Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Istilah transnasional sering digunakan dengan merujuk pada penggunaan
istilah kejahatan transnasional, dengan konotasi lintas batas negara. Jika ada
agama dan ideologi yang disebut sebagai agama dan ideologi transnasional, itu
adalah Islam. Kalau Islam bukan agama transnasional, maka tidak ada ibadah
yang dilakukan lintas negara, seperti haji, umrah dan jihad. Kalau Islam bukan
agama transnasional, pasti praktik ibadah kaum Muslim di Indonesia berbeda
dengan kaum Muslim di Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan sebagainya.
Namun, justru karena shalat, puasa, zakat dan hajinya sama, maka semuanya ini
membuktikan, bahwa Islam adalah agama transnasional.
Demikian halnya dengan Islam sebagai ideologi. Persatuan umat Islam di
seluruh dunia selama 14 abad dalam satu kebudayaan dan negara adalah bukti,
bahwa Islam juga merupakan ideologi transnasional. Seperti kata Will Durant
(1885-1981), Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang
terbentang mulai dari Cina, Indonesia, India hingga Persia, Syam, Jazirah Arab,
Mesir bahkan sampai Maroko dan Spanyol. Islam juga telah menguasai cita-cita
mereka, mendominasi akhlaknya, membentuk kehidupannya dan
membangkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan masalah
maupun duka mereka. Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi
mereka, sehingga jumlah orang yang memeluknya dan berpegang teguh
kepadanya pada saat ini (era Will Durant) sekitar 350 juta jiwa. Agama Islam
telah menyatukan mereka dan melunakkan hatinya walaupun ada perbedaan
pendapat dan latar belakang politik di antara mereka. (Will Durant, The History
of Civilization ) .
Berkaitan dengan ajaran ideologi kapitalisme maupun sosialisme,
keduanya adalah ideologi transnasional, sama dengan Islam. Bedanya,
kapitalisme maupun sosialisme bukanlah agama, dan tidak akan pernah bisa
menjadi agama. Dengan demikian, satu-satunya agama dan sekaligus ideologi
transnasional yang utuh adalah Islam.
I.2 Tujuan
1. Memahami Islam bukan sebagai keimanan atau sistem etika, melainkan lebih
sebagai ideologi politik.
2. Mendirikan negara Islam yang berlandaskan syariah melalui organisasi-
organisasi dan atau partai-partai politik Islam.
3. Mengkerangkai kelompok-kelompok Islam berhaluan keras
(Fundamentalisme dan turunannya) di satu sisi dan kelompok Islam
berhaluan kebarat-baratan ( liberal ) di sisi lain.
4. Mencegah masuknya Ideologi transnasional ke Indonesia, baik Ideologi
transnasional dari Barat maupun dari Timur.
5. Mewujudkan kejayaan dan kemuliaan, sehingga jumlah orang yang
memeluknya dan berpegang teguh pada saat ini sekitar 350 juta jiwa.

I.3 Manfaat
1. Dapat memahami islam bukan sebagai keimanan atau sistem etika, melainkan
lebih sebagai ideologi politik.
2. Dapat menderikan negara Islam yang berlandaskan syariah melalui
organisasi-organisasi dan atau partai-partai politik Islam.
3. Dapat mengkerangkai kelompok-kelompok Islam berhaluan keras
(Fundamentalisme dan turunannya) di satu sisi dan kelompok Islam berhaluan
kebarat-baratan ( liberal ) di sisi lain.
4. Dapat mencegah masuknya Ideologi transnasional ke Indonesia, baik Ideologi
transnasional dari Barat maupun dari Timur.
5. Dapat mewujudkan kejayaan dan kemuliaan, sehingga jumlah orang yang
memeluknya dan berpegang teguh pada saat ini sekitar 350 juta jiwa.

Anda mungkin juga menyukai