Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

AGUNG AULIA LESMANA


072.14.009

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
Pendahuluan

Pesatnya pembangunan di berbagai bidang, di satu sisi dapat meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan hidup manusia. Sementara di sisi lain pembangunan juga bertampak terhadap kondisi dan
kualitas lingkungan. Kemerosotan kualitas lingkungan seperti pencemaran air, polusi udara, degradasi
lahan merupakan beberapa dampak negatif dari pembangunan yang sering kali sulit dihindari. Untuk itu,
agar dampak negatif dari pembangunan dapat diminimalisasi, perlu adanya pengelolaan sumber daya
alam yang komprehensif dan berkelanjutan, yang meliputi inventarisasi, evaluasi dan prediksi dengan
aplikasi sistem informasi yang akurat (Sutanto, 1997).

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk memasukkan,
mengelola, dan menganalisis data spasial (bereferensi geografis) untuk menghasilkan suatu informasi
yang bermanfaat (Burrough, 1986; Aronoff, 1989). Valenzuela (1991a) menyatakan bahwa dalam
pengelolaan sumber daya alam, SIG dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dengan
memberikan alternatif pemecahan masalah, seperti diilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1. Sistem Informasi Geografi sebagai alat pengelolaan.

1. Tipe Data dalam SIG


Ada dua macam tipe data dalam SIG, yaitu data grafis dan data tabular. Data grafis menyajikan
kenampakan objek di permukaan bumi. Secara garis besar data grafis dibagi 3 bagian, yaitu titik (point),
garis (line/polyline), dan area (region/poligon). Objek titik hanya terdiri dari satu pasangan koordinat
x,y, sedangkan garis terdiri dari posisi x,y awal dan x,y akhir. Sementara objek area terdari dari beberapa
pasangan x,y. Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang macam-macam data grafis.

Gambar 2. Macam-macam data grafis SIG.

Data grafis titik biasanya digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun curah hujan, titik sampel
dll. Garis dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik dll.
Sementara Area digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan lahan, kemiringan lereng
dll. Data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis yang diterangkan. Data ini
biasanya berbentuk tabel terdiri dari kolom dan baris. Kolom menyatakan jenis data (field), sedangkan
baris adalah detail datanya (record) (Nuarsa, 2003). Di bawah ini disajikan contoh data tabular.

Gambar 3. Contoh tampilan data tabular.


Data grafis akan selalu terhubung dengan data tabularnya, seperti pada contoh gambar di bawah ini.

Gambar 4. Keterkaitan antara data grafis dan data tabular

2. Keunggulan Menggunakan SIG

Dengan SIG, pekerjaan yang terkait dengan pemetaan menjadi lebih efektif dan efisien karena
dapat menghemat ruang, waktu dan biaya. Peta digital yang dihasilkan bisa diperbesar, didetailkan,
digeser dan ditandai secara interaktif dan mudah. Peta dapat dibagi dalam zona-zona pemetaan
tergantung kebutuhan sistem. Peta dilengkapi dengan legenda dan mini map untuk kemudahan
pemantauan.

Eksplorasi data dapat dilakukan dengan identifikasi pada titik, garis, atau area yang ditunjuk
sehingga menghasilkan informasi dan analisa yang dibutuhkan. Pencarian lokasi peta bisa dilakukan
dengan cepat berdasarkan parameter parameter yang dimasukkan seperti nama wilayah, alamat, dan
lain sebagainya.

Visualisasi peta terkait dengan pewarnaan, simbolisasi, labelisasi, dan lain sebagainya bisa diatur
berdasarkan parameter data atribut yang terkait dengan peta, misalkan peta kecamatan bisa diwarnai
berdasarkan jumlah penduduknya. Visualisasi kondisi eksisting juga bisa dilakukan melalui tampilan
foto dan video.

