Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS MEDIA AIR TERHADAP


MEMBUKA & MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN NILEM

Disusun oleh:
Kelompok 3 / Perikanan B
Nadya Putri 230110150109
Hafiz Alby 230110150113
Khasanatur Rosyidah 230110150139

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Fisiologi hewan air. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam
pembuatan dan penyusunan Laporan praktikum ini. Dalam penyusunannya,
penulis menyadari akan segala kekurangan yang ada sehubungan dengan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh kami, maka kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Dengan
tangan terbuka kami akan menerima segala kritik dan saran yang baik dalam
penulisan maupun penyajian laporan ini terdapat banyak kesalahan membangun
dari para pembaca.

Jatinangor, Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR GAMBAR ................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem ............................................................................... 3
2.2 Sistem Pernapasan Ikan Nilem ................................................ 5
2.3 Suhu ......................................................................................... 6
2.4 Hubungan Suhu dengan Sistem Pernapasan Ikan Nilem ........ 8
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 3
2.2Alat dan Bahan Praktikum ........................................................ 5
2.3 Prosedur ................................................................................... 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Kelompok ........................................................................
3.2 Data Rata-rata Kelas ................................................................
3.3 Pembahasan .............................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ..............................................................................
3.2 Saran ........................................................................................
3.3 Prosedur ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 19
LAMPIRAN ................................................................................. 20
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1. Ikan Nilem ...................................................................................

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu kamar
26 0 C .............................................................................................
2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu
290 C ..............................................................................................
3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu kamar
230C ...............................................................................................
4. Rata-rata Data Kelas Bukaan Operkulum Ikan Nilem pada Suhu
Normal (26C) ...............................................................................
5. Rata-rata Data Kelas Bukaan Operkulum Ikan Nilem pada Suhu
Tinggi (29C) ................................................................................
6. Rata-rata Data Kelas Bukaan Operkulum Ikan Nilem pada Suhu
Rendah (23C) ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, yaitu suhu tubuhnya


mengikuti suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan
faktor pembatas. Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengauhi
kandungan oksigen terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju
metabolisme hewan akuatik tersebut.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan
tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih
diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75
spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut
iwak, jukut.
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem
saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-
lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen,
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati
ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.
1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu


normal, panas dan suhu dingin media air terhadap membuka dan menutup
operculum benih ikan nilem dan mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah memahami laju pernafasan


ikan,mengetahui reaksi membuka tutupnya operculum dan mengetahui
metabolisme pada ikan dengan parameter suhu .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ikan Nilem


Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Merupakan ikan endemik asli Indonesia
yang hidupnya di sungai dan rawa-rawa hampir serupa dengan ikan mas. Ciri -
cirinya yaitu pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut- sungut
peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari - jari keras dan jari - jari lunak.
Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 0 jari-
jari lunak. Jumlah sisik-sisik gurat sisi ada 33-36 keping,bentuk tubuh ikan nilem
agak memanjang dan piph,ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat,
serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utama ikan nilem.ikan ini
termasuk kelompok omnivora,makananya berupa ganggang penempel yang
disebut epifiton dan perofiton (Djuhanda,1985).

Klasifikasi Ikan Nilem


Ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1968)
diklasifikasikan dalam:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae Gambar 1.Ikan nilem

Genus : Osteochilus (Sumber : https://Budidarma.com)

