URAIAN PROSES
2.1 Bahan Baku
Secara kimia, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan semen harus
mengandung senyawa Oksida Kalsium (CaCO3), Oksida Aluminium (Al2O3),
silika (SiO2), dan besi (Fe2O3). Sehingga bahan baku pembuatan semen dapat
dikelompokkan yaitu bahan baku utama, bahan baku penunjang (korektif) dan
bahan baku tambahan.
20
21
Adapun sifat-sifat fisika bahan baku utama dapat dilihat pada Tabel 1.2
berikut ini.
Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang diperlukan adalah
Oksida Kalsium (CaO), Oksida Silika (SiO2), Oksida Aluminium (Al2O3) dan
Oksida Besi (Fe2O3). Disamping senyawa-senyawa tersebut, terdapat juga
senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus dibatasi,
seperti Magnesium Oksida (MgO), Alkali, Klorida, Sulfur, dan Fosfor.
a. Oksida Kalsium (CaO)
Dalam proses pembuatan semen, Oksida Kalsium merupakan komponen
yang terbesar jumlahnya, dan akan bereaksi dengan Oksida Silikat,
Aluminium Silikat, Alumina, dan Oksida Besi dan membentuk senyawa
mineral potensial penyusun kekuatan dalam semen.
b. Oksida Silika (SiO2)
Oksida Silika merupakan oksida komponen terbesar kedua setelah Oksida
Kalsium. Oksida ini juga sangat menentukan dalam pembentukan mineral
potensial. Oksida Silikat diperoleh dari penguraian dan dekomposisi
22
f. Oksida Belerang
Oksida belerang yang sebagian besar berasal dari bahan bakar dan
senyawa sulfur dari bahan mentah, akan sangat mengganggu proses
pembakaran di kiln. Oksida belerang pada suhu tinggi 1450 oC akan
menguap dan akan bereaksi dengan alkali membentuk senyawa alkali
sulfat yang akan terkondensasi atau mengembun pada suhu 1000 oC. SO2
berlebih akan bereaksi dengan CaO membentuk CaSO4 yang akan
menyebabkan kebuntuan pada daerah preheater atau dalam istilah operasi
bisa disebut dengan build up di inlet kiln, dan bisa menyebabkan
berhentinya operasi kiln.
g. Klorida
Klorida biasanya berasal dari tanah liat. Pada suhu pembakaran di buring
zone, klorida akan menguap dan akan mengembun membentuk coating
yang juga akan menyebabkan terjadinya build up. Apabila kandungan
klorida dalam bahan semen cukup tinggi dilakukan antisipasi dengan
melengkapi kiln dengan system by pass untuk mengeluarkan secara
periodik. Kandungan klorida dalam semen akan menyebabkan karat pada
besi beton.
h. Fosfor Oksida
Kandungan Fosfor Oksida dalam bahan baku sangat rendah. Oksida ini
dalam jumlah besar akan merugikan kualitas semen, karena akan
menurunkan kuat tekan semen, khususnya pada kuat tekan awal.
Tabel 2.2 Pengaruh Oksida Utama pada Pembentukan Klinker dan Sifat
Semen
Tabel 2.3 Pengaruh komposisi kimia terhadap raw mix dan sifat semen
Variabel
Kadar Dampak
Pengaruh
Silika Rasio SiO2 tinggi atau kadar Raw mix sulit dibakar dan klinker akan
Al2O3 dan Fe2O3 rendah berdebu
Jumlah C3S rendah, kekuatan awal
semen tinggi.
Kekuatan awal rendah, kekuatan awal
semen tinggi..
Free CaO tinggi, sifat coating jelek
dan tidak tahan terhadap thermal
shock
Silika Rasio SiO2 rendah atau kadar Temperatur klinkerisasi dapat lebih
Al2O3 dan Fe2O3 tinggi rendah, pembentukan klinker lebih
mudah terbakar.
Kemungkinan terbentuknya ring
formation dalam kiln.
Jumlah C3S tinggi.
Kekuatan awal lebih rendah,
kebutuhan bahan bakar rendah.
Klinker berbentuk bola, dan sulit
digiling, setting time semen pendek
Alumina Alumina rasio tinggi jika Setting time semen sulit dikontrol
Rasio kadar Al2O3 tinggi atau (pendek), panas hidrasi selama setting
kadar Fe2O3 rendah tinggi.
Kadar C3S tinggi, menurunkan kadar
CSF4F, menaikkan kadar C3A.
Rendahnya daya tahan terhadap
serangan air laut
Liquid phase cenderung tinggi dan
terlalu viskositas
25
tertentu dan ditanami rumput agar tidak terjadi erosi, sehingga kelak dapat
dipakai sebagai reklamasi bekas bekas penambangan.
b. Stripping of Over Burden (Pengupasan Tanah Penutup)
Stripping of Over Burden adalah kegiatan pengupas tanah penutup yang
mempunyai ketebalan lebih kurang 4 meter dengan menggunakan alat gali
Back Hoe UH 20. Lapisan tanah selanjutnya digali dan dimuat ke dalam
Dump Truck HD 200 kemudian dibuang ke tempat pembuangan di sebelah
tenggara front.
c. Drilling (Pengeboran)
Untuk penambangan batu kapur terlebih dahulu dilakukan pengeboran
guna pembuatan lubang ledak (Blast Hole). Jenis alat yang digunakan pada
front penambangan batu kapur ada tiga jenis yaitu jack hammer, wagon
drill, dan rotary drill.
Jack hammer digunakan untuk bongkahan-bongkahan (Boulder)
yang terdapat pada bagian atas dari batu kapur untuk memudahkan
operasi. Wagon drill dan rotary drill digunakan bila permukaan batu kapur
sudah cukup rata dan dioperasikan untuk pembuatan lubang ledak.
Geometri lubang ledak produksi PT Semen Baturaja (Persero) terdiri dari
burden 2,5 meter, kedalaman lubang ledak bor rata-rata 7 meter, posisi
kemiringan lubang 80o dan spacing 3 meter. Jika pengeboran telah selesai,
dilanjutkan dengan pengisian lubang ledak dengan bahan peledak.
d. Blasting (Peledakan)
Perlengkapan peledakan secara umum terbagi antara lain :
1. Penggalak awal (Detonator listrik, sumbu ledak)
2. Penggalak utama (primer, Booster)
3. Penggalak nyala panas atau arus listrik (kabel listrik, sumbu bakar).
4. Sumber nyala atau arus listrik (Blasting Machine).
Adapun bahan peledak yang dipakai :
Damotion 805, bahan peledak dengan bentuk seperti dodol yang
pekat dengan melarutkan Nitro Catton dalam Nitro.
ANFO campuran Ammonium Nitrat dengan bahan bakar solar
dengan perbandingan berat 94 % - 6 %.
30
Tepung baku yang telah terpisah dari gas panas selanjutnya di masukkan ke
CF Silo ( Continous Flow Silo ) dengan menggunakan alat transport berupa
fluxoslide dan belt bucket elevator. Di dalam CF Silo raw meal akan
dihomogenisasi dan di simpan serta siap di umpan ke kiln. Produk atas dari
Cyclone separator adalah uap air , gas panas dan sebagian debu yang terikat pada
waktu pemisahan ini di transportasikan ke Electric Precipitator. Di
dalam Electric Precipitator ini debu ditangkap oleh elektroda-elektroda
yang bertegangan tinggi . Debu yang terkumpul ini di kembalikan lagi ke CF
Silo. Sedangkan gas panas dari kiln, uap air dan sebagian debu yang tidak
tertangkap oleh elektrode elektroda Electric Precipitator di transportasikan ke
cerobong (stack) dengan bantuan sebuah fan adalah IDF fan.
1. Penggilingan Batubara
Raw coal yang diperoleh dari PT. Bukit Asam (Persero) digiling dengan
coal mill dan ditumpuk dalam dome storage, selanjutnya reclaimer akan
menggaruk batubara untuk dijatuhkan dalam belt conveyor. Kemudian oleh
bucket elevator material dibawa ke raw coal silo.
34
kalsinasi didalam kiln menjadi lebih ringan atau berkurang. Menurut teori
atau neraca panas pada pembakaran, bahwa panas yang dibangkitkan dari
bahan bakar sebagian besar dipakai untuk proses calsinasi di calsiner
preheater dan sebagian kecil dipakai dalam proses klinkerisasi di kiln.
1. Proses Pembakaran
Produk dari Raw Mill (raw meal) yang telah dihomogenisasi di dalam
Continous Flow Silo dikeluarkan dan dengan menggunakan serangkaian
peralatan transport, bahan di umpankan ke kiln. Bahan yang di umpankan ke
Kiln di sebut umpan baku atau umpan kiln (kiln feed). Proses pembakaran
yang terjadi meliputi pemanasan awal umpan baku di preheater
(pengeringan, dehidrasi dan Dekomposisi), pembakaran di kiln (klinkerisasi)
dan pendinginan di Grate cooler (quenching). Peralatan utama untuk
pembakaran PT. Semen Baturaja (Persero) adalah Rotary kiln yang
dilengkapi dengan Suspension Preheater.
a. Pengeringan
Pengeringan di sini adalah proses penguapan air yang masih terkandung
dalam umpan baku. Terjadi pada saat umpan baku kontak dengan gas panas
pada temperature sampai 200 C.
b. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined water)
yang terikat secara molekuler di dalam mineral mineral umpan baku.
Proses ini terjadi temperatur 100 400 C. Kondisi ini menyebabkan
struktur mineral menjadi tidak stabil dan akan terurai menjadi pada
temperature 400 900 C.
c. Dekomposisi dan Kalsinasi
Dekomposisi adalah proses penguraian atau pemecahan mineral mineral
umpan baku menjadi oksida oksida yang relatif terjadi pada temperatur
400 900 C.
d. Klinkerisasi
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa penyusun semen Portland,
baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Pada temperatur 1260 -
1310 C mulai terjadi lelehan terutama terdiri dari komponen Al203 dan
36
4. Cooling Zone
37
Temperatur
Proses yang terjadi Reaksi
(0C)
100-600 Penguapan air hidrat dari tanah liat CaCO3 CaO(s) + CO2