Anda di halaman 1dari 62

PERCOBAAN II

FILTER INDUKTOR DAN KAPASITOR PADA PENYEARAH


SATU-FASA

A. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melaksanakan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat:


Menyebutkan jenis-jenis filter pada penyearah satu-fasa tak terkendali.
Menjelaskan prinsip kerja filterinduktor dan kapasitor pada output penyearah
satu-fasa tak terkendali.
Mengukur besaran-besaran output dan input dari suatu rangkaian penyearah
satu-fasa tak terkendali yang outputnya difilter dengan induktor dan
kapasitor.
Menghitung faktor ripel dc rangkaian penyearah satu-fasa tak terkendali yang
outputnya difilter dengan induktor dan kapasitor.

B. TEORI DASAR

1. FILTER INDUKTOR

Rangkaian penyearah satu fasa mempunyai output yang tidak konstan


atau kontinu dan tidak sinus murni. Jadi output seperti itu masih mengandung arus
dan tegangan pulsasi yang biasanya disebut harmonik. Untuk mengurangi
harmonik tersebut hingga seminimum mungkin pada output penyearah tersebut,
maka digunakan filter dc. Sisi input dari penyearah satu fasa juga mengandung
harmonik, dan untuk menguranginya maka digunakan filter ac. Filter dc biasanya
berupa induktor (L), kapasitor (C), atau LC ; sementara fiter ac pada umumnya
berupa LC.

2-1
Gambar 2.1 memperlihatkan macam-macam filter dc pada output suatu penyearah
yang berbeban resistif.

L + +
+ +

iO iO
iC

VL V0 R VL C V0 R

- - - -

(a) (b)

L +
+

IO
iC

VL C V0 R

- -

(c)

Gambar 2.1 Filter filter dc pada output penyearah. (a) Tipe L. (b) Tipe C. (c) Tipe LC.

+ L +

Vs C V0 R

_ _

Gambar 2.2 Diagram filter ac pada input penyearah.

1
Induktor menyimpan energi dalam bentuk medan magnet yaitu LI2 ,
2

dimana L adalah induktansi dan I adalah arus, sehingga cenderung


mempertahankan arus yang konstan atau kontinu. Salah satu contoh dalamhal ini
adalah beban induktif (R L) dimana induktansi dari beban sudah merupakan

2-2
filter induktor. Jika bebannya adalah resistif (R), maka tinggal ditambahkan
induktor secara seri dengan beban tersebut untuk mendapatkan aksi filter L.
Kekurangan dari filter L adalah menyebabkan sudut fasa dari arus beban
terlambat dari tegangan beban. Akibatnya tegangan total (dalam beban ditambah
pada filter) akan mempunyai faktor ripel (RF) yang lebih besar. Namun, filter L
akan memperhalus (membuat semakin mendekati kontinu) arus beban, jadi
memperbesar RF nya, dengan demikian untuk beban resistif, maka RF tegangan
beban akan meningkat.
Untuk mengatasi kekurangan filter L seperti yang disebutkan di atas,
maka penyearah satu fasa setengah gelombang perlulah dilengkapi terlebih
dahulu dengan dioda yang disebut dioda freewheeling. Pengaruh filter L pada
penyearah satu fasa gelombang penuh berbeban resistif adalah membuat arus
maupun tegangan beban menjadi kontinu. Jadi dalam hal tersebut, dioda
freewheeling tidak diperlukan.Gambar 2.3 (a) memperlihatkan output rangakaian
penyearah satu fasa setengah gelombang yang diperlengkapi dengan dioda
freewheeling dalam rangka memperoleh aksi filter L yang semakin efektif.
Penggunaan dioda freewheeling pada penyearah satu fasa telah dibahas khusus
dalam mata kuliah elektronika daya I, jadi dalam hal ini beberapa rumus tentang
RF akan mengacu pada pembahasan tersebut.

2-3
Filter

D L +

IDm I0

Vm sin t Dm V0 R

(a)

VO
Vm Tanpa Dm, L

iO
Im

t
0
2 3

VO
Vmax Dengan L
Tanpa Dm
iO
I max

t
0
2 2 2

Vmax
Dengan Dm, L
VO
iO
I max
Vmin
I min
t
0
2

(b)

Gambar 2.3 Penerapan filter L pada penyearah satu fasa setengah gelombang. (a)
Diagram rangkaian. (b) Bentuk bentuk gelombang.

Arus arus beban dalam keadaan tanpa filter L untuk beban resistif telah
dinyatakan dalam persamaan (2-1) dan (2-2) yaitu :

,
=
..........(2-1)

2-4

= ,
.......... (2-2)
dimana :
Vm = harga maksimum tegangan input penyearah
Faktor ripel (RF) arus beban secara teoritis dari persamaan (2-1) dan (2-2) di atas
adalah :
I
= ( Irms ) = , ...............(2-3)
dc

Dengan menggunakan gambar bentuk gelombang dari penyearah satu-fasa


setengah gelombang, maka didapatkan rumus eksak untuk menghitung nilai RF.
Dengan memperhitungkan sudut :

= ...............................................................................................(2-4)

dimana :
= .


(+ ) .

= + .................................................. (2-5)

( )

dimana :

Z = + () ......................................................................... (2-6)
2fL
= tan-1( )..................................................................................... (2-7)
R

Dengan mensubstitusikan persamaan (2-4) dan (2-5) kedalam rumus



= ( ) maka dihasilkan rumus faktor rifel (RF) arus beban dalam

keadaan penyearah mendapat filter.




(+ )
.
= + .................................. (2-8)

( )

Dimana :
2fL
= tan-1( )
R

L = induktansi dari induktor


R = Resistansi beban

2-5
F = frekuensi gelombang
Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama, maka
rumus pada persamaan (2-5) di atas berlaku pula untuk tegangan beban.
Persamaan (2-5) di atas adalah rumus eksak untuk menghitung RF dari
suatu penyearah satu fasa setengah gelombang berbeban resistif yang difilter
dengan induktor. Dalam prakteknya, jika Rfyang diinginkan telah ditentukan,
maka sudut dari persamaan (2-5) dapat dihitung dengan cara trial and error,
sehingga pada akhirnya kebutuhan induktansi (L) dapat dihitung.
Gambar 2.4 (a) dan (b) memperlihatkan penerapan filter L pada
penyearah satu fasa gelombang penuh. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa pengaruh filter L pada penyearah satu fasa gelombang
penuh berbeban resistif adalah membuat arus maupun tegangan beban menjadi
kontinu serta tidak dihasilkan tegangan total yang negatif. Jadi dalam hal ini,
kedua rangkaian tidak perlu lagi memakai dioda freewheeling.
D1

P L +

vs1 D1 io
D2
vo io L
CT _
R + Vs Vo R
vs2
D2
N D3 D4

(a) (b)

Gambar2.4 Penerapan filter L pada penyearah satu fasa gelombang penuh.


