PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana kehamilan ektopik terganggu dan penyebab serta
mekanismenya?
2. Bagaiamana asuhan kebidanan yang tepat dalam menangani kehamilan
ektopik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang Kehamilan Ektopik Terganggu dan penyebab serta
mekanismenya.
2. Untuk menentukan asuhan kebidanan yang tepat dalam menangani
Kehamilan Ektopik Terganggu.
1.4 Manfaat penulisan.
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kita tentang kehamilan ektopik terganggu.
2. Manfaat Praktisi
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5. Menjadi tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus untuk nidasi.
4
g. Hidrosalping.
2.4 Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan
yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang
relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian
diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua
jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan
endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul.
Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat
tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan
tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami
hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-
tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-
sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi
lobular dan sitoplasmanya bervakuol.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena
tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya
kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik
adalah:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,
2. Abortus ke dalam lumen tuba,
3. Ruptur dinding tuba.
5
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars
isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna
atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi
sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan
kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke
dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk
hematokel retrouterina.
6
2.5 Tanda dan Gejala
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak
nyaman. Namun bila sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal.
Gejala klinisnya meliputi trias gejala klinik:
a. Amonorea (terlambat dating bulan)
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan
seluruh abdomen.
c. Terdapat perdarahan melalui vaginal
7
d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
e. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus.
2.6 Diagnosis Banding
1. Abortus biasa
2. Salpingitis akut
3. Apendisitis akut
4. Ruptur korpus luteum
5. Torsi kista ovarium
2.7 Penatalaksanaan
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih
dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu penatalaksanaan
medis dan penatalaksanaan bedah.
1. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak
integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan konservativ medik
dilakukan dengan pemberian methotrexate. Methotrexate adalah obat
sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan, termasuk
penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate
akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan
kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel
trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut.
Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat-
syarat berikut ini: a) keadaan hemodinamik yang stabil dan tidak ada
tanda robekan dari tuba, b) tidak ada aktivitas jantung janin, c) diagnosis
ditegakkan tanpa memerlukan laparaskopi, d) diameter massa ektopik <
3,5 cm, e) harus ada informed consent dan mampu mengikuti follow up,
serta f) tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.
8
2. Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan
kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.
Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus
dilakukan secepat mungkin.
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil
konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga
distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15
mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik.
Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan
dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat
dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka
(tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode per
laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang
belum terganggu.
Pada dasarnya prosedur Salpingotomi sama dengan salpingostomi,
kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal
prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif antara salpingostomi
dan salpingotomi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinflantasi
diluar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET), adalah
kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan
membahayakan wanita tersebut.
Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat meneyababkan
kerusakan tuba dan disfungsi tuba. Riwayat ooperasi tuba sebelumnya
apakah, apakah untuk mempebaiki potensi tuba ataupun utnuk sterislisasi,
meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat salpingitis
merupakan risiko yang umum ditemukan.
3.2 Saran
Setelah diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan laparatomi.
Anak dikeluarkan dan tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta
dibuarkan berada dlam rongga perutkarena untuk mencegah perdarahan. Bila
selamat, biasanya uri akan direbsorpsi kembali selama beberapa bulan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohaedjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
11