Untuk 5 mL larutan HCl (larutan blanko) yang jernih dan tidak berwarna lalu
diberi 2 tetes indikator phenolphtalein maka larutan tetap jernih, tak berwarna. Lalu
larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N, setelah mencapai titik ekivalen larutan
menjadi jernih dan berwarna merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi
dengan NaOH dengan rata-rata 3,6 mL.
Untuk erlenmeyer I yang berisi 5 mL HCl 2N + 1 mL Etanol + 4 mL Asam Asetat, maka
larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum dititrasi ditetesi 2 tetes indikator
phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N
hingga mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan
berwarna merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 6,8 mL.
Untuk erlenmeyer II yang berisi 5 mL HCl 2N + 2 mL Etanol + 3 mL Asam Asetat, maka
larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum dititrasi ditetesi 2 tetes indikator
phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N
hingga mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan
berwarna merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 5,6 mL.
Untuk erlenmeyer III yang berisi 5 mL HCl 2N + 3 mL Etanol + 2 mL Asam Asetat, maka
larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum dititrasi ditetesi 2 tetes indikator
phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N
hingga mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan
berwarna merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 4,6 mL.
Untuk erlenmeyer IV yang berisi 5 mL HCl 2N + 4 mL Etanol + 1 mL Asam Asetat, maka
larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum dititrasi ditetesi 2 tetes indikator
phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N
hingga mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan
berwarna merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 3,8 mL.
Selanjutnya menghitung mol mula-mula untuk etanol dan asam asetat dengan menggunakan
persamaan berikut :
Mol Etanol =
Dimana massa jenis etanol 0,79 g/mL dan massa molarnya 46 g/mol, sedangkan untuk asam
asetat massa jenisnya 1,05 g/mL dan massa molarnya 60 g/mol. Perhitungan dilanjutkan
dengan menghitung mol titrasi dengan menggunakan persamaan berikut :
Setelah diketahui mol sisa dari seluruh zat, maka dapat dihitung konstanta kesetimbangannya
denga persamaan berikut :
Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan yang di atas didapat
nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut adalah -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849.
IX. Diskusi
Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan yang di atas didapat
nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut adalah -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849.
Hasil dari perhitungan Kc tidak sesuai dengan nilai Kc secara teoritis yaitu 4,2 x 10-
2
. Selain itu nilai Kc untuk erlenmeyer I dan II memiliki perbedaan yang signifikan
dengan nilai Kc untuk erlenmeyer III dan IV dimana pada Erlenmeyer I dan II
menghasilkan Kc yang bernilai minus. Namun, nilai Kc untuk erlenmeyer III dan IV
memiliki nilai yang dekat rangenya. Dengan begitu dapat terbukti jika nilai Kc tidak
dipengaruhi oleh konsentasi awal.
Untuk ketidaksesuain nilai Kc hasil praktikum dan secara teoritis dapat berbagai
hal. Pertama, karena pada saat titrasi, pada saat tetes terakhir warna berubah terlalu
merah atau terlalu jauh dari titik ekivalen. Hal ini dikarenakan titrasi yang dilakukan
tidak sesuai dengan standar titrasi. Titrasi pada percobaan ini dilakukan dengan
konsentrasi 2N dan volume yang terlalu kecil. Hal ini menyebabkan kesalahan yang
terjadi pada titrasi terlalu besar sehingga hasil perhitungan Kc yang diperoleh juga tidak
terlalu akurat. Titrasi yang baik seharusnya dilakukan dengan konsentrasi 0.1 M dan
volume 50 mL. Kedua, penyimpanan larutan yang kurang sempurna. Suhu lemari
penyimpanan dianggap sama seperti suhu kamar pada saat awal menyimpan. Akan
tetapi pada saat dikeluarkan setelah disimpan selama beberapa hari, suhu ruang
penyimpanan dan erlenmeyer jauh lebih dingin daripada suhu ruang. Namun tidak
diketahui suhu ruangnya karena tidak dilakukan pengukuran suhu ruang akibat
keterbatasan termometer pengukur suhu ruang. Ketiga, karena kurang rapatnya tutup
Aluminium Foil dalam menutup erlenmeyer.