(a) Rangkaian centre - tap. (b) Rangkaian jembatan.

2-6
Tanpa L
VO
Vm
iO
Im

t
0
2 3

VO Dengan L
Vmax

V
Vmin1 iO
I max

I1
I min

t
0
2

Gambar2.5 Bentuk bentuk gelombang dari rangkaian pada Gambar 2.4 .

Penambahan filter L dalam hal ini serupa dengan pembahasan beban induktif
pada penyearah satu fasa gelombang penuh. Arus arus beban dalam keadaan
tanpa filter L untuk beban resistif telah dinyatakan dalam persamaan (2-6) dan
(2-7) yaitu :

,
= ..... (2-9)

Vm
= , .... (2-10)
R

dimana :
Vm = harga maksimum tegangan input penyearah
Faktor ripel (RF) arus beban secara teoritis dari persamaan di atas adalah :
I
= ( Irms ) = , .......................................................... (2-11)
dc

2-7
Dalam keadaan mendapat filter L, maka faktor ripel (RF) arus beban akan
menjadi :


(+ )

= + ................................. (2-12)

( )

Persamaan (2-12) diatas berlaku pula untuk tegangan beban. Dalam


prateknya, jika RF yang diingikan telah ditentukan, maka sudut dari persamaan
(2-12) dapat dihitung dengan cara trial and error, sehingga pada akhirnya
kebutuhan induktansi (L) dapat dihitung.Dan adapun untuk penyarah satu-fasa
gelombang penuh jembatan, Dengan menggunakan gambar bentuk gelombang
dari penyearah satu-fasa setengah gelombang, maka didapatkan rumus eksak
untuk menghitung nilai RF. Dengan memperhitungkan sudut :

= ...................................................................................... (2-13)

dimana :
= .


(+ ) .

= + .............................................. (2-14)

( )

Dimana:
Z = + () ..................................................................... (2-15)
2fL
= tan-1 ...................................................................................... (2-16)
R

Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama, maka
rumus pada persamaan (2-12) diatas berlaku pula untuk tegangan beban.
Persamaan (2-12) diatas adalah rumus eksak untuk menghitung RF dari
suatu penyearah satu-fasa setengah gelombang berbeban resistif yang difilter
dengan induktor. Perancangan kebutuhan filter-L berawal dari seberapa besar RF
yang diinginkan. Jika RF yang diinginkan ini telah ditentukan, maka sudut dari
persamaan (2-12) dapat dihitung dengan caratrial and error, sehingga pada
akhirnya kebutuhan induktansi (L) dapat dihitung. Sehingga didapatkan rumus

2-8
pendekatan untuk faktor rifel (RF) pada penyearah satu-fasa gelombang penuh
yang memakai filter-L adalah :


RF =+ ............................................................................ (2-17)

2. FILTER KAPASITOR

Filter kapasitor disebut pula filter c kapasitor menyimpan energi dalam


1
bentuk medan listrik yaitu 2 CV2, yaitu dimana C adalah kapasitansi dari kapasitor

dan V adalah tegangan yang diterapkan pada kapasitor. Karena energi yang
tersimpan dalam medan listik tersebut berbanding lurus dengan kuadrat tegangan,
maka dapat dikatakan bahwa filter kapasitor cenderung mempertahankan
tegangan yang kontasn atau kontinu. Untuk maksud tersebut maka filter kapasitor
dipasang paralel dengan beban.
Gambar 2.6 adalah gambar rangkaian penyearah satu-fasa setengah
gelombang yang berbeban resistif mendapat filter C pada outputnya.

Gambar 2.6 Diagram rangakaian penerapan filter kapasitor pada output penyearah satu-fasa
setengah gelombang

2-9
Gambar 2.7 Bentuk-bentuk dan rangkaian pada gambar 2.6

Dapat dijelaskan dari gambar 2.6 bahwa ketika dioda konduksi, maka
kapasitor mengisi (termuati) sampai tegangannya mencapai harga maksimum
tegangan input, yaitu Vm. Ketika dioda mem-blok, maka kapasitor membuang
muatannya sehingga beban tetap mendapat suplai (dialiri arus).
Dimisalkan bahwa pemuatan kapasitor (charging) berlangsung dalam

interval 1<t < 2 , sementara pelepasan muatan kapasitor berlangsung dalam

interval 2 <t <2. Dari gambar 2.7 terlihat bahwa:

2 = 1+ ........................................................................................ (2-18)

Tegangan beban dalam keadaan tanpa filter C untuk beban resistif dinyatakan
dalam persamaan berikut:
Vdc = 0,3183 Vm .............................................................................. (2-19)

Vrms = 0,5 Vm .................................................................................. (2-20)

Dimana:

Vm = harga maksimum tegangan input penyearah


Faktor ripel (RF) tegangan beban secara teoritis dari persamaan (2-19) dan

(2-20) diatas adalah:

2
= ( ) 1=1,211 ............................................................ (2-21)

2-10
Dalam keadaan mendapat filter C, maka faktor ripel (RF) tegangan beban akan

menjadi:

1 1 2 1
[ 1 + 21 + ]
2 2
RF = (11 ) 2 1 ................................................ (2-22)
[1 + ]

Atau:

1 1 2
[ 1 + 21 (1 +3 ) (1 )]
2 2 2 1
= (11 ) 2
1 .................................. (2-23)
[1 (1 +3 ) ]
2 (1 )

Dimana:
1
= tan-1 (2) .. (2-24)

C = Kapasitansi dari kapasitor

R = Resistansi beban

1= - 2 ftch
2

tch= Lama pengisian dari kapasitor

Untuk suatu nilai C yang diketahui, maka tan dapat dihitung.


Selanjutnya 1 dapat diitung secara teoritis dengan menggunakan cara trial and
error dari formula berikut:
3
sin 1 = e-(1 + 2 )tan ........................................................................ (2-25)

Jika 1 telah didapatkan nilainya maka RF kemudian dihitung dengan


menggunakan persamaan (2-22) atau (2-23).
Dalam prakteknya atau percobaan, nilai 1 dapat ditentukan langsung dari
bentuk gelombang tegangan output dalam keadaan di filter. Dengan demikian
persamaan (2-23) lebih cocok digunakan.

2-11
Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama,
maka rumus pada persamaan (2-22) dan (2-23) diatas berlaku pula untuk arus
beban.
Kombinasi dari persamaan (2-22), (2-23) dan (2-24) diatas merupakan
rumus akurat untuk menghitung RF dari suatu penyearah satu-fasa setengah
gelombang berbeban resistif yang difilter dengan kapasitor.
Dalam percobaan filter, jika FR yang diinginkan telah ditentukan, maka
dengan menggunakna cara trial and error terhadap persamaan (2-23), nilai 1
dapat diketahui. Selanjutnya tan dalam persamaan (2-25) dapat dihitung,
sehingga pada akhirnya kebutuhan kapasitansi C menurut persamaan (2-26) dapat
dihitung.
Gambar 2.8 menunjukkan diagram rangkaian filter C yang dipasang pada
output dari rangakaian penyearah satu-fasa gelombang penuh yang berbeban
resistif.

