1. Sanitasi
UNIT TERKAIT
2. Tenaga teknis air bersih
3. Teknisi plumbing air bersih
3. Destilasi
a) Siapkan air baku yang akan diolah.
b) Panaskan air pada suhu 150c pada alat destilator.
c) Tampung uap air yang keluar dinginkan, masukkkan kedalam
PROSEDUR
reservoir.
d) Jika ada senyawa amonia atau clor yang terkondensasi dalam air
maka dapat dilakukan pertukaran ion ataupun dengan saringan
karbon sebelum proses destilasi.
Catatan : setelah air murni dihasilkan maka perlu dilakukan upaya untuk
menjaga kualitasnya.dan dipantau berkala mengenai kualitas airnya.
1. Sanitasi
UNIT TERKAIT 2. Tenaga teknis air bersih
3. Teknisi plumbing air bersih
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
RS.WISMA RINI
Parameter air limbah memenuhi baku mutu seperti pada lampiran standar
EVALUASI
air limbah.
PENGELOLAAN SAMPAH NON MEDIS
RS.WISMA RINI
4. Penanganan limbah berdasarkan golongannya :
A. Golongan A.
a) Dessing bedah yang kotor swab, dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung
pada bak penampungan limbah medis yang tersedia.
b) Lengkapi dengan kantong pelapis pada tempat penampungan
sampah.
c) Pelapis tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali
atau bila tiga per empat kontainer penuh.
d) Ikat dengan kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di
bak sampah klinis.
e) Bak dibuat dengan kuat dan tidak bocor.
f) Sampah dari unit haemodialisis hendaknya dimusnahkan dengan
Prosedur incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving tetapi kontainer
harus dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bias
menembus secara efektif.
g) Limbah dari unit lain hendaknya juga dimusnahkan dengan
incinerator. Bila tidak memungkinkan bisa dengan cara lain yaitu
ditimbun dengan tanah pada kedalaman 2m .
h) Prosedur yang digunakan dalam menangani limbah penyakit
infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang bertanggung jawab,
kepala bagian sanitasi, dan dinas kesehatan setempat c.q Sub Din
PKL setempat.
i) Semua jaringan tubuh, placenta dan lain-lain hendaknya
ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang tepat
kemudian dimusnahkan dengan incenerator.
j) Karkas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan
dengan incinerator.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
RS.WISMA RINI
B. Golongan B
a) Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan
keadaan tertutup.
b) Sampah golongan ini hendaknya ditampung dalam bak tahan
benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval
maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya ditampung
didalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimusnahkan dengan incinerator.
C. Golongan C
Pembuangan sampah klinis yang berasal dari unit patologi
kimia,haematologi dan transfusi darah, microbiologi, histologi
dan postmortum serta unit sejenis (misalnya tempat binatang
percobaan disimpan ), dibuat dalam kode pencegahan infeksi
dalam laboratorium klinis dan ruang post-mortum.
Prosedur D. Golongan D
Untuk limbah golongan D merupakan golongan limbah bahan
farmasi,untuk pembuangannya hendaknya dengan kontainer
sampah yang kuat dan kedap air. Untuk barang-barang lebih atau
produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya
dikembalikan kepada petugas yang bertanggung jawab dibagian
farmasi.
E. Golongan E
Untuk semua limbah golongan E kecuali pada ruangan beresiko
tinggi, isi dari sampah golongan ini bias dibuang melalui saluran
air melalui sluice, WC atau unit pembuangan untuk itu. Namun
untuk sampah yang tidak bisa dibuang melalui saluran air
hendaknya disimpan dalam bak sampah klinis dan dimusnahkan
dengan incinerator
5. Syarat trolli transportasi sampah klinis.
A. Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus.
B. Tidak akan menjadi sarang serangga.
C. Mudah dibersihkan dan dikeringkan.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
RS.WISMA RINI
D. Sampah tidak menempel pada alat angkut.
E. Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang
kembali.
Catatan :
1. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa di dalam alat
truck pengangkut sampah.
2. Harus di perhatikan upaya untuk mencegah terkontaminasi
dengan sampah lain.
3. Harus dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak
terjadi kebocoran atau tumpah.
6. Syarat penampungan sampah medis menunggu pengumpulan
A. Sampah klinis disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
Prosedur B. Ditaruh ditempat yang strategis, merata dengan ukuran
disesuaikan dengan frekuensi pengumpullannya dengan kantong
berkode warna tertentu.
C. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantainya
tidak rembes, dan disediakan sarana untuk mencuci.
D. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari
binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
E. Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (jika
memungkinkan).
F. Untuk sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan
pendahuluan dapat di tampung bersama sampah lain sambil
menunggu pengumpulan.
Catatan : semua petugas hendaknya diberi instruksi yang jelas bahwa
container bertekanan, seperti kaleng aerosol hendaknya tidak
dimasukkan didalam kantong sampah yang akan
dibuang/dimusnahkan dengan incinerator.
1. Tidak terdapat timbunan sampah medis.
2. Tidak ditemukannya penyakit akibat sampah medis terutama
Evaluasi
penyakit yang infeksius.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
RS.WISMA RINI
Evaluasi 3. Tidak terdapat vektor ataupun binatang pengganggu lainya akibat
sampah medis.
UNIT TERKAIT - Sanitasi
- Seluruh Ruang Perawatan
- Cleaning Servis
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
RS.WISMA RINI
E. Jagalah makanan potensial berbahaya pada suhu yang tepat
(dibawah 40F atau diatas 150F) kecuali pada saat penyajian
cepat atau saat pengolahan.
2. Prinsip dasar terhadap makanan.
Makanan yang disimpan dalam refrigerator hendaknya diwadahi
dalam Loyang ceper dengan dalam dasar loyang tidak lebih dari 5-
7,5 cm , dengan demikian makanan tidak terlalu tebal sehingga
bias cepat dingin dan mengurangi pertumbuhan kuman.
A. Harus tersedia ruang dalam refrigerator dalam jumlah cukup
untuk sirkulasi udara dingin di dalam refrigerator.
B. Suhu refrigerator dijaga tetap 40F dan kapasitas harus cukup
kuat sehingga makanan cepat dingin.
C. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga di atas 150 F atau di
Prosedur bawah 40 F. hal ini berarti makanan tetap berada di tempat
pengolahan/penyimpanan sebelum disajikan.
D. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang
baik dengan ketinggian rak terbawah dari lantai 20-25 cm. hal ini
untuk menghindari kontaminasi genangan air, memudahkan
pembersihan, mencegah infestasi serangga.
E. Suhu gudang untuk makanan kering dan kaleng dijaga kurang
dari 70F hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pertumbuhan
serangga, bakteri atau kerusakan kaleng..
F. Gudang harus di buat anti tikus dan serangga.
G. Rak-rakdalam refrigerator diatur sedemikian sehingga bahan
makanