Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DI RT 2 DUSUN

SIMBARINGIN DESA SIDOSARI KECAMATAN NATAR


KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2016 - 2017

OLEH :

FITRIANI, S.Kep
163500

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016 - 2017
A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-

negara maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertansi masih rendah

presentasinya.Walaupun demikian bukan berarti ancaman penyakit hipertensi

diabaikan begitu saja.Bagi masyarakaat golongan atas hipertensi benar-benar menjadi

momok yang menakutkan (Sri Rahayu : 2000).

Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-

rata 20 %.Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di

negara Indonesia rata-rata 6-15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena jumlah

anak dibawah 15 tahun di negara Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu

: 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budi Darmojo bahwa di

Indonesia 1,8-28,6 % penduduk yang berusia > 20 tahun adalah penderita Hipertensi

dan pada umumnya berkisar antara 6 10 % . Di provinsi Jawa Timur angka

kesakitaan penyakit hipertensi tahun 1998 1999 : 12,42 % (Data Provil). Sedangkan

dari laporan bulanan puskesmas Mojo terhitung dari bulan Januari 1998 sampai bulan

Desember tahun 1999 yang berkunjung ke Puskesmas Mojo adalah 19,13 % .dan

tahun 2000 : 47,1%. Mengamati data tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

masalah penyakit hipertensi khususnya di puskesmas Mojo perlu mendapat

pengamatan, pengawasan serta perawatan yang komprehensip.

Hipertensi merupakan factor resiko, primer yang menyebabkan penyakit

jantung dan stroke.Hipertensi disebut juga sebagai The Shilent Disease karena tidak

ditemukan tanda tanda fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin : 1991). Banyak ahli

beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai Heterogenus Group of

Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak tekontrol akan menyebabkan

kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan
anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan stroke

serta gagal ginjal (Susi Purwati : 2000). Untuk menghindari hal tersebut perlu

pengamatan secara dini. Hipertensi sering ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65

tahun keatas (Sri Rahayu : 2000 : 7 ).

Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan dan pengawasan

yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler

dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam

mengkonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga

secara teratur serta merubah kebiasan hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya

penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman beralkohol. Adapun factor

dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara

mempertahankan berat badan ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium,

lemak dan alcohol. (Dr. Wendra Ali 1996 : 3, 20, 21).

Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit

hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti :

1. Ketidak patuhan diit rendaah garam dan rendah lemak.

2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita .

3. Sumber daya keluarga kurang .

4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung)

5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan berkurangnya

pendapatan. Keluarga).

Dalam pelaksanaan tugastugas kesehatan keluarga mempunyai peranan yang sangat

penting dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita

penyakit hipertensi. Freedmen (1981) membagi lima (5) peran yang dilakukan

keluarga yaitu : mengenal gejala hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan yang tepat untuk menolong klien hipertensi, mampu memberikan

asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam


mengatasi masalahnya dan meningkatkan produktivitas keluarga dalam

meningkatkan mutu hidup anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi.

Untuk mencapai tujuan perawatan kesehataan keluarga yang optimal, sangatlah

penting peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Adapun peran

perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit

hipertensi antara lain : mampu mengenal asuhan keperawatan pada keluarga yang

menderita penyakit hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga,

sebagai koordinator pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik

kesehatan, sebagai penyuluh dan konsultan dalam asuhan perawatan dasar pada

keluarga yang menderita penyakit hipertensi.


KONSEP DASAR KELUARGA

A. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing

mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).

Menurut WHO dalam Dion, Y (2013), Keluarga adalah anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.

Menurut Duval dalam Supartini (2004), mengemukakan bahwa keluarga

adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Menurut Bailon dalam Achjar (2010), berpendapat bahwa keluarga sebagai

dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan

atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam

peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau

lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup

dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama

lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota

dalam rangka mencapai tujuan bersama.

