Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cahaya dan sinar, kedua kata ini sepintas mempunyai makna yang sama.
Namun bila kita kaji lebih mendalam, cahaya dan sinar sangatlah berlainan.
Cahaya adalah suatu bentuk pancaran energi yang mana mempunyai
kapasitas/kemampuan untuk merangsang indra penglihatan manusia. Mata kita
peka terhadap sebagian dari total energi pancaran yang diemisi melalui suatu zat.
Agar dapat melihat, cahaya harus datang dari suatu objek dan masuk kedalam
mata. Cahaya dapat memperlihatkan karakternya sebagai gelombang, tetapi dalam
gerakan cahaya itu merupakan garis lurus dan dalam hal tertentu cahaya disebut
pula sebagai sinar.
Cahaya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, matahari adalah sumber
cahaya utama di Bumi. Tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk membuat
makanan dengan bantuan klorofil/zat hijau daun. Sejak dimulainya peradaban
hingga sekarang, manusia menciptakan cahaya hanya dari api, walaupun lebih
banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21 ini kita masih menggunakan
prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui lampu pijar.
Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan menjadi lebih
canggih dan beraneka ragam.
Cahaya merupakan satu bagian dari berbagai jenis gelombang-gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang
dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya
dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk
gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga
merupakan dasar ukuran meter. Satu meter adalah jarak yang dilalui cahaya

1
1
melalui vakum pada detik. Kecepatan cahaya adalah 299.792.458
299.792.458
meter per detik.

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengukur kuat penerangan suatu lampu atau cahaya lain.

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian cahaya

Cahaya pada hakikatnya berupa gelombang dan partikel yang tidak dapat
dilihat dan dapat dilihat apabila cahaya tersebut mengenai benda. Melalui
pendekatan cahaya sebagai gelombang dan partikel maka peristiwa refraksi,
difraksi dan refleksi dapat dijelaskan dengan teori gelombang sedangkan
peristiwa panas yang ditimbulkan oleh cahaya hanya dapat di jelaskan melalui
teori foton kuantum atau partikel (Gabriel,1988).
Cahaya merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, terutama
untuk mengenali lingkungan dan menjamin aktivitas penghuninya. Penggunaan
pencahayaan dan cara bagaimana bagian ruang disinari atau tidak disinari akan
menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang. Tanpa cahaya dunia
menjadi gelap dan tidak ada keindahan visual. Dengan cahaya, manusia dapat
melihat lingkungan dan warna serta beraktivitas dengan nyaman serta menikmati
interior bangunan dan keindahan arsitektur.
Dalam ilmu fisika pembahasan cahaya dibagi dalam dua bagian yaitu
ditinjau dari segi geometris (optika geometris) dan dari segi fisik (optika fisik).
Tujuan dari pembagian tersebut adalah untuk menjelaskan peristiwa cahaya dan
untuk memenuhi rumusan tertentu. Cahaya dapat ditransformasikan kedalam
bentuk energi lain misalnya panas. Energi panas ini dapat ditransfer dari satu
tempat ke tempat lain melalui suatu gerakan partikel (energy kinetic) atau
melalui perambatan vibrasi yang dikenal sebagai suatu gelombang. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa cahaya berupa gelombang atau partikel.
(Ardiyanto,2008)