3. Sumber dan Input data SIG

Input data merupakan proses memasukkan data ke dalam SIG yang berasal dari berbagai
sumber. Dalam membangun sistem informasi geografi, input data merupakan pekerjaan yang paling
banyak memakan waktu dan biaya. Bernhardsen (1992) dan Demers (1997) memperkirakan sekitar 60
? 80 % waktu dan biaya membangun SIG digunakan untuk mengumpulkan data dan input data. Weir
(1991) menguraikan beberapa sumber data dan cara input data SIG sebagai berikut :

a. Peta
Peta-peta yang telah ada baik itu peta dasar ataupun peta tematik dapat digunakan sebagai sumber
data dalam SIG. Peta dalam bentuk visual harus dikonversi ke dalam bentuk digital baik melalui
proses digitasi ataupun scanning. Digitasi peta akan menghasilkan data grafis berformat vektor,
sedangkan scanning peta menghasilkan data grafis berformat raster.

Gambar 5. Peta Rupabumi merupakan salah satu sumber data SIG.

b. Data Penginderaan Jauh


Produk penginderaan jauh baik berupa foto udara ataupun citra satelit merupakan sumber data yang
penting dalam SIG. Citra satelit dengan perekaman ulang daerah yang sama (resolusi temporal)
yang tinggi sangat baik digunakan untuk monitoring perubahan kondisi permukaan bumi seperti
kebakaran hutan, banjir, penebangan hutan, pencemaran, pembuangan limbah ke laut dan
sebagainya. Contoh beberapa citra satelit untuk mendeteksi kebakaran dan banjir disajikan pada
gambar 6.
a b c
Gambar 6. Contoh beberapa citra satelit a. kebakaran di Portugal, b. kebakaran di Kalimantan, dan c. banjir di Belanda.

c. Survey lapang
Data hasil survei lapang yang dilengkapi dengan koordinat geografis dapat digunakan sebagai
inputan data SIG. Misalnya dengan menggunakan GPS (Global Position System) dapat diketahui
posisi geografis dari berbagai objek seperti stasiun curah hujan, lokasi pengambilan sampel (air,
tanah, tanaman, dll.) di lapangan, dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh data hasil survei lapang
yang diinputkan ke dalam SIG kemudian ditampilkan pada peta.

Gambar 7. Data hasil survei yang diinputkan ke SIG.

d. Computer Aided Design (CAD)


Data yang dibuat pada program grafis lain seperti Autocad dapat diimport untuk menjadi bagian
dari data SIG. Penambahan koordinat geografis pada data yang bersumber dari CAD dilakukan
melalui proses regestrasi data.

e. Data tabular lainnya (Data statistik, hasil penelitian, dll.)


Data tabular dari berbagai sumber dapat digabungkan ke dalam data SIG yang lain melalui
manajemen database relasional.
Gambar 8. Contoh data tabular yang diambil dari data statistik

4. Analisis Data dan Pemodelan

Salah satu kemampuan penting dari SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis dan
pemodelan spasial untuk menghasilkan informasi baru. Aronoff (1989) menguraikan beberapa macam
analisis dan pemodelan dalam SIG sebagai berikut.

a. Pengukuran
Macam pengukuran yang dapat dilakukan meliputi, jarak antar titik, panjang, keliling dan luas. Misalnya
berapa perubahan luas hutan mangrove pada kurun waktu tertentu.

Gambar 9. Mengitung luas dan keliling danau batur, yaitu 1.631,66 ha dan 20,92 km.
b. Query spasial
Query spasial digunakan untuk menampilkan data sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Misalnya
menampilkan daerah-daerah yang mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi.

Gambar 10. Menampilkan daerah dengan tingkat erosi sangat berat.

c. Reklasifikasi
Membuat informasi turunan berdasarkan data tabular. Contohnya membuat peta tekstur tanah dari
peta jenis tanah.

