Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Termasuk dalam
kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan
intraligamenter, kehamilan servikal dan kehamilan abdominal primer atau sekunder.1
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul
gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.2,3
Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterina. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu.4
Insiden kehamilan ektopik telah meningkat secara dramatis selama dua
dekade terakhir di Amerika Serikat menjadi > 1:100 kehamilan (dari kira-kira 1:500).
Peningkatan ini paling jelas pada wanita bukan kulit putih, disebabkan oleh infeksi
tuba, endometriosis dan peningkatan kemungkinan kehamilan ektopik setelah ligasi
tuba laparoskopik gagal. Faktor-faktor yang tidak diketahui juga mungkin menjadi
penyebab.5
Kehamilan ektopik merupakan penyebab utama kematian ibu terutama karena
perdarahan yang tidak terkendali dan syok (0,1%-0,2% di Amerika Serikat tetapi
angka ini lebih tinggi di negara-negara berkembang). Kematian janin pada kehamilan
ektopik hampir sama.5
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu yang mendadak (akut) biasanya tidak
sulit. Karena selain gejala kehamilan muda, juga terdapat nyeri perut bagian bawah,
disertai dengan perdarahan pervaginam. Tanda-tanda lain adalah lemah, pucat, nyeri
tekan perut bawah, nyeri goyang serviks, syok serta cairan bebas intraabdomen,
penonjolan cavum douglas.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan Ektopik Terganggu 1
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi
diluar endometrium rahim. Istilah lain : ektopik pregnancy, ektopik gestation dan
eccecyesis. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus atau pecah atau rupture dan hal ini dapat berbahaya bagi
wanita tersebut.6
2.2 Epidemiologi
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%)
mortalitas maternal di negara maju.7Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh
berbeda dengan negara maju, menurut WHO.8
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25
dan 35 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 di antara 300 kehamilan. Di
negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia, pada RS Pirngadi Medan (1979-
1981) frekuensi 1:139, dan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta (1971-1975)
frekuensi 1:24. Laporan dari negara lain berkisar antara lain 1:38 dan 1:150. Di
negara-negara maju berkisar antara 1:250 dan 1:329. Di Amerika kehamilan ektopik
lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam daripada kulit putih, karena prevalensi
penyakit peradangan pelvis lebih baik pada wanita negro. Frekuensi kehamilan
ektopik yang berulang adalah 1-14,6%.4,5,6
2.3 Etiologi
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampula
tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke cavum uteri dan ditempat yang
akhir ini mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang
menghambat atau mengalami gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi
terjadi pada endosalphing, selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada
ovum yang dibuahi memberi pradisposisi untuk implantasi di luar cavum uteri, akan
tetapi hal ini kiranya tidak banyak terjadi.9
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak atau
belum diketahui. Beberapa faktor predisposisi yang menghambat perjalanan ovum ke
uterus sehingga blastokista mengadakan implantasi di tuba ialah:6,9,10,11
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
Kehamilan Ektopik Terganggu 2
ke dalam cavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopi.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/infeksi pasca nifas,
apendisitis atau endometriosis yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksa.
f. Penggunaan IUD (Intra Utery Device).
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal.
b. Refluks menstruasi.
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain seperti: riwayat kehamilan ektopik terganggu dan riwayat abortus
induksi sebelumnya.

2.4 Patologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasinya kurang baik dan
desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan:9,10
1. Ovum mati dan kemudian diresorbsi.
2. Trofoblast dan villus khorialisnya menembus lapisan pseudokapsularis
dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu
menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula
mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di cavum douglasi
dan menyebabkan hematokele retrouterina.

Kehamilan Ektopik Terganggu 3


Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba, ovum
untuk sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar
dari ostium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan pada ampula, darah yang keluar dan kemudian masuk ke
rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
Abortus tuba terjadi pada 65% kasus dan ini merupakan hal yang biasa
terjadi pada implantasi di fimbriae dan ampula. Perdarahan kecil
berulang-ulang dari tempat implantasi pada dinding tuba melepaskan
ovum yang mati dan selanjutnya akan:
a. Diabsorbsi secara komplit.
b. Mengalami abortus komplit melalui ostium tuba ke dalam rongga
peritoneum.
c. Mengalami abortus tidak komplit, sehingga konseptus yang
tertutup bekuan darah menonjol ke dalam ostium.
d. Membentuk mola darah di dalam tuba.