3
Issac Newton menyatakan bahwa cahaya adalah suatu partikel dan
merambat dalam satu garis lurus. Pendapat Newton ini kemudian dikenal sebagai
teori korpuskuler. Pada permulaan abad XIX, Young dan Fresnel menunjukan
bahwa cahaya pada hakikatnya berupa gelombang transfersal. Mereka
menyatakan dalam perambatan cahaya diperlukan medium berupa eter. Namun
pada kenyataannya eter tersebut tidak ada (exsist). Dengan memakai teori
gelombang ini, dapat menjelaskan peristiwa interferensi dan polarisasi.
Pada tahun 1864, James C. Maxwell memprediksi secara matematik bahwa
cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dan menjalar secara transversal.
Panjang gelombang radiasi elektromagnetik yang dapat dilihat terletak antara 380
nm dan 760 nm; setiap panjang gelombang berkaitan dengan berbagai warna dari
cahaya. Beliau dapat membuktikan peristiwa polarisasi cahaya. Sampai abad
XIX, para ahli percaya akan teori gelombang bagi cahaya. Teori kospuskuler
tidak dianut lagi oleh karena tidak dapat menjelaskan sebagian besar hasil
observasi eksperimental.
Tahun 1900, Max Plank mengobservasi interaksi antara cahaya dan zat,
beliau kemudian mengembangkan teori quantum (kuantum) oleh karena
beberapa hal tidak dapat dijelaskan dengan teori gelombang. Teori kuantum
member prinsip dasar bahwa pertukaran energi antara radiasi elektromagnetik
dan zat selalu mempunyai ciri-ciri energi sendiri yang disebut kuanta (quanta)
dan setiap kuantum cahaya mempunyai beberapa partikel yang dikenal sebagai
foton.

2.2 Sumber dan Sifat Cahaya

A. Sumber cahaya
Secara garis besar sumber cahaya dapat dibagi dalam dua macam:
1. Cahaya alam (natural lighting)
Yang termasuk dalam cahaya alam adalah cahaya matahari yang
merupakan sumber cahaya utama dan dominan. Adapun cahaya matahari
tergantung kepada waktu siang hari, musim, cuaca berawan atau tidak.

4
2. Cahaya yang artificial (cahaya buatan)
Cahaya buatan ini meliputi cahaya listrik (cahaya fluorensen), cahaya
gas, lampu minyak dan lilin. Cahaya buatan ini sebagai sarana pelengkap
untuk penerangan ruangan dan sebagainya.

B. Sifat sumber cahaya


1. Cahaya dapat menembus
Cahaya dapat menembus bahan-bahan yang tidak padat seperti kain,
kertas kalkir dan kaca sehingga kualitas kerasnya cahaya dapat dibuat
lunak atau soft.
2. Cahaya dapat difokuskan
Cahaya dapat kita salurkan kearah mana kita kehendaki, dia dapat
dikumpulkan dan difokuskan agar kuantitasnya lebih besar lagi. Sebagai
contoh adalah sinar Matahari yang difokuskan oleh surya kanta atau kaca
pembesar.
3. Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya itu dapat pula kita belokan atau kita pantulkan dengan benda yang
mempunya daya pantul yang tinggi seperti cermin, styrofoam, kertas
perak dll yang lazim kita sebut dengan reflektor untuk menyinari bagian-
bagian yang gelap.
4. Cahaya mempunyai warna
Semua sumber cahaya mempunyai warna atau umumnya kita sebut
dengan suhu warna dalam hitungan derajat Kelvin dan dapat diukur
dengan Kelvin Meter / Color Meter.
Sumber cahaya dari cahaya buatan dipergunakan untuk penerangan
ruangan yang berbeda dengan cahaya matahari dalam hal panjang gelombang.
Seluruh sumber cahaya buatan berbeda dengan sinar matahari dalam hal
distribusi spectrum, terutama terhadap lampu pijar yang kaya akan spectrum
merah lampu fluoresen merkuri dengan tekanan tinggi mempunyai distribusi
sebagian-bagian dengan puncak yang tajam pada daerah biru, hijau dan

5
kuning. Sedangkan pada lampu fluoresen putih mempunyai distribusi
spectrum tinggi pada daerah sekitar 600 nm (Gabriel, 1988).

