Anda di halaman 1dari 27

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGAS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2016


UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3) PADA


PETUGAS BENGKEL MOTOR
PT AHASS NUSANTARA SURYA SAKTI MAKASSAR

OLEH:

Nur Amaliah Idrus C111 11 010


Andi Dewi Pratiwi C111 11 153
Ditha Fadhila C111 11 145
Reza Kurniawan Arta C111 11 284

PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
menggariskan bahwa ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan
sumber daya manusia yang diarahkan pada peningkatan, pembentukan, dan
pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, dan efektif.
Pembangunan ini bertujuan untuk mencapai pertumbuhan yang cepat dan dapat
dicapai bila produktivitas dan efisiensi tenaga kerja cukup tinggi.
Banyak faktor yang memengaruhi pencapaian produktivitas dan efisiensi kerja
yang baik, antara lain faktor fisik, kimia, ergonomi, dan psikososial di lingkungan
kerja.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
memengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan
bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya
mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1)
manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2)
properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di
dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5)
nama baik perusahaan.(3)
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerja di bengkel motor PT. AHSS Nusantara Sakti Sakti Makassar
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami oleh pekerja di bengkel
motor PT. AHSS Nusantara Sakti Sakti Makassar
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja di bengkel motor PT. AHSS Nusantara Sakti Sakti
Makassar
3. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pekerja di bengkel motor PT.
AHSS Nusantara Sakti Sakti Makassar
4. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja di
bengkel motor PT. AHSS Nusantara Sakti Sakti Makassar
5. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum bekerja, berkala, berkala khusus)
6. Untuk mengetahui tentang peraturan perusahaan tentang K3 di tempat kerja
7. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan pekerja di bengkel motor PT. AHSS Nusantara Sakti Sakti
Makassar
8. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan, pengukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard
yang pernah dilakukan
9. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi
PT Nusantara Surya Sakti (NSS) adalah salah satu perusahaan yang memiliki
fokus usaha di bidang penjualan resmi sepeda motor Honda dan pelayanan perawatan
serta perbaikan sepeda motor Honda (perbengkelan). Perbengkelan merupakan suatu
tempat bekerja yang bergerak di bidang sektor informal yang berlangsung tiap hari
ataupun hanya di hari kerja saja (Senin-Jumat), yang memiliki pekerja (ada yang tetap
dan ada yang tidak) tergantung pada pemilik bengkel dalam mempekerjakan
pekerjanya. Dengan makin meningkatnya pertumbuhan jumlah motor dan minat
masyarakat menggunakan kendaraan pribadi di Kota Makassar dan kepadatan
mobilitas masyarakatnya menyebabkan masyarakat di Kota Makassar ini akan
semakin membutuhkan sebuah tempat yang menawarkan jasa perawatan motor.
Apalagi dengan mobilitas masyarakat Kota Makassar yang padat menyebabkan
pemilik kendaraan pribadi melewatkan perawatan motor mereka sendiri. Mereka
yang tidak memiliki waktu lebih dalam merawat motor akan menyerahkan perawatan
motor mereka kepada tempat yang khusus memberikan jasa perawatan ini. 2
Kondisi pasar bengkel baik motor dan mobil di Kota Makassar saat ini sangat
menjanjikan. Hal ini tidak lain karena makin bertambahnya minat masyarakat dalam
bidang otomotif. Tercatat dari tahun 2000 hingga 2010 di Kota Makassar mengalami
kenaikan jumlah event otomotif dan peserta yang mengikuti event tersebut. Dengan
meningkatnya aktivitas event seperti ini menjadikan perkembangan bengkel semakin
banyak di Kota Makassar.
Setiap harinya, para pekerja bengkel kebanyakan menggunakan sikap atau
posisi jongkok yang terkadang membungkukkan bagian belakang badan yang
memiliki dengan waktu yang terkadang lama sesuai pekerjaan motor yang ada karena
setiap perbaikan atau perawatan motor bergantung pada kerusakan motor tersebut.
Hampir seluruh pekerja bengkel juga tidak menggunakan atau memperhatikan alat
pelindung diri selama bekerja. Hal ini dapat menimbulkan salah satu keecelakaan
kerja apabila tidak memperhatikan hal-hal tersebut.

