Minyak
Atsiri Secara Konvensional ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah farmakognosi fitokimia yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.

Ciputat, Oktober 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam suatu tanaman. Minyak ini adalah
minyak esensial. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman
asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemar , minyak atsiri umunya tidak
berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk
resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap).Untuk mencegah supaya tidak berubah
warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana
gelas yang berwarna gelap.
Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap (volatile oil) biasanya terdiri dari
senyawa organic yang bergugus alcohol, aldehid, keton, dan berantai pendek. Minyak atsiri
dapat diperoleh dari penyulingan akar, daun, bunga, batang, maupun biji tumbuhan. Beberapa
contoh minyak atsiri yaitu minyak cengkeh, minyak kayu putih, minyak sereh, minyak lawing,
dan lain-lain.
Minyak atsiri merupakan salah satu adalah salah satu bahan ekspor andalan Indonesia.
Namun harga senyawa turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia jauh lebih mahal
dibandingkan dengan harga minyak atsiri yang diekspor. Untuk mengatasi permasalahn
tersebut, pemerintah telah menetapkan penelitian bidang minyak atsiri merupakan topik
penelitian unggulan saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja alat yang digunakan dalam teknik isolasi minyak atsiri secara konvensional?
2. Bagaimana cara kerja teknik isolasi minyak atsiri secara konvensional?
3. Bagaimana karakteristik produk yang didapatkan?

1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami teknik isolasi minyak atsiri
secara konvensional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Steam destilation (Destilasi uap)


Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat didihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali dalam
bentuk cairan. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air
dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam
campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang
lebih rendah dari pada pemanasan langsung (Revani et al, 2013). Distilasi uap merupakan tipe
khusus dari distilasi untuk bahan dengan suhu sensitif seperti senyawa aromatic alami.
(Irwandi, 2014)
Alat yang digunakan untuk proses destilasi uap yaitu destilator uap. Pada metode destilasi
ini, unit penyulingan terbagi atas 3 unit yaitu, ketel bahan baku, boiler, dan kondensor. Jenis
destilasi ini lebih modern dibandingkan destilasi ait atau uap air. Dapur uap dibentuk dalam
boiler dengan cara memanaskan air hingga tekanan tertentu yang ditunjukan oleh manometer
yang telah dipasang dalam boiler. Setelah tekanan uap yang diinginkan tercapai maka uap
jenuh siap dialirkan kedalam ketel bahan baku. Metode destilasi uap ini lebih cocok untuk
menyuling bahan-bahan seperti dedaunan dan serpihan kayu.
Berikut skema alat destilasi uap:
1. Pemasukan uap
2. Pengukur suhu
3. Pengeluaran kondensat
4. Pengosongan
5. Kaca pengontrol
6. Pemasukan air pendingin
7. Pengeluaran air pendingin
8. Hasil sulingan (destilat)
9. Pengeluaran air
10. Kran pengeluaran minyak

2.2 Metode Steam Distilation

Proses ekstraksi distilasi uap adalah metode ekstraksi yang populer dan cocok untuk
sebagian besar bahan tanaman (Kasuan dkk, 2013). Pada metode ini, air digunakan sebagai
solvent, dan sebagai kondensor untuk proses pendinginan distilat berupa campuran air dan
minyak atsiri yang dihasilkan dari proses ekstraksi (Muhtadin dkk,2013). Air dimasukkan
kedalam tangki sebagai sumber uap panas (boiler). Sampel diletakkan didalam kompartemen
yang berada diatas boiler. Didalam boiler terdapat lubang-lubang kecil yang menghubungkan
bagian tangki dengan bagian kompartemen sampel. Penyulingan dilakukan dimulai dengan
tekanan uap rendah (sekitar 0,5-1 bar). Kemudian tekanan diboiler dinaikkan secara berangsur-
angsur sampai suhu uap mencapai 150oC dan tekanan mencapai 5 bar. Uap air dari boiler yang
mendidih akan mengalir ke sampel dan uap akan menembus sel-sel bahan dan membawa uap
minyak atsiri melalui kondensor.