B. Ciri-Ciri Keluarga

Ada beberapa ciri-ciri keluarga menurut Nasrul Effendi (2007) sebagai

berikut:

1. Diikat dalam satu perkawinan


2. Ada ikatan batin
3. Ada tanggung jawab masing anggota
4. Ada pengambilan keputusan
5. Kerjasama di antara anggota keluarga
6. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

C. Tipe Keluarga

Bentuk- bentuk keluarga menurut Dion, Y (2013) antara lain:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)


Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Ekstended Family)
Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, misal: nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.


3. Single parent family
Adalah satu keluarga yang di kepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup

bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.


4. Nuclear dyed
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal

dalam satu rumah yang sama.


5. Blended Family
Adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang

masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan

terdahulu.
6. Three Generation Family
Adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak,

ibudan anak-anak dalam satu rumah.

7. Single adult living alone


Adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup

dalam rumahnya.
8. Middle age atau Elderly Couple
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

D. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi keluarga antara lain: (Zaidin Ali, 2009; 11-12)

1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:


- Sandang, Pangan dan papan
- Hubungan seksual suami istri
- Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya

(istri dan anaknya)

3. Fungsi pendidikan

Disini keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator sosial

budaya bagi anak)

4. Fungsi sosialisasi

Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan lingkungan

keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas

generasi yang akan datang

5. Fungsi perlindungan

Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari gangguan,

ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,

psikologis) para anggotanya

6. Fungsi rekreasi

Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan, keceriaan,

kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya

7. Fungsi agama (religius)

Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka

memiliki pedoman hidup yang benar

E. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Dion, Y (2013) menyatakan bahwa ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang

kesehatan, yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan tiap anggota keluarga


2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5. Menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
F. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan (Duval)

(Sociological Perspective)
1. Keluarga baru menikah
- Membina hubungan Intim
- Bina hubungan, dengan keluarga lain : teman dan kelompok sosial
- Mendiskusikan rencana punya anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir
- Persiapan menjadi orang tua
- Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual

3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah


- Memenuhi kebututuhan anggota keluarga : rumah, rasa aman
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar
- Pembagian tanggung jawab
- Kegiatan untuk stimulasi perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
- Membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
- Memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
- Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga
- Komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
- Persiapan perubahan sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
- Perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended
- Pertahnakan keintiman pasanagan
- Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
- Penataan kembali peran orang tua
7. Keluarga dengan usia pertengahan
- Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
- Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
- Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua
- Mertahankan suasana saling menyenangkan
- Berdapatasi dengan perubahan : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan

penghasilan
- Pertahankan keakraban pasangan
- Melakukan life review masa lalu
9. Keluarga usia tua
- Mempertahankan suasana saling menyenangkan
- Beradaptasi dengan perubahan : kehilangan pasangan , kekuatan fisik, dan

penghasilan
- Pertahankan keakraban pasangan
- Melakukan life review masa lalu
G. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
a. Identitas kepala keluarga
b. Komposisi keluarga

Komposisi keluarga biasanya nama, jenis kelamin, hubungan dengan kk, dan

imunisasi bagi balita dan disertai genogram keluarga tersebut

c. Tipe keluarga

Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe

keluarga tersebut

d. Suku bangsa (etnis)

Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat tinggala keluarga,

dan kegiatan keagamaan

e. Agama dan kepercayaan

Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktek keyakinan beragama mereka

f. Status social ekonomi

Status social ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan

keluarga.

g. Aktifitas rekreasi keluarga

Menonton tv bersama, kadang pergi sekeluarga untuk makan bakso , dll

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap

perkembangan keluarga berdasarkan duvall


b. Tahap perkembangan keluarga yang belu terpenuhi
Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan

tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalanya


c. Riwayat kesehatan inti
Yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masinganggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga


d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Disini diuraikan riwayat kepala keluarga sebelum membentuk keluargasampai

saat ini
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas
c. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. System pendukung keluarga
Yang termasuk system pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat
4. Struktur keluarga
a. Struktur peran
Peran masing masing anggaota keluarga baik secara formal maupun

informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga


b. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Cara komunikasi antar anggota keluarga, bahasa, frekuensi dan kualitas

komunikasi
d. Strukur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk mengubah perilakunya