Gambar 2.8 Diagram rangakaian penerapan filter kapasitor pada output penyearah
satu-fasagelombang penuh. (a) Rangkaian centre tap (b) Rangakaian jembatan

Gambar 2.9 Bentuk-bentuk gelombang dari rangkaian pada gambar 2.8 (a) Tanpa filter (b) Dengan filter C

2-12
Prinsip pemuatan dan pelepasan muatan dari kapasitor dalam gambar 2.8
adalah serupa dengan prinsip pemuatan dan pelepasan muatan dari kapasitor pada
gambar 2.6, yaitu ketika dioda konduksi maka filter kapasitor mengisi (termuati)
sampai tegangannya mencapai harga maksimum tegangan input yaitu Vm. Ketika
tegangan input turun dibawah Vm, maka kapasitor membuang muatannya
sehingga kerut (ripel) pada arus beban semakin berkurang.
Dimisalkan bahwa pemuatan kapasitor (charging) berlangsung dalam

interval 1<t < 2 , sementara pelepasan muatan kapasitor berlangsung dalam

interval 2 <t <2, dimana dari gambar 4.4 terlihat bahwa:

2 = 1+ ........................................................................................ (2-26)

Tegangan beban dalam keadaan tanpa filter C untuk beban resistif dinyatakan
dalam persamaan (2-19) dan (2-20) yaitu:
Vdc = 0,6366 Vm .............................................................................. (2-27)

Vrms = 0,7071 Vm ............................................................................ (2-28)

Dimana:

Vm = harga maksimum tegangan input penyearah

Faktor ripel (RF) tegangan beban secara teoritis dari persamaan (2-19) dan
(2-20) diatas adalah:
2
= ( ) 1=0,483 ............................................................ (2-29)

Dalam keadaan mendapat filter C, maka faktor ripel (RF) tegangan beban akan
menjadi:
1 1 1 21
[ 1 + .21 + ]
2 2 2
= (11 ) 2
1 ............................................. (2-30)
[1 + ]

Atau:

1 1 1 3 2
[ 1 + .21 (1 + ) (1 )]
2 2 2 2 1
= 3 (11 ) 2
1................................. (2-31)
[1 (1 + ) ( ) ]
2 1

2-13
Dimana
1
= tan-1 (2) .. (2-32)

C= Kapasitansi dari kapasitor

R= Resistansi beban

1= 2 - 2 ftch

tch= Lama pengisian dari kapasitor

Untuk suatu nilai C yang diketahui, maka tan dapat dihitung.


Selanjutnya 1 dapat diitung secara teoritis dengan menggunakan cara trial and
error dari formula berikut:

sin 1 = e-(1 + 2 )tan ........................................................................... (2-33)

Jika 1 telah didapatkan nilainya maka RF kemudian dihitung dengan


menggunakan persamaan (2-30) atau (2-31).
Dalam prakteknya atau percobaan, nilai 1 dapat ditentukan langsung dari
bentuk gelombang tegangan output dalam keadaan di filter. Dengan demikian
persamaan (2-31) lebih cocok digunakan.
Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama,
maka rumus pada persamaan (2-30) dan (2-31) diatas berlaku pula untuk arus
beban.
Kombinasi dari persamaan (2-30), (2-31) dan (2-33) diatas merupakan
rumus akurat untuk menghitung RF dari suatu penyearah satu-fasa gelombang
penuh berbeban resistif yang difilter dengan kapasitor.
Dalam percobaan filter, jika FR yang diinginkan telah ditentukan, maka
dengan menggunakna cara trial and error terhadap persamaan (2-31), nilai 1
dapat diketahui. Selanjutnya tan dalam persamaan (2-33) dapat dihitung,
sehingga pada akhirnya kebutuhan kapasitansi C menurut persamaan (2-32) dapat
dihitung.

2-14
Catatan:

Untuk memeriksa nilai 1 dalam persamaan (2-22) dan (2-23) maupun (2-3) dan

(2-31), maka harus diambil antara 0 dan 2 , dimana keempat persamaan tersebut

benar hanya jika nilai tan cukup kucul atau kontanta waktu (RC) cukup besar
terhadap T (periode gelombang tegangan input).

C. DIAGRAM RANGKAIAN

1. INDUKTOR

S2
D1
P S1 +
L
io

R
S3

Regulator vs
V1 Vo
AC 1 - fasa V2
D2
A1

_
N

(a)

L io
D1 D2
R
P S1

Regulator Vo
AC 1 - fasa
vs V1 V2
N A1
D3 D4

_
(b)

Gambar 2.10Diagram rangkaian percobaan filter pada penyearah satu fasa tak terkendali.
(a) Setengah gelombang. (b) Gelombang penuh jembatan.

2-15
2. KAPASITOR
D
S1
L +

I0
S2
Regulator R
Vs
AC 1-fasa Vo
V1 C VV22

A
A1

-
N
(a)

D1 D2 I0

S1 R
L
S2

Regulator
Vs Vo
AC 1-fasa V
V2
V
V11 C
2

A1

D3 D4

(b)

Gambar2.11 Diagram rangkaian percobaa filter kapasitor pada penyearah satu-fasa tak terkendali. (a)
Setengah gelombang, (b) Gelombang penuh jembatan

D. ALAT DAN BAHAN

1. INDUKTOR

a. Osiloskop
b. Regulator ac satu fasa
c. Transformator centre tap

2-16
d. Dioda
e. Amperemeter
f. Voltmeter
g. Tahanan geser
h. Beban induktor
i. Saklar
j. Kabel secukupnya

2. KAPASITOR

a. Osiloskop
b. Regulator ac satu-fasa
c. Transformator centre tap
d. Dioda
e. Amperemeter
f. Voltmeter
g. Tahanan geser
h. Kapasitor
i. Saklar
j. Kabel secukupnya

E. PROSEDUR PERCOBAAN

1. INDUKTOR

Satu Fasa Setengah Gelombang

a. Membuat rangkaian seperti pada Gambar 4.6 (a) dimana beban yang
digunakan adalah tahanan geser 15 dan induktor 36 mH.
b. Dalam keadaan regulator ac satu fasa minimum, saklar S2 tertutup dan S3
terbuka, masukkan saklar S1.
c. Menaikkan tegangan output regulator (Vs) hingga mencapai 40 V.

2-17
d. Mencatat harga rata rata dari tegangan output dan arus beban.[Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
e. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
f. Membuka saklar S2 dan melakukan langkah kelima sampai ke enam di
atas.
g. Menutup saklar S3 dan melakukan langkah ke empat sampai ke enam di
atas.
h. Mengamati dan menggambarkan bentuk gelombang dari tegangan beban
dan arus beban.
i. Meminimumkan kembali tegangan output regulator dan buka saklar S1.

