Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah Farmakoterapi ini kami membahas mengenai Tuberculosis Paru.
Kami selaku penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dipergunakan dengan baik dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Pekanbaru, Oktober 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999
WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.Sehingga kita harus
waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang di maksud dengan tuberculosis ?
3. Bagaimana etiologi tuberculosis?
4. Bagaimana gejala dari tuberculosis?
5. Bagaimanakah patofisiologis tuberculosis?
6. Bagaimana penyelesaian kasus untuk tuberculosis?
1.3 Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mengetahui apa yang di maksud dengan tuberculosis
2. Agar dapat mengetahui bagaimana etiologi tuberculosis
3. Agar dapat mengetahui gejala dari tuberculosis
4. Agar dapat mengetahui patofisiologis tuberculosis
5. Agar dapat melakukan penyelesaian kasus untuk tuberculosis
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Tuberculosis

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya.Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer
& Bare, 2001).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam(Suriadi, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis,suatu basil
yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh
manusia.

2.2 Etiologi Tuberculosis


Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4 /um dan tebal 0,3 0,6 /um.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak lipid. Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Di dalam
jaringan,kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberculosis.(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Ada dua macam Mycobacterium Tuberculosis, yaitu tipe Human yang bisa
berada pasa droplet dan udara yang berasal dari penderita TBC dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. Dan tipe Bovin yang berada pada susu
sapi yang menderita mastitis dan TB usus (Wim De Jong). Selain itu mikroorganisme
ini juga bersifat aerob yang menyukai daerah yang lebih banyak oksigen, yaitu
terutama terdapat pada apikal/apeks paru (Somantri, 2009:67).

Dalam perjalanan penyakitnya,TB terdapat 3 fase, yaitu :

1.Fase 1 (Fase Tuberkuosis Primer),

Selama tahap pertama,mycrobacteria menyerang jaringan di pelabuhan


masuk(biasanya paru-paru)dan berkembang biak dalam waktu sekitar 3 minggu.
Mereka membentuk lesi inflamasi kecil di paru-paru sebelum berpindah ke kelenjar
getah bening regional dan seluruh tubuh,membentuk lesi tambahan.Jumlah lesi
bergantung pada jumlah bakteri yang menyerang dan resistensi umum host.Tahap ini
biasanya simtomatik

2.Fase 2 (Infeksi laten)


Limfosit dan antibodi meningkatkan respons fibroblastik terhadap invasi yang
membungkus lesi,membentuk granuloma noncaseating. Ini menandai tahap
laten,dimana individu tersebut mungkin tetap berada di tahap ini selama beberapa
minggu sampai bertahun-tahun,bergantung pada kemampuan tubuh untuk
mempertahankan resistensi spesifik dan nonspesifik
3.Tahap 3 (postprimary).
Tahap ketiga terjadi ketika tubuh tidak dapat menahan infeksi, dan proses nekrotik
dan kavitasi dimulai pada lesi di port masuk atau pada lesi tubuh lainnya. Kasus
terjadi dan lesi bisa pecah, menyebarkan residu nekrotik dan basil di seluruh
jaringan di sekitarnya. Bakteri diseminata membentuk lesi baru, yang pada
gilirannya menjadi meradang dan membentuk granuloma noncaseating dan
kemudian mengaitkan rongga nekrotik. Paru-paru adalah tempat yang paling umum
untuk penyakit rekrudescent, tapi bisa terjadi di manapun di tubuh. Penyakit yang
tidak diobati memiliki banyak remisi dan eksaserbasi.

2.3 Gejala Tuberculosis


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.

Gejala sistemik/umum:
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
Penurunan nafsu makan dan berat badan
Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
Terdapat cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara
ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

2.4 Patofisiologi

Setelah terhirup, tetesan menular menetap di seluruh saluran udara. Sebagian besar
bacilli terjebak di bagian atas saluran napas dimana terdapat sel piala yang mengeluarkan
lendir. Lendir yang dihasilkan menangkap zat asing, dan silia di permukaan sel terus-
menerus mengalahkan lendir dan partikelnya yang terjepit ke atas untuk diangkat.Sistem
ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi pada kebanyakan orang
yang terpapar tuberkulosis.

Bakteri dalam tetesan yang melewati sistem mukosiliar dan mencapai alveoli dengan
cepat dikelilingi dan dilumpuhkan oleh makrofag alveolar,sel efektor imun yang paling
banyak terdapat di ruang alveolar. Makrofag ini, barisan pertahanan tuan rumah
berikutnya, adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh bawaan dan memberi kesempatan
bagi tubuh untuk menghancurkan mikobakteri yang menyerang dan mencegah infeksi.

