Refkas DR - Nug Fix
Refkas DR - Nug Fix
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Tn.AS No RM : 548613
Umur : 41 tahun Pekerjaan : Petani
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosis/ kasus : Peritonitis Generalisata ec Perforasi Ileum
Pengambilan kasus pada minggu ke: 7
Jenis Refleksi:
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Pendidikan
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil
Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD dr. Soedirman Kab. Kebumen pada
7 Agustus 2016 dengan keluhan nyeri seluruh lapang perut. Nyeri timbul sejak 2 hari yang lalu
setelah pasien terkena pegangan gergaji mesin. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan,
tidak dapat BAB, kentut dan mual, muntah. Pasien sebelumnya dirawat di RS PKU Sruweng
dengan diagnosis peritonitis ec perforasi hallow viscus, namun karena keterbatasan fasilitas
akhirnya pasien dirujuk ke RSUD dr. Soedirman Kab. Kebumen.
Kemudian setelah ditegakkan diagnosis pasti dari hasil rontgen dan laboratorium, pasien
disarankan untuk dioperasi, namun pasien dan keluarga menolak dengan alasan takut
dioperasi dan tidak ada biaya operasi. Kemudian 1 hari setelah surat penolakan tindakan
disetujui, keluarga pasien membatalkan niatnya untuk tidak operasi dan memilih untuk
dilakukan tindakan operasi.
Page 1
Riwayat penyakit dahulu :
- Keluhan serupa (-)
- Hipertensi (+)
- Riwayat asma, penyakit gula (DM), alergi obat disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat keluhan serupa, asma, alergi makan dan obat, penyakit gula (DM), darah
tinggi (HT) disangkal.
Dari hasil pemeriksaan mengarah kecurigaan pasien mengalami Peritonitis ec perforasi hallow
viscus. Kemudian pasien dijadwalkan untuk menjalani operasi laparotomy.
Hasil pemeriksaan pre operatif (tanggal 9 Agustus 2016, pukul= 10:00 WIB) didapatkan
sebagai berikut:
1. Tanda vital:
Item Nilai
Tekanan darah 120/80 mmHg
Frekuensi nadi 80 x/menit
Frekuen respirasi 20 x/menit
Suhu tubuh 36oC
Page 2
2. Pemeriksaan Laboratorium
Item Nilai Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 14,3 13,2 17,3 g/dl
Leukosit 12 3,80 - 10,60 x 10^3/ul
Hematokrit 41 40 - 52 %
Eritrosit 4,8 4,40 5,90 x 10^6/ul
Trombosit 255 150 - 400 x 10^3/ul
MCH 30 26 - 34 pg
MCHC 35 32 - 36 g/dl
DIFF COUNT
Eosinofil 0,10 14 %
Basofil 0,10 0-1 %
Netrofil 91,00 50 - 70 %
Limfosit 6,50 22 - 40 %
Monosit 2,30 48 %
Golongan Darah A
Masa 3,00 1-3 Menit
Perdarahan/BT
Masa 3,30 3-6 Menit
Pembekuan/CT
Gula Darah 145 70 - 120 mg/dl
Sewaktu
Ureum 51 10 - 50 mg/dl
Creatinin 0,85 0,60 1,10 mg/dl
SGOT 22 0 - 50 U/L
SGPT 7 0 - 50 U/L
Kalium 4,2 3,5 5,3 mmol/L
Natrium 131 135,0 148,0 mmol/L
Chlorida 94 98,0 107,0 mmol/L
Albumin 3,7 3,8 5,1 g/dL
3. Pemeriksaan EKG
Dalam batas normal
Operasi dilaksanakan pada 9 Agustus 2016 dengan regional anastesi. Hasil operasi
didapatkan pasien mengalami perforasi generalisata ec. Perforasi ileum.
Hasil pemeriksaan post operatif (9 Agustus 2016, 14:00 WIB) didapatkan sebagai berikut:
1. Tanda vital:
Item Nilai
Tekanan darah 136/80 mmHg
Frekuensi nadi 85 x/menit
Frekuen respirasi 20 x/menit
Suhu tubuh 36,9oC
Page 3
2. Pemeriksaan Laboratorium
Item Nilai Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 14,3 13,2 17,3 g/dl
Leukosit 9,7 3,80 - 10,60 x 10^3/ul
Hematokrit 41 40 - 52 %
Eritrosit 5,8 4,40 5,90 x 10^6/ul
Trombosit 255 150 - 400 x 10^3/ul
MCH 30 26 - 34 pg
MCHC 35 32 - 36 g/dl
DIFF COUNT
Eosinofil 0,10 14 %
Basofil 0,10 0-1 %
Netrofil 91,00 50 - 70 %
Limfosit 6,50 22 - 40 %
Monosit 2,30 48 %
Golongan Darah A
Masa 3,00 1-3 Menit
Perdarahan/BT
Masa 3,30 3-6 Menit
Pembekuan/CT
Gula Darah 145 70 - 120 mg/dl
Sewaktu
Ureum 51 10 - 50 mg/dl
Creatinin 0,85 0,60 1,10 mg/dl
SGOT 22 0 - 50 U/L
SGPT 7 0 - 50 U/L
Kalium 4,2 3,5 5,3 mmol/L
Natrium 138 135,0 148,0 mmol/L
Chlorida 99 98,0 107,0 mmol/L
Albumin 4,1 3,8 5,1 g/dL
Pasien di rawat di bangsal hingga tanggal 14 Agustus 2016 sampai kondisi pasien sudah
memungkinkan untuk berobat rawat jalan. Kondisi pesien saat terlakhir kali compos mentis,
nafas spontan, dan dengan GCS = E4V5M6.