2.2. Faktor Hazard


1. Potensi hazard lingkungan fisik.3
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. Potensi hazard lingkungan fisik ini
meliputi kebisingan. Nilai ambang batas untuk kebisingan adalah 85 dB untuk 8
jam pemajanan, 90 dB untuk 4 jam pemajanan, 95 dB untuk 2 jam pemajanan,
dan seterusnya.
Sumber kebisingan yang ada terletak pada saat pekerja menyalakan mesin
mobil yang mengakibatkan ruangan tersebut menjadi bising. Jenis kebisingan ini
termasuk intermittent noise atau kebisingan yang terputus-putus dan besarnya
dapat berubah-ubah.
Potensi bahaya juga timbul pada asap knalpot yang bertebaran sehingga
berisiko mengenai mata atau terhirup melalui saluran pernafasan.
2. Potensi hazard lingkungan fisiologis.3
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Potensi hazard lingkungan fisiologis meliputi ergonomis. Pada saat
melakukan service pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut pada posisi berdiri
tanpa kursi terlebih di tambah dengan suara bising dari kendaraan. Posisi duduk
dapat mengakibatkan sakit punggung karena terlihat pada posisi duduk pekerja
tersebut membungkuk tanpa kursi atau posisi lain yang tidak ergonomis dalam
waktu yang cukup lama.
3. Potensi hazard lingkungan Kimia.3
Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan),ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk
ke dalam tubuh.
Potensi bahaya yang timbul pada saat melakukan penggantian oli dan
tidak menggunakan sarung tangan kemudian terjadi ingestion (melalui mulut ke
saluran pencernaan) dan terjadi kontaminasi pada jenis kimia tersebut (oli).

2.3. Penggunaan APD


Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak
menggunakan APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun. Alat pelindung diri
diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari
bahaya. Pada bidang bengkel ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu :4
a. Sarung tangan
Dengan menggunakan sarung tangan, pekerja bengkel dapat
melindungi bagian tangan dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa
benda berat,, bahan kimia, infeksi kulit.
b. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari
debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
c. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakaian lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat
penting pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur
ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, penetrasi benda
tajam (alat-alat bengkel).
d. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian
sepatu yang nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda
tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia (misalnya oli).

APD di atas dapat melindungi bagian-bagian tubuh pekerja untuk menimalisir


kecelakaan kerja selama bekerja. Dan sebaiknya harus diterapkan pada pekerja yang
bekerja di bengkel.

2.4. Fasilitas kesehatan


Para pekerja biasanya mengalami kecelakaan kerja seperti, tidak segaja
memukul tangannya pada saat melakukan perawatan atau perbaikan motor.5
Sebaiknya perlu ada fasilitas kesehatan meski usaha ini hanya bergerak di
bidang sector informal. Penyediaan kotak P3K (pertolongan pertama pada
kecelakaan) saat terjadi kecelakaan kerja saat bekerja harusnya lebih diperhatikan
oleh suatu pengusaha.5
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: Setiap badan,
lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini,
dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus menyediakan
apotek atau pos P3K sendiri, memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan
badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya dan mempunyai satu atau
lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K.6
Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan personil
P3K.Fasilitas dapat berupa kotak P3K, isi kotak P3K, buku pedoman, ruang P3K,
perlengkapan P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat angkut dan
transportasi).Personil terdiri dari penanggung jawab: petugas P3K yang telah
menerima sertifikat pelatihan P3K ditempat kerja.6
Rekomendasi minimum failitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe I yaitu
kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25
cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung
tangan sekali pakai, masker, aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml),
alkohol 70%, buku panduan P3K umum, buku catatan, daftar isi kotak. Sedangkan
pada kotak P3K tipe II terdiri dari kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban
(lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban
segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, bidai, pinset,
lampu senter, sabun, kertas pembersih (Cleaning Tissue), aquades (100 ml lar saline),
povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum.6
Secara umum penentuan jenis dan jumlah kotak yang disediakan tergantung
dari jumlah pekerja.6