Makrofag adalah sel fagosit yang tersedia yang banyak melawan patogen tanpa
memerlukan paparan sebelumnya terhadap patogen. Beberapa mekanisme dan reseptor
makrofag terlibat dalam pengambilan mikobakteri.Lipoarabinomannan mikobakteri adalah
ligan kunci untuk reseptor makrofag.

Sistem pelengkap juga berperan dalam fagositosis bakteri. Protein pelengkap C3


berikatan dengan sel dinding dan meningkatkan pengenalan mikobakteri oleh makrofag.
Opsonisasi oleh C3 sangat cepat, bahkan di ruang udara dari seorang host tanpa paparan
Microbacteryum tuberkulosis sebelumnya.

Fagositosis berikutnya oleh makrofag memulai serangkaian kejadian yang


menghasilkan kontrol infeksi yang berhasil, diikuti oleh TB laten, atau perkembangan.
untuk penyakit aktif, yang disebut tuberkulosis progresif primer.Hasilnya pada dasarnya
ditentukan oleh kualitas pertahanan host dan keseimbangan yang terjadi di antara
pertahanan inang dan invasi mycobacteria.

Setelah dicerna oleh makrofag, mikobakteri terus berkembang biak perlahan-lahan,


dengan pembelahan sel bakteri terjadi setiap 25 sampai 32 jam. Terlepas dari apakah
infeksi menjadi terkontrol atau berlanjut, perkembangan awal melibatkan produksi enzim
proteolitik dan sitokin oleh makrofag di upaya untuk menurunkan bakteri. Released
sitokin menarik limfosit T ke situs, sel-sel yang merupakan imunitas yang dimediasi sel.
Makrofag kemudian menyajikan antigen mikobakteri di permukaannya ke sel T.Proses
kekebalan awal ini berlangsung selama 2 sampai 12 minggu; mikroorganisme terus
tumbuh sampai mencapai jumlah yang cukup untuk mendapatkan secara maksimal respon
imun yang dimediasi oleh sel, yang dapat dideteksi dengan tes kulit.
Bagi orang dengan imunitas yang dimediasi oleh sel utuh, langkah defensif berikutnya
adalah pembentukan granuloma di sekitar organisme tuberkulosis M16 . Lesi tipe nodular
ini terbentuk dari akumulasi limfosit T dan makrofag aktif, yang menciptakan lingkungan
mikro yang membatasi replikasi dan penyebaran mikobakteri. Lingkungan ini
menghancurkan makrofag dan menghasilkan nekrosis padat dini di pusat lesi. Namun,
bakteri dapat beradaptasi untuk bertahan hidup.

Faktanya, organisme Microbacteryum tuberkulosis dapat mengubah ekspresi fenotipe


mereka, seperti regulasi protein, untuk meningkatkan kelangsungan hidup. Pada 2 atau 3
minggu, lingkungan nekrotik menyerupai keju lunak, sering disebut nekrosis caseous, dan
ditandai dengan kadar oksigen rendah, pH rendah, dan nutrisi terbatas. Kondisi ini
membatasi pertumbuhan lebih lanjut dan menetapkan latency. Lesi pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang memadai umumnya mengalami fibrosis dan kalsifikasi,
berhasil mengendalikan infeksi sehingga bacilli terkandung dalam lesi yang tidak aktif dan
sembuh. Lesi pada orang dengan kemajuan sistem kekebalan tubuh kurang efektif
terhadap TB progresif primer.

2.5 Kasus:

Seorang wanita usia 28 tahun datang ke poli Paru di RS. Dia mengeluh berat badan
turun 10 kg dalam 2 bulan ini. Batuk-batuk sejak lebih kurang 6 minggu, batuk berdahak
warna kekuningan, sesak nafas tidak ada. Dia sering merasakan panas terutama dimalam
hari. Makan dan minum berkurang. Sering merasa lemah, letih dan lesu. Dia juga sedang
hamil, usia kehamilan sudah 16 minggu. Dia cemas, harusnya menurut dokter kandungan
berat badan orang hamil biasanya naik. Riwayat keluhan serupa tidak ada. Riwayat alergi
tidak ada.

Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darahnya 100/70, nadi 96, suhu 38,5,

Dari pemeriksaan fisik, konjungtiva tampak anemis

Dari pemeriksaan torak terdengar rhonci di apex paru kanan.


Dari pemeriksaan darah :
HB 10, LED 100, leukosit 18000, hematokrit 31, trombosit 250000

Dari pemeriksaan dahak, didapatkan BTA S/P/S +/+/+

Mantoux test (+)

Pasien didiagnosa TB paru dan diberikan terapi OAT kategori 1


RHZE selama 2 bulan pertama :
Rifampisin 1 x 450 mg po
Isoniazid 1 x 300 mg po
Pirazinamide 1 x 1000 mg po
Etambutol 1 x 1000 mg po
dan direncanakan terapi RH 4 bulan selanjutnya,
Rifampisin 1 x 450 mg po
Isoniazid 1 x 300 mg po
Ambroxol tab 3 x 30 mg po
Paracetamol 3 x 500 po
Curcuma 3 x 1 tab po

Pasien dianjurkan kontrol setiap bulan.

2.5.1 Penyelesaian Kasus dengan Metode SOAP


SUBJEKTIF
Seorang wanita usia 28 tahun
Patient Medical History(Riwayat Medis Pasien)
Pasien mengeluh berat badan turun 10 kg dalam 2 bulan ini. Batuk-batuk sejak lebih
kurang 6 minggu, batuk berdahak warna kekuningan, sesak nafas tidak ada. Pasien
sering merasakan panas terutama dimalam hari. Makan dan minum berkurang. Sering
merasa lemah, letih dan lesu. Pasien juga sedang hamil, usia kehamilan sudah 16
minggu. Riwayat keluhan serupa tidak ada. Riwayat alergi tidak ada.
OBJEKTIF

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


TD 100/70 120/80
NADI 96
SUHU TUBUH 38,5
Pemeriksaan torak Konjungtiva tampak anemis
Pemeriksaan fisik terdengar rhonci di apex paru kanan.
Dari pemeriksaan
darah :
HB 10, LED 100, leukosit 18000,
hematokrit 31, trombosit 250000
Dari pemeriksaan dahak, didapatkan
BTA S/P/S +/+/+
Mantoux test (+)

ASSESMENT

PLAN

GOALS

2.5.2 Evaluasi Kerasionalan Obat Terpilih Memakai Metode 4T+1W

TEPAT INDIKASI
RHZE selama 2 bulan pertama
Rifampisin
Indikasi :
untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dalam kombinasi dengan obat antituberkulosis lain
Mekanisme Kerja :
menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri
menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk
menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri. Tanpa enzim ini
bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati.
Keterangan:TEPAT INDIKASI
Isoniazid
Indikasi :
tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Mekanisme Kerja :
menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan
unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan
sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh
metanol dari mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja dengan
menghambat sintesa asam mikolinat yang merupakan unsur penting
pembentukan dindis sel mikobakterium tuberkulosis. Isoniazid aktif
terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M.
kansasii.
Keterangan:TEPAT INDIKASI

Pirazinamide
Indikasi :
tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dalam
kombinasi dengan anti tuberkulosis lainnya.
Mekanisme Kerja :
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh
enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil TBC. Begitu pH dalam
makrofag di turunkan, maka kuman yang berada di sarang infeksi
yang menjadi asam akan mati .
Keterangan:TEPAT INDIKASI

Etambutol
Indikasi :
Penggunaan bukan sebagai obat tunggal, tetapi dikombinasi obat
antituberkulosis lainnya.
Mekanisme Kerja :
menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat
dan sel mati.
Keterangan:TEPAT INDIKASI

RH 4 bulan selanjutnya :
Rifampisin
Keterangan:TEPAT INDIKASI
Isoniazid
Keterangan:TEPAT INDIKASI
Ambroxol
Indikasi :
Bronkitis akut dan kronis,bronktitis asmatik,asma
bronkial,emfisema,bronkiestasi,pneumoconiosis
Mekanisme Kerja :
merupakan agen sekretolitik untuk mengatasi gangguan pernafasan
yang berhubungan dengan mukosa berlebih. Ambroksol merupakan
metabolit dari bromeksin (bromexine). Terapi pada penyakit saluran
pernafasan akut dan kronik yang disertai dengan sekresi bronkus yang
abnormal, terutama pada bronkitis kronik eksaserbasi, asthmatic
bronchitis dan bronchial asthma.
Efek Samping :
-Reaksi ringan gastro-intestinal, seperti nyeri ulu hati, dispepsia, dan
kadang-kadang mual, dan muntahl.
Reaksi alergi jarang terjadi, terutama ruam kulit. Ada laporan kasus
yang sangat jarang, yaitu reaksi anafilaksis akut tipe berat, tapi
hubungannya dengan ambroxol tidak pasti.
Keterangan: TEPAT INDIKASI
Paracetamol
Indikasi :
Analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam)
Mekanisme Kerja :
Menghambat produksi prostaglandin
Keterangan:
Curcuma
Indikasi : Penambah nafsu makan
Keterangan: TEPAT INDIKASI

