Anda di halaman 1dari 4

A.

Pembahasan
1. Mengukur Volume Pernapasan
Pada perlakuan pertama adalah pelaku menghirup udara dengan inspirasi normal,
kemudian pelaku menghembuskan udara sekuat mungkin pada spirometer. Angka pada
spirometer saat itu menunjukkan 1.8 liter pada ulangan pertama, 1.9 liter pada ulangan kedua,
2.2 liter pada ulangan ketiga, sehingga rata-rata udara yang dapat dikeluarkan sekuat
mungkin setelah melakukan inspirasi normal adalah 1.97 liter. 1.97 liter tersebut merupakan
gabungan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Basoeki (2000) menyatakan bahwa udara yang dihembuskan sekuat mungkin setelah
menghirup udara dengan inspirasi normal merupakan volume tidal dan volume cadangan
ekspirasi.
Pada pengamatan pelaku ekspirasi normal, lalu menghembuskan udara secara
normal, lalu menghembuskan udara lagi sekuat mungkin pada spirometer. Menurut Basoeki
(2000) menyatakan bahwa langkah tersebut digunakan untuk mengetahui volume cadangan
ekspirasi. Berdasarkan pengamatan pada ulangan pertama, jarum spirometer menunjukkan
angka 1.3 liter, ulangan kedua 1.5 liter, ulangan ketiga 1.1 liter, sehingga rata-rata volume
cadangan ekspirasi pelaku sebesar 1.3 liter. Menurut Soewolo, dkk. (1999) volume cadangan
ekspirasi adalah sebesar 1.2 liter. Dari analisis yang diperoleh dapat dikatakan bahwa volume
cadangan ekspirasi pelaku adalah masih berada di batas normal.
Volume tidal dapat diperoleh dengan mengurangi nilai volume yang diperoleh
pada tahap pertama dikurangi nilai volume yang diperoleh dari nilai cadangan ekspirasi.
Basoeki, dkk. (2003). Berdasarkan pengamatan pada ulangan pertama, jarum spirometer
menunjukkan angka 0.5 liter, ulangan kedua 0.4 liter, ulangan ketiga 1.1 liter, sehingga rata-
rata volume cadangan ekspirasi pelaku sebesar 0.67 liter. Nilai volume tidal tersebut sesuai
dengan volume tidal menurut Soewolo, dkk. (1999) yang menyebutkan bahwa selama proses
bernafas normal, kira-kira 500 ml (0.5 liter) udara bergerak ke saluran napas dalam setiap
inspirasi dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap ekspirasi, dan jumlah tersebut
disebut volume tidal.
Pengamatan selanjutnya yaitu pelaku bernafas dalam-dalam kemudian
menghembuskan udara sebanyak mungkin untuk mengetahui kapasitas vital pelaku.
Berdasakan pengamatan, pada saat ulangan pertama 2.5 liter, ulangan kedua 2.3 liter,
ulangan ketiga jarum menunjukkan nilai sebesar 2.5 liter, sehingga rata-rata kapasitas paru-
paru pelaku adalah 2.43 liter cc. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan menurut Soewolo,
dkk. (2003) yang menyatakan bahwa kapasitas vital yang merupakan sejumlah volume
cadangan inspiratori dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi adalah sebesar
4800 ml. Dari pembahasan ini terlihat bahwa kapasitas vital pelaku berada pada kisaran yang
tidak normal, namun nilai kapasitas vital lebih besar dari volume tidal dan cadangan ekspirasi.
Hal ini dimungkinkan karena ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan jarum spirometer
kurang sesuai, contohnya pengaturan skala awal oleh pengamat yang kurang tepat,
kurangnya ketelitian dari pengamat, sehingga pergerakan jarum kurang valid.
Menurut Soewolo, dkk. (1999) menyatakan bahwa volume cadangan inspiratori
dapat diperoleh dengan bernapas sangat kuat, sehingga dapat menghisap lebih dari 500 ml
(0.5 liter) udara. Kelebihan udara yang dihirup tersebut merupakan volume cadangan
inspiratori. Berdasakan pengamatan, pada saat ulangan pertama 0.7 liter, ulangan kedua 0.4
liter, ulangan ketiga jarum menunjukkan nilai sebesar 0.3 liter. Rata-rata volume cadangan
inspiratori adalah rata-rata 0.47 liter. Dari pembahasan ini terlihat bahwa volume cadangan
inspirasi berada pada kisaran yang normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa volume
cadangan inspirasi pelaku adalah di normal.

