INTAN KUSUMAWATI MA
LAILA ANISAFITRI
JEPRIANSYAH RIDWAN
KUSWENDI KRISTAL
LINDA
M. AGUNG
M. FAKIH
MAYA SURYATAMI
MERI SUADAH
BANDAR LAMPUNG
2012
BAB 1
TINJAUAN TEORI
~Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan
tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif
memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara
atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional.
PEMBAHASAN
KASUS :
Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara terminal dengan
metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut
mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian
dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan
nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur
namun ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk
dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat
disimpulkan bahwa penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.
Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma). Dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau
suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam
dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan
dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan
/ pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri.
Konsekuensi :
1)Tidak mempercepat kematian klien
2)Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
3)Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
4)Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi :
1)Tidak mempercepat kematian pasien
2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
3)Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi
c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila
diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya pada
malam hari agar klien bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-
masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu
dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau
meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun
apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas
kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
DISKUSI :
Suatu intervensi medis yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan klien namun dapat
mengakibatkan kematian klien atau membantu pasien bunuh diri disebut sebagai euthanasia
aktif. Di Indonesia hal ini tidak dibenarkan menurut undang-undang, karena tujuan dari
euthanasia aktif adalah mempermudah kematian klien. Sedangkan euthanasia pasif bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak
pada kondisi klien yang lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat
kematian klien. Walaupun sebagian besar nyeri pada kanker dapat ditatalaksanakan oleh
petugas kesehatan profesional yang telah dilatih dengan manajemen nyeri, namun hal tersebut
tidak dapat membantu sepenuhnya pada penderitaan klien tertentu. Upaya untuk mengurangi
penderitaan nyeri klien mungkin akan mempercepat kematiannya, namun tujuan utama dari
tindakan adalah untuk mengurangi nyeri dan penderitaan klien.
1. Euthanasia (Yunani : kematian yang baik) dapat diklasifikasikan menjadi aktif atau
pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan
kematian seseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan
dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung
kehidupan lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua
tindakan tersebut kabur bahkan seringkali merupakan yang tidak relevan.
2. Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda,
diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi
penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk
mempercepat kematiannya.
3. Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence)
dapat dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan
tindakan yang bermanfaat, namun peningkatan dosis yang mempercepat kematian
klien dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan
adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak
mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good).
DAFTAR PUSTAKA:
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J, (2004), Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Taylor C., Lilies C., & Lemone P. (1997), Fundamentals of Nursing, Philadelphia :
Lippincott