Anda di halaman 1dari 3

Nama : JENNIFER JANE

NIM : 176020300111033
PPAK-JP.B

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN PERPAJAKAN

JAWABAN CASE STUDY

1. Bank Pundi memiliki tiga produk deposito, pertama bagi perorangan berbunga 7%; kedua bagi
perusahaan berbunga 7,5%; dan ketiga bagi ekspatriat berbunga 6%. Rata-rata tertimbang
deposito nasabah bernilai Rp 87.500.000.000,00 dan proporsi masing-masing produk adalah
40%, 50%, dan 10%.
Pertanyaan:
1) Berapakah besar PPh final yang harus dipotong oleh Bank Pundi?
Proporsi masing masing Produk :
Perorangan 40% = 40% x Rp. 87.500.000.000,- = Rp. 35.000.000.000,-
Bunga deposito = 7% x Rp. 35.000.000.000,-
= Rp. 2.450.000.000,-
Maka PPh Final Terutang = Tarif x DPP
= 20% x Rp. 2,450.000.000,-
= Rp. 490.000.000,-
Persuahaan 50% x Rp. 87.500.000.000,- = Rp. 43.750.000.000,-
Bunga deposito = 7,5% x Rp. 43.750.000.000,-
= Rp. 3.281.250.000,-
Maka PPh Final Terutang = Tarif x DPP
= 20% x Rp. 3.281.250.000,-
= Rp. 656.250.000,-
Ekpaktriat (WP Luar Negeri) = 10% x Rp. 87.500.000.000,- = Rp.
8.750.000.000,- Bunga Deposito = 6% x Rp. 8.750.000.000,-
= Rp. 525.000.000,-
Maka PPh Final Terutang = 20% x Rp. 525.000.000
= Rp. 105.000.000,-
(Asumsi Ekpaktriat tidak memiliki P3B)

2) Apakah terdapat perbedaan besarnya PPh final yang dipotong jika nasabah produk
deposito merupakan nasabah dari dalam negeri dan nasabah dari luar negeri?

Pajak peghasilan atas bunga deposito adalah objek pajak penghasilan Final yaitu
sesuai dengan UU Pajak penghasilan No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 2 Point a, dalam
aturan pelaksanaannya tidak terdapat perbedaan pengenaan tarif antara wajib pajak orang
pribadi, badan dan wajib pajak luar negeri. Namun jika wajib pajak luar negeri mampu
menunjukkan surat keterangan domisili serta memiliki perjanjian P3B dengan Indonesia
maka wajib pajak luar negeri tersebut berhak menggunakan tarif P3B.

3) Apa saran Anda sebagai tax planner menanggapi hal di atas?


Saran yang dapat saya berikan adalah khususnya pagi ekspaktriat, sebaiknya sebelum
pihak bank melakukan pemotongan pajak. Ekspaktriat mampu menunjukkan P3B yang
disertakan dengan surat domisili, karena hal ini bisa membantu mengurangi tarif
pajaknya.
2. PT Bank Kaya membayar bunga bank sebesar Rp 10.000.000,00 kepada PT Raya atas
deposito yang ditanamkannya. Atas bunga deposito tersebut dipotong PPh Final oleh bank
bersangkutan.
Pertanyaan:
1) Apa jenis pajak terutang dalam transaksi di atas?
Jenis Pajak atas teransaksi di atas adalah Objek Pajak PPh final pasal 4 Ayat 2 yaitu
penghasilan yang diperoleh atas bunga deposito.

2) Berapa Rp jumlah pajak terutang dalam transaksi di atas?


Pajak Terutang = Tarif x DPP
= 20% x Rp. 10.000.000,-
= Rp. 2.000.000,-

3) Apa saran Anda sebagai tax planner menanggapi hal di atas?


Saran yang dapat saya berikan adalah sebaiknya PT Raya menemptkan
depositonya pada Bank pemerintah atau Bank yang ditunjuk sebagai pemotong pajak.
Sehingga nantinya dalam perhitungan pajak penghasilan di akhir tahun, tidak terdapat
permasalahan pemotongan. Meskipun objek tersebut bersifat Final.

3. PT Kaya membayar bunga bank sebesar Rp 10.000.000,00 kepada PT Raya atas pinjamannya,
dan atas bunga pinjaman tersebut dipotong pajak oleh PT Kaya.
Pertanyaan:
1) Apa jenis pajak terutang dalam transaksi di atas?
Penghasilan atas Bunga Pinjaman merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal
23 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat 1 Huruf a
Poin 2.
2) Berapa Rp jumlah pajak terutang dalam transaksi di atas?
Pajak Terutang = Tarif x DPP
= 15% x Rp. 10.000.000,-
= Rp. 1.500.000,-

3) Apa saran Anda sebagai tax planner menanggapi hal di atas?