2. Irama Pernafasan
3. Kandungan CO2 dalam Udara Pernapasan
Respirasi eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan
karbondioksida antara paru-paru dan kapiler darah paru-paru (Soewolo, dkk. 2003).
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa peniupan berpengaruh terhadap
terjadinya perubahan warna larutan dalam tabung erlenmeyer, yaitu dari merah delima
menjadi bening. Terjadinya perubahan warna dari merah delima menjadi bening, disebabkan
akibat perubahan kondisi pada larutan dari basa menjadi asam. Hal ini karena di dalam udara
pernafasan terkandung CO2 yang akan bereaksi dengan H2O (akuades) yang membentuk
asam karbonat, sehingga larutan berubah menjadi asam (berwarna bening). Menurut reaksi
CO2 + H2O H2CO3.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada peniupan saat subjek duduk santai,
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna dari merah delima menjadi bening
lebih cepat dibandingkan dengan peniupan setelah perlakuan lari 60 langkah, yaitu 5 menit
dibanding 9 menit 13 detik. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang berhubungan dengan
pengaruh aktivitas. Semakin banyak aktivitas maka semakin tinggi metabolisme sehingga
semakin banyak CO2 yang dihasilkan. Pada kenyataannya akan terjadi peningkatan frekuensi
pernafasan saat beraktivitas. Semakin banyak O2 yang dihirup selama inspirasi maka jumlah
CO2 yang diekspirasikan semakin meningkat. Soewolo (2005), menyatakan bila dalam tubuh
terdapat sedikit kenaikan PCO2 maka akan merangsang area kemosensitif dalam medulla dan
aretehemoreseptor sehingga menyebabkan area respirastori menjadi sangat aktif dan
kecepatan respirasi meningkat.
Pada bernafas normal larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mengubah warna pada titrasi
adalah 0,6 ml. Sedangkan pada saat bernafas setelah lari 60 langkah larutan NaOH yang
dibutuhkan juga sama 0,8 ml. Hal tersebut sesuai dengan teori di mana seharusnya volume
larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mengubah warna titrasi adalah lebih banyak ketika
bernafas setelah berlari, karena setelah berlari kadar CO2 yang dikeluarkan oleh subjek ketika
meniup larutan lebih banyak daripada yang bernafas normal Tidak berwarnanya larutan
(bening) akibat peniupan yang menghasilkan CO2 sehingga kondisi larutan menjadi asam
akan kembali menjadi basa setelah ditambah dengan larutan 0,1 M NaOH dari hasil
penitrasian dengan perubahan warna menjadi merah delima kembali. Sehingga penetrasian
dapat menunjukkan terjadinya perubahan kondisi pada larutan dari asam menuju basa
kembali karena terjadi penetralan larutan yang bersifat asam (akibat pengaruh CO2) oleh
larutan basa NaOH 0,1 M.

B. Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum diketahui volume cadangan ekspirasi adalah 1.3 liter (sumber:
1200ml), volume tidal 0.67 liter (sumber: 500ml), kapasitas paru-paru 2.43 liter (sumber:
4800ml), volume cadangan inspiratori 0.47 liter (sumber: 500ml).
2. irama
3. Berdasarkan praktikum diketahui bahwa ketika lelah, kadar CO2 dalam udara ekspirasi lebih
rendah daripada saat normal (sumber: kadar CO2 dalam udara ekspirasi lebih tinggi ketika
lelah daripada saat normal).
C. Daftar Pustaka

Basoeki, Soedjono,dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang:
IMSTEP JICA.

Basoeki, Soedjono,dkk. 2003. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang:
IMSTEP JICA.

Soewolo. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press

Anda mungkin juga menyukai