Gambar 2.1 Abortus Tuba

Kehamilan Ektopik Terganggu 4


3. Trofoblast dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan
peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung
kerongga peritoneum.
Peristiwa ini yang sering terjadi pada kehamilan di isthmus, dapat
menyebabkan perdarahan banyak karena darah mengalir secara bebas
dalam rongga peritoneum dan dapat menyebabkan keadaan yang
gawat pada penderita.
Ruptur bisa terjadi pula pada dinding tuba yang menghadapi
mesosalping; darah mengalir antara 2 lapisan mesosalping dan
kemudian ke ligamentum latum, dan menyebabkan hematoma
intraligamenter. Baik pada abortus tuba maupun ruptur tuba, kejadian
tidak jarang timbul sekitar 14 hari sesudah implantasi ovum dalam
tuba, malahan kadang-kadang sebelum saat semestinya datang haid.
Ruptur tuba terjadi pada 35% kasus dan lebih umum terjadi apabila
implantasinya di isthmus. Ruptur ampulla biasanya terjadi antara
minggu ke 6 dan 10, sedangkan ruptur isthmus terjadi lebih awal,
sering kali pada saat terlambat menstruasi pertama. Trofoblast
menerobos ke dalam dan akhirnya menimbulkan erosi dinding serosa
tuba, sehingga berakhir dengan kebocoran secara mendadak atau
bertahap. Biasanya ovum menonjol keluar lewat robekannya dan
perdarahannya berlanjut. Jika ruptur terjadi pada bagian mesenterika
tuba, akan terbentuk hematoma ligamentum latum.

Kehamilan Ektopik Terganggu 5


Gambar 2.2 Ruptur Tuba

2.5 Klasifikasi
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan:5,6,9,10
a. Tuba fallopi (>99%)
1) Pars intertisialis (2%)
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan
atau lebih, kadang kala sampai atem. Kalau pecah dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
2) Isthmus (25%)
Kehamilan Ektopik Terganggu 6
Dinding tuba di sini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2-3 bulan
sudah pecah.
3) Ampulla (55%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan.
4) Infundibulum
5) Fimbriae (17%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan.
b. Uterus (jarang)
1) Kanalis servikalis
2) Divertikulum
3) Kornu
4) Tanduk rudimenter
c. Ovarium (0,5%)
d. Intraligamenter (jarang)
e. Abdominal (kira-kira 1/15000 kehamilan)
1) Primer, dengan implantasi awal zigot di luar tuba (pada hati).
2) Sekunder, karena ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba.
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus (heterotopik), terjadi
1/17000-30000 kehamilan.

Gambar 2.3 Klasifikasi Kehamilan Ektopik


2.6 Gejala Klinis
Gejala klinis yang dialami pasien dengan kehamilan ektopik yaitu:6,9,10,11
a. Amenorrhea, mual sampai muntah