Tabel 1. Jumlah kotak P3K tiap unit kerja

2.5. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum


kerja,berkala,berkala khusus)
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit termasuk
tenaga kerja di Restoran/rumah makan, ada berbagai macam cara yang dilakukan
salah satunya yaitu pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan
di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada
baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi
dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan
mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini
diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara
cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui
pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah
calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan
pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal
ini meliputi :
- Anamnese umum
- Anamnese pekerjaan
- Penyakit yang pernah diderita
- Alergi
- Imunisasi yang pernah didapat
- Pemeriksaan badan
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Pemeriksaan tertentu (Tuberkulin test, Psikotest).7
2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan
secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan
besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin
kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan
disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada
pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan
lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan. 7
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada
khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada
atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk
intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan
paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat
pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan
bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam
mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan
dan sebagainya. 7

2.6. Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan dan hazard pada
karyawan di bengkel motor
1. Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL)
adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka
waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan
kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang
paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah
bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel ( dB )
atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada
telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya
terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang
menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih
tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu
dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.8
2. Ganguan muskuloskeletal atau Musculoskeltal Disorder (MSD). Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan MSD, namun faktor utamanya
berupa tenaga yang dipaksakan (force), posisi yang tidak sesuai (awkward
postures) dan pengulangan pekerjaan (repetition). Pada pekerja bengkel
motor, mengangkat alat-alat bengkel maupun onderdil motor yang berat
dan berulang dengan posisi yang tidak sesuai bisa menjadi faktor
penyebab MSD. 9
3. Luka akibat benda tajam dan benda tumpul, ada banyak pemicu terjadinya
luka pada pekerja bengkel, di antaranya adalah tertusuk alat-alat
perbengkelan atau tertimpa barang berat saat bekerja.9
4. Luka bakar dan tersengat listrik. Flash atau luka bakar listrik adalah
cedera panas untuk kulit yang disebabkan oleh tegangan tinggi arus listrik
mencapai kulit dari konduktor. Luka panas untuk kulit yang intens dan
mendalam, karena arus listrik memiliki suhu sekitar 2500C (cukup tinggi
untuk melelehkan tulang). Api membakar pakaian dari sering memicu
bagian paling serius dari cedera. Setelah saat ini telah memasuki tubuh,
jalur bergantung pada resistensi itu pertemuan dalam berbagai organ.
Berikut ini adalah tercantum dalam urutan resistensi: tulang, lemak, urat,
kulit, otot, darah, dan saraf. Jalur dari menentukan saat ini bertahan hidup,
misalnya, jika sedang melewati jantung atau batang otak, kematian dapat
langsung dari fibrilasi ventrikel atau apnea. Lancar lewat melalui dapat
menyebabkan kejang otot cukup parah untuk menghasilkan patah tulang-
tulang panjang atau dislokasi. Hal seperti ini paling banyak terjadi pada
pekerja di bagian maintenance kelistrikan karena sangat sering
bersentuhan dengan alat-alat listrik.10
5. Carpal Tunnel Syndrome. Carpal tunnel syndrome (CTS), atau neuropati
median di pergelangan tangan, adalah kondisi medis di mana saraf median
dikompresi di pergelangan tangan, menyebabkan parestesia, mati rasa dan
kelemahan otot di tangan. Perdebatan internasional mengenai hubungan
antara CTS dan gerakan berulang dalam pekerjaan sedang berlangsung.
Keselamatan dan Kesehatan Administration (OSHA) telah mengadopsi
aturan dan peraturan mengenai gangguan trauma kumulatif. Faktor risiko
pekerjaan dari tugas yang berulang, gaya, postur, dan getaran telah
dikutip. Namun, American Society for Bedah Tangan (ASSH) telah
mengeluarkan pernyataan bahwa literatur saat ini tidak mendukung
hubungan sebab akibat antara aktivitas kerja spesifik dan perkembangan
penyakit seperti CTS. Sering terjadi pada kasir sebuah supermarket karena
setiap hari bertugas untuk menghitung uang saat selesai bekerja. 11
6. Rinitis alergi, adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun
2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
alergen yang diperantarai oleh IgE.12
7. Depresi. Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala
penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan
bunuh diri. Depresi bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti biologis,
genetic, dan psikososial (pekerjaan, rumah tangga dll) 13
2.7. Upaya K3 lainnya yang dijalankan
1. Memonitor semua proses pekerjaan karyawan di bengkel, yang dilakukan
untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan
sudah dipenuhi dengan baik.11
2. Memberikan pembekalan terhadap karyawan mengenai bahaya di tempat
kerja, sanitasi lingkungan kerja serta melatih teknik-teknik bekerja secara
aman agar risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara
signifikan.11