Species : Osteochilus hasselti


Ikan Nilem merupakan ikan organik yang artinya tidak membutuhkan
pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuhan
(herbivora).Larva yang baru menetas biasanya memakan jenis zooplankton
(Hewan yang berukuran kecil atau mikro yang hidup diperairan dan bergerak
akibat arus perairan) yaitu rotifer.Sedangkan benih dan kan dewasa memakan
tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae , characeae ,ceratophyllaceae
polygonaceae (Susanto,2006)
2.2 Sistem Pernapasan Ikan Nilem
Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang
kantong insang yang terletak disebelah pharynk di bawah operculum. Waktu
bernapas operculum menutup melekat pada dinding tubuh, arcus branchialis
mengembang ke arah lateral. Air masuk melalui mulut kemudian kelep mulut
menutup, sedangkan arcus branchialis berkontraksi, dengan demikian operculum
terangkat terbuka. Air mengalir keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida (Jasin,1989).
Djuhanda (1994), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan
yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen
insang. Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang
di bagian basal pada kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang
berupa sepasang deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi,
melejat pada bagian depan dari lengkung insang. Ikan Nilem (O. hasselti)
memiliki gelembung renang untuk menjaga keseimbangan di dalam air.
2.3 Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter air yang sering diukur, karena
kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Suhu air
berubah-ubah terhadap keadaan ruang dan waktu. Suhu perairan tropis pada
umumnya lebih tinggi daripada suhu perairan sub tropis utamanya pada musim
dingin. Penyebaran suhu di perairan terbuka terutama disebabkan oleh gerakan
air, seperti arus dan turbulensi.
Penyebaran panas secara molekuler dapat dikatakan sangat kecil atau
hampir tidak ada (Romimohtarto, 1985). Suhu secara langsung atau tidak
langsung sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Panas yang dimiliki oleh air
akan mengalami perubahan secara perlahan-lahan antara siang dan malam serta
dari musim ke musim. Selain itu, air mempunyai sifat dimana berat jenis
maksimum terjadi pada suhu 4C dan bukan pada titik beku. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut di dalam air. Jika suhu tinggi, air
akan lebih cepat jenuh dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah.
Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari,
penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan
kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu
air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat
berlangsung berkisar antara 25-32C.Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di
Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk
melakukan kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses
kimia, fisika dan biologi di dalam perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada
suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan.
Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air, maka kelarutan oksigen akan berkurang.
Peningkatan suhu perairan 10C mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen
oleh organisme akuatik sekitar 23 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh
organisme akuatik meningkat.
2.4 Pengaruh suhu terhadap laju pernapasan ikan Nilem
Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan nilem terjadi
lebih sering pada setiap kenaikan suhu, serta penurunan suhu dari suhu kamar
hingga suhu dibawah kamar (250C 230C) semakin sering ikan itu membuka serta
menutup mulutnya hal ini dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka
laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerkan membuka dan
menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal kamar, serta
sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka
serta menutup mulutnya. Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka
tingkat frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari
pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan
metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O menurun, sehingga
gerakannya melambat. Penurun O juga dapat menyebabkan kelarutan O di
lingkungannya meningkat. Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar 1
dibandingkan temperature linkungannya (Nikolsky, 1927). Maka dari itu,
perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh
pada ikan nilem itu sendiri.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilakukan pada hari Rabu 19 Oktober 2016 pukul 14.30 s/d
16.30 WIB yang bertempat di Laboratorium MSP Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Unpad.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan
sebagai berikut :
a. Beaker glass , Sebagai tempat ikan untuk diamati
b. Wadah Plastik.sebagai tempat ikan sebelum dan sesudah diamati
(sebanyak 2 buah)
c. Termometer hg,alat untuk mengukur suhu air
d. Stopwatch,sebagai penunjuk waktu
e. Hand counter,sebagai alat hitung banyaknya membuka menutupnya
operculum ikan
3.2.2 Bahan
Adapun Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum
sebagai berikut :
a . Ikan nilem kecil (sebanyak 3 ekor )
b. Air panas
c. Air dingin
3.3 Prosedure kerja
Disiapkan sebuah beaker glass 1000 ml dan dua wadah
plastik

Diambil sebanyak 3 ekor benih ikan Nilem dari akuarium


stok, lalu memasukkan ke dalam salah satu wadah plastik

Diisi beaker glass dengan air secukupnya (


volumenya ), dan diukur suhunya dengan thermometer

Diamati dengan 2 perlakuan yaitu, T1 = untuk suhu


kamar ( . 0,5 C) ;T2 = untuk suhu 3 C di atas suhu
kamar ;T3 = untuk suhu 6 oC di bawah suhu kamar

Dimasukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass


yang sudah diketahui suhunya dan dihitung banyaknya
membuka & menutup operculum ikan selama satu menit
sebanyak tiga kali.

Dicatat data pada kertas lembar kerja.

Dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya hingga ketiga ikan


teramati. Dimasukkan ikan yang telah diamati de dalam
wadah plastik lain

Dilanjutkan d Dilanjutkan dengan perlakuan b dengan


mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan
suhu yang diinginkan dengan cara menambah es balok
sebanyak tiga kali
Dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur suhu air
pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan dengan menambahkan air panas dari water
bath sebanyak tiga kali.

Dicatat semua data dari hasil pengamatan terhadap


perlakuan ikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Kelompok

Tabel 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu kamar
26 0 C
Menit
Ikan ke Rata-rata
I II III
1. 254 207 215 225
2. 223 213 191 209
3. 199 187 180 188
Rata-Rata 207

Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu 290 C
Menit
Ikan ke Rata-rata
I II III
1. 209 198 197 201
2. 199 189 187 191
3. 217 221 213 217
Rata-Rata 203

Tabel 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan nilem pada suhu kamar
230C
Menit
Ikan ke Rata-rata
I II III
1. 187 164 148 166
2. 198 165 159 174
3. 219 181 188 196
Rata-Rata 178
4.1.2 Data Kelas Bukaan Operculum Benih Ikan nilem

Tabel 4. Rata-rata Data Kelas Bukaan Operkulum Ikan Nilem pada

Suhu Normal (26C)

Rata-rata Suhu Normal (T1)


Kelompok
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 204 236 257
2 174 205 237
3 223 222 228
4 203 186 208
5 198 246 228
6 233 233 232
7 188 246 100
8 307 218 262
9 207 221 220
10 229 230 232
11 235 255 152
12 220 192 191
13 203 251 253
14 174 197 179
15 213 225 230
16 222 209 188
17 183 204 212
18 199 214 206
19 236 245 261
20 235 214 189
21 232 238 243
22 246 233 192
23 206 195 270
Rata-rata 216 222 216

Tabel 5. Rata-rata Data Kelas Bukaan Operkulum Ikan Nilem

pada Suhu Tinggi (29C)

Rata-rata Suhu Panas (T2)


Kelompok
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 273 268 300
2 281 329 305
3 280 291 286
4 259 263 268
5 276 275 282
6 266 266 260
7 285 330 271
8 392 359 361
9 240 246 253
10 295 303 301
11 254 224 275
12 302 327 350
13 229 243 250
14 166 194 174
15 252 258 259
16 188 191 217
17 239 263 302
18 277 260 248
19 263 280 280
20 291 240 242
21 226 243 271
22 292 261 257
23 207 192 277
Rata-rata 262 265 273

Tabel 6. Rata-rata Data Kelas Bukaan Operkulum Ikan Nilem

pada Suhu Rendah (23C)