Dikondensor, uap diubah kembali ke campuran cair yang mengandung minyak esensial
dan air. Air pendingin pada kondensor dapat digunakan untuk mempertahankan tingkat air
yang diinginkan, hal ini akan mengurangi air yang terbuang dan memperkecil perbedaan suhu
antara tangki dengan aliran air. Cairan yang diperoleh dari proses kondensor ditampung pada
tangki pemisah. Distilat membentuk cairan dengan dua lapisan yang jelas antara air dan
senyawa organik (minyak essential). Kebanyakan (tapi tidak semua) minyak-minyak essential
lebih ringan daripada air, dan akan menempati lapisan bagian atas (Ariyani, dkk). Distilat yang
ditampung pada tangki pemisah dipisahkan minyak dari air dengan menggunakan corong
pemisah.

Durasi proses steam distilation umumnya adalah dalam 3 sampai 8 jam, tergantung pada
kuantitas dan ukuran partikel bahan baku yang akan diekstraksi (Kasuan dkk, 2013). Pada
sistem ini, penyulingan lebih baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian,
akar, dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak bertitik didih lebih
tinggi, tetapi tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri yang mudah
rusak oleh pemanasan dan air (Ariyani dkk). Kelebihan dari proses ini adalah sederhana, dan
ekonomis sedangkan kelemahannya, yaitu:

a. tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mudah rusak oleh adanya air
dan panas;
b. minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air dan panas;
c. komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi;
d. bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah;
e. komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi sebagian tidak
ikut tersuling, dan tetap tertinggal dalam bahan.

Berikut prosedur isolasi minyak atsiri kenanga menggunakan metode distilasi uap pada
penelitian Isolasi Minyak Atsiri Kenanga (cananga adorata) Menggunakan Metode Destilasi
Uap Termodifikasi Dan Karakterisasinya Berdasarkan Sifat Fisik Dan KG-SM

Bunga kenanga (Cananga odorata) segar ditimbang sebanyak 2 kg kemudian ditempatkan


dalam ketel distilasi dan ditutup rapat. Seperangkat alat distilasi dirangkai dengan penghasil
uap bertekanan tinggi kemudian dilakukan distilasi uap selama 8 jam. Minyak atsiri kenanga
yang diperoleh dibebaskan dari sisa air dengan menggunakan magnesium sulfat monohidrat
kemudian dialiri gas nitrogen (N2) dan disimpan dalam botol vial tertutup dalam lemari
pendingin.
Keterangan:

Ketel pengahasil uap bertekanan


A. tinggi

B. Sarangan dalam ketel distilasi

C. Sampel bunga kenanga

D. Kondensor

E. Corong pisah

F. Hot plate

Gambar 1. Rangkaian alat distilasi uap G. Hot plate

Seperangkat alat distilasi uap yang digunakan dirangkai dengan ketel penghasil uap
bertekanan tinggi dan dilakukan proses distilasi selama 8 jam. Isolasi minyak atsiri kenanga
dengan menggunakan distilasi uap pada penelitian ini menghasilkan minyak atsiri kenanga
yang berwarna kuning muda, berbau segar khas kenanga dengan rendemen sebesar 1,066%.
Rendemen yang diperoleh dari penelitian ini relatif lebih rendah diduga karena perbedaan
daerah pertumbuhan bunga kenanga, waktu petik bunga dan kematangan bunga sehingga
mempengaruhi hasil rendemen yang diperoleh.

Uap yang dihasilkan pada ketel penghasil uap menyebabkan tekanan uap dalam ketel
distilasi meningkat sehingga komponen minyak atsiri kenanga seperti senyawa linalool yang
memiliki tekanan uap tinggi dapat terisolasi. Tekanan uap dalam ketel penghasil uap sebesar
1,39 atm, relatif lebih besar dibandingkan dengan tekanan uap senyawa linalool yang memiliki
tekanan uap sebesar 2,603x10-4 atm, sehingga senyawa linalool dapat terisolasi.
2.3 Karakterisitik Hasil Produk Steam Distilation

Metode ini digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri. Minyak atsiri itu sendiri memiliki
kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki
kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak
atsiri. Zat inilah yang mengeluarka aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman,
misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industry
makanan dan minuman (Sri Yuliani, 2012).