2.8. Peralatan Pemadaman Kebakaran


Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan
pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di
tempat yang bersangkutan.
1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side
effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran.
Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya,
alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk
sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar
menggunakan sekop atau ember
c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup
kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya
minimal 2 kali luas potensi api.
d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang
sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water),
busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi
untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga
suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.

Prosedur penggunaan APAR :


1. Tarik segel pada APAR
2. Arahkan selang kea pi
3. Tekan pengatup
4. Semprotkan ke API
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan dan Metode


3.1.1 Bahan dan Alat
1. Alat tulis menulis
2. Kamera, untuk mendokumentasikan kegiatan perbengkelan dan survei
3. Check list, sebagai media untuk mendapatkan data primer mengenai survei
yang dilaukan

3.1.2. Metode
Pemantauan dan pengidentifikasian aspek keselamatan dan kesehatan kerja pekerja
bengkel PT. AHSS Nusantara Sakti Sakti Makassar dilakukan melalui metode walk
through survey dengan menggunakan check list dan wawancara.

3.2. Jadwal Survei


3.2.1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan keselamatan kerja yaitu di PT. AHSS Nusantara Sakti
Sakti, Jalan Bawakaraeng, Makassar.

3.2.2. Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan yaitu tanggal 20-27 Mei 2016, dengan agenda sebagai berikut:

No. Tanggal Kegiatan


1 20 Mei 2016 Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
Pengarahan kegiatan
2 23 Mei 2016 Penentuan judul dan lokasi survei
Penyusunan proposal
Koreksi proposal
3 24 Mei 2016 Pelaksanaan survei
4 25-26 Mei 2016 Pembuatan laporan survei
5 27 Mei 2016 Presentasi laporan survei

3.2.3. Biaya
Biaya yang digunakan pada survei ini adalah swadaya
BAB IV

HASIL SURVEI

4.1. Faktor hazard


4.1.1. Service Advisor
- Fisik : suara mesin motor
- kimia: asap kendaraan, debu
- Ergonomik : duduk yang terlalu lama di depan computer hanya duduk
dan hal tersebut dilakukannya hampir sepanjang hari
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak adanya jadwal gentian
4.1.2. Front Desk
- Fisik : suara mesin motor, paparan cahaya dari monitor computer yang
terjadi terus menerus selama jam kerja
- kimia: asap kendaraan, debu
- Ergonomik : duduk yang terlalu lama di depan computer hanya duduk
dan hal tersebut dilakukannya hampir sepanjang hari
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada
4.1.3. Mekanik
- Fisik : bising dari mesin motor dan genset, getaran dari gergaji listrik,
alat-alat mekanik lainnya, yaitu obeng, kunci, dan gergaji
- Kimia: asap kendaraan, debu, bahan bakar, minyak rem, oli
- Ergonomik : duduk jongkok yang terlalu lama saat melakukan servis
motor, mengangkat onderdil motor yang berat dengan posisi yang tidak
ergonimik
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada
4.1.4. Kepala Mekanik
- Fisik : bising dari mesin motor dan genset
- kimia: asap kendaraan, debu
- Ergonomik : duduk jongkok yang terlalu lama saat melakukan servis
motor, mengangkat onderdil motor yang berat dengan posisi yang tidak
ergonimik
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada
4.1.5. Kasir
- Fisik : paparan cahaya dari monitor computer yang terjadi terus menerus
selama jam kerja
- kimia: tidak ada
- Ergonomik : duduk di depan computer dalam waktu yang lama selama
jam kerja
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada

4.2. Alat Kerja Yang Digunakan yang Dapat Mengganggu Kesehatan


Pekerja
- service advisor: tidak ada
- front desk: komputer
- mekanik: sumber listrik, alat servis (las, gergaji, berbagai jenis kunci dan
obeng)
- kepala mekanik: komputer
- kasir: komputer dan mesin uang

4.3. Alat Pelindung Diri


service advisor: sepatu
front desk: sepatu
mekanik: sepatu, apron, topi
kepala mekanik: sepatu
kasir: sepatu

4.4. Ketersediaan Obat P3K Di Tempat Kerja


tersedia, namun tidak lengkap

4.5. Pemeriksaan Kesehatan yang Pernah Dilakukan sesuai Peraturan (Sebelum


Bekerja, Berkala, Berkala Khusus)
Para pekerja memeriksakan kesehatannya hanya saat sakit saja di rumah sakit
terdekat dan ada pula yang hanya membeli obat di apotik terdekat tanpa resep dokter,
namun belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam perusahaan. Ada pemeriksaan
kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan
berkala khusus).

4.6. Peraturan Perusahaan tentang K3 Di Tempat Kerja


tidak ada

4.7. Keluhan/Penyakit yang Dialami yang Berhubungan dengan Pekerjaan


Pekerja
- nyeri punggung bawah
- nyeri kepala tipe tension
- dermatitis kontak iritan
- korpus alienum pada mata

4.8. Upaya K3 Lainnya yang Dijalankan


- penyediaan Alat Pemadam Api Ringan(APAR) sebanyak 2 unit
- Pengetahuan mengenai K3 tentunya berbeda tiap individu yang bekerja
khususnya pada sektor informal. Di bengkel ini pekerja kurang
mengetahui mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. pekerja tersebut
mengetahui dan menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja ketika melakukan pekerjaannya namun lebih
berpedoman melakukan sesuatu dengan hati-hati. Pekerja sadar akan
resiko dan bahaya yang dapat timbul ketika bekerja.

4.9. Konstruksi Bangunanan


Bangunan bengkel terletak di pinggir Jalan G.Bawakaraeng, bagian depan
gedung dicat warna merah putih dan terpampang logo serta nama perusahaan.
Gedung terdiri dari bangunan satu tingkat dengan 2 ruang utama, yaitu ruang
reparasi motor dan showroom motor. Di ruang reparasi, bagian terdepan
merupakan tempat final inspection, lalu terdapat area kerja untukservice advisor
dan front desk. Terdapat dua ruangan khusus dengan dinding kaca kedap suara,
satu ruangan khusus untuk ruang tunggu konsumer dan satu ruangan untuk
kepala mekanik.
- lantai: terbuat dari marmer
- langit-langit: flavon berwarna putih
- pintu dan jendela: terbuat dari kaca bening
- ventilasi: tersedia di setiap ruangan
- fasilitas lain: toilet, mushalah
BAB V