Page 4
Dengan mempelajari kasus ini saya dapat mengambil pelajaran untuk membuat keputusan.
Selain itu, penolakan operasi oleh pasien dan keluarga pada saat awal pasien menyadari
adanya gejala nyeri seluruh lapang perut serta pemeriksaan penunjang yang menunjang
pasien untuk diagnosis peritonitis, menyebabkan terjadinya suatu komplikasi pada ileum yang
mengalami perforasi yaitu adanya perlengketan pada usus, serta adanya penumpukan cairan
pada rongga peritoneum.
Definisi,-
Peritonitis adalah peradangan pada membaran mukosa yang melapisi rongga perut dan
organ-organ yang terkandung di dalamnya.
Prevalensi,-
Insiden kejadian peritonitis secara signifikan tidak berbeda antara anak-anak dengan
dewasa. Namun 70% pasien anak-anak memiliki prognosis yang buruk dibandingkan dewasa.
Selain itu pasien dengan gangguan pada hati juga memiliki prevalensi sekitar 18% prognosis
yang memburuk.
Page 5
Biasanya pasien juga mengeluhkan adanya riwayat demam, mual-muntah, perut kembung,
tidak dapat buang ari besar serta nafsu makan yang menurun. Bila penyakit ini tidak segera
ditangani pasien dapat mengalami syok hemoragik apabila terjadi perdarahan pada saluran
gastrointestinalnya dan syok hipovolemik akibat gangguan keseimbangan elektrolit yang
disebabkan adanya kebocoran pada saluran gastrointestinal.
Tatalaksana,- Tatalaksana dari peritonitis ada 2 jenis yaitu: 1) Tatalaksana non bedah
atau medikamentosa, yaitu terapi secara simptomatis sesuai gejala yang timbul seperti
pemberian antibiotik, analgetik, anti-emetik dll. Serta mencari dan memperbaiki faktor yang
menimbulkan terjadinya peritonitis. Dan secara konservatif dengan memasang NGT dan
puasa sebagai tindakan dekompresi serta pemberian cairan rehidrasi sesuai tingkat dehidrasi
pasien yang dapat diketahui melalui banyaknya pengeluaran urin tiap 24 jam sekali.
2) Tatalaksana bedah yaitu dengan melakukan laparotomy (baik pada anak-anak maupun
dewasa). Laparotomy merupakan tindakan membuka rongga abdomen untuk mencari atau
mengeksplorasi adanya peradangan di saluran gastrointestinal. Apabila telah ditemukan
lokasi peradangan pada saluran gastrointestinal, maka dapat dilakukan pemotongan atau
penjahitan pada lokasi tersebut supaya tidak menimbulkan terjadinya suatu komplikasi yang
lebih berat.
Komplikasi,- Obstruksi, nekrosis usus, syok sepsis, syok hipovolemik dan syokhemoragik.
Page 6
sangat mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam mencapai tenaga kesehatan. Terbukti
pada pasien diatas dimana pasien dan keluarga awalnya tidak menyetujui tindakan operasi
karena alasan biaya yang tidak mampu dipenuhi. Namun sekarang dengan adanya program
BPJS, pasien dan keluarga mengaku banyak terbantu dalam mendapatkan pengobatan dan
biaya yang dikeluarkan dapat ditekan.
Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya (HR Bukhari).
Kandungan makna demikian ini juga mengantarkan pada sebuah pemahaman bahwa
setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan apabila obatnya itu mengenai penyakitnya
sehingga memperoleh kesembuhan, maka kesembuhannya itu adalah atas ijin dari Allah
SWT.
Page 7
Sebagaimana diisyaratkan dalam hadist Nabi Saw dari riwayat Imam Muslin dari Jabir bin
Abdillah, Rasulullah Saw bersabda:
Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk mengobatinya,
maka dapat memperoleh kesembuhan atas ijin Allah SWT (HR. Muslim)
----------------------------------- --------------------------------
Page 8
REFLEKSI KASUS
Disusun oleh :
Singgih Priyambodo
12711013
Pembimbing:
dr. Daroji, Sp.B
Page 9