Senyawa terpena yang terkandung di dalam minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu monoterpen yang mempunyai titik didih antara 140-180C dan seskuiterpen
yang mempunyai titik didi >200C. Dilihat dari struktur kimianya, monoterpen dapat dibagi
lagi menjadi tiga golongan, yaitu asiklik (geraniol, linalool, mirsena), monosiklik (-terpineol,
limonene, terpinolena, mentol, menton, dan karvon), dan bisiklil ( dan -pinen, tujon, kamfor,
dan fenkon) (Sri Yuliani, 2012).

Dilihat dari gugus fungsi di dalamnya, monoterpen dapat berbentuk alkohol (mentol dan
geraniol), aldehid, keton (menton dan karvon), dan lakton (nepetalakton). Kelompok
monoterpen sederhana banyak tersebar luas di dalam tanaman minyak atsiri yang terdapat pada
bagian daun, misalnya dan -pinen, karen, -felandren, dan mirsen. Sementara itu, pada
bagian bunga dan biji cenderung mempunyai monoterpen yang lebih khas. Beberapa zat yang
khas seperti geraniol terdapat pada tanaman serai wangi dan palmarosa, limonene terdapat pada
biji pala, dan -pinen terdapat pada biji pala dan lada, benzil asetat terdapat pada bunga
kenanga dan melati, sedangkan kariofilen terdapat pada bunga cengkih (Sri Yuliani, 2012).

Penyulingan dengan metode Steam Destilation biasa dipakai untuk bahan baku yang
membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman (Hesti Dwi,
2014).

Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian tanaman yang
keras, seperti kulit batang, kayu, dan biji-bijian yang keras. Contoh tanamannya adalah akar
wangi, pala, masoyi, nilam, dan cendana (Sri Yuliani, 2012).
2.4 Tumbuhan Khusus
1. Kayu manis:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Sub divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum zeylanicum

Kayu manis mempunyai manfaat sebagai, anti infeksi, meningkatkan fungsi otak,
mengontrol gula darah. Minyak atsiri pada kulit kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap
mikroorganisme (Antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (Stomakik)
juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu, minyaknya dapat
digunakan dalam industry sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion
parfum dan cream (Rismunandar dan Paimin, 2001).

Efek farmakologis yang dimiliki kayu main diantar sebagai peluruh keringat (diaphoretic),
antirematik, penambah nafsu makan dan penghilang rasa sakit (Analgesik) (Hariana,
2007).Kandungan kimia: Minyak Atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah
sinamaldehida 60-70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl-benzoat,
phelandrene dan lain-lainnya.

2. Cengkeh
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Monochlamydae
Ordo : Caryophillaceae
Famili : Myrtaceae
Spesies : Syzgium aromaticum (L.) Meer & Perry
Pemakaian utama minyak cengkeh adalah untuk diambil eugenol, isoeugenol, dan zat
vanili buatan yang dipakai pada industry kimia sebagai zat dasar untuk meyusun bermacam-
macam jenis persenyawaan. Metabolit cengkeh yang paling banyak adalah eugenol, eugenol
asetat, dan kariofilen. Senyawa tersebut bersifat sebagai antibakteri dan antijamur.
Eugenol, iso-eugenol, dan zat vanili dalam inyak atsiri cengkeh dipakai pada industry
bahan kimia sebagai zat dasar untuk menyusun bermacam-macam jenis persenyawaan, seperti
parfum, perasa, obat antinyamuk, analgetik.