5. Fungsi keluarga
a. Fungsi ekonomi
b. Fungsi mendapatkan status social
c. Funsi pendidikan
d. Fungsi sosialisasi
e. Fungsi perawatan kesehatan
f. Mengenal masalah kesehatan
g. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
h. Merawat anggota keluarga yang sakit
i. Memelihara, memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat
j. Menggunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di masyarakat
6. Fungsi religious

Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan dijalankan oleh

keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

7. Perencanaan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

diidentifikasi (Efendy,1998).

Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala

prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).


a. Skala prioritas

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi

dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam

menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus

didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :

1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)


2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari

satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon

dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).

No. Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


1. Sifat masalah 3 1 2/3 x 1 = Bila lansia tidak segera diatasi akan

ancaman kesehatan 2/3 membahayakan lansia, karena setiap

hari lansia tinggal dirumah tanpa

ada pengawasan
b. Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = 2 Penyediaan sarana mudah dan

masalah dapat murah untuk dapat. (missal sandal

diubah:Mudah karet, keset). Perubahan bias

dilaksanakan, missal lantai yang

licin
c. Potensial masalah 3 1 2/3 x 1 = Keluarga mempunyai kesibukan

untuk 2/3 yang cukup tinggi, tetapi merawat

diubah:cukup orang tuamerupakan tugas dan

pengabdian seorang anak. Lagi pula

mencegah lebih mudah dan lebih

murah dari pada mengobati.


d. Menonjolnya 2 1 0/2 x 1 = 1 Keluarga merasa keadaan tersebut

masalah; masalah sudah berlangsung lama dan lansia

tidak dirasakan tidak pernah jatuh yang

oleh keluarga menimbulkan masalah.


Total : 3 1/3
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

- Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat


- Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
- Jumlahkan skor untuk semua criteria
- Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
b. Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor

dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer

untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk

memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat

garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di

keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana

mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah

sebagai berikut :

1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah


2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan

meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.


3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-

faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara

mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.


4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah

diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas

telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai

criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)

Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang obyektif.

A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan

obyektif.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

(Suprajitno,2004)

KONSEP DASAR HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).

Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah

kita secara teratur.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90

mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah

diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80

mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi

kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan

darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka

beberapa minggu.

B. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat

diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab

hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas

(keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi

primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,

antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain.

Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial,


maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita

hipertensi esensial.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di

dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya

b. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri

besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh

yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume

darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami

pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun

atau menjadi lebih kecil. Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang

tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus

Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat

hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih

besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),

apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor

genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga

berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan


Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada

saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal

ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat

yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan

terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan

antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

C. Manifestasi Klinis Hipertensi

Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,

muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa

pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah

kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh

darah di otak, serta kelumpuhan.


D. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko

seperti hipokoagulabilitas, anemia.

2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan

hipertensi).

4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi.

6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa

(efek kardiofaskuler)

7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi

dan hipertensi.

8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan atau adanya diabetes.

10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan

adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan

untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushings; kadar renin

dapat juga meningkat.

13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;

deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda

dini penyakit jantung hipertensi.

E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

a. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat

menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin

dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

b. Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan

dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,

jogging, bersepeda atau berenang.

2. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.


2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulakn intoleransi.

5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti

golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan

penghambat konversi rennin angitensin.

3. Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa

perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal

jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung


Seto

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice


Nursing. Philadelpia : Lippincott

Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and


Practice. Lippincott : California

Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC

Dion, Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik. Jakarta: Numed

Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :EGC

Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and


th
Practice,4 Edition.Connecticut : Aplenton

Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam


Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta :
EGC

Suprajitno.2004.Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC

Wright dan Leakey.1984.Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya

Anda mungkin juga menyukai