Anda di halaman 1dari 35

Resume radiologi kelompok A1

Kelainan Tumbuh Kembang Gigi

Tumbuh kembang gigi dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Siklus


tumbuh kembang ini berurutan mulai tahap inisiasi, tahap proliferasi, tahap
histodiferensiasi dan tahap morfodiferensisi, yang kemudian berlanjut pada tahap
pembentukan jaringan keras.
Pada tahap inisiasi (bud stage) terbentuk benih gigi dari epitel mulut.
Selanjutnya ada tahap Proliferasi (cap stage) terbentuk dentin dan pulpa dari hasil
proliferasi sel-sel mesenkim. Sedangkan tahap histodiferensiasi (bell stage) terjadi
diferensiasi seluler yaitu ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi email dan
odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin. Terdapat deposit email dan
matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan
menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya pada tahap
morfodiferensiasi. Dan tahap selanjutnya aposisi akan terjadi pembentukan
matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum.
Dimana juga terdapat tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan
matriks dan garam-garam kalsium. Yang mana saat adanya gangguan pada tahap
ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi. Dan
pada akhirnya gigi akan erupsi.
Kelainan Jumlah Gigi
Dimana akan dijumpai gigi yang berlebih karena benih berlebih atau
penyebab lain dan kekurangan jumlah gigi disebabkan karena benih gigi yang
tidak ada atau kurang.

Etiologinya tidak pasti tetapi dapar bersifat herediter. Faktor lingkungan juga
menyebabkan pecahnya benih gigi ketika masa intrauterine, misalnya radiasi,
trauma, infeksi, gangguan nutrisi dan hormonal.

1. Anodonsia /Hipodonsia

Tidak dijumpainya seluruh gigi geligi dalam rongga mulut disebut anodonsia,
sedangkan hipodonsia yaitu tidak adanya satu atau beberapa elemen gigi. Yang
sering tejadi hipodonsia adalah gigi insisivus lateralis atas, premolar dua bawah,
premolar dua atas, molar tiga dan insisivus sentralis bawah dan nantinya dapat
juga menimbulkan masalah estetis dan diastma.

Hipodontia Oligodontia

2. Supernumerary Teeth

Saat terdapat adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang
normal, Gigi ini bisa erupsi dan bisa juga tidak erupsi. Tanda-tanda klinis gigi
berlebih ini antara lain terhambatnya erupsi gigi sulung, terhambatnya erupsi gigi
pengganti, perubahan hubungan aksial dengan gigi tetangga dan rotasi gigi
insisivus tetap.

Berdasarkan lokasinya gigi berlebih dapat dibagi yaitu :

a) Mesiodens : Jika gigi ini erupsi biasanya ditemukan di palatal atau diantara
gigi-gigi insisivus sentralis dan paling sering menyebabkan susunan yang tidak
teratur dari gigi-gigi insisivus sentralis. Jika tidak erupsi poaiainya juga
diantara kedua gigi insisivus sentralis.
b) Laterodens : Posisinya di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi selain
insisivus sentralis.
c) Distomolar : Lokasinya di sebelah distal gigi molar tiga.
d) Paramolar
Kelainan Bentuk Gigi
1. Fusi

Dimana bersatunya dua benih gigi sehingga pertumbuhannya menjadi satu


dentin dan email pada gigi yang berdekatan. Biasanya gigi ini masing-masing
mempunyai akar dan rongga pulpa terpisah karena adanya tekanan waktu
pembentukan akar.

2. Germinasi

Germinasi terjadi akibat dari suatu benih gigi yang membelah, biasanya gigi
tersebut mempunyai satu akar dengan saluran. Secara klinis terlihat sebagai gigi
kembar atau dempet (fused teeth), umumnya sering terlihat di daerah anterior.

3. Dilaserasi

Berupa pembengkokan ekstrem suatu elemen, mahkota menekuk di atas akar


atau akarnya menunjukkan satu atau lebih tekukan, akar dan mahkota gigi
membentuk sudut 45o sampai lebih dan 90, karena aksi trauma mekanis pada
benih gigi.
4. Peg Shaped

M3 atas sapat mengalami perubahan bentuk dan mahkota bebentuk pasak (peg
shaped) sampai mahkota yang mempunyai cusp ganda. Gigi I2 atas tetap dapat
mengalami anomali berbentuk konus, bagian cervical lebar dan mengecil ke arah
incisal.