PEMBAHASAN

PT Nusantara Surya Sakti (NSS) adalah salah satu perusahaan yang memiliki fokus
usaha di bidang penjualan resmi sepeda motor Honda dan pelayanan perawatan serta
perbaikan sepeda motor Honda (perbengkelan). Bangunan bengkel terletak di
pinggir jalan G.Bawakaraeng, bagian depan gedung dicat warna merah putih dan
terpampang logo serta nama perusahaan. gedung terdiri dari bangunan satu tingkat
dengan 2 ruang utama, yaitu ruang reparasi motor dan showroom motor. di ruang
reparasi, bagian terdepan merupakan tempat final inspection, lalu terdapat area kerja
untukservice advisor dan front desk. Terdapat dua ruangan khusus dengan dinding
kaca kedap suara, satu ruangan khusus untuk ruang tunggu konsumer dan satu
ruangan untuk kepala mekanik.

Alur Pekerjaan

Konsumer

Service Advisor

Front Desk

Kepala Mekanik

Mekanik

Front Desk

Kasir
Faktor Hazard
Dari hasil survei langsung di tempat kerja karyawan bengkel yang kami
lakukan didapatkan adanya faktor hazard yang dapat dialami para karyawan
tersebut, seperti faktor fisik, yaitu kebisingan pada pada seluruh ruangan
kerja, kecuali ruang tunggu consumer dan kepala mekanik yang didesain
kedap suara, kemudian faktor fisik lainnya yaitu arus listrik yang dihasilkan
bisa berasal dari aki maupun tengangan listrik dari luar yang dapat
menyebabkan suatu kecelakaan kerja.Selain itu sumber percikan api yang bisa
berasal dari pengelasan dan sumber getaran dari gergaji listrik. Pada bagian
front desk, kasir, dan kepala mekanik tersedia satu unit computer yang
digunakan saat bekerja yang menghasilkan pancaran cahaya dari monitor
computer.
Terdapat juga faktor kimia yang berasal dari bahan bakar (bensin), oli, dan
minyak rem. Bahan-bahan ini dapat menjadi sumber iritan bagi para mekanik.
Faktor biologi juga menjadi faktor hazard bagi karyawan yang bertugas
sebagai kasir, yang bersumber dari uang yang berpindah dari tangan ke
tangan yang bisa saja terkontaminasi bakteri.
Faktor ergonomis juga berpengaruh dimana posisi tubuh saat berkerja yang
lebih sering duduk pada bagian kasir dan front desk yang dimana pada pekerja
ini sering mengeluh adanya sakit punggung ketika terlalu lama duduk. Bagian
mekanik seringkali menggunakan posisi jongkok dalam waktu yang lama
ketika melakukan reparasi mesin.

Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan

Alat kerja yang digunakan yaitu mesin kasir dan komputer yang dapat
menyebabkan penyakit CTS karena merupakan pekerjaan yang bersifat
repetitif dan berlangsung dalam waktu yang lama, yang melibatkan kedua
pergelangan tangan. Selain itu, radiasi cahaya dari layar komputer dapat
membuat mata pekerja menjadi perih dan kering serta iritasi jika terlalu sering
dan lama menggunakan computer. Percikan api dari alat las dapat
menyebabkan kerusakan struktur mata dan kulit. Alat mekanik yaitu berbagai
jenis obeng, kunci, dan gergaji berpotensi menyebabkan perlukaan jika tidak
digunakan hati-hati atau digunakan tanpa menggunakan alat pelindung diri.

Alat Pelindung Diri


Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya hanya
menggunakan alat pelindung diri yang terbatas. Para mekanik hanya
mengenakan pakaian seragam lengan panjang, apron, sepatu, dan topi. Mereka
tidak menggunakan sarung tangan khusus sehingga tangan mekanik terpapar
langsung dengan bahan kimia seperti bensin, oli, dan minyak rem. Hal ini bisa
menjadi penyebab terjadinya dermatitis kontak iritan. Selain itu mekanik yang
bekerja dengan menggunakan las tidak menggunakan kacamata pelindung
sehingga mata mereka berisiko terkena percikan las yang bersifat iritatif.
Meskipun berada dalam lingkungan kerja yang bising, para pekerja tidak
menggunakan alat pelindung telinga, sehingga berisiko mengalami tuli
sensorineural. Pekerja yang menggunakan computer tidak mengenakan
kacamata antiradiasi atau memasang antiradiasi pada layar computer,
sehingga risiko untuk mengalami iritasi dan mata kering menjadi lebih tinggi.
selain itu, para pekerja tidak menggunakan masker untuk mencegah paparan
debu, asap knalpot, serta uap bahan kimia (bensin, oli, minyak) yang bisa
bersifat korosif pada saluran napas dan pencernaan.