2.3 Fotometri dan Satuan

Fotometri ialah ilmu yang membicarakan tentang pengukuran kwantitas


cahaya. Ada beberapa kwantitas cahaya yaitu: kuat cahaya (I), arus cahaya (F),
kuat penerangan (E) dan terang cahaya (e).
a. Kuat cahaya (I)
Kuat cahaya atau intensitas cahaya (I) ialah jumlah arus cahaya yang
dipancarkan dari sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Satuan kuat cahaya
adalah lilin internasional yang didefinisikan sebagai berikut:
Satu lilin internasional (Cd = Kandela) ialah kuat cahaya yang
memberikan cahaya sebanyak 1/20 kali banyaknya cahaya yang dipancarkan
oleh 1 cm2 platina pada titik lebur.
b. Arus Cahaya (Fluks cahaya = F)
Banyaknya tenaga cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya tiap
satuan waktu. Satuan arus cahaya adalah Lumen (=Lm) yang didefinisikan
sebagai berikut:
Satu lumen adalah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya
yang dipancarkan dari sumber cahaya yang menembus bidang seluas 1 m2
dari kulit bola yang berjari-jari 1 m dimana dipusat bola terdapat 1 lilin
Internasional.
c. Kuat Penerangan (E)
Jumlah arus cahaya tiap satuan luas. Satuan penerangan adalah Luks
Satu Luks didefinisikan sebagai kuat penerangan bidang yang tiap 1 m2
bidang tersebut menerima arus cahaya 1 lumen. Jika arus cahaya (F)
menerangi merata suatu bidang seluas A m2 maka kuat penerangan bidang
tersebut sebesar:

E=

6
F = arus cahaya dalam lumen
A = luas bidang dalam m2
E = kuat penerangan dalam Luks.
d. Terang Cahaya
Besar kuat cahaya tiap cm2 dari luas permukaan sumber cahaya yang
dilihat(kalau sumber cahaya berupa bola maka luas permukaan yang dilihat
berupa luas lingkaran).
Rumus :

e=


e = terang cahaya dalam satuan (=stilb)

I = kuat cahaya dalam lilin (candela)


A = luas permukaan sumber cahaya
Apabila ada dua bola lampu yang berpijar mempunyai kuat cahaya
yang sama tetapi lampu yang kecil kelihatan lebih terang daripada lampu
yang besar. Dalam hal ini dikatakan terang cahaya (e) lampu yang kecil lebih
terang daripada lampu yang besar.

7
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat-alat

1. Luxmeter (satuan lux)


2. Bola lampu neon
3. Penggaris atau meteran

3.2 Prosedur Percobaan

1. Ukur kuat penerangan terlebih dahulu tanpa hidup lampu, KPo= lux.
2. Persiakan peralatan lampu dan hubungkan dengan sumber tegangan.
3. Hidupkan 1 lampu dan ukur jarak antara lampu dengan luxmeter.
4. Ukur kuat penerangan dengan luxmeter. Usahakan luxmeter tegak lurus
dengan sumber cahaya. Ambil 3 kali percobaan. Sebut harga itu KP1=lux.
Harga kuat penerangan sebenarnya, KPS = KP1-KPo =lux.
5. Ubah jarak antara lampu dengan luxmeter dan catat berapa kuat penerangan.
Jarak-jaraknya yaitu 20 cm, 40 cm, 60 cm, 80 cm, 100 cm, 120 cm, 140 cm.
6. Buat tabel data percobaan.

8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Setelah melakukan percobaan dengan mengukur kuat penerangan bola
lampu neon 14 Watt dalam jarak ukur tegak lurus tertentu dan kuat penerangan
sebelum lampu hidup (KPo) dengan menggunakan luxmeter, diperoleh beberapa
data yaitu:
Tabel 1
Jumlah Daya Jarak tegak Kuat penerangan KPS
No
lampu lampu lurus (cm) x1 x2 x3
1 1 14 Watt 20 140 140 140
2 1 14 Watt 40 90 90 90
3 1 14 Watt 60 50 50 50
4 1 14 Watt 80 40 40 30
5 1 14 Watt 100 30 30 40
6 1 14 Watt 120 12 12 12
7 1 14 Watt 140 10 11 10

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak


tegak lurus antara sumber cahaya (lampu neon) dengan luxmeter, semakin kecil
kuat penerangannya dan sebaliknya.