5. Concrescence
Keadaan ini adalah fusion atau tumbuh jadi satu pada akar gigi melalui
jaringan sementum setelah akar terbentuk. Kadang-kadang akibat dan trauma.
Sering terjadi pada regio molar atas.

Kelainan Ukuran Gigi


Macrodontia
Yang mana ukuran gigi lebih besar daripada ukuran normal, begitu pula pada
akarnya. Untuk insisiv central ukuran normalnya yaitu 8-10 mm sedangkan untuk
untuk insisiv lateran memiliki ukuran normal yaitu 6 -8 mm. Apabila terjad pada
satu gigi saja atau bersifat lokal, menunjukkan adanya gangguan pada tahap bud
stage.
Microdontia

Yang mana ukuran gigi lebih kecil dibandingkan ukuran normal. Microdontia
dapat melibatkan semua gigi atau terbatas pada satu gigi atau sekelompok gigi.
Apabila microdontia hanya terjadi pada satu gigi saja atau bersifat lokal,
etiologinya terjadi keabnormalan pada tahap bud stage namun apabila terjadi
secara menyeluruh pada semua gigi etologinya adalah gangguan pada endokrin
yaitu berkaitan dengan penyakit dwarfism.

Kelainan Struktur Gigi


1. Amelogenesis Imperfecta

Merupakan kelainan formasi dari enamel atau permukaan luar gigi


permanen yang diturunkan.

Gejala klinis Amelogenesis Imperfekta yaitu mempunyai gigi yang


berwarna abnormal antara putih opaque, kuning, coklat sampai abu-abu, dentin
dan pulpa normal, banyak kehilangan enamel, mempunyai resiko tinggi terhadap
karies, sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Gambaran Radiografi dari amelogenesis Imperfectaseluruh gigi lengkap,


tetapi mahkota gigi-gigi terlihat sangat tipis atau tidak ada email. Gigi-gigi
mirip preparasi mahkota dengan tanda khas ruang interdental yang lebar.
2. Enamel Pearl

Gambaran radiograf dari enamel pearl adalah, tampak adanya benjolan seperti
enamel berbentuk bulat diantara akar.

3. Dentinogenesis Imperfecta

Suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur gigi, akibat terjadi


gangguan pada tahap histodiferensiasi pertumbuhan dan perkembangan gigi. .
Kegagalan odontoblas berdiferensiasi pada tahap ini akan menghasilkan struktur
dentin abnormal, yang dikenal dengan dentinogenesis imperfect.
Terdapat pengerutan pada bagian servikal gigi. Pada pemeriksaan
radiologis terlihat akar yang ramping dan pendek, kavum pulpa terlihat kecil atau
hampir tidak terlihat, saluran akar kecil atau bahkan terlihat seperti garis tipis.
Tubuli dentin terlihat berkurang jumlahnya, dan terlihat tidak beraturan dan
bercabang-cabang.

4. Hipersementosis

Gambaran radiografi dari hepersementosis, akar tampak lebih bulat dari normal
akibat adanya keabnormalan pada saat tumbuh kembang gigi dalam pembentukan
sementum.
Resume Radiologi Kelompok A2
Infeksi Odontogen
Selulitis
Menurut Neville dalam Oral and Maxillofacial Pathology menerangkan
bahwa istilah selulitis digunakan untuk suatu penyebaran oedematus dari
inflamasi akut pada permukaan jaringan lunak dan bersifat difus. Penyebab utama
selulitis fasialis ialah Staphylococcusaureus dan Streptococcus B hemolyticus.

Gejala klinis berupa rasa sakit, pembengkakan trismus, disfagia limfadenitis,


demam dan malaise tergantung agresivitas dari agen yang terlibat, kemampuan
pertahanan host dan waktu serta efektivitas perawatan.

Dan digolongkan menjadi 2 jenis menurut Berini, et al. dalam buku


Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis :

1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut

Pada infeksi ini mengandung serous, sangat lunak dan spongius. Selulitis yang
terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas
batasnya.

2. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut

Infeksi yang mengandung suppurasi yang purulen.


Osteomyelitis

Infeksi terjadi pada bagian terkalsifikasi ketika pus dan edema pada
kavitas sumsum dan di bawah periosteum menghambat suplai darah lokal
sehingga terjadi iskemia dan tulang terinfeksi menjadi nekrosis dan memicu
pembentukan sequester. Hal ini merupakan tanda klasik dari osteomyelitis.
Walaupun osteomyelitis mempunyai banyak faktor penyebab seperti luka trauma,
radiasi, dan beberapa substansi kimia.

Etiologinya infeksi odontogenik langsung dari pulpa ke rahang, infeksi


tulang dari infeksi odontogenik supuratif yang sebelumnya sudah terjadi, seperti
abses periapikal, poket periodontal pada tulang rahang yang mengalami fraktur,
granuloma atau kista periapikal terinfeksi, gingivitis ulseratif nekrosis akut, abses
periodontal, perikoronitis, dan gigi fraktur atau ujung akar gigi yang tertinggal
(Pramod and Pramod, 2014; Purkait, 2011).
A B

Gambar : Osteomyelitis pada mandibula; pasien laki-laki usia 58 tahun dengan


rasa nyeri dan pembengkakan perimandibular.
A. Gambaran radiografi panoramik menunjukkan destruksi tulang yang difus
pada molar dan sequestrum terduga pada premolar.
B. Gambaran CT axial menunjukkan destruksi yang melebar dari foramen
mentalis (tanda panah atas) ke area molar dan defek pada tulang kortikal
lingual, namun tak ada sequestrum. Perhatikan bagian kecil di periosteal
bukal pada regio molar (tanda panah) (Larheim and Westesson, 2006).

Gambar : Osteomyelitis kronis


pada regio molar dan premolar
satu di bagian kiri mandibula
(Fragiskos, 2007)
Ludwig Angina / Flegmon

Penyebabnya biasa akibat infeksi bakteri, terutama bakteri streptococcus


hemolitikus dan bakteri pyogenik anaerob. Yang mana flegmon merupakan
selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular
bilateral. Flegmon mempunyai gejala klinis seperti pada keadaan akut, keadaan
umumnya akan turun, suhu dan nadi meningkat, leukosit tinggi , adanya
pembesaran kelenjar limfe submandibula, sublingual dan submental.

Flegmon ini harus ada pembengkakan ekstra oral dan intra oral, minimal
melibatkan tiga spasium, dan salah satu spasium yang terlibat harus ada yang
bilateral.

Infeksi Periodontal
Periodontitis Kronis

Pada pasien periodontitis kronis yang belum ditangani meliputi akumulasi


plak pada supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, pembentukan poket,
kehilangan periodontal attachment, kehilangan tulang alveolar, dan kadang-
kadang muncul supurasi. (Carranza, 2002)

Destruksi tulang yang terjadi


akibat periodontitis kronis
umumnya dianggap memiliki
keterkaitan dengan lamanya
waktu.
Klasifikasi Periodontitis Kronis :

1. Slight / mild periodontitis kronis : Telah terjadi absorpsi tulang alveolar dan
terbentuk pocket yang kedalamannya tidak lebih dari 1 hingga 2 mm.

Gambar : Radiografi mild periodontitis

2. Moderate Periodontitis Kronis : telah terbentuk pocket sedalam 3 hingga 4 mm.


serta adanya kemungkinan terjadi bone loss tipe horisontal atau vertikal.

Gambar : Radiografi moderate periodontitis


3. Severe periodontitis kronis : Telah terbentuk pocket sedalam 5 mm atau lebih.
Ditandai dengan terjadinya bone loss tipe horisontal dan vertical.

Gambar : Radiografik severe periodontitis


Periodontitis agresif
Localized Agressive Periodontitis

terlihatnya deep periodontal pocket, migrasi distolabial dari insisivus rahang atas diikuti
dengan diastema, bertambahnya mobility molar satu merupakan gambaran klinisnya.

