PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan Ektopik Terganggu 1
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi
diluar endometrium rahim. Istilah lain : ektopik pregnancy, ektopik gestation dan
eccecyesis. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus atau pecah atau rupture dan hal ini dapat berbahaya bagi
wanita tersebut.6
2.2 Epidemiologi
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%)
mortalitas maternal di negara maju.7Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh
berbeda dengan negara maju, menurut WHO.8
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25
dan 35 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 di antara 300 kehamilan. Di
negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia, pada RS Pirngadi Medan (1979-
1981) frekuensi 1:139, dan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta (1971-1975)
frekuensi 1:24. Laporan dari negara lain berkisar antara lain 1:38 dan 1:150. Di
negara-negara maju berkisar antara 1:250 dan 1:329. Di Amerika kehamilan ektopik
lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam daripada kulit putih, karena prevalensi
penyakit peradangan pelvis lebih baik pada wanita negro. Frekuensi kehamilan
ektopik yang berulang adalah 1-14,6%.4,5,6
2.3 Etiologi
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampula
tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke cavum uteri dan ditempat yang
akhir ini mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang
menghambat atau mengalami gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi
terjadi pada endosalphing, selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada
ovum yang dibuahi memberi pradisposisi untuk implantasi di luar cavum uteri, akan
tetapi hal ini kiranya tidak banyak terjadi.9
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak atau
belum diketahui. Beberapa faktor predisposisi yang menghambat perjalanan ovum ke
uterus sehingga blastokista mengadakan implantasi di tuba ialah:6,9,10,11
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
Kehamilan Ektopik Terganggu 2
ke dalam cavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopi.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/infeksi pasca nifas,
apendisitis atau endometriosis yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksa.
f. Penggunaan IUD (Intra Utery Device).
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal.
b. Refluks menstruasi.
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain seperti: riwayat kehamilan ektopik terganggu dan riwayat abortus
induksi sebelumnya.
2.4 Patologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasinya kurang baik dan
desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan:9,10
1. Ovum mati dan kemudian diresorbsi.
2. Trofoblast dan villus khorialisnya menembus lapisan pseudokapsularis
dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu
menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula
mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di cavum douglasi
dan menyebabkan hematokele retrouterina.
2.5 Klasifikasi
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan:5,6,9,10
a. Tuba fallopi (>99%)
1) Pars intertisialis (2%)
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan
atau lebih, kadang kala sampai atem. Kalau pecah dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
2) Isthmus (25%)
Kehamilan Ektopik Terganggu 6
Dinding tuba di sini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2-3 bulan
sudah pecah.
3) Ampulla (55%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan.
4) Infundibulum
5) Fimbriae (17%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan.
b. Uterus (jarang)
1) Kanalis servikalis
2) Divertikulum
3) Kornu
4) Tanduk rudimenter
c. Ovarium (0,5%)
d. Intraligamenter (jarang)
e. Abdominal (kira-kira 1/15000 kehamilan)
1) Primer, dengan implantasi awal zigot di luar tuba (pada hati).
2) Sekunder, karena ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba.
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus (heterotopik), terjadi
1/17000-30000 kehamilan.
2.7 Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya kehamilan ektopik yang
belum terganggu sulit untuk dibuat diagnosis. Yang penting dalam pembuatan
diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita elalu waspada
terhadap kemungkinan kehamilan ini.9,10
Diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan melalui:5,6,10,11
a. Anamnesis, diketahui adanya:
1) Amenorrhea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai
beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang
dijumpai keluhan ibu hamil muda dan gejala hamil lainnya.
2) Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
3) Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET):
Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat
dicampurkan dengan abortus biasa. Pada ruptur tuba, maka gejala akan
lebih hebat dan membahayakan jiwa si ibu.
4) Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan
pisau disertai muntah dan bisa jatuh pingsan. Pada kehamilan ektopik
yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras.
5) Nyeri bahu, hal ini karena perangsangan diafragma.
Kehamilan Ektopik Terganggu 9
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum penderita:
Tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, kurang lebih
normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Pada abortus tuba
yang sudah berlangsung beberapa waktu suhu badan agak meningkat.
2) Tanda-tanda akut abdomen
Nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat,
anemis, nadi lemah dan tensi rendah atau tidak terukur(syok).
3) Tanda Cullen
Sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
4) Pada pemeriksaan ginekologik terdapat:
a) Adanya nyeri ayun (nyeri goyang serviks)
Dengan menggerakkan porsio dan serviks, ibu akan merasa sangat
nyeri.
b) Douglas crise
Yaitu rasa nyeri hebat pada penekanan cavum douglasi
c) Kavum douglasi teraba menonjol
Hal ini terjadi karena terkumpulnya darah.
d) Teraba massa retrouterina (massa pelvis).
5) Pervaginam keluar decidual cast.
6) Pada palpasi perut dan pada perkusi: ada tanda-tanda perdarahan intra
abdominal (shifting dullness).
c. Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan Hb seri tiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb
2. Adanya leukositosis
d. Pemeriksaan penunjang lainnya
1. Tes kehamilan
Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya
terhadap tumor-tumor adneksa, yang tidak ada sangkut pautnya
dengan kehamilan. Tes kehamilan yang negatif tidak banyak artinya,
umumnya tes ini menjadi negatif beberapa hari setelah meninggalnya
mudigah.
2. Dilatasi dan kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik.
Biasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amenorrhea terjadi
perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di
samping uterus, sehingga dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan
3. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terharap laparoskopi adalah tidak
invasif, artinya tidak perlu memasukkan alat dalam rongga perut. Akan
tetapi pemeriksaan ini memerlukan orang yang berpengalaman dalam
menginterpretasikan hasilnya. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus,
apakah kavum douglasi berisi cairan.
Disangkakan kehamilan ektopik yang belum terganggu (KEBT), bila:
a. Tidak ditemukannya kantong kehamilan (gestational sac) intra
uteri pada usia kehamilan 4-5 minggu kehamilan bila dihitung dari
HPHT.
b. Ditemukan massa kompleks dikiri atau dikanan rahim.
Disangkakan Kehamilan ektopik terganggu (KET) apabila:
a. Pada pemeriksaan USG dijumpai cairan bebas (darah) di cavum
douglasi dan atau massa.
b. Kompleks di sisi uterus.
4. Laparoskopi
Merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis
kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak
terganggu. Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata
sendiri perubahan-perubahan pada tuba.
5. Kuldosintesis (douglasi fungsi)
Kuldosintesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada darah di kavum
douglasi yang disebabkan rupturnya hasil konsepsi yang berada diluar
kandungan. Kuldosintesis dilakukan dengan memasukkan jarum
dengan lumen yang agak besar di kavum douglasi di garis tengah di
belakang serviks uteri, serviks ditarik ke atas dan keluar. Bila keluar
darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau
hanya berupa bekuan-bekuan kecil diatas kain kasa, maka hal ini
dikatakan positif (fibrinasi) dan menunjukan adanya hematoma
Pemeriksa Nyeri tekan Tidak ada Nyeri tekan Nyeri tekan Serviks agak
unilateral, terutama bilateral pada terbuka,uterus
an massa pada ovarium
pada pergerakan pergerakan sedikit
pelvis
serviks, massa serviks, massa yang terkena, membesar,
krepitasi pada satu hanya ada jika melunak
tidak ada massa
sisi atau dalam terjadi tidak
piosalping beraturan,
culde-
atau nyeri tekan
sac
hidrosalping jika ada
infeksi
Temuan lab Leukosit sampai Leukosit Leukosit Leukosit Leukosit
15000/uL: 10000- 15000-30000, normal 15000 /uL
eritrositsangat 18000uL, eritrosit sampai10000 /uL, jika spontan
rendah jika eritrosit normal, LED eritrosit sampai
banyak kehilangan
normal, LED sangat normal, LED 30000 /uL
darah, LED sedikit
meningkat sedikit meningkat normal jika infeksi,
meningkat eritrosit
normal,LED
meningkat
Kehamilan Ektopik Terganggu 14
sedikit
sampai
sedang
2.9 Komplikasi
Kehamilan ektopik terganggu dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
yaitu:5,6
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding), . 0,1% mengakibatkan
kematian ibu. Ini merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi.
c. Sub ileus karena massa pelvis.
d. Sterilitas atau gagal reproduksi lainnya (30-50% pasien yang menjalani operasi
pengangkatan tuba karena kehamilan ektopik).
2.10 Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam
tindakan ini, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: kondisi
penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik, kondisi anatomi organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter
operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan
ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau
dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi
atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita bururk, misalnya dalam keadaan
syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.10
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk
menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut.
Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yaitu pengangkatan tuba yang
mengandung kehamilan.9
Pada abortus tuba, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita,
sebaiknya juga dilakukan operasi. Keberatan terhadap terapi konservatif ialah bahwa
walaupun darah yang berkumpul dirongga perut lambat laun akan diresorbsi atau
untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran lewat vagina dari
darah di kavum douglasi), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan
dengan bahaya ileus.9
Penatalaksanaan suportif: 5
a. Berikan antibiotik spectrum luas untuk infeksi.
b. Berikan terapi besi per oral atau IM atau keduanya untuk
mengembalikan simpanan besi.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan
pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah:
a) Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah.
b) Diameter kantong gestasi 4 cm.
c) Perdarahan dalam rongga perut 100 ml.
d) Tanda vitas baik dan stabil.
Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg IV dan faktor sitrovorum 0,1
mg/kg IM. Berselang-seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang
diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala abdomen
akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan baik.10