4.2 Pembahasan
Dari tabel hasil percobaan diatas dapat kita ketahui bahwa semakin jauh
jarak tegak lurus antara sumber cahaya (lampu neon) dengan luxmeter, semakin
kecil kuat penerangannya. Sedangkan semakin dekat jarak tegak lurus antara

9
sumber cahaya (lampu neon) dengan luxmeter, semakin besar kuat
penerangannya.
Pada jarak 20 cm kuat penerangan terbesar 140 lux, jarak 40 cm kuat
penerangan terbesar 90 lux, jarak 60 cm kuat penerangan terbesar 50 lux, jarak
80 cm kuat penerangan terbesar 40 lux, jarak 100 cm kuat penerangan terbesar
40 lux, jarak 120 cm kuat penerangan terbesar 12 lux, dan pada jarak 140 cm
kuat penerangan terbesar 11 lux.
Selain faktor jarak tegak lurus antara sumber cahaya dengan luxmeter,
faktor jumlah cahaya juga sangat berpengaruh terhadap besarnya kuat
penerangan. Semakin banyak jumlah sumber cahaya semakin besar kuat
penerangannya (KPs). Sedangkan makin sedikit jumlah sumber cahaya maka
kuat penerangannya semakin kecil.

10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kuat penerangan


adalah sebagai berikut:
1. Jarak dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang kita terima.
2. Semakin jauh sumber cahaya maka semakin kecil juga kuat penerangan yang
kita terima, sebaliknya jika sumber cahaya berasal dari jarak yang dekat
maka kuat penerangan yang kita terima juga akan semakin besar.
3. Jumlah sumber cahaya juga mempengaruhi kuat penerangan.
4. Jika sumber cahaya di suatu ruangan banyak maka kuat penerangan yang
diperoleh makin besar, sedangkan jika sumber cahaya sedikit maka kuat
penerangan makin kecil.

5.2 Saran

1. Dalam melakukan penelitian pengukuran kuat penerangan, hendaknya kita


menyiapkan terlebih dulu alat-alat yang akan gunakan.
2. Dalam menentukan tingkat kuat penerangan menggunakan luxmeter
hendaknya kita harus lebih teliti.
3. Ketika mengambil sampel kuat penerangan lampu neon 14 Watt dengan
menggunakan luxmeter, sebaiknya dilakukan berulang kali (3 kali) agar
mendapatkan hasil yang maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto,A.2008.Ilmu Fisika Bangunan.Yogyakarta:Penerbit Kanisius


Gabriel,J.F.1988.Fisika Kedokteran.Jakarta:Penerbitan Buku Kedokteran EGC
Gabriel,J.F.1988.Fisika Lingkungan.Jakarta:Penerbitan Buku Kedokteran EGC
Petunjuk Praktikum Fisika Lingkungan, Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.2011.

12
LAMPIRAN

Setelah mendapatkan data, kita masukkan data dalam tabel teori ketidakpastian
(tabel 2). Dengan menggunakan program Microsoft excel kita dapat menentukan x
terbaik dari hasil pengukuran sumber bunyi dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2
Kuat penerangan KPs
No Jarak rat x x terbaik
x1 x2 x3
1 20 140 140 140 140 58800 0 1400 lux
2 40 90 90 90 90 24300 0 900 lux
3 60 50 50 50 50 7500 0 500 lux
4 80 40 40 30 36,7 4100 3,33 36,73,33 lux
5 100 30 30 40 33,3 3400 3,33 33,33,33 lux
6 120 12 12 12 12 432 0 120 lux
7 140 10 11 10 10,3 321 0,33 10,30,33 lux

Dari tabel diatas dapar disimpulkan bahwa semakin jauh jarak antara sumber
cahaya dengan luxmeter maka semakin sedikit pula kuat penerangan dan nilai
terbaiknya.

13

Anda mungkin juga menyukai