Gambaran radiografi
Terlihat adanya vertical loss pada tulang alveolar di sekitar molar
pertamadan insisivus. Juga terdapat gambaran arc-shaped loss of alveolar bone
yang berjalan dari permukaan distal premolar dua ke permukaan mesial molar
kedua.

Generalized Agressive Periodontitis

Pada pasien generalized aggressive periodontitis biasanya juga hanya memiliki


sedikit plak yang menepel pada gigi yang terinfeksi.
Gambaran radiogafi
Tingkat keparahan generalized aggressive peiodontitis dapat dilihat dari tingkat
bone loss yang berhubungan dengan kehilangan gigi.

Necrotizing Ulcerative Periodontitis (N.U.P)


periodontitis yang biasanya terjadi setelah episode berulang dari gingivitis ulseratif
nekrosis akut dalam jangka waktu lama, yang tidak dirawat atau dirawat tetapi tidak
tuntas. Gambaran klinis yang jelas pada NUP yaitu kehilangan perlekatan dan kehilangan
tulang. Penambahan adanya manifestasi oral, seperti yang telah disebutkan, pada
penderita NUP juga terdapat oral malodor, demam, malaise atau limpadenopati.
Necrotizing ulcerative gingivitis

Jika terjadi defomitis tulang akan memperlihatkan tanda radiografik yaitu


hilangnya lamina dura dan tulang alveolar.

Periapikal Granuloma
Merupakan lesi yang berbentuk bulat dengan perkembangan yang lambat.
Periapikal granuloma terlihat sebagai gambaran radiolusen yang menempel pada
apex dari akar gigi. Sebuah gambaran radiolusensi berbatas jelas atau difus
dengan berbagai ukuran yang dapat diamati dengan hilangnya lamina dura,
dengan atau tanpa keterlibatan kondensasi tulang.
Periodontitis Apikalis Akut
Peradangan lokal yang terjadi pada ligamentum periodontal didaerah apikal.
Penyebab utama adalah iritasi yang berdifusi dari nekrosis pulpa ke jaringan
periapikal seperti bakteri, toksin bakteri, obat disinfektan, dan debris.
Gambaran radiografi terlihat adanya penebalan ligamentum periodontal
dan resopsi tulang alveolar.

Gambaran radiografi dari periodontitis periapikal akut


Sumber : Ingle J.I. Endodontics 5th ed. 2002.p.180.

Periodontitis Apikalis Kronis


Secara radiografis periodontitis apikalis kronis menunjukkan perubahan
gambaran dasar radiolusen periapikal. Perubahan berawal dari penebalan
ligamentum periodontal dan resopsi lamina dura kemudian terjadi destruksi tulang
periapikal.

Gambaran radiografi dari periodontitis periapikal kronis


Sumber : Ingle J.I. Endodontics 5th ed. 2002.p.180.

Abses Odontogenik
Abses periapikal
Ditandai dengan adanya pelebaran membran periodontal di daerah periapikal
sebagai akibat dari suatu peradangan. menyebabkan demineralisasi dari tulang
alveolar dan sekitarnya sehingga terlihat gambaran radiolusen yang meluas
disekitar apeks dengan batas yang difus. Lamina dura di daerah apeks gigi
terputus.

Abses Apikalis Akut


Merupakan proses inflamasi pada jaringan periapikal gigi, yang disertai
pembentukan eksudat. Gambaran radiografis abses apikalis akut, terlihat
penebalan pada ligamen periodontal dengan lesi pada jaringan periapikal.

Gambaran radiografi dari abses periapikal akut


Sumber : Ingle J.I. Endodontics 5thed. 2002.p.185.
Resume Radiologi Kelompok A3

Kista Odontogenik

Kista adalah rongga patologik yang dibatasi oleh epitelium yang dikelilingi
oleh jaringan ikat fibrokolagen. Kista odontogen adalah kista yang berasal dari
sisa-sisa epitelium pembentuk gigi (epitelium odontogenik). Seperti kista lainnya,
kista odontogenik dapat mengandung cairan atau gas.

Kista dentigerous

Dimana kista ini menutupi mahkota dari gigi yang belum erupsi dengan
ekspansi dari folikelnya, dan melekat pada leher gigi. Etiologinya yaitu kegagalan
erupsi gigi, infeksi pada masa gigi anak-anak, kekurangan asupan nutrisi pada saat
pertumbuhan dan perkembangan gigi.