Percobaan selesai.
Penyearah Satu Fasa Jembatan
a. Membuat rangkaian seperti pada Gambar 4.6 (b) dimana beban yang
digunakan adalah tahanan geser 15 dan induktor 36 mH.
b. Dalam keadaan regulator ac satu fasa minimum dan saklar S2 tertutup,
memasukkan saklar S1.
c. Menaikkan tegangan output regulator (Vs) hingga mencapai 25 V.
d. Mencatat harga rata rata dari tegangan output dan arus beban.[Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
e. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
f. Membuka saklar S2 dan melakukan langkah ke empat sampai ke enam di
atas.
g. Mengamati dan menggambarkan bentuk gelombang dari tegangan beban
dan arus beban.
h. Membuka saklar S1. percobaan selesai.

2-18
2. KAPASITOR

Penyearah Satu-Fasa Setengah Gelombang


a. Membuat rangkaian seperti gambar 2.11 (a) dimana beban yang digunakan
adalah tahanan geser 15.
b. Dalam keadaan regulator ac satu-fasa minimum, saklar S1 dan S2 terbuka,
kemudian dimasukkan (tutup) saklar S1.
c. Tegangan output regulator (Vs) dinaikkan hingga mencapai 40 V.
d. Mencatat harga rata-rata dari tegangan output dan arus beban. [terlihat
penunjukan V2 dan A1]. Selanjutnya masukkan data kedalam tabel.
e. Bentuk gelombang dari tegangan beban dan arus beban diamati dan
digambarkan.
f. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [terlihat
penunjukan V2 dan A1]. Selanjutnya masukkan data kedalam tabel.
g. Menutup saklar S2 dan langkah no. d sampai no. f diatas dilakukan
kembali.
h. Tegangan output regulator diminimumkan kembali dan selanjutnya
membuka saklar S1. Kemudian kedua terminal kapasitor dihubung-
singkatkan dan percobaan selesai.
Penyearah Satu-Fasa Jembatan
a. Membuat rangkaian seperti gambar 2.11 (c) dimana beban yang digunakan
adalah tahanan geser 15.
b. Dalam keadaan regulator ac satu-fasa minimum, saklar S1 dan S2 terbuka,
kemudian masukkan saklar S1.
c. Tegangan output regulator (Vs) dinaikkan hingga mencapai 25 V.
d. Mencatat harga rata-rata dari tegangan output dan arus beban. [terlihat
penunjukan V2 dan A1]. Selanjutnya masukkan data kedalam tabel.
e. Dengan menggunakan osiloskop 2-saluran, bentuk gelombang dari
tegangan beban dan arus beban diamati dan digambarkan. Catatan: harus

2-19
dijaga dalam penggunaan probe agar terminal (+) tidak terhubung singkat
dengan terminal (-).
f. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [terlihat
penunjukan V2 dan A1]. Selanjutnya masukkan data kedalam tabel.
g. Menutup saklar S2 dan langkah no. d sampai no. f diatas dilakukan
kembali.
h. Tegangan output regulator ac satu-fasa diminimumkan kembali dan
selanjutnya membuka saklar S1. Kemudian kedua terminal kapasitor
dihubungsingkatkan dan percobaan selesai.

F. HASIL PERCOBAAN

1. INDUKTOR
Data induktor N = 1000, L , = , , Imax = 1,5 A

Tabel 2.1 Hasil Percobaan Pada Penyearah Satu Fasa Setengah


Gelombang Tanpa Dioda Freewhelling dan Filter.

Vs (V) Vdc (V) Idc (A) Vrms (V) Irms (A)

40 18,4 1,12 28,5 1,76

Tabel 2.2 Hasil Percobaan Pada Penyearah Satu Fasa Setengah


Gelombang dengan Filter.

Tanpa dioda freewheeling Dengan dioda freewheeling


Vs (V)
Vdc
Idc (A) Vrms (V) Irms (A) Vdc (V) Idc (A) Vrms (V) Irms (A)
(V)

40 11 0,69 16,81 1,05 11,09 0,7 16,47 1,03

2-20
Tabel 2.3 Hasil Percobaan Pada Penyearah Satu Fasa Jembatan.

Tanpa filter Dengan filter


Vs
(V) Irms Idc Irms
Vdc (V) Idc (A) Vrms (V) Vdc (V) Vrms (V)
(A) (A) (A)

25 21,36 1,34 24,11 1,5 113,08 0,8 14,83 0,9

2. KAPASITOR

Data kapasitor Vdc = 63 V,1000

Tabel 2.4 Hasil Percobaan Pada Penyearah Satu-Fasa Setengah-


Gelombang
Tanpa Filter Dengan Filter

(V)
(V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A)

40 18,4 1,12 28,5 1,76 44,9 2,27 45,9 2,81

Tabel 2.5 Hasil Percobaan Pada Penyearah Satu-Fasa Jembatan


Tanpa Filter Dengan Filter


(V)
(V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A)

25 21,36 1,34 24,11 1,5 29,63 1,85 29,81 1,86

2-21
3. GAMBAR BENTUK GELOMBANG

Gambar 2.12 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang tanpa filter dan tanpa
diode freewheeling ( = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).

2-22
Gambar 2.13 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang dengan filter dan tanpa
diode freewheeling ( = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).

Gambar 2.14 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang dengan filter dan dioda
freewheeling ( = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div) .

Gambar 2.15 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu jembatan tanpa filter ( =25V , 10 V/div , 3 A/div ,
5ms/div).

2-23
Gambar 2.16 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa jembatan dengan filter ( = 25V , 10 V/div , 3
A/div , 5ms/div).

Gambar 2.17 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang tanpa filter dan tanpa
diode freewheeling ( = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).

2-24
Gambar 2.18 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang dengan filter ( = 40V ,
100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).

Gambar 2.19 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu jembatan tanpa filter ( =25V , 10 V/div , 3 A/div ,
5ms/div).

2-25
Gambar 2.20 Bentuk Gelombang dan pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu fasa jembatan dengan filter ( = 25V , 10 V/div , 3
A/div , 5ms/div).

G. ANALISA HASIL PERCOBAAN

1. FILTER INDUKTOR
a. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada penyearah satu-fasa setengah
gelombang.

1) Tanpa dioda freewheeling dan filter.


