Anda di halaman 1dari 9

URETRITIS GONORE PADA SEORANG PRIA

PENDAHULUAN

Uretritis Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria

gonorrhoeae, dimana masunia merupakan satu-satunya penjamu (host) dengan manifetasi

berupa peradangan pada saluran kencing bagian depan (uretra).1,2 Neisseria gonorrhoeae

merupakan kuman kokus gram negative, berukuran 0.6-1,5 m, berbentuk diplokokus seperti

biji kopi dengan sisi yang datar berhadap=hadapan, tidak motil dan tidak berbentuk spora

negative yang pertama kali diisolasi oleh Neisser pada tahun 1879.1,4 Penyakit ini ditularkan

melalui hubungan seksual (genito-genital, genito oral maupun genito-rektal) dengan orang

yang telah terinfeksi. Bakteri dapat menyerang uretra, endoserviks, faring, rectum dan

konjungtiva serta dapat menyebabkan bacteremia.1,24

Masa inkubasi bakteri ini terjadi dalam waktu yang pendek (2-8 hari), biasanya

menyerang mukosa membrane khususnya pada laki-laki menyerang uretra. Ureta merupakan

tempat masuknya infeksi bakteri pertama yang menyebabkan urethritis, yaitu urethritis anterior

akut dan menyebar ke area proksimal yang menyebabkan komplikasi lokal.biasanya dirasakan

panas pada orifisium uretra eksterna, dysuria pengeluaran discharge dari uretra dan rasa nyeri.

Orifisium uretra eksterna juga Nampak eritema, edema, ektropion dan pada beberapa kasus

terjadi pembesaran limfa pada inguinal. Pengeluaran discharge pada gonore biasanya berupa

pus (purulent).2,3,4

Pada tahun 2008, WHO memperkirakan 106 juta kasus gonore terjadi secara global

pada orang dewasa. prevalensi infeksi gonore di Bandung sebanyak 37,4% di Jakarta sebanyak

29,8% sedangkan di Surabaya prevalensi gonore 19,8%. Kejadian gonore dilaporkan tiga kali

lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Insidensi tertinggi terjadi pada umur

dewasa muda yaitu 15-29 tahun.5

1
Kejadian gonore umunya terjadi pada seseorang yang melakukan hubungan seksual

dengan berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu melakukan hubungan seksual dengan aman

seperti menggunakan kondom merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan untuk

pencegahan.6,7,8

Prognosis urethritis gonore umumnya baik jika diobati dengan antibiotic yang sesuai.

Pada pria dapat terjadi komplikasi lokal seperti tysonitis, parauretritis dan asenden seperti

prostatitis, vesikulitis, epididymitis jika tidak dionati atau mendapat pengobatan yang kurang

adekuat. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita berupa artritis, miokarditis, endocarditis

dan meningitis.1,4,5,9

LAPORAN KASUS

Seorang pria, berusia 25 tahun, suku Batak, belum menikah, pekerjaan wiraswasta,

datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS H.Adam Malik Medan divisi

Infeksi Menular Seksual pada tanggal 29 September 2017 dengan keluhan keluar cairan

bernanah dari kemaluan disertai nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari yang lalu. Pasien

mengaku telah melakukan hubungan seksual, 4 hari sebelum timbuh keluhan dengan Penjaja

Seks Komersial (PSK) dan tidak menggunakan kondom. Untuk keluhannya saat ini pasien

belum pernah mendapat terapi dan sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan serupa 1

tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis,

tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi nafas 16 x/menit, status gizi

baik. Pada pemeriksaan venerelogis dijumpai sekret berwarna putih kekuningan, kental pada

orifisium uretra eksternal (Gambar 1). Tidak dijumpai pembesaran kelenjar limfe inguinalis.

Diagnosa banding dengan urethritis gonore dan urethritis non spesifik. Kepada pasien

2
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secret uretra yang terdiri pewarnaan gram dan kultur

pertumbuhan bakteri, pemeriksaan KOH, trikomonas serta tes serologi sifilis.

Pada pewarnaan gram dari secret uretra dijumpali diplokokus gram negative intrasel

dan ekstraseluler, sel PMN > 50 L/P . Sediaan basah Trichomonas vaginalis tidak dijumpai.

Pada pemeriksaan KOH tidak dijumpai adanya spora dan hifa. Tes serologis sifilis VDRL dan

TPHA non reaktif. Diagnosis kerja pada pasien ini adalah urethritis gonore. Kepada penderita

diberikan pengobatan cefixime 400 mg dosis tunggal dan azitromisin 1 gram dosis tunggal.

Pasien dianjurkan kontrol ulang 3 hari setelah pengobatan.Pasien diberikan penjelasan

mengenai penyakitnya, cara penularan, pengobatan, pencegahan dan edukasi agar tidak

melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan.