Tepi sklerotik yang berbatas


tegas jika tidak terjadi infeksi.

Menunjukkan daerah
radilolusen yang unilokuler
pada mahkota dari gigi yang
tidak erupsi .

Selain itu juga biasanya


ditemukan resorpsi
radiks gigi di daerah
yang berdekatan dengan
lesi.

Buccal Bifurcation Cyst

Kista odontogenik yang muncul berasal dari sel epitel yang terletak
diligamen periodontal mandibula bagian bukal akibat peradangan, yang biasanya
muncul di daerah bifurkasi bukal.
Sering terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan. Pada
beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa region radiolusen berlapis pada
gambaran akar molar.

Kista Radikular

Merupakan suatu kista yang berasal dari inflamasi (granuloma periapikal


kronis), serta hasil stimulasi sisa-sisa epitel Malassez ataupun trauma. Tekanan
kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan oleh
timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang
bersangkutan menjadi renggang, Gigi juga dapat menjadi goyang.

Gambaran radiografisnya yaitu pada lokasinya mendekati apeks gigi.


Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi
inflamasi disekitar tulang menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks).
Odontogenic keratocyst (OKC)

Keratokista pertama kali diperkenalkan oleh Philipsen, merupakan kista yang


di dalamnya terdapat jaringan keratin dalam bentuk besar. OKC ini berasal dari
sisa-sisa dental lamina atau sisa sel-sel basal epitel rongga mulut.

Gambaran radiografis, telihat sebagai daerah radiolusen kecil berbentuk bundar


atau oval. (unilokuler), kadang dapat berbentuk multilokular. Menunjukkan batas
yang jelas berupa radiopak sangat tipis.
Resume Radiologi Kelompok A4

Tumor Jinak
Ameloblastoma

Pada ameloblastoma solid rongga yang ada padat karena berisi sel-sel stellate
reticulum. Ameloblastoma multikistik dapat terjadi karena ada sel-sel ameloblast
pada kapsul tumor tersebut yang keluar lalu berdegenerasi membentuk lapisan
kista baru. Ameloblastoma perifer kemungkinan berasal dari sisa-sisa epitel
odontogen di bawah mukosa rongga mulut atau dari sel epitel basal.

Gambaran Radiografis Ameloblastoma


Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai gambaran
radiolusensi yang multiokular atau uniokular.
a. Multilokular

Sumber gambar: DDS, Chaper Hill, NC


Menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh septa tulang yang
memperluas membentuk masa tumor. Gambaran multiokular ditandai dengan
lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble.
b. Unilokular
Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan tulang
kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.
Tumor jinak odontogen darimesenkim
-Odontogenic Myxoma

Berdasarkan WHO, gambaran radiograf dari odontogenic myxoma


dideskripsikan sebagai area radiolusen multipel dengan ukuran yang bervariasi,
dipisahkan oleh septa tulang dengan border yang poorly-defined.

Border dari lesi ini bisa dikatakan well-defined jika batasnya jelas, dan
dapat dikatakan diffuse jika batas margin dari lesi tidak dapat dilihat dengan jelas
pada radiograf dan zona transisi antara lesi dan tulang normal susah dibedakan
dan kabur.

Sementoblastoma

Pada radiograf, sementoblastoma tampak sebuah massa yang radiopak yang


menempel pada akar gigi yang terkena dengan dikelilingi gambaran radiolusen
disekitarnya. Pada radiograf panoramik dapat didefinisikan yaitu berupa radiopak
dengan dikelilingi zona radiolusen periferal, dan tampak resorpsi akar dari molar
satu mandibula. (Fig. 1)

Differential diagnose dari sementoblastoma adalah osteoblastoma dan


osteosarcoma.
Tumor jinak odontogen epitel dan mesenkim

-Ameloblastik Fibroma

Ameloblastic fibroma diklasifikasikan sebagai tumor jinak yang


dikarakteristikkan dengan proliferasi neoplastik sel dewasa yang berasal dari
epitel odontogenik dan mesenkim dari benih gigi yang sedang berkembang.

Gambaran radiograf berbatas jelas dan mirip dengan kista. Ameloblastic


fibroma terlihat radiolusen, sering ditemukan unilocular dan multilocular. Jika
lesinya besar mungkin akan meluas ke dalam tulang, ke permukaan bukal/lingual
tulang rahang.

FIG. 20-28 An ameloblastic fibroma in the body andramus of the right


mandible. (A), A panoramic radiograph (B), An occlusal radiograph showing
mediolateral
expansion of the mandible adjacent to the lesion.
Odontoma

Pinggiran dari odontoma berbatas jelas dan halus atau irregular. Sebagian
besar outlinenya berupa kortikal dan berdekatan dengan outline terdapat kapsul
jaringan lunak. Struktur internalnya terdiri dari lesi yang radiopak.

Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang mirip gigi


dengan ukuran dan bentuk variatif dikelilingi daerah radiolusen yang tipis.
Complex odontoma menunjukkan gambaran radiopak pada struktur gigi yang
dikelilingi garis radiolusen tipis.

Radiograf Complex
Odontoma
Radiograf Compound
Odontoma

Tumor Jinak Non-odontogen


-Osteoblastoma

Gambaran Klinisnya didapat terutama pada dewasa muda, dengan keluhan


nyeri pada tulang yang bersangkutan. Dapat mengenai tulang panjang dan pendek
dengan predileksi pada tulang vertebra.

Gambaran radiografnya tampak daerah osteolitik dengan pinggir yang


tidak/sedikit sklerotik. Gambaran mirip dengan abses tulang. Lesi radiolusen
ditemukan matriks tipe radiodensities.Ukuran lesi lebih besar dari 2 cm. Foto MRI
menunjukkan lokasi yang eksentris dan ekspansi jaringan kortikal.

Osteoblastoma
pada bagian
rahang bawah
kanan

Hemangioma

Biasanya tanpa keluhan atau asimtomatis. Lesi ditemukan dengan foto


rontgent atau autopsy. Gambaran radiologi terdapat gambaran corduroy. Pada CT
scan ditemukan gasmbaran polka dot yang menunjukkan pembuluh darah pada
potongan melintang.
Neurofibroma

Neoplasia ini berkembang dari berkas syaraf dan batang syaraf yang besar,
menghasilkan pembesaran tumor. Pada gambaran radiografi, Batas tepi terdapat
radiolucen tajamdidefinisikan dapat corticated. Namun, meskipun bersifat jinak
danpertumbuhan yang lambat, beberapa lesi ini memiliki batas yang tidak
jelas.Tumor biasanya muncul unilokular namun terkadang juga memiliki bentukan
multilocular. Neurofibroma pada saraf gigi rendah menunjukkan pembesaran
fusiform kanal.

Osteoma

Osteoma dapat terbentuk dari membran tulang tengkorak dan wajah.


Gambaran radiografi osteoma terdiri semata-mata dari tulang kompak seragam
radiopak dengan batas jelas yang mengandung tulang menunjukkan bukti
cancellous struktur trabekula internal. Paling sering pada aspek posterior
mandibular, umumnya di sisi lingual ramus atau di perbatasan mandibula di
bawah molar. Lokasi lain termasuk daerah condylar dan coronoid.
Resume Radiologi Kelompok A5

Tumor Ganas Rongga Mulut

Tumor ganas rongga mulut atau biasa disebut kanker adalah tumor yang
tumbuhnya cepat, dapat menyerang jaringan di sekitarnya, masuk ke pembuluh
darah, dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Ameloblastoma Ganas (Ameloblastik Sarcoma)

Lesi yang tampak unilokular, multilocular, memberikan penampilan honeycomb


atau soap bubble seperti yang terlihat dalam ameloblastomas jinak.

Osteosarkoma

Osteosarcoma biasanya sering terdapat pada alveolar ridge, maksila dan


mandibula. Tumor terbentuk karena akumulasi pembentukan osteoid (tulang
muda) langsung dari osteoblast (Sel mesenchyme primitiv) tanpa melalui fase
chondroblast.

Ada 3 kemungkinan gambaran Rx

Osteolitik : terlihat gambaran destruksi tulang

Osteoblastik : terlihat gambaran tulang baru

Campuran Osteolitik dan Osteoblastik


Tampak area
radiopaque
dengan
trabekula
tulang yang
membentuk
gambaran
sunray
(tumpukan
Chondrosarcoma/Chondrogenic sarkoma osteoid)

Berasal dari tulang rawan. Lesi umumnya bulat, bulat telur, atau lobulated.
Chondrosarcomas biasanya menunjukkan beberapa bentuk kalsifikasi di dalam
pusatnya, sehingga memberi gambaran radiolusen-radiopak campuran.

Pada radiagraf, tampak daerah radiolusen dengan bercak-bercak perkapuran


yang tidak jelas.

Fibrosarcoma

Bersifat osteolitik, tepi luar tulang yang rusak tidak jelas. Terjadi pada mandibula
dengan jumlah terbesar ini terjadi di daerah premolar-molar.

Pada gambar A terlihat sebuah


lesi radiolusen besar dengan
batas tidak teratur masuk ke
ramus mandibula kanan
pada gambar B terlihat setelah 3
bulan pertumbuhan massa
tumor terlihat dengan
peningkatan mencolok dari
struktur radiopaque
Karsinoma Sel Skuamosa

Berasal dari sel-sel epitel skuamosa yang cenderung menginfiltrasi jaringan


sekitarnya dan biasanya menimbulkan metastase. Menghasilkan radiolusensi yang
polymorphous dan garis tidak teratur.

Pada gambar menunjukan


Seorang wanita 32 tahun
memiliki deposit metastasis
kanker payudara pada akar
dari gigi molar mandibula
yang menyerupai penyakit
inflamasi periapikal.

Pada gambar A, metastatik karsinoma sel ginjal menyajikan sebagai massa


ulserasi pada margin palatal dan gingiva atas.
pada gambar B, menunjukkan karsinoma sel ginjal metastasis di dasar mulut
Resume Radiologi Kelompok A6

Fraktur Pada Gigi dan Rahang

Interpretasi pada gambaran radiografi adalah sebagai berikut:


Garis radiolusen : Jika diantara fragmen tulang terpisah (Pada gambar A dan B),
garis radiopak : Jika fragmen-fragmen saling menutupi (Pada gambar D),
perubahan outline tulang : Jika fragmen tulang displaced, menghasilkan step
deformity dari lower border atau occlusal plane (Pada gambar C).

Fraktur : fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya
fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau
benturan.

Enamel Infraction

Berupa retakan pd email tanpa adanya substansi gigi dan penampakan mikroskop,
tampak seperti garis gelap yang parallel terhadap prisma email dan berhenti pada
dentinoenamel junction.

Enamel infraction
Fraktur enamel

Fraktur yang berupa hilangnya substansi gigi berupa lapisan email saja, belum
melibatkan struktur dentin

Fraktur enamel dentin(Uncomplicated crown fracture)

Fraktur yg mengenai email & dentin nemun pulpanya tidak terbuka

Fraktur mahkota kompleks (Complicated crown fracture)

Dapat dilihat pada gambaran radiograph dibawah ini terjadi keterlibatan enamel,
dentin dan ruang pulpa.

Fraktur akar

Fraktur yang mana melibatkan dentin sementum dan pulpa, tanpa keterlibatan
enamel.
Macam-macam fraktur pada gigi dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:

LUXATION

1. Conccusion

Injury pada struktur pendukung gigi tanpa menyebabkan peningkatan mobilitas


gigi atau perpindahan gigi.

2. Subluxation

Injury pada struktur pendukung gigi yang mengakibatkan peningkatan mobilitas


gigi tetapi tanpa adanya perpindahan gigi.

3. Avulsion

Gigi sudah keluar dari soketnya. Soket gigi ini sudah kosong dan terisi oleh
koagulum.
Fraktur Prossesus Alveolaris

Alveolar fracture combined


with fracture through
symphysis

Fraktur Mandibula

Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula).

Gambar :Ada gambaran


radiolusen (fraktur) yang
memisahkan antara ramus
mandibular dengan prosesus
koronoideus

Fraktur
sudut
mulut

Radiolusen pada ramus mandibular


sebelah kiri dan juga pada symphysis
mandibular tetapi tidak diikuti dengan
perpindahan mandibular
FRAKTUR 1/3 FACIAL SKELETON

Dento-alveolar Fractures / proc. Alveolaris maksilla

Fraktur yang melibatkan tulang alveolar dengan gigi atau fraktur yang terjadi pada
processus alevolaris dengan melibatkan fraktur pada maksila.

Central middle third fractures; terdiri dari:

Le Fort I :
Fraktur pada sebagian dinding sinus maksilaris(SM), palatum, bagian bawah
proc.pterygoideus, bawah proc. Zygomatikus Klinis : maloklusi, RA seperti lepas
Disebut juga dengan fraktur guerin.

Le Fort II :

Fraktur pada bagian bawah os. Nasi, dinding orbita medial dan inferior, dinding
lateral SM dan septum nasi. Klinis : wajah bengkak (month face), perdarahan
hidung.

Le Fort III :

Fraktur pada os.nasi,dinding medial dan leteral cavum orbita, arkus zigomatikus,
septum nasi. Klinis : edeme 1/3 tengah wajah (month face), edem konjuntiva,
kerusakan orbita(bleeding, penglihatan menurun), bleeding hidung.
Fractures of zygomatic

Fractures af the orbitale

Fraktur dinding medial dan atap orbital divisualisasikan buruk pada radiografi
polos.Ketika kecurigaan klinis dari fraktur orbital berlanjut tetapi temuan
radiografi polos yang samar-samar atau biasa-biasa saja, CT studi scan diperlukan
untuk penilaian yang lebih definitif orbit.

Fractures of the naso-ethmoidal complex

Pada gambaran radiografi, Kominusi (pecah/hancur) kedua rahang atas


medial dalam pola fraktur yang melibatkan tulang hidung dan septum, sinus
ethmoid, dan dinding orbital medial.
Resume Radiologi Kelompok A7

Kelainan Periodontal

Periodontitis

Periodontitis melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi


dan jika tidak diobati dapat menyebabkan melonggarnya jaringan periodontium
serta kehilangan gigi. Gambaran radiografis dapat terjadi bone los dan furcation
involvements.

Faktor lokal penyebab periodontitis antara lain : Kalkulus, karies, tumpatan


overhanging, impaksi.
Klasifikasi periodontitis berdasarkan eganasan penyakit dibagi menjadi :

1) Slight (mild) periodontitis

Kerusakan periodontal yang ringan dan hilangnya attachment tidak lebih


dari 1-2 mm.

2) Moderate periodontitis

Kerusakan periodontal yang sedang dan hilangnya attachment 3-4 mm.


3) Severe periodontitis

Kerusakan periodontal yang berbahaya dan hilangnya attachment lebih


dari 5mm.
DAFTAR PUSTAKA

White C.Stuart; Michael J.Pharoah., 2009, Oral Radiology: Principles and


Interpretation, 6e. Elsevier Inc. India
Carranza, F.A. 2013. Glickman's clinical Periodontology, 12th Ed. Philadelphia
:W.B SaundersCompany
Clark. 2005. Clarks Positioning Radiography. 12 th ed. Amold Publishers.
London
Pasler. Pocket Atlas of Dental Radiology. Thieme. 2007. hlm : 256
Eric Whaites. Essential of Dental Radiography and Radiology. 3th
Ed. Churchill Livingstone. 2003. hlm : 302
Cawson R.A. dan Odell E.W. Cawsons essentials of Oral Pathology and Oral
medicine,eighth edition. London : Churchill Livingstone; 2008
Dr Jeremy Jones, Dr Dalia Ibrahim,et al. 2015. Naso-orbitoethmoid (NOE)
complex fracture
Peterson L J., et al. 2003. Contemporary Oral and Maxillofascial Surgery. 4th
ed. Mosby. Saint Louis. Missouri
Yochum TR, Rowe LJ. 2005. Yochum and Rowes Essentials of Skeletal
Radiology. Volume 1. Third Edition. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins. Pp. 1374
Sanghai S, Chatterjee P. 2009. A Concise Textbook of Oral and Maxillofacial
Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Pp. 137-138

Anda mungkin juga menyukai