Diketahui : Vdc = 18,4 V
Vrms= 28,5 V
Idc =1,12 A
Irms = 1,76 A
Vs =40 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,76 28,5
= (1,12)2 1 = (18,4)2 1

= 1,21 = 1,18

2-26
2) Dengan filter; dengan dioda dan tanpa dioda freewheeling
a) Tanpa dioda freewheeling
Diketahui : Vdc = 11 V
Vrms = 16,81 V
Idc = 0,69 A
Irms = 1,06 A
Vs = 40 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,05 16,81 2
= (0,69)2 1 = ( ) 1
11

= 1,15 = 1,16

b) Dengan dioda freewheeling


Diketahui : Vdc = 11,09 V
Vrms= 16,47 V
Idc = 0,7 A
Irms = 1,03 A
Vs =40V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,03 16,47
= ( 0,7 )2 1 = (11,09)2 1

= 1,08 = 1,1

2-27
b. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada kondisi dengan filter dan dioda
freewheeling dengan menggunakan gambar bentuk gelombang dari
percobaan penyearah satu-fasa setengah gelombang.

1) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal= 15
Vm= Vs2
= 402
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,7 div . 3A/div
= 2,1 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :


2,1. 15
180 sin 1
40 2


146,1620023
Persamaan yang digunakan adalah :

.
( ) =
/

Untuk dalam derajat ():


.
( ) =
/

2-28
Akan ditentukan dengan cara trial and error dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90 hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih 10-8.

Tabel 2.6 Menentukan pada penyearah satu fasa setengah gelombang dengan
cara trial and error
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi
() cos e Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1
1 e / tan Ruas Kiri

1 65 0,153641181 0,167284476 0,88799724

2 65,79197239 0,172174243 0,029230248

3 66,07626052 0,173933705 0,010219081

4 66,1786146 0,174567681 3,644929715 x 10-3

5 66,21550311 0,174796231 1,309230366 x 10-3

6 66,2288025 0,174878638 4,714457678 x 10-4

7 66,23359793 0,174908353 1,699176982 x 10-4

8 66,23532712 0,174919068 6,12613238 x 10-5

9 66,23595067 0,174922932 2,208945082 x 10-5

10 66,23617552 0,174924325 7,96529322 x 10-6

11 66,2362566 0,174924827 2,87226973 x 10-6

12 66,23628583 0,174925008 1,03574082 x 10-6

13 66,23629638 0,174925074 3,7348889 x 10-7

14 66,23630018 0,174925097 1,3468049 x 10-7

2-29
Tabel 2.6(Lanjutan)
15 66,23630155 0,174925106
4,85659 x 10-8

16 66,23630208
0,174925109 1,751295 x 10-8

17 66,23630222 0,17492511 6,31519 10-9

Jadi adalah 66,23630222

2 cos 2 sin 3 cos (1 e / tan )


RF 1
4 2 ( 1 e / tan )
RF 0,459041678

2) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15
Vm = dilihat dari gambar 2.12
= 0,5 div . 100 V/div
= 50 V
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,7 div . 3A/div
= 2,1 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
V m
I max . Rtot
180 sin 1
Vm

2-30
Jadi :


1 2,1. 15
180 sin

50



140,9498775

Persamaan yang digunakan adalah :



. tan
( ) =

Untuk dalam derajat ():




.
( ) =

Akan ditentukan dengan cara trial and error dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90 hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih 10-8.

Tabel 2.7 Menentukan pada penyearah satu fasa setengah gelombang dengan
cara trial and error
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
Iterasi / 180 tan
() cos e Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1
1 e / tan Ruas Kiri

1 65 0,24277062 0,174533243 0,281077572

2 61,00137441 0,150338772 0,138623858

3 59,59643687 0,141954779 0,055767336

4 59,11085419 0,139076333 0,020277201

5 58,94427866 0,138091403 7,081937561 x 10-3

2-31
Tabel 2.7(Lanjutan)
6 58,88729649 0,13775478 2,437681704 x 10-4

7 58,86762331 0,137639778 8,348341347 x 10-4

8 58,86117079 0,137600495 2,854080409 x 10-4

9 58,85889839 0,137587076 9,751534745 x 10-5

10 58,8581222 0,137582493 3,331126479 x 10-5

11 58,85785708 0,137580928 1,137834234 x 10-5

12 58,85776653 0,137580393 3,886460745 x 10-6

13 58,8577356 0,13758021 1,32748778 x 10-6

14 58,85772503 0,137580148 4,53422783 x 10-7

15 58,85772142 0,137580127 1,5487305 x 10-7

16 58,85772019 0,137580119 5,2899043 x 10-8

17 58,85771977 0,137580117 1,8068418 x 10-8

18 58,85771963 0,137580116 6,171525 x 10-9

Jadi adalah 58,85771963

2 cos 2 sin 3 cos (1 e / tan )


RF 1
4 2 ( 1 e / tan )

RF 0,590568647

2-32
3) Diketahui data sebagai berikut :
Rtotal = 15 + 9,5
= 24,5
Vm = Vs2
= 402
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,7 div . 3A/div
= 2,1 A
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm

Jadi :


2,1. 24,5
180 sin 1
40 2


114,5614348
Persamaan yang digunakan adalah :

.
( ) =
/

Untuk dalam derajat ():


.
( ) =
/

2-33
Akan ditentukan dengan cara trial and error dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90 hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih 10-8.

Tabel 2.8 Menentukan pada penyearah satu fasa setengah gelombang dengan
cara trial and error
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi
() cos e Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1
1 e / tan Ruas Kiri

1 65 0,648632337 0,216346289 0,666457749

2 37,05595796 0,057390703 0,73472758

3 27,85148767 0,02014924 0,648911081

4 25,71597936 0,014200676 0,295225225

5 25,37510097 0,013356718 0,059430786

6 25,32674118 0,013239363 8,786223278 x 10-3

7 25,32001664 0,013223091 1,22904231 x 10-3

8 25,31908425 0,013220836 1,705528064 x 10-4

9 25,31895503 0,013220524 2,364105002 x 10-5

10 25,31893712 0,01322048 3,2764799805 x 10-6

11 25,31893463 0,013220474 4,54086888 x 10-7

12 25,31893429 0,013220474 6,2931734 x 10-8

13 25,31893424 0,013220473 8,721692 x 10-9

Jadi adalah 25,31893424

2-34
2 cos 2 sin 3 cos (1 e / tan )
RF 1
4 2 ( 1 e / tan )

RF 1,061831051

4) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15 + 9,5
= 24,5
Vm = Vs2
= 402
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,7 div . 3A/div
= 2,1 A
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
V m
I max . Rtot
180 sin 1
Vm

Jadi :


2,1. 24,5
180 sin 1
40 2


114,5614348

2-35
c. Faktor Ripel pada Penyearah Satu-Fasa Jembatan
1) Tanpa filter
Diketahui : Vdc = 21,36 V
Vrms = 24,11 V
Idc = 1,34 A
Irms = 1,5 A
Vs= 25 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,5 24,11
= (1,34)2 1 = (21,36)2 1

= 0,5 = 0,52

2) Dengan filter
Diketahui : Vdc = 13,08 V
Vrms = 14,83 V
Idc = 0,8 A
Irms = 0,9 A
Vs= 25 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

0,9 14,83
= (0,8)2 1 = (13,08)2 1

= 0,52 = 0,54

2-36
d. Faktor ripel (RF) dengan filter dan dioda freewheeling pada
penyearah satu-fasa gelombang penuh jembatan dengan
menggunakan gambar bentuk gelombang.

1) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15
Vm = Vs2
= 252
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :


1,2 . 15
180 sin 1
25 2


149,3949764
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
1,2
=
2,2


1,2 . 15 1,2
= 180 sin 1 2,2 180
25 2

2-37
= 51,21315822
Maka RF = 0,572550946

2) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15
Vm = 3,4 div x 10 A/div (dibaca dari gambar 2.15)
= 34 V
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :


1,2 . 15
180 sin 1 34



148,0342812
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
1,2
=
2,2


1,2 . 15 1,2
= 180 sin 1 2,2 180
25 2

2-38
= 49,85246307
Maka RF = 0,541804724

3) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15 + 9,5 = 24,5
Vm = Vs2
= 252
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :


1,2 . 24,5
180 sin 1
25 2


123,7409274
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
1,2
=
2,2



1,2 . 15 1,2
= 180 sin 1 2,2 180
25 2

2-39
= 25,55910921
Maka RF = 0,345211509

4) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15 + 9,5 = 24,5
Vm = 3,4 div x 10 V/div (baca gambar 2.15)
= 34
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :


1,2 . 24,5
180 sin 1 34



120,1508622
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
1,2
=
2,2


1,2 . 15 1,2
= 180 sin 1 2,2 180
25 2

2-40
= 21,969044
Maka RF = 0,368698595

5) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15
Vm = Vs2
Io(max) = di lihat dari gambar 2.16
= 0,4div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :


1,2 . 15
180 sin 1
25 2


149,3949764
Persamaan yang digunakan adalah :



2.
( ) =

Untuk dalam derajat ():




2.
( ) =

Hasilnya tidak memenuhi karena = 121,1656949.

2-41
6) Diketahui data sebagai berikut :
Rtotal = 15
Vm = 3,4 div x 3 A/div (dibaca dari gambar 2.15)
= 34 V
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :


1,2 . 15
180 sin 1 34



148,0342812

Persamaan yang digunakan adalah :



2.
( ) =

Untuk dalam derajat ():




2.
( ) =

Hasilnya tidak memenuhi karena = 116,8350897

2-42
7) Diketahui data sebagai berikut :
Rtotal = 15 + 9,5 = 24,5
Vm = Vs2
= 252
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :


1,2 . 24,5
180 sin 1
25 2


123,7409274
Persamaan yang digunakan adalah :



2.
( ) =

Untuk dalam derajat ():




2.
( ) =

2-43
Akan ditentukan dengan cara trial and error dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90 hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih 10-8.

Tabel 2.9 Menentukan pada penyearah satu fasa jembatan dengan cara trial
and error
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi 2 cos e
() 1
Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1 e / tan Ruas Kiri

1 65 0,518908624 0,401544853 0,226174252

2 57,41571773 0,312888066 0,220789252

3 51,97429264 0,248921095 0,20444043

4 48,15460474 0,205189575 0,175684266

5 45,58152422 0,176781183 0,138449491

6 43,92325604 0,159081361 0,1001227

7 42,89450656 0,148383882 0,067245327

8 42,2742092 0,142048802 0,042693855

9 41,90734642 0,138345056 0,026073758

10 41,69302051 0,136196542 0,015530111

11 41,56874322 0,134955971 9,10886424 x 10-3

12 41,49700132 0,134241595 5,293400633 x 10-3

13 41,45569471 0,133830873 3,059574461 x 10-3

14 41,43194778 0,133594947 1,762861182 x 10-3

2-44
Tabel 2.9 (Lanjutan)
15 41,41830777 0,133459499 1,013872211 x 10-3

16 41,41047704 0,13338176 5,82494661 x 10-4

17 41,40598271 0,13333715 3,344550552 x 10-4


18 41,4034037 0,133311553 1,919697594 x 10-4

19 41,40192391 0,133296867 1,101643873 x 10-4

20 41,40107487 0,133288441 6,321205174 x 10-5

21 41,40058775 0,133283606 3,626853437 x 10-5

22 41,40030828 0,133280833 2,080864237 x 10-5

23 41,40014795 0,133279242 1,193845395 x 10-5

24 41,40005596 0,133278329 6,849313435 x 10-6

25 41,40000318 0,133277805 3,92955071 x 10-6

26 41,39997291 2,25441174 x 10-6


0,133277505
27 41,39995554 1,293391617 x 10-6
0,133277332
28 41,39994557 0,133277234 7,4203199 x 10-7

29 41,39993985 0,133277177 4,2510809 x 10-7

30 41,39993657 0,133277144 2,44234285 x 10-7

31 41,39993469 0,133277126 1,40119471 x 10-7

32 41,39993361 0,133277115 8,0387816 x 10-8

33 41,39993299 0,133277109 4,6119223 x 10-8


34 41,39993264 0,133277105 2,6459015 x 10-8

35 41,39993243 0,133277103 1,517994 x 10-8

36 41,39993232 0,133277102 8,708758 x 10-9

2-45
Jadi adalah 41,39993232

2 cos 2 sin 3 cos (1 e / tan )


RF 1
8 2 (1 e / tan )

RF 0,234123736

8) Diketahui data sebagai berikut :


Rtotal = 15 + 9,5 = 24,5
Vm = 3,4 div x 10 V/div (baca gambar 2.15)
= 34
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A

Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :


1,2 . 24,5
180 sin 1 34



120,1508622

2-46
Persamaan yang digunakan adalah :



2.
( ) =

Untuk dalam derajat ():




2.
( ) =

Akan ditentukan dengan cara trial and error dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90 hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih 10-8.
Tabel 2.10 Menentukan pada penyearah satu fasa jembatan dengan cara trial
and error
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi 2 cos e
() cos ( ) 1
Ruas Kanan
ke- 1 e / tan Ruas Kiri