TEPAT OBAT

RHZE 1selama 2 bulan pertama


Rifampisin
TEPAT OBAT
Alasan : pengobatan kunci dalam setiap regimen pengobatan
Isoniazid
TEPAT OBAT
Alasan : merupakan obat yang harus di berikan dalam setiap regimen
pengobatan

Pirazinamide

Etambutol
RH 4 bulan selanjutnya
Rifampisin
TEPAT OBAT
Alasan : pengobatan kunci dalam setiap regimen pengobatan
Isoniazid
TEPAT OBAT
Alasan : merupakan obat yang harus di berikan dalam setiap regimen
pengobatan
Ambroxol tab

Paracetamol
Curcuma
TEPAT OBAT
Alasan : Untuk menambah nafsu makan yang bisa saja hilang
dikarenakan penyakit yang di derita

TEPAT DOSIS
RHZE selama 2 bulan pertama :
Rifampisin 1 x 450 mg po
Dosis yang di rekomendasikan : 600 mg
TEPAT DOSIS
Isoniazid 1 x 300 mg po
Dosis yang di rekomendasikan :

Pirazinamide 1 x 1000 mg po
Dosis yang di rekomendasikan :
Etambutol 1 x 1000 mg po
Dosis yang di rekomendasikan :
RH 4 bulan selanjutnya,
Rifampisin 1 x 450 mg po
Dosis yang di rekomendasikan : 600 mg
TEPAT DOSIS

Isoniazid 1 x 300 mg po
Dosis yang di rekomendasikan :
Ambroxol tab 3 x 30 mg po
Dosis yang di rekomendasikan :
Paracetamol 3 x 500 po
Dosis yang di rekomendasikan : 500mg-2g/hari
TEPAT DOSIS
Curcuma 3 x 1 tab po
Dosis yang di rekomendasikan :

TEPAT PASIEN
Rifampisin
Kontra Indikasi :
Isoniazid
Kontra Indikasi :
Pirazinamide
Kontra Indikasi :
Etambutol
Kontra Indikasi :

RH 4 bulan selanjutnya,
Rifampisin
Kontra Indikasi :

Isoniazid
Kontra Indikasi :

Ambroxol
Kontra Indikasi :

Paracetamol
Kontra Indikasi :
Curcuma
Kontra Indikasi :

WASPADA EFEK SAMPING OBAT

RHZE selama 2 bulan pertama


Rifampisin
Efek Samping :
Sakit kepala,mengantuk,lemas,diare,mual,nafsu makan berkurang,urin
dan keringat berwarna kemerah-merahan.
Isoniazid
Efek Samping :
neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, kejang, mual, muntah,
kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan penglihatan, demam,
kemerahan kulit, dan defisiensi vitamin B (pyridoxine). Efek samping
yang berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan
sel hati).
Pirazinamid
Efek Samping :
hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, hepatomegali, ikterus,
gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia sideroblastik,
urtikaria, flushing, sakit kepala, pusing, insomnia, gangguan vaskular :
hipertensi, hiperurikemia, arthalgia.
Ethambutol
Efek Samping :
Etambutol jarang menimbulkan efek samping. Dosis harian sebesar 15
mg/kg BB menimbulkan efek toksis yang minimal.

RH 4 bulan selanjutnya :
Rifampisin
Isoniazid
Ambroxol
Efek Samping :
-Reaksi ringan gastro-intestinal, seperti nyeri ulu hati, dispepsia, dan
kadang-kadang mual, dan muntahl.
Reaksi alergi jarang terjadi, terutama ruam kulit. Ada laporan kasus
yang sangat jarang, yaitu reaksi anafilaksis akut tipe berat, tapi
hubungannya dengan ambroxol tidak pasti.
Paracetamol

Curcuma

Anda mungkin juga menyukai