Kehamilan Ektopik Terganggu 7


Amenorrhea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering
dijumpai pada kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak tapi
cukup lama dan darah berwarna hitam. Pada pemeriksaan histologik pada
desidua ini tidak ditemukan villus khorialis.
b. Rasa nyeri kiri atau kanan perut bagian bawah lebih sering ditemukan.
Berhubungan dengan tarikan pada peritoneum dinding tuba berhubung
dengan pembesaran tuba karena kehamilan ektopik.
c. Uterus membesar dan lembek.
Pada kehamilan 2 bulan mungkin di samping uterus yang membesar dapat
ditemukan tumor yang lembek dan licin, akan tetapi hal itu dapat
disebabkan korpus luteum graviditatis atau suatu tumor ovarium.
d. Jika terjadi abortus tuba, dapat timbul perdarahan dari uterus yang
berwarna hitam, dan rasa nyeri di samping uterus bertambah keras. Pada
pemeriksaan ditemukan di samping uterus sebuah tumor nyeri tekan, agak
lembek dengan batas-batas yang tidak rata dan jelas. Kadang-kadang
uterus termasuk dalam tumor tersebut.
e. Kavum douglasi menonjol ke vagina karena darah didalamnya, kadang
teraba dengan jelas hematokele sebagai tumor agak lembek.
f. Nyeri yang cukup keras jika servix uteri digerakkan.
g. Jika terjadi ruptur tuba, tampak gambaran anemia, penderita dalam
keadaan syok, dengan suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan darah
menurun dan bagian perifer badan yang terasa dingin. Perut agak
membesar dengan menunjukkan tanda-tanda rangsangan peritoneum
dengan rasa nyeri yang keras pada palpasi. Kadang ditemukan cair bebas
dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik, uterus tidak dapat
diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan uterus dikelilingi
oleh darah. Gerakan pada serviks uteri nyeri sekali dan cavum douglasi
menonjol.
Gambaran klinis yang dijumpai bisa akut atau subakut, gejala ini bervariasi
menurut waktu kapan penderita kita lihat atau periksa, sebelum, sewaktu atau sesudah
terjadi ruptur:6
a) Sebelum terganggu

Kehamilan Ektopik Terganggu 8


Tanda-tanda hamil muda, sedikit rasa sakit pada perut, rasa tidak enak
pada perabaan dan biasanya diagnosis sukar ditegakkan. Rasa tidak enak
ini menyebabkan ibu pergi ke dukun dan sehingga dapat terjadi ruptur.
b) Sewaktu terganggu
Rasa sakit tiba-tiba pada sebelah perut, sakit ini sifatnya seperti diiris
dengan pisau dan terjadi perdarahan dengan akibat-akibatnya. Terjadi
gejala akut abdomen, jadi diagnosis mudah ditegakkan.
c) Sesudah terganggu
Diagnosis lebih mudah dengan adanya tanda-tanda akut abdomen dan
perdarahan. Bila penderita baru datang ke rumah sakit setelah beberapa
waktu, maka tanda-tanda di atas masih ada, tetapi kurang jelas. Yang kita
dapati adalah tumor dibelakang rahim yang disebut pelvic mass. Trias
klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
abnormal dan amenorrhea.4

2.7 Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya kehamilan ektopik yang
belum terganggu sulit untuk dibuat diagnosis. Yang penting dalam pembuatan
diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita elalu waspada
terhadap kemungkinan kehamilan ini.9,10
Diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan melalui:5,6,10,11
a. Anamnesis, diketahui adanya:
1) Amenorrhea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai
beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang
dijumpai keluhan ibu hamil muda dan gejala hamil lainnya.
2) Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
3) Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET):
Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat
dicampurkan dengan abortus biasa. Pada ruptur tuba, maka gejala akan
lebih hebat dan membahayakan jiwa si ibu.
4) Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan
pisau disertai muntah dan bisa jatuh pingsan. Pada kehamilan ektopik
yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras.
5) Nyeri bahu, hal ini karena perangsangan diafragma.
Kehamilan Ektopik Terganggu 9
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum penderita:
Tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, kurang lebih
normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Pada abortus tuba
yang sudah berlangsung beberapa waktu suhu badan agak meningkat.
2) Tanda-tanda akut abdomen
Nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat,
anemis, nadi lemah dan tensi rendah atau tidak terukur(syok).
3) Tanda Cullen
Sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
4) Pada pemeriksaan ginekologik terdapat:
a) Adanya nyeri ayun (nyeri goyang serviks)
Dengan menggerakkan porsio dan serviks, ibu akan merasa sangat
nyeri.
b) Douglas crise
Yaitu rasa nyeri hebat pada penekanan cavum douglasi
c) Kavum douglasi teraba menonjol
Hal ini terjadi karena terkumpulnya darah.
d) Teraba massa retrouterina (massa pelvis).
5) Pervaginam keluar decidual cast.
6) Pada palpasi perut dan pada perkusi: ada tanda-tanda perdarahan intra
abdominal (shifting dullness).
c. Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan Hb seri tiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb
2. Adanya leukositosis
d. Pemeriksaan penunjang lainnya
1. Tes kehamilan
Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya
terhadap tumor-tumor adneksa, yang tidak ada sangkut pautnya
dengan kehamilan. Tes kehamilan yang negatif tidak banyak artinya,
umumnya tes ini menjadi negatif beberapa hari setelah meninggalnya
mudigah.
2. Dilatasi dan kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik.
Biasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amenorrhea terjadi
perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di
samping uterus, sehingga dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan

Kehamilan Ektopik Terganggu 10


disfungsional dan lain-lain. Ditemukan desidua tanpa villus korialis
dari sediaan yang diperoleh dari kerokan, dapat membawa pikiran ke
arah kehamilan ektopik.

3. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terharap laparoskopi adalah tidak
invasif, artinya tidak perlu memasukkan alat dalam rongga perut. Akan
tetapi pemeriksaan ini memerlukan orang yang berpengalaman dalam
menginterpretasikan hasilnya. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus,
apakah kavum douglasi berisi cairan.
Disangkakan kehamilan ektopik yang belum terganggu (KEBT), bila:
a. Tidak ditemukannya kantong kehamilan (gestational sac) intra
uteri pada usia kehamilan 4-5 minggu kehamilan bila dihitung dari
HPHT.
b. Ditemukan massa kompleks dikiri atau dikanan rahim.
Disangkakan Kehamilan ektopik terganggu (KET) apabila:
a. Pada pemeriksaan USG dijumpai cairan bebas (darah) di cavum
douglasi dan atau massa.
b. Kompleks di sisi uterus.
4. Laparoskopi
Merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis
kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak
terganggu. Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata
sendiri perubahan-perubahan pada tuba.
5. Kuldosintesis (douglasi fungsi)
Kuldosintesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada darah di kavum
douglasi yang disebabkan rupturnya hasil konsepsi yang berada diluar
kandungan. Kuldosintesis dilakukan dengan memasukkan jarum
dengan lumen yang agak besar di kavum douglasi di garis tengah di
belakang serviks uteri, serviks ditarik ke atas dan keluar. Bila keluar
darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau
hanya berupa bekuan-bekuan kecil diatas kain kasa, maka hal ini
dikatakan positif (fibrinasi) dan menunjukan adanya hematoma

Kehamilan Ektopik Terganggu 11


retrouterina. Bila darah segar berwarna merah dan dalam beberapa
menit membeku, hasil negative karena darah ini berasal dari arteri atau
vena yang tertusuk.

Gambar 2.4 Kuldosintesis


Jika hasil kuldosintesis positif, sebaiknya segera dilakukan laparotomi,
oleh karena dengan tindakan itu dapat dibawa kuman dari luar ke
dalam darah yang terkumpul di kavum douglasi dan dapat terjadi
infeksi. Pemeriksaan ini sudah ditinggalkan karena sudah digantikan
dengan pemeriksaan USG yang non invasive dengan hasil yang lebih
akurat.
6. Histerosalpingografi dan tes pitosin.
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa
dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis
kehamilan ektopik terganggu sudah dipastikan dengan USG
(Ultrasonography) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine).

Kehamilan Ektopik Terganggu 12


Gambar 2.5 Kehamilan Ektopik
2.8 Diagnosis Banding
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis banding adalah: infeksi pelvik,
abortus iminens atau abortus inkompletus, tumor ovarium, apendisitis, salpingitis,
ruptur kista korpus luteum dan torsi kista ovarii.4,5,6,9
Kehamilan Apendisitis Salpingitis Ruptur kista Abortus
ektopik korpus luteum
Rasa sakit Kram dan nyeris Nyeri di Biasanya pada Unilateral, Kram di garis
epigastrik,
tekan unilateral kedua menjadi tengah tubuh
periumbilikalis
sebelum ruptur kemudian kuadran menyeluruh
kuadran kanan
bawah, dengan
bawah, nyeri
tekan setempat dengan atau terjadinya
pada titik Mc
tanpa nyeri perdarahan
burney, nyeri
tekan lepas tekan lepas hebat
Mual dan Kadang sebelum Biasanya Tidak sering Jarang Hampir
muntah
ruptur dan mendahului tidak
seringkali setelah pergeseran pernah
ruptur rasa sakit ke