1 65 0,571417589 0,412450319 0,279448034

2 54,57262578 0,292069973 0,293579035

3 47,13278523 0,205390008 0,296778077

4 42,0031929 0,1493481 0,272856056

5 38,74001212 0,116604008 0,219246792

6 36,84701265 0,098980227 0,151142152

7 35,83131268 0,090001287 0,09071448

8 35,31454337 0,085570019 0,049235615

9 35,05966617 0,083419659 0,02512982

2-47
Tabel 2.10 (Lanjutan)
10 34,93601746 0,01240345
0,082384968

11 34,87652922 0,0889168 6,018089445 x 10-3

12 34,84802565 0,081652068 2,895368006 x 10-3

13 34,83439522 0,081538793 1,387291906 x 10-3

14 34,82788331 0,0814847 6,633994292 x 10-4

15 34,82477367 0,081458875 3,169361651 x 10-4

16 34,82328905 0,081446546 1,513464329 x 10-4

0,081440661
17 34,82258032 7,225681141 x 10-5

18 34,82224201 0,081437852 3,449376579 x 10-5

19 34,82208052 0,081436511 1,646573211 x 10-5

20 34,82200343 0,081435871 7,859795997 x 10-6

21 34,82196664 0,081435566 3,751773656 x 10-6

22 34,82194907 0,08143542 1,790851863 x 10-6

23 34,82194069 0,08143535 8,54833581 x 10-7

24 34,82193669 0,081435317 4,08040211x 10-7

25 34,82193478 0,081435301 1,94770917 x 10-7

26 34,82193387 0,081435293 9,2970505 x 10-8

27 34,82193343 0,08143529 4,4377857 x 10-8

2-48
Tabel 2.10 (Lanjutan)
28 34,82193322 0,081435288 2,1182994 x 10-8

29 34,82193312 0,081435287 1,011319 x 10-8

30 34,82193308 0,081435287 4,826468 x 10-9

Jadi adalah 34,82193308

2 cos 2 sin 3 cos (1 e / tan )


RF 1
8 2 (1 e / tan )

RF 0,277187948

e. Perbandingan antara perhitunganmenurutteori dengan hasil


perhitungan menurut praktek.
1) Nilai-nilai teoritis
a) Penyearah satu-fasa setegah-gelombang.
(1) Kondisi tanpa filter dan tanpa diode freewheeling.
Untuk tegangan dan arus pada penyearah satu-fasa setengah-
gelombang tanpa dioda freewheeling maupun filter dapat dilihat nilai
RF-nya pada teori dasar pada persamaan (2-3) yaitu RF=1,211.
(2) Kondisi dengan filter tanpa dioda freewheeling.
(a) Diketahui data sebagai berikut :
Nilai dicari secara trial and error dari persamaan:



sin(-) = sin.

untuk dalam derajat (o) :




sin(-) = sin. 180

2-49
Untuk nilai L = 0,036 H
Rtot = 15
2
= 1 ( )

100 0,036
= 1 ( )
15
= 37,01564457
akan ditentukan dengan cara trial and error dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka harus diterka antara > 180 + hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih 10-9

Tabel 2.11 Menentukan pada penyearah satu-fasa setengah gelombang


dengan cara trial and error.

Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches


Iterasi
() Ruas Kanan
ke- sin ( -) sin /180 1
Ruas Kiri

1 220 0,052063279 3,697732451 x 10-3 0,92897619

2 217,2275095 3,9428263 x 10-3 0,066282201

3 217,2415525 3,9415444821 x 10-3 3,520153512 x 10-4

4 217,241479 3,94155152 x 10-3 1,69963781 x 10-6

5 217,2414794 3,941551485 x 10-3 8,77188 x 10-9

Jadi adalah 217,2414794o

2
= [ ( ) ( ) + ( )]
(1 )2

RF = 1,107454975

2-50
(b) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 + 9,5 = 24,5
2
= 1 ( )

100 0,036
= 1 ( )
24,5
= 24,77907581
akan ditentukan dengan cara trial and error dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka harus diterka antara > 180 + hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih 10-9

Tabel 2.12 Menentukan pada penyearah satu-fasa setengah gelombang


dengan cara trial and error.

Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches


Iterasi
() Ruas Kanan
ke- sin ( -) sin /180 1
Ruas Kiri

1 220 0,262541581 1,023105302 x 10-4 0,999610307

2 204,7849378 1,818665985 x 10-4 0,777594135

3 204,789496 1,818352582 x 10-4 1,723253514 x 10-4

4 204,7894942 1,818352706 x 10-4 6,801843 x 10-8

5 204,7894942 1,818352706 x 10-4 1,3095 x 10-10

Jadi adalah 204,7894942o

2
= [ ( ) ( ) + ( )]
(1 )2

RF = 1,153227164

2-51
(3) Kondisi dengan filter dengan dioda freewheeling.
(a) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai L = 0,036 H
Rtot = 15
2
= 1 ( )

100 0,036
= 1 ( )
15
= 37,01564457

( + )
= +
( )

RF = 0,773823193
(b) Diketahui data sebagai berikut:
Untuk nilai nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 + 9,5 = 24,5
2
= 1 ( )

100 0,036
= 1 ( )
24,5
= 24,77907581

( + )
= +
( )

RF = 1,019497535
b) Penyearah satu-fasa jembatan
(1) Kondisi tanpa filter.
Untuk tegangan dan arus pada penyearah satu-fasa jembatan tanpa filter
dimana nilai RF-nya dapat dilihat pada teori dasar pada persamaan (2-11)
yaitu RF = 0,483.

2-52
(2) Kondisi dengan filter.
(a) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai L = 0,036 H
Rtot = 15
2
= 1 ( )

100 0,036
= 1 ( )
15
= 37,01564457

( + )
= +
( )

RF = 0,472436862
(b) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 + 9,5 = 24,5
2
= 1 ( )

100 0,036
= 1 ( )
24,5
= 24,77907581

( + )
= +
( )

RF = 0,479098839

2-53
2. FILTER KAPASITOR
a. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada penyearah satu-fasa setengah-
gelombang.
1) Tanpa filter kapasitor
Diketahui :Vdc = 18,4 V
Vrms= 28,5 V
Idc = 1,12 A
Irms = 1,76 A
Vs =40 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,76 28,5
= (1,12)2 1 = (18,4)2 1

= 1,21 = 1.2

2) Dengan Filter Kapasitor


Diketahui : Vdc = 44,9 V
Vrms = 45,9 V
Idc = 2,75 A
Irms = 2,81 A
Vs = 40 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

2,81 45,9
= (2,75)2 1 = (44,9)2 1

= 0,21 = 0,21

2-54
b. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada kondisi dengan filter pada
penyearah satu-fasa setengah gelombangberdasarkan bentuk
gelombang.
Dari gambar 2.18 di ketahui data :
360 = 44 mm
90 = 11 mm
90 - 1 = 10 mm

1 = (1 ) 90
11
10
= (1 ) 90
11
= 8,181818182
Maka :
1 1 3 2 1
[2 1 + 2 21 (1 + ) ]
2 (1 )
= 1
3 (11 ) 2
[1 (1 + ) ]
2 (1 )

= 0,537634099

c. Faktor Ripel (RF) pada penyearah satu-sasa jembatan berdasarkan


data percobaan.
1) Tanpa Filter
Diketahui :Vdc = 21,36 V
Vrms = 24,11 V
Idc = 1,34 A
Irms= 1,5 A
Vs= 25 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,5 24,11
= (1,34)2 1 = (21,36)2 1

= 0,5 = 0,52

2-55
2) Dengan Filter
Diketahui : Vdc = 29,63 V
Vrms = 29,81 V
Idc = 1,85 A
Irms= 1,86 A
Vs= 25 V

*untuk arus * Runtuk tegangan



= ( )2 1 = ( )2 1

1,86 29,81
= (1,85)2 1 = (29,63)2 1

= 0,1 = 0,11

d. Faktor ripel (RF) pada penyearah satu-fasa jembatan dengan


menggunakan gambar bentuk gelombang dengan filter.

Dari gambar 2.20 di ketahui data :


360 = 44 mm
90 = 11 mm
90 - 1 = 8 mm

1 = (1 ) 90
11
8
= (1 ) 90
11
= 24,54545455
Maka :
1 1 3 2 1
[2 1 + 2 21 (1 + ) ]
2 (1 )
= 1
3 (11 ) 2
[1 (1 + ) ]
2 (1 )

= 0,255783955

2-56
e. Perbandingan antara hasil perhitungan menurut teori dengan hasil
perhitungan menurut praktek.
1) Nilai-nilai teoritis.
a) Penyearah satu-fasa setegah-gelombang.
(1) Kondisi tanpa filter.
Untuk tegangan dan arus pada penyearah satu-fasa setengah-
gelombang tanpa dioda freewheeling maupun filter dapat dilihat nilai
RF-nya pada teori dasar pada persamaan (2-3) yaitu RF=1,211.
(2) Kondisi dengan filter.
Diketahui data sebagai berikut :
1 akan ditentukan dengan cara trial and error
3
sin 1 = (1 + 2 ) ( 1 dalam radial)

1 3
sin 1 = ( 180 + 2 ) (1 dalam derajat )

Untuk nilai f = 50 Hz
R = 15
C = 1000
1
tan =
2
1
= 1 ( )
2 50 1000 106 15
= 11,98081357
1 akan ditentukan dengan cara trial and error dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka 1 harus diterka antara 1 > 180 + 1 hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih 10-8

2-57
Tabel 2.13 Menentukan 1 pada penyearah satu-fasa setengah gelombang
dengan cara trial and error.

Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches


Iterasi
() Ruas Kanan
ke- sin 1
1 3
( 180 + 2 ) 1
Ruas Kiri

1 50 0,766044443 0,305689565 0,600950613

2 17,79965459 0,34440925 0,126663419

3 20,14573841 0,341429574 8,651557324 x 10-3

4 19,96399541 0,341659475 6,733488166 x 10-4

5 19,97801057 0,341641741 5,190665989 x 10-5

6 19,97692941 0,341643109 4,00431613 x 10-6

7 19,97701281 0,341643003 3,0889351 x 10-7

8 19,97700638 0,341643011 2,38282 x 10-8

9 19,97700687 0,341643011 1,838112 x 10-9

Jadi 1 adalah 19,97700687

1 1 3 2 1
[2 1 + 2 . 21 (1 + ) ]
2 (1 )
= 1
3 (11 ) 2
[1 (1 + ) ]
2 (1 )

RF = 0,311421802

b) Penyearah satu-fasa jembatan


(1) Kondisi tanpa filter.
Untuk tegangan dan arus pada penyearah satu-fasa jembatan tanpa filter
dimana nilai RF-nya dapat dilihat pada teori dasar pada persamaan (2-11)
yaitu RF = 0,483.

2-58
(2) Kondisi dengan filter.
Diketahui data sebagai berikut :
1
sin 1 = ( 180 + 2 )

Untuk nilai f = 50 Hz
R = 15
C = 1000
1
tan =
2
1
= 1
2 50 1000 106 15
= 11,98081357
1 akan ditentukan dengan cara trial and error dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka 1 harus diterka antara 1 > 180 + 1 hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih 10-8

Tabel 2.14 Menentukan 1 pada penyearah satu-fasa setengah gelombang


dengan cara trial and error.

Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches


Iterasi
() Ruas Kanan
ke- sin 1
(
1
+ )
180 2
1
Ruas Kiri

1 50 0,766044443 0,595401971 0,222757925

2 36,54129307 0,625833163 0,05111033

3 38,74336558 0,620749736 8,122655606 x 10-3

4 38,37090486 0,621606641 1,380436072 x 10-3

5 38,43355509 0,621462421 2,320109722 x 10-4

6 38,42300708 0,6214867 3,906747042 x 10-5

7 38,4247827 0,621482613 6,576351228 x 10-6

2-59
Tabel 2.14 (Lanjutan)
8 38,42448379 0,621483301 1,10707687 x 10-6

9 38,42453411 0,621483185 1,86365996 x 10-7

10 38,42452564 0,621483205 3,1373 x 10-8

11 38,42452706 0,621483202 5,28136 x 10-9

Jadi 1 adalah 38,42452706

( + )
= +
( )

RF = 0,141364843

2-60
3. TABEL PERBANDINGAN HASIL PERCOBAAN DAN HASIL PERHITUNGAN MENURUT TEORI
1. INDUKTOR
Tabel 2.15 Perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan menurut teori pada penyearah satu-fasa secara analog.
Praktek
Penyearah RF teoritis Arus Tegangan Bentuk gelombang
RF Error (%) RF Error (%) RF Error (%)
Setengah Gelombang
Tanpa filter dan
40 V 1,211 1,21 0,08 1,18 2,56 ___ ___
Dioda Freewheeling
Dengan filter tanpa 1,107454975 3,841693429 4,74466476
40 V 1,15 1,16 ___ ___
Dioda Freewheeling 1,153227164 0,279837667 0,587294178
0,459041678 40,67873874
0,773823193 39,56676535 4,215133508
Dengan filter dan 0,59056847 23,68173049
40 V 1,08 1,1
Dioda Freewheeling 1,061831051 4,152390226
1,019497535 5,934537645 7,896288342
Gelombang Penuh
Tanpa filter 25 V 0,483 0,5 3,52 0,52 7,7
0,572550946 21,1909965
0,4724368662 10,0676169 14,30098678
0,541804724 14,68299
Dengan filter 25 V 0,52 0,54
0,345211509 27,94565885
0,234123736 51,13247645
0,479098839 8,537102925 12,71160688
0,368698595 23,04331214
0,277187948 42,14389021

2-55
2. KAPASITOR
Tabel 2.16 Perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan menurut teori pada penyearah satu-fasa secara analog.
Praktek
Penyearah RF teoritis Arus Tegangan Bentuk gelombang
RF Error (%) RF Error (%) RF Error (%)
Setengah Gelombang
Tanpa filter 40 V 1,211 1,21 0,08 1,2 0,91 ___ ___

Dengan filter 40 V 0,311421802 0,21 32,57 0,21 32,57 0,537634099 72,64

Gelombang Penuh
Tanpa filter 25 V 0,483 0,5 3,52 0,52 7,66

Dengan filter 25 V 0,141364843 0,1 29,26 0,11 22,19 0,256506198 81,45

2-56

Anda mungkin juga menyukai