Pasien datang untuk kontrol ulang setelah 3 hari. Dari hasil anamnesis tidak ada lagi

cairan seperti nanah dan cairan dari kemaluan, rasa nyeri saat buang air kecil tidak dirasakan

lagi. Pemeriksaan venerologis tidak tampak secret yang keluar dari orifisium uretra eksternal

3
(Gambar 2)

Penderita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ulang. Tidak

dijumpai diplokokus gram negative dan sel polimorfonuklear dengan pewarnaan gram pada

usapan uretra. Kemudian pasien datang untuk kontrol pada hari ke 10. Dari hasil anamnesis

tidak ada lagi keluhan keluar cairan dari kemaluan dan tidak ada rasa nyeri saat buang air kecil.

Pemeriksaan venereologis tidak tampak sekret keluar dari orifisium uretra eksterna. Hasil

pemeriksaan kultur bakteri didapatkan pertumbuhan bakteri Nesseria gonorrhea. Pasien

diingatkan untuk tidak lagi melakukan seks bebas.

Prognosis qua ad vitam bonam, quo ad functionam ad bonam dan quo ad sanationam

ad bonam.

DISKUSI

Diagnosis urethritis gonore ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

venereologis dan pemeriksaan penunjang, yaitu pewarnaan gram dari secret uretra.

4
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien adalah seorang pria, berusia 24 tahun dan

belum menikah. Hal ini sesuai dengan CDC 2015, bahwa epidemiologi gonore selama tahun

2014-2015 mengalami peningkatan dimana berdasarkan jenis kelamin, laki-laki meningkat

18,3% dan tingkat diantara perempuan meningkat 6,8% sedangkan berdasarkan usia, kasus

gonore tertinggi berada pada kalangan remaja dan dewasa muda yaitu laki-laki berusia 20-24

tahun.

Pasien tersebut datang dengan keluhan keluar cairan bernanah dari kemaluan disertai

nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari yang lalu dimana pasien mengaku 4 hari sebelumnya

berhubungan seksual dengan seorang PSK. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa penyakit

gonore adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria

gonorrhoeae, dimana organisme ini dalam proses infeksinya biasanya memerlukan kontak

langsung dengan mukosa dari individu yang terinfeksi biasanya saat berhubungan seksual

(genito-genital, genito-oral maupun genito-rektal) dengan masa inkubasi pada pria biasanya

antara 2-8 hari, walaupun mungkin jarang lebih lama karena kebanyakan infeksi memiliki

gejala 2 minggu setelah paparan. Hanya sekitar 10% infeksi yang tidak bergejala pada pria.

Manifestasi klinis infeksi gonokokus yang umum pada pria adalah urethritis, terjadinya

peradangan membrane mukosa di uretra anterior menyebabkan rasa sakit atau terbakar pada

saat buang air kecil, eritema dan pembengkakan meatus, ditandai dengan keluarnya duh

spontan, seringkali banyak dan dari meatus penis. Salah satu faktor yang berperan dalam

meningkatkan penularan penyakit gonore adalah memiliki jumlah pasangan seks yang

multipel, terutama bila pasangan tersebut termasuk dari kelompok inti, kelompok dengan

perilaku resiko tinggi dalam transmisi (terinfeksi dan menginfeksi) bakteri N. gonorrhea yang

dapat diidentifikasi dengan pekerjaan (PSK, pengemudi truk jarak jauh dan pelayar dll) atau

dari orientasi seksual seperti MSM.

5
Dari pemeriksaan venereologis dijumpai secret berwarna putih kekuningan, kental pada

orifisium uretra eksterna. Menurut kepustakaan, duh tubuh pada urethritis gonore adalah duh

tubuh yang purulent atau sero-purulen pada distal uretra dan akibat terjadinya peradangan

membrane mukosa maka uretra anterior dikelilingi kemerahan dan edema. Uretritis anterior

akut adalah manifestasi infeksi gonokokus paling sering pada pria. Kepustakaan menyatakan

manifestasi infeksi gonokokus paling melibatkan membrane mukosa yang dominan dibatasi

oleh sel epitel kolumnar, sehingga uretra, serviks, rectum, faring dan konjungtiva adalah area

paling sering terlibat.

Pada pemeriksaan secret uretra dengan pewarnaan gram ditemukan diplokokus gram

negative intra/ekstraseluler . Dari kepustakaan disebutkan bahwa pada infeksi N. Gonorrheae,

maka organisme ini biasanya tervisualisasi intraseluler, berlokasi dalam leukosit

polimornonuklear.

Pasien didiagnosis banding dengan urethritis gonore dan urethritis non spesifik. Sesuai

dengan kepustakaan dimana urethritis non spesifik secara klinis sangat sulit dibedakan dengan

urethritis gonore tanpa komplikasi , meskipun sering dibedakan dari duh tubuh. Pada urethritis

gonore, secret lebih kental dan banyak dibandingkan dengan urethritis non gonore, yang lebih

mukoid serta masa inkubasinya yang lebih panjang 1-5 minggu.