Gambar 11. Keklasifikasi peta jenis tanah menjadi Peta tekstur tanah.
d. Overlay
Overlay merupakan penggabungan informasi beberapa peta untuk menghasilkan satu informasi
baru. Di bawah ini disajikan contoh overlay kemiringan lereng dan peta curah hujan misalnya untuk
menentukan daerah dengan kemiringan lereng terjal dan curah hujan sangat tinggi, dimana daerah
tersebut biasanya berpotensi terjadi erosi yang besar.

a b c
Gambar 12. Overlay peta lereng dan peja curah hujan.

e. Interpolasi
Interpolasi merupakan suatu proses estimasi suatu nilai pada daerah yang tidak disampel
berdasarkan data yang ada disekitarnya. Misalnya interpolasi nilai curah hujan berdasarkan data
dari stasiun curah hujan, Inperpolasi garis kontur untuk membuat model elevasi digital. Di bawah
ini disajikan model elevasi digital hasil interpolasi garis kontur.

Gambar 13. Model Elevasi digital yang ditampilkan dalam bentuk 3 dimensi.
f. Buffering
Buffering adalah pembuatan zone atau kawasan dengan menggunakan jarak dari suatu objek.
Buffering banyak digunakan penentuan sempadan, daerah rawan bencana, dan sebagainya.

a b
Gambar 14.
Aplikasi buffer (a) Pembuatan sempadan danau batur dengan buffer, dan (b) zonasi pada kawasan gunung api

g. Pemodelan
Model merupakan bentuk penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya dengan
memilih feacture yang mewakili atau yang berhubungan. Valenzuela (1991b) membagi pemodelan
menjadi 3, yaitu model deskriptif, model prediktif, dan model keputusan. Model deskriptif
digunakan menggambarkan dunia nyata. Peta merupakan contoh model deskriptif. Model prediktif
banyak digunakan untuk melakukan estimasi. Misalnya model prediksi erosi tanah menggunakan
USLE (Universal Soil Loss Equation). Sementara model keputusan dipakai untuk memberikan
suatu saran rekomendasi pada suatu kondisi dengan beberapa alternatif pilihan.

5. Keluaran (Output)
Hasil analsis SIG dapat ditampilkan dengan beberapa cara, diantaranya hanya ditampilkan di
layar monitor, dicetak dalam bentuk hardcopy, Laporan dalam bentuk tabel dan grafik, dan output dalam
bentuk softcopy yang selanjutnya dapat digunakan sebagai inputan SIG yang baru untuk proses lebih
lanjut.
Gambar 15. Beberapa contoh output SIG.
DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, Stanley. 1989. Geographic Information Systems, A Management Perspective. Ottawa


Canada.

Bernhardsen, Tor. 1992. Geographic Information Systems. Longum Park Norway.

Burrough, P.A. 1988. Principles of Geographical Information Systems for Land Resources
Assessment. Oxford University Press, New York.

Demers, Michael N. 1997. Fundamental of Geographic Information Systems. John Wiley &
Sons, Inc.

European Space Agency. 1998. Earth Watching. Remote Sensing Missions and Applications.
Rome, Italy.

Nuarsa. 2003. Mengolah Data Spasial dengan MapInfo Professioanal 7.0. Laboratorium
Evaluasi Lahan dan Penginderaan Jauh, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unud,
Denpasar.

Nuarsa. 2003. Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Penentuan Prioritas Pengembangan
Kawasan Wisata di Kabupaten Badung, dalam Dari dan Untuk Bali. Kumpulan
Penelitian Unggulan, Lembaga Penelitian Universitas Udayana.

Sutanto. 1997. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Pembangunan
Berkelanjutan. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Valenzuela, C.R. 1991a. Basic Principles of Geographic Information Systems. Kluwer


Academic, Dordrecht, Boston, London.

Valenzuela, C.R. 1991b. Data Analysis and Modelling. Kluwer Academic, Dordrecht, Boston,
London.

Weir, M.J. 1991. Data Input and Output. Kluwer Academic, Dordrecht, Boston, London.

SUMBER WEB
http://nuarsa.info/gis/index.php?id=126 (diakses pada tanggal 15 juni 2017, 20.37 wib)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai