176 Ismatul Hidayah PDF
176 Ismatul Hidayah PDF
Abstrak
Memperhatikan aktivitas masyarakat dalam penambangan emas serta kondisi ketersediaan pangan
terutama komoditas pertanian saat ini di wilayah kabupaten Buru, dapat memberikan suatu
gambaran pemikiran kelak pembangunan pertanian di wilayah tersebut menghadapi masalah besar
yang dapat menimbulkan kerawanan pangan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dampak penambangan emas terhadap aspek social ekonomi dan lingkungan
pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran pertambangan emas di kabupaten Buru
pada umumnya memberikan dampak negatif pada aspek sosio-ekonomi dan ekologi yaitu
terjadinya penurunan pendapatan usahatani karena meningkatnya biaya produksi, kelangkaan
tenaga kerja dibidang pertanian karena sebagian besar beralih pada kegiatan tambang sehingga
memicu kenaikan upah tenaga kerja, keterbatasan dan meningkatnya harga-harga sembako,
tingginya komoditas beras dari luar yang masuk ke pulau buru sehingga mempengaruhi pemasaran
beras lokal. Pada aspek sosio - ekologi, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan. Proses
pengolahan emas berada di halaman rumah dan kebun, memungkinkan terjadinya pencemaran
merkuri terhadap lingkungan hidup, terutama jika kolam penampungan tailing tidak ditangani
dengan baik. Selain itu proses penggarangan secara sederhana dilakukan di sekitar rumah, dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan oleh uap merkuri yang ditimbulkannya. Penanganan tailing
(limbah) dilakukan secara sederhana dengan kolam penampungan yang sangat terbatas, tanpa
disertai dengan pengelolaan yang baik, seperti misalnya tidak dilakukannya proses detoksifikasi,
degradasi, maupun penjernihan, sehingga material halus merkuri, arsen dan logam dasar masih
bercampur dalam tailing. Pengolahan emas dengan teknik amalgamasi telah menyebabkan
kontaminasi merkuri pada lingkungandi sekitarnya. Hasil analisis kimia terhadap sampel hasil
pertanian menunjukkan adanya kontaminasi merkuri dan logam berat diatas ambang batas.
Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang negatif dan berbahaya bagi
masyarakat di wilayah Kabupaten Buru. Pada aspek keamanan, sering terjadi bentrokan antara
warga asli dan warga pendatang yang menewaskan beberapa penambang dan tingginya tingkat
pencurian yang meresahkan masyarakat. Kondisi lingkungan yang tercemar akan menurunkan
tingkat kesehatan masyarakat secara perlahan2 dan dalam jangka panjang dikhawatirkan akan
terjadi tragedi seperti kasus teluk Buyat atau teluk minamata.
Kata kunci : dampak lingkungan, kabupaten Buru, penambangan emas, produksi pertanian.
Pendahuluan
Maluku meskipun tidak termasuk sentra produksi padi nasional, namun saat ini telah
menunjukkan peranannya dalam pengembangan padi. Sentra produksi padi di Maluku terdapat
pada empat kabupaten (Buru, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Seram Bagian Timur),
dengan total luas areal panen pada tahun 2008 sekitar 12.719,5 ha dan produksi 49.954,1 ton,
sedangkan pada tahun 2010 luas areal panen meningkat menjadi 17.779 ha dan produksi 77.532
ton (BPS Maluku, 2011). Meskipun telah terjadi peningkatan produksi, namun produksi tersebut
belum mampu mensuplai kebutuhan beras penduduk Maluku sehingga sabagian besar kebutuhan
beras Maluku masih didatangkan dari luar.
Kecamatan Waeapo (dataran Waeapo), Kabupaten Buru merupakan sentra produksi padi
sawah terbesar di Provinsi Maluku (Susanto & Sirappa, 2007). Kontribusi produksi padi sawah di
Metodologi
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Buru, pada Tahun 2013. Petani responden yang
dilibatkan pada penelitian ini adalah petani padi sawah irigasi di Kecamatan Waeyapo, kabupaten
Buru.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh
melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan digunakan
metode pemahaman pedesaan secara partisipatif secara terseleksi. Data dimaksud meliputi
karakteristik usahatani, struktur pendapatan/pengeluaran, persepsi petani terhadap kegiatan
penambangan dan kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani. Jumlah petani yang menjadi
responden ditentukan secara purposive sampling yang terdiri dari 60 orang petani. Sebagai data
pelengkap dilakukan pengumpulan data sekunder dari Kantor Desa, Dinas Pertanian dan informasi
kunci dari PPL setempat.
Metode Analisis
Analisis data dilakukan untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dan kuantitatif
dampak penambangan emas terhadap kegiatan usaha pertanian dan produksi pertanian. Analisa
kualitatif dilakukan dengan mensintesa atau memadukan informasi sehingga terbentuk suatu
kesimpulan yang selaras. Analisis kuantitatif meliputi Analisis finansial usaha tani padi sawah
sebelum dan sesudah adanya tambang
Usaha pertambangan emas di wilayah Buru telah berlangsung sejak 2 tahun yang lalu,
setelah penemuan urat-urat kuarsa mengandung emas di Desa Dafa dan sekitarnya oleh
penambang emas tradisional dari desa setempat. Kegiatan penambangan emas ini banyak
dilakukan oleh penambang yang berasal dari luar Kabupaten Buru bahkan dari luar Provinsi
Maluku antara lain dari Tasikmalaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Ternate dan daerah
lainnya, Penambangan dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah dengan cara membuat
terowongan (adit) dan sumur (vertical shaft). Teknik penambangan dilakukan tanpa perencanaan
yang baik dan dengan cara penggalian mengikuti arah urat kuarsa yang diperkirakan memiliki
kadar emas cukup tinggi. Pembuatan lubang dilakukan dengan tinggi sekitar 1 meter dan
kedalaman yang bervariasi hingga mencapai ratusan meter. Arah lubang tersebut berupa horizontal
dan vertikal berdasarkan atas penyebaran arah urat kuarsa. Lubang-lubang vertikal di lokasi
kegiatan ini dipergunakan sebagai pintu masuk serta sebagai lubang ventilasi untuk memasukkan
udara dengan bantuan mesin pompa udara. Material yang mengandung bijih emas oleh penambang
di bawa turun dari gunung botak untuk diolah di desa desa sekitar.
Tidak adanya aturan hukum yang khusus mengatur kegiatan pertambangan di Gunung
Botak, serta tidak adanya prosedur administrasi yang harus dilakukan untuk mengatur kegiatan
para penambang tersebut mengakibatkan penambang liar selalu bertambah setiap waktu.
Tabel 2. Kadar Pb, Hg dan HCN pada beberapa jenis sampel sayuran, buah dan beras di
Kabupaten Buru Tahun 2013.
Pb Hg HCN
No Contoh Lokasi
(ppm) (ppm) (ppm)
1. No. Sampel 5, Komoditas Kangkung Air Panas 0,8 0,2 ttd
2. No. Sampel 5, Komoditas Sawi Waekasar 0,3 0,1 ttd
3. No. Sampel 5, Komoditas Kacang Savana Jaya, 0,3 0,2 ttd
panjang Mako
4. No. Sampel 5, Komoditi Jeruk Wamsait 0,2 0,02 ttd
5. No. Sampel 5, Komoditas Semangka Mako 0,3 0,2 ttd
6. No. Sampel 5, Komoditas Beras Waekasar ttd 0,3 ttd
7. No. Sampel 5, Komoditas Beras Savana Jaya 0,0 0,2 ttd
8. No. Sampel 5, Komoditas Beras Waegeren 0,1 0,2 ttd
9. No. Sampel 5, Komoditas Beras Unit 17 (Parbulu) 0,0 0,2 ttd
10. No. Sampel 5, Komoditas Beras Unit 0,01 ttd ttd
18(Debowae)
Sumber: Badan Ketahanan Pangan (hasil uji Lab, BB pasca panen) Kabupaten Buru
Tabel 3. Kadar residu pestisida pada beberapa jenis sampel sayuran, buah dan beras di Kabupaten
Buru Tahun 2013.
Ketentuan
Konsentrasi
No Contoh Lokasi Kelompok-Jenis SNI
(ppm)
7313:2008
1 No. Sampel 5, Air Panas ORGANOFOSFAT 0,0147 3 ppm
Kom. (Melation)
Kangkung
2 No. Sampel 5, Waekasar ORGANIKLORIN 0,0138 0,05 ppm
Kom. Sawi (Heplaktor Ep) 0,0116 1
ORGANOFOSFAT 0,0160 -
(Profenofos)
KARBAMAT (Karbaril)
3 No. Sampel 5, Savana ORGANIKLORIN (Lindan) 0,0101 0,1
Kom. Kacang Jaya dan ORGANOFOSFAT 0,0150 -
panjang Mako (Metidation)
4 No. Sampel 5, Wamsait ORGANOFOSFAT 0,0105 2
Komoditi Jeruk (Metidation) 0,0091 2
PIRETROID(Sipemetrin)
5 No. Sampel 5, Mako - - -
Kom.
Semangka
6 No. Sampel 5, Waekasar ORGANOFOSFAT 0,0086 0,5
Kom. Beras (Klorpirifos)
Nilai cemaran Pb dan Hg bervariasi tergantung pada jenis sampel. Cemaran Pb pada
sampel beras dan cemaran Hg pada sampel jeruk berada dibawah ambang batas yang diijinkan
pada SNI 7387:2009, sedangkan cemaran Pb pada kangkung dan cemaran Hg pada beberapa
komoditas beras, buah dan sayur lainnya melebihi ambang batas standar.
Beberapa residu pestisida terdeteksi didalam sampel kangkung, sawi, kacang panjang,
jeruk dan beras, namun residu tersebut masih berada dibawah batas maksimum residu pestisida
sebagaimana ditetapkan didalam SNI 7313:2008. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Dampak sosial ekonomi merupakan dampak aktivitas pertambangan pada aspek sosial
ekonomi yang dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif akibat aktivitas pertambangan
diantaranya adalah terjadinya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), terciptanya lapangan
pekerjaan, dan peningkatan ekonomi bagi masyarakat adat di sekitar wilayah pertambangan
sedangkan dampak negatif dari adanya aktivitas pertambangan antara lain :
1. Terjadinya penurunan pendapatan bagi masyarakat yang bergerak di sektor pertanian, karena
menurunnya kualitas lahan yang digunakan, meningkatnya biaya tenaga kerja karena
kelangkaan tenaga kerja disektor pertanian.
Analisis finansial usahatani padi sawah sebelum adanya tambang dan setelah adanya tambang
disajikan pada tabel 4.
Hasil analisis finansial usahatani padi sawah sebelum adanya tambang tahun 2011 diperoleh
hasil R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,69 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,44.
Indeks R/C rasio tersebut menunjukkan bahwa secara finansial usaha tani padi sawah
sebelum adanya tambang masih menguntungkan (layak secara finansial), dengan tingkat
keuntungan Rp. 5.309.184, jika sewa lahan diperhitungkan kedalam biaya maka tingkat
keuntunga RP. 3.959.184. Hasil analisis finansial usahatani padi sawah setelah adanya
tambang tahun 2012 diperoleh hasil R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,11dan R/C rasio atas
biaya total sebesar 1,00. Indeks R/C rasio tersebut menunjukkan bahwa secara finansial usaha
tani padi sawah setelah adanya tambang sudah tidak menguntungkan (tidak layak secara
finansial), dengan tingkat keuntungan Rp.1.296.684, jika sewa lahan diperhitungkan kedalam
biaya maka petani merugi.
Tabel 4. Analisis Finansial Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah adanya Tambang di
kabupaten Buru.
Tingkat keuntungan atas biaya tunai dan biaya total disajikan pada gambar 1 dan 2.
14.000.000,00
8.000.000,00
6.000.000,00
4.000.000,00
2.000.000,00
-
Penerimaan Total Biay a Keuntungan
14.000.000,00
Sblm ad tambang
12.000.000,00
Stlah ad tambang
10.000.000,00
8.000.000,00
6.000.000,00
4.000.000,00
2.000.000,00
(2.000.000,00)
Penerimaan Total Biay a Keuntungan
Tabel 5. Perkembangan Upah Tenaga Kerja pada Usahatani Padi sawah di Kabupaten Buru
Tahun
Jenis Kegiatan 2011 2012 2013 % Perubahan
Tenaga kerja harian (Rp) 50.000 90.000 100.000 100
Tanam (borongan) (Rp/ha) 525.000 750.000 1.000.000 90
Olah tanah/sewa traktor (Rp/ha) 800.000 1.100.000 1.475.000 84
Sewa Dores (Rp/ha) 275.000 375.000 512.500 86
Sumber: Data Primer Diolah
Prakiraan Dampak Terhadap Aspek Keamanan Akibat Adanya Tambang Emas Rakyat Di
Kabupaten buru
Tidak adanya aturan hukum yang khusus mengatur kegiatan pertambangan di Gunung Botak,
serta tidak adanya prosedur administrasi yang harus dilakukan untuk mengatur kegiatan para
penambang tersebut mengakibatkan penambang liar selalu bertambah setiap waktu. Dari sisi
keamanan, sering terjadi bentrokan antar warga asli dan warga pendatang yang menewaskan
beberapa penambang. Tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di wilayah pertambangan yang
penyelesaiannya tidak dilakukan secara tuntas membuat kekhawatiran masyarakat sekitar. Terjadi
perkelahian antar orang gunung pemilik tanah ulayat, meningkatnya pencurian di rumah-rumah
warga terutama yang memiliki banyak emas, mengakibatkan masyarakat setempat menjadi resah.
Masuknya para penambang dari luar Kabupaten Buru menjadikan kondisi desa-desa disekitar area
pengolahan menjadi tidak aman, penduduk setempat menjadi khawatir.
Prakiraan Dampak Terhadap Aspek Kesehatan Akibat Adanya Tambang Emas Rakyat Di
Kabupaten buru
Daftar Pustaka
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Buru 2013. Hasil Uji Laboratorium Cemaran Logam Berat
dan Cianida pada Komoditas Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Burut. Badan
Ketahanan Pangan - Namlea.
BPS Maluku., 2011. Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon
BPS Maluku., 2009. Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon
Bustaman, S dan A.N. Susanto., 2003. Potensi Lahan Beserta Alternatif Komoditas Pertanian
Terpilih Berdasarkan Peta Zona Agroekologi pada Setiap Kecamatan di Kabupaten Buru.
Balai pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, Ambon.
Sujai, M., 2011. Dampak Kebijakan Fiskal Dalam Upaya Stabilitas Harga Komoditas Pertanian.
Dalam Analisis Kebijakan Pertanian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ,
Vol.9, No.4:297-392
Susilo, Y.E.B., 2003. Menuju Keselarasan Lingkungan. Averroes Press, Malang, 156 hal.
Veronika S.A.,2009 dalam Mohammad Ahyani, 2011. Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas
Terhadap Kondisi Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat Di Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara, Thesis, Program Magister Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.