Pada pria, uretritis non spesifik juga dapat disebabkan Candida albicans dan

Trichomonas vaginalis. Untuk memastikan penyebab uretritis gonore, maka dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan sekret uretra. Pada kasus ini, pewarnaan gram terhadap sekret uretra

didapatkan adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstraseluler dan pada pemeriksaan

kultur didapati pertumbuhan Neisseria gonorrhoeae sedangkan pada pemeriksaan KOH dan

sediaan basah trikomonas hasilnya negatif. Hal ini menyingkirkan dugaan uretritis non

spesifik, sekaligus menegakkan diagnosis uretritis gonore.5,10 Uretritis gonore dapat ditegakkan

dengan dijumpai dua dari tiga gejala yaitu: duh tubuh uretra dengan atau tanpa disuria, sekret

6
yang purulen atau mukopurulen, diikuti dengan satu dari ditemukannya bakteri diplokokus

gram negatif intra dan ekstraseluler, atau PMN 5 dalam pembesaran 1000x.5,10

Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah cefixime 400 mg dosis tunggal dan

azithromycin 1000gram dosis tunggal. Pasien juga diedukasi untuk tidak melakukan hubungan

seksual selama 7 hari setelah pengobatan. Menurut kepustakaan, pengobatan yang diberikan

pada pasien ini sesuai dengan CDC Sexually Transmitted Disease Treatment Guideline 2015

untuk pengobatan infeksi gonococcus tanpa komplikasi dengan dual terapi, dimana salah satu

pilihannya adalah cefixime 400 mg dosis tunggal yang dikombinasi azitromisin 1 gram dosis

tunggal.5 Uretritis gonore umumnya tidak berdiri sendiri, namun sering bersamaan dengan

infeksi Chlamydia. 10-30% pasien dengan infeksi gonococcus mengalami koinfeksi dengan

Chlamydia walaupun uji Nucleic Acids Amplification Tests (NAATs) untuk C.trachomatis

negatif. Maka, dual terapi rutin dengan azitromisin telah direkomendasikan dan dikatakan

efektif. Selain itu, dual terapi juga menurunkan terjadinya resistensi mikroba.6 Cefixime

merupakan antibiotik golongan cefalosporin generasi ketiga yang diberikan secara oral dosis

tunggal, dimana efek bakterisidal antibiotik ini setara dengan efek bakterisidal seftriakson 250

mg IM.6-8 Cefixime merupakan antibiotik dengan sifat bakterisidal yang kuat dengan inhibisi

mukopeptida pada dinding sel bakteri. Untuk meminimalkan penularan penyakit, penderita

gonore harus diinstruksikan untuk menjauhkan diri dari aktivitas seksual selama 7 hari setelah

perawatan dan sampai semua pasangan seks diobati dengan cukup (7 hari setelah menerima

pengobatan dan penyelesaian gejala, jika ada).3,10,11

Pemeriksaan kembali sekret uretra dengan pewarnaan gram dilakukan untuk

mengantisipasi timbulnya uretritis paska gonore (UPG). UPG merupakan uretritis non spesifik,

yang terjadi segera setelah seseorang sembuh dari uretritis gonore. Hal ini disebabkan karena

terjadi ko-infeksi N. gonorrhoeae dan C. trachomatis maupun penyebab uretritis non-gonore

lainnya. Uretritis non-gonore memiliki masa inkubasi yang lebih panjang dibandingkan

7
gonore, yaitu 1 5 minggu. Ini membuka kemungkinan bahwa pada awal penyakit hanya gejala

klinis uretritis gonore yang tampak, sedangkan uretritis non spesifik masih berada dalam masa

inkubasi.1-3,5,10-13

Prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam ad bonam dan quo ad

sanationam ad bonam. Pada umumnya prognosis infeksi gonore baik jika diobati. Uretritis

gonore jika tidak diobati akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu, namun dapat

mengakibatkan terjadinya komplikasi. Menurut kepustakaan, semua regimen yang

direkomendasikan untuk pengobatan uretritis gonore memiliki rata-rata penyembuhan

mendekati 100%.Keterlambatan pemberian antibiotik, perubahan fisiologi pada pertahanan

host, resistensi respon imun dan bakteri dengan galur yang sangat virulen menyebabkan

penyebaran hematogen dan infeksi diseminata. Komplikasi uretritis gonore antara lain:

epididimitis, orkitis, prostatitis, vesikulitis. Komplikasi dari uretritis ini banyak dan serius,

maka pada pasien diberi konseling tentang penyakitnya dan diingatkan untuk tidak melakukan

hubungan seks bebas atau berhubungan seks aman. 3,9

8
DAFTAR PUSTAKA

1.

Anda mungkin juga menyukai