Pencegahan/ pengendalian kecelakaan kerja


Dalam mencegah/ mengendalikan kecelakaan kerja, para pekerja tidak
mempunyai program tertentu seperti penyuluhan dan pelatihan, pekerja hanya
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan bersikap hati-hati pada tiap
aktivitasnya.

Fasilitas Pencegahan Kebakaran


Pihak perusahaan hanya menyediakan 2 APAR di ruangan kerja, namun tidak
terdapat detector panas dan asap, alarm kebakaran, hydrant serta jalur
evakuasi.

Fasilitas kesehatan
Di bengkel ini terdapat satu buah kotak P3K, namun isi kotak tidak lengkap
dan sesuai dengan standar
BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Di bengkel ini memiliki beberapa faktor hazard yang dapat dialami para
karyawan tersebut, seperti faktor fisik, yaitu kebisingan , radiasi computer,
getaran, dan listrik dengan kekuatan tinggi. Terdapat juga faktor kimia berupa
asap kendaraan, debu, bensin, oli, dan minyak tem. Faktor biologi uang yang
berpindah dari tangan ke tangan yang bisa saja terkontaminasi bakteri. Faktor
ergonomi juga berpengaruh dimana posisi tubuh saat berkerja yang lebih
sering duduk pada bagian administrasi dan kasir, serta posisi tubuh mekanik
saat bekerja yang lebih sering jongkok.
2. Alat yang digunakan pada bengkel ini bisa menyebabkan penyakit CTS,
penyakit pada mata, kulit, dan sistem respirasi.
3. Kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri saat bekerja sangat kurang
dan belum sesuai standar keamanan
4. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Bengkel ini belum terlaksana
dengan baik.
5. Pencegahan atau pengendalian kecelakaan kerja belum dilakukan dan hanya
berdasar sikap hati-hati.
6. Fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja pada bengkel ini belum terlaksana
dengan baik.

5.2. Saran
1. Kesadaran penggunaan dan pengadaan alat pelindung diri standar yang
lengkap harus menjadi perhatian bagi para pekerja dan pemilik perusahaan.
2. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan program penyuluhan dan pelatihan
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Sebaiknya dilakukan pelatihan/simulasi jika terjadi kebakaran. Selain itu,
harus ada pengadaan hydrant, detektor api dan alarm untuk mencegah terjadi
kebakaran yang besar.
4. Pihak perusahaan seharusnya mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin
kepada para pekerja dan pengadaan kotak P3K yang sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tarwaka, Bakri,S, Sudiajeng, L. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan,


Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Surakarta: UNIBA press. 2011
2. Sumamur. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.
Gunung Agung. 2012
3. Wahyu, Atjo. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta; CV. Haji
Masagung. 2001
4. Staff Dosen Emergency MedicineUniversity of Sumatera Utara.Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. [Online on 2013], [Cited on
Mei2016]. Available from: http://ocw.usu.ac.id/course/detail/pendidikan-
dokter-s1/1110000130-emergenvcy-medicine.html.
5. Anonim. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja.[online] [citied on 22 Mei 2016].
Available from URL: http://www.depkes.go.id
6. Yunita, Andrina M. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Medan: Library
USU. 2010. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016
(library.usu.ac.id/download.fk/tht-andrina1.pdf)
7. Ladou Joseph. Current Occupational & Environmental Medicine.San
Fransisco : Mc Graw Hill.
8. Repository USU. Rhinitis Alergi. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf)

Anda mungkin juga menyukai