Pemungutan pajak PPh 23 merupakan pajak yang diakhir tahun dapat
dikreditkan atau sebagai pengurang pajak penghasilan dengan syarat tertentu. Maka
atas potongan yang dilakukan oleh PT Kaya, maka PT Kaya wajib memberikan bukti
potong atas potongan pajak yang dilakukan kepada PT Raya. Bukti potong tersebut
nantinya akan digunakan sebagai bukti pengurang pajak penghasilan atas PT Raya.

4. PT Kaya Raya yang atas modalnya tidak terbagi atas saham pada akhir tahun 2010 membagi
laba sebesar Rp 50.000.000,00 kepada kedua pemiliknya masing -masing sebesar Rp
25.000.000,00. Bagi kedua pemilik, penerimaan bagian laba akan menambah penghasilan
kena pajak. PT Kaya Raya melakukan pemotongan pajak atas pembagian dividen tersebut.
1) Apa jenis pajak terutang dalam transaksi di atas?
Dari pertanyaan diatas maka atas tranksi pembagian laba tersebut bukan merupakan
objek pajak, karena PT Kaya Raya merupakan perusahaan yang modalnya tidak
terbagi atas saham. Hal ini sesuai dengan UU Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008
Pasal 4 Ayat 3 Poin i.
2) Berapa Rp jumlah pajak terutang dalam transaksi di atas?
Dalam transaksi di atas idak dikenakan pajak terutang karena bukan objek pajak.

3) Apa saran Anda sebagai tax planner menanggapi hal di atas?

Menurut saya PT Kaya Raya sebaiknya harusmengubah jenis badan usahanya menjadi
sebuah CV. Hal dikarenakan biasanya badan Usaha dalam bentuk PT dibentuk atas
modal yang terbagi atas saham. Bisa mengakibatkan salah persepsi oleh pegawai
direktorat jendral pajak. Sehingga mereka akan menganggap bahwa laba yang
diberikan merupakan deviden, yang merupakan objek pajak PPh Final untuk Orang
Pribadi atau PPh 23 untuk Wajib Pajak Badan atas pembagian deviden tersebut.

5. PT Kaya Raya mengimpor peralatan elektronik dari Jepang sebanyak 500 buah@1.500 Yen.
Biaya asuransi yang dibebankan atas impor ini adalah 75 Yen dan biaya angkut pengapalan
barang dari Jepang ke dalam daerah pabean atau sampai pelabuhan (Indonesia) adalah 100
Yen. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah 1 Yen = Rp 800,00.
Bea masuk sebesar Rp 11.000.000,00 (sudah termasuk PPN). PT Kaya Raya mempunyai
Angka Pengenal Impor (API).

1) Apa jenis pajak terutang dalam transaksi di atas?


Atas kegiatan Impor yang dilakukan oleh PT Kaya Raya merupakan objek pajak
penghasilan Pasal 22 (PPh pasal 22).

2) Berapa Rp jumlah pajak terutang dalam transaksi di atas?


PPh 22 terutang = Tarif x ( CIF + BM )
CIF : C = 500 buah x Rp. 1500 x Rp. 800
= Rp. 600.000.000
I = 75 Yen x Rp.
800
= Rp. 60.000
F = 100 Yen x Rp. 800
= Rp. 80.000
Total CIF = Rp. 600.140.000
BM = Rp. 11.000.000/1,1
= Rp. 10.000.000,-

Maka PPh 22 Terutang = Tarif menggunakan API x ( CIF + BM )


= 2,5% x ( Rp. 600.140.000 x Rp. 10.000.000)
= Rp. 15.253.500

3) Apa saran Anda sebagai tax planner menanggapi hal di atas?

Yang dilakukan oleh PT Kaya raya menurut saya sudah sangat tepat karena
mereka sudah memiliki angka pengenal Impor (API). Hal tersebut merupakan salah
satu fasilitas dari perpajakan Jika PT Kaya Raya tidak memiliki API dalam proses
impor yang dilakukan maka tarif PPh 22 yang dikenakan lebih tinggi 300% atau di
kenakan tarif 7,5%.

Anda mungkin juga menyukai