Kehamilan Ektopik Terganggu 13


kuadran kanan
bawah
Menstruasi Terdapat beberapa Tidak terkait Hipermenore Terlambat menstruasi Amenore,
Kemudian
penyimpangan: tidak dengan atau metroragi kemudian
perdarahan,
haid, perdarahan menstruasi atau keduanya perdarahan
sering disertai
bercak nyeri bercak, atau
tiba-tiba
terjadi
perdarahan
Suhu dan 37,2-37,8C nadi 37,2-37,8C 37,2-40C nadi Tidak melebihi Sampai
nadi
bervariasi: normal nadi cepat : meningkat 37,2C nadi 37,2C jika
dan demam normal kecuali terjadi
sebelum ruptur, 99-100 spontan
kehilangan darah
cepat setelah ruptur sampai 40C
yang banyak
jika
kemudian nadi
terinfeksi
menjadi cepat

Pemeriksa Nyeri tekan Tidak ada Nyeri tekan Nyeri tekan Serviks agak
unilateral, terutama bilateral pada terbuka,uterus
an massa pada ovarium
pada pergerakan pergerakan sedikit
pelvis
serviks, massa serviks, massa yang terkena, membesar,
krepitasi pada satu hanya ada jika melunak
tidak ada massa
sisi atau dalam terjadi tidak
piosalping beraturan,
culde-
atau nyeri tekan
sac
hidrosalping jika ada
infeksi
Temuan lab Leukosit sampai Leukosit Leukosit Leukosit Leukosit
15000/uL: 10000- 15000-30000, normal 15000 /uL
eritrositsangat 18000uL, eritrosit sampai10000 /uL, jika spontan
rendah jika eritrosit normal, LED eritrosit sampai
banyak kehilangan
normal, LED sangat normal, LED 30000 /uL
darah, LED sedikit
meningkat sedikit meningkat normal jika infeksi,
meningkat eritrosit
normal,LED
meningkat
Kehamilan Ektopik Terganggu 14
sedikit
sampai
sedang

2.9 Komplikasi
Kehamilan ektopik terganggu dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
yaitu:5,6
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding), . 0,1% mengakibatkan
kematian ibu. Ini merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi.
c. Sub ileus karena massa pelvis.
d. Sterilitas atau gagal reproduksi lainnya (30-50% pasien yang menjalani operasi
pengangkatan tuba karena kehamilan ektopik).
2.10 Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam
tindakan ini, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: kondisi
penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik, kondisi anatomi organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter
operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan
ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau
dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi
atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita bururk, misalnya dalam keadaan
syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.10
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk
menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut.
Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yaitu pengangkatan tuba yang
mengandung kehamilan.9
Pada abortus tuba, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita,
sebaiknya juga dilakukan operasi. Keberatan terhadap terapi konservatif ialah bahwa
walaupun darah yang berkumpul dirongga perut lambat laun akan diresorbsi atau
untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran lewat vagina dari
darah di kavum douglasi), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan
dengan bahaya ileus.9

Kehamilan Ektopik Terganggu 15


Operasi terdiri atas salpingektomi, akan tetapi tidak jarang ovarium termasuk
dalam gumpalan darah dan sukar dipisahkan, sehingga terpaksa dilakukan salpingo-
ooforektomi. Darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan, dan tuba
serta ovarium dari sisi yang lain diperiksa.9
Jika penderita sudah mempunyai anak yang cukup dan terdapat kelainan pada
tuba tersebut, dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba itu pula, untuk
mencegah berulangnya kehamilan ektopik. Jika penderita belum punya anak, maka
pada kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk mengkoreksi kelainan tersebut,
hingga tuba berfungsi.9
Pada ruptur tuba, segera dilakukan transfusi darah dan laparotomi. Pada
laparotomi itu, perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dari rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Sesudah itu dilakukan
salpingektomi atau salpingo-oofektomi. Adneksa yang lain sebaiknya diperiksa, tetapi
jangan membuang waktu dengan mengambil tindakan pada tubanya. Konservasi
ovarium dan uterus pada wanita yang belum pernah punya anak perlu dipikirkan
sehubungan dewasa ini masih ada kemungkinan dapat anak melalui fertilisasi
invitro.9
Pada ruptur pars interstisialis tuba sering kali terpaksa dilakukan histerektomi
subtotal untuk menjamin bahwa perdarahan berhenti.9
Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di rumah sakit untuk
penanggulangannya. Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian cairan NaCl 0,9% (garam fisiologis) yang cukup, Plasma
Expander (plasmanat Hes) dan transfusi darah. Setelah diagnosis jelas atau sangat
disangka KET dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan laparotomy
explorasi untuk menghilangkan sumber perdarahan, dicari, diklem dan dieksisi
sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya. Sisa-sisa darah
dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat.
Kemudian berikan antibiotik yang cukup dan obat anti inflamasi.6
Penatalaksanaan bedah (laparoskopi atau laparotomi):5

Kehamilan Ektopik Terganggu 16


1. Laparotomi merupakan tindakan terbaik untuk pasien dengan kedaruratan
bedah.
Laparoskopi dengan salpingostomi linear antimesenterik (lebih disukai
dengan laser) makin digunakan secara luas untuk kehamilan ektopik yang
tidak ruptur dan pada situasi bukan kedaruratan.
2. Kendalikan perdarahan.
3. Keluarkan hasil konsepsi (dapat terjadi implantasi sekunder jika
pengeluaran tidak lengkap).
4. Upayakan tuba atau organ lain tetap normal atau hanya sedikit rusak. Jika
kehamilan masih dini atau terjadi missed abortion di tuba, lakukan
salpingostomi untuk mengeluarkan hasil kehamilan dan mempertahankan
tuba. Ligasi tempat perdarahan.
5. Indikasi pengangkatan organ meliputi:
a. Perdarahan yang tidak terkendali
b. Tuba rusak berat
c. Biasanya diperlukan histerektomi pada kehamilan servikal atau
interstisial yang rupture
d. Ooforektomi diperlukan pada kehamilan ovarium

Penatalaksanaan suportif: 5
a. Berikan antibiotik spectrum luas untuk infeksi.
b. Berikan terapi besi per oral atau IM atau keduanya untuk
mengembalikan simpanan besi.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan
pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah:
a) Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah.
b) Diameter kantong gestasi 4 cm.
c) Perdarahan dalam rongga perut 100 ml.
d) Tanda vitas baik dan stabil.
Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg IV dan faktor sitrovorum 0,1
mg/kg IM. Berselang-seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang
diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala abdomen
akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan baik.10

Kehamilan Ektopik Terganggu 17


Saat ini, sedang diteliti penggunaan metotreksat (inta amniotik atau sistemik
dengan lekovorin) untuk terapi kehamilan ektopik tertentu yang tidak ruptur. Obat ini
belum dianjurkan untuk pemakaian umum, tetapi mungkin berguna pada keadaan
tertentu (misal, kehamilan serviks).5
2.11 Prognosis
Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan fasilitas
daerah yang cukup. Di RS Pirngadi Medan selama 1979-1981 dari 78 kasus KET
angka kematian ibu adalah nihil. Sastrawinata melaporkan angka kematian ibu 1,9%,
Pohan 7,2%, Sjahid dan Martohoesodo (1970) sebanyak 2 dari 120 kasus, Tardjamin
(1973) 4 dari 138 kasus.6
Hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun
angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0-14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan
adalah sekitar 50%.6
Kehamilan ektopik merupakan kelainan yang mengancam nyawa pada > 10%
kasus dan >1% pasien-pasien ini meninggal karena perdarahan interna dan syok atau
karena komplikasi lanjut. Jarang sekali janin tetap hidup pada kehamilan di luar
rahim. Kehamilan ektopik dapat berulang pada sekitar 15% kasus, tetapi kebanyakan
pasien yang pernah mengalami satu kali kehamilan ektopik selanjutnya akan
mengalami kehamilan normal.5
Pada kehamilan ganda diluar rahim dan didalam rahim, biasanya hanya salah
satu yang akan terdiagnosis, jarang keduanya. Umumnya, kehamilan diluar rahim
akan mati dan 60% kehamilan dalam rahim akan terus hidup.5

Kehamilan Ektopik Terganggu 18


Kehamilan Ektopik Terganggu 19

Anda mungkin juga menyukai