Rata-rata Suhu Dingin


Kelompok (T3)
Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
1 178 218 237
2 215 185 131
3 227 209 215
4 156 162 162
5 213 167 167
6 189 186 185
7 190 244 169
8 226 241 257
9 135 177 164
10 198 199 210
11 180 199 220
12 222 244 247
13 157 161 173
14 150 154 194
15 159 168 170
16 166 170 196
17 158 163 173
18 211 202 179
19 157 170 176
20 196 212 183
21 173 178 198
22 198 183 195
23 181 107 220
Rata-rata 184 187 192
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan kelompok 16, didadapatkan hasil
frekuensi membuka menutupnya operkulum tertinggi yaitu pada suhu kamar
dengan rata-rata frekuensi buka tutup operculum sebanyak 207 kali per menit.
Setelah dimasukkan ke gelas beaker yang memiliki suhu lebih tinggi dari
suhu kamar rata-rata frekuensi buka tutup operculum mengalami penurunan
yaitu 203 kali dalam satu menit. Frekuensi buka tutup operculum semakin
menurun saat ikan dimasukan ke gelas beaker pada suhu rendah yaitu
menjadi 178 kali per menit. Jika dibandingkan dengan data rata-rata kelas,
hasil yang kelompok 16 dapatkan terdapat perbedaan yaitu pada data rata-rata
frekuensi suhu 29 C. Pada data rata-rata kelas saat ikan dimasukkan ke
dalam gelas beker yang suhunya lebih tinggi dari suhu kamar, frekuensinya
meningkat. Sedangkan pada data kelompok 16 frekuensinya mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan terjadinya stress pada
ikan sehingga frekuensinya tidak teratur dan juga akibat terjadinya kesalahan
praktikan dalam menhitung karena kondisi counter yang digunakan kelompok
16 kurang baik (sering macet).
Dari hasil data keseluruhan dapat diketahui bahwa frekuensi membuka
menutupnya oprckulum lebih banyak terjadi pada suhu tinggi yaitu pada
kenaikan 3 C. Hal trsebut dapat dilihat di tabel ke 5 rata-rata data 23
kelompok yang menunjukan nilai frekuensi membuka menutupnya operculum
tertinggi yaitu sebanyak 273 kali.
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut ialah suhu. Suhu merupakan
salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan organisme perairan. Saat suhu bertambah, maka aktivitas ikan
meningkat melalui kenaikan kecepatan membuka dan menutupnya operculum.
Karena itu, saat suhu dinaikan 3oC bukaan operculum lebih sering terjadi.
Akibat dari itu pun penggunaan oksigen meningkat dan terjadi penurunan
jumlah oksigen terlarut.
Pada perlakuan suhu dibawah suhu kamar yaitu 23oC, maka tingkat
frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari
pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan suhu, maka terjadi penurunan
metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O menurun, sehingga
gerakannya melambat. Penurunan O juga dapat menyebabkan kelarutan O di
lingkungannya meningkat.
Kenaikan suhu akan memicu laju respirasi ikannilem menjadi semakin
cepat. Peningkatan metabolisme dipengaruhi oleh peningkatan suhu tubuhnya.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada proses metabolisme melibatkan reaksi
yang dipacu oleh enzim. Bila suhu tubuh meningkat maka enzim akan lebih
aktif memecah substrat sehingga metabolisme naik.Semakin tinggi suhu maka
akan dihasilkan semakin banyak metabolit. Metabolit ini kemudian akan
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini akan berpengaruh pada
frekuensi membuka dan menutupnya operkulum yang menjadi lebih cepat.
Selain itu, pada saat ikan dipindahkan dari suhu kamar menuju ke tuhu
yang lebih tinggi, ikan tersebut mungkin saja bisa mengalami stress yang
mengakibatkan aktivitas operculumnya meningkat atau berkurang. Beberapa
kendala untuk memperoleh hasil pengamatan ini mungkin terjadi karena
adanya kesalahan yang terletak pada praktikannya, seperti kurang telitinya
ketika sedang mengamati aktivitas membuka dan menutup operculum ikan
mengingat ukuran ikan yang kecil sehingga agak sulit melihat pergerakan
operculumnya atau mungkin terjadi kesalahan dalam perhitungan waktu yang
sangat berpengaruh dalam praktikum.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan perairan yang paling
jelas. Mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang
peting dalam megatur aktivitas biologis hewan air di perairan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh
dan sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi.
Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan
dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan
oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap
lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Perubahan suhu yang terjadi akan
sangat berpengaruh terhadap pernafasan ikan, karena ketika ada peningkatan suhu
maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi peningkatan metabolisme
dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh meningkatnya
aktivitas respirasi.
Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen
sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme.
Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya
memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Ketika kadar oksigen
berkurang dalam suatu perairan maka ikan akan berusaha mengambil atau
memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan
dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya sehingga oksigen yang dipompa
lebih banyak daripada keadaan normal.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari kegiatan praktikum kali ini yaitu
pada ketelitian dalam perhitungan bukaan operculum pada setiap setiap menitnya
harus diperhatikan oleh semua praktikan. Karena hal tersebut akan berpengaruh
terhadap pembahasan dan kevalidan dari data hasil pengamatan. Praktikan juga
seharusnya memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan ikan menjadi stres
pada saat diamati. Kmudian praktikan seharusnya memperhatikan dengan baik
setiap arahan dari Asistan lab, dan Praktikan juga harus berhati hati ketika sedang
melakukan praktek agar tidak terjadi keteledoran saat pemakaian alat yang
menyebabkan rusaknya sebagian alat ang di gunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina Cipta,
Jakarta.

Susanto, Heru. 2005. Budidaya Ikan Nilem.

Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme.

Baidowi, Mohamad. Reza, Sanav. Amanah, Rahmi. 2012. Pengaruh Perubahan


Suhu Panas dan Suhu Dingin Media Air Terhadap Mebuka Dan Menutup
Operculum Bennih Ikan Diambil dari
(documents.tips/documents/hubungan-antara-suhu-dengan-buka-tutp-op
erculum.html) diakses pada tanggal 23 pukul 12.11.

Alfiansyah, Muhammad. 2011. Sistem Pernafasan Ikan (Pisces). Diambil dari


(http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-
pisces.html#.VEHzdGeM_H0) diakses pada tanggal 23 Oktober 2016 pada
pukul 13.24 WIB.
LAMPIRAN
Lampiran 1.

Gambar 1. Kegiatan Pencampuran dan pengukuran suhu air

Gambar 2. Ikan yang digunakan sebagai objek Pengamatan

Gambar 3. Wadah yang digunakan untuk praktikum

Anda mungkin juga menyukai