2.5 Ekstraksi Minyak Atsiri dengan Metode Steam Destilation (Penyulingan)


Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua macam
campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan untuk minyak atsiri
yang tidak larut dalam air. Pada metode penyulingan dengan uap (steam destilation), ketel
suling dan tangki air sebagai sumber uap panas atau boiler diletakkan secara terpisah. Uap
yang dihasilkan memilki tekanan yang lebih tinggi dari tekanan yang udara luar, kemudian di
dalam boiler terdapat pipa yang berhubungan dengan ketel suling. Penyulingan dengan uap
sebaiknya dimulai dengan tekanan uap yang rendah (sekitar 0.5-1 bar). Setelah itu secara
berangsur-angsur tekanan di boiler ditingkatkan sampai suhu uap mencapai 150C dan
tekanan mencapai 5 bar, kemudian air dalam boiler akan mendidih dan uapnya akan ke ketel
suling yang di dalamnya sudah terdapat bahan yang mengandung minyak atsiri.
Prinsipnya uap akan menembus sel-sel bahan dan membawa uap minyak atsiri yang
selanjutnya akan mengalir melalui kondensor, kemudian uap minyak atsiri akan mengembun
menjadi cairan yang kemudian di tampung di tangki pemisah. Hal yang perlu diperhatikan
dalam metode ini adalah tekanan pada boiler yang harus terus menerus di kontrol. Kemudian
suhu di ketel penyaringan harus sekitar 110-120C, sedangkan tekanan pada ketel suling
disesuaikan dengan ketebalan ketelnya, dan kapasitas bahan dalam ketel suling tidak lebih
dari 75% dengan kondisi yang tidak terlalu padat atau terlalu longgar. Metode steam
destilation cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian tanaman yang
keras, seperti kulit batang, kayu, dan biji-bijian yang keras. Contoh tanaman tersebut seperti
akar wangi, pala, masoyi, nilam, dan cendana.
berikut adalah contoh produk minyak atsiri dari akar wangi, cendana, pala, masoyi, dan
cendana yang terdapat di pasaran.
1. Minyak akar wangi dengan nama produk Vetiver Oil

2. Minyak biji pala dengan nama dagang (Nutmeg Oil)

3. Minyak masoyi dengan nama dagang (Massoi Oil)

4. Minyak nilam dengan nama dagang (Patchouli Oil)


5. Minyak cendana dengan nama dagang (Sandalwood Oil)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat didihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali dalam
bentuk cairan. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Alat yang digunakan untuk proses
destilasi uap yaitu destilator uap. Pada metode destilasi ini, unit penyulingan terbagi atas 3 unit
yaitu, ketel bahan baku, boiler, dan kondensor.
Proses ekstraksi distilasi uap adalah metode ekstraksi yang populer dan cocok untuk
sebagian besar bahan tanaman (Kasuan dkk, 2013). Pada metode ini, air digunakan sebagai
solvent, dan sebagai kondensor untuk proses pendinginan distilat berupa campuran air dan
minyak atsiri yang dihasilkan dari proses ekstraksi (Muhtadin dkk,2013).

Metode ini digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri. Minyak atsiri itu sendiri memiliki
kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki
kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak
atsiri. Zat inilah yang mengeluarka aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman,
misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industry
makanan dan minuman (Sri Yuliani, 2012).

3.2 Saran

Diperlukan referensi tambahan untuk menunjang pembelajaran secara lebih mendalam


mengenai Steam Destilation
DAFTAR PUSTAKA

Irwandi, Dedi. 2014. Experiments of Organic Chemistry. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta P.IPA - FITK Press
Julianto, Tatang S. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta: Deepublish
Revani, et al. 2013. Destilasi Uap. Laboratorium Kimia Fisika. Surabaya: Fakultas Teknologi
Industri ITS
Ariyani, dkk. TT. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Tanaman Sereh Dengan Menggunakan Pelarut
Metanol, Aseton, Dan N-Heksana. Jurnal Teknik Kimia Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. Surabaya

Kasuan, dkk. 2013. Extraction Of Citrus Hystrix D.C. (Kaffir Lime) Essential Oil Using
Automated Steam Distillation Process: Analysis Of Volatile Compounds. Malaysian
Journal of Analytical Sciences, Vol 17 No 3. Malaysia.

Muhtadin, dkk. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan Kering dengan
Menggunakan Metode Steam Distillation. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1. Surabaya.

Yuliani, Sri, Suyanti Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya

Setyaningrum, Hesti Dwi., Cahyo Saparinto. 2014. Panduan Lengkap Gaharu.

Jakarta Timur: Penebar Swadaya.

Editor. 2016. Data Atsiri. Jakarta: Dewan Atsiri Indonesia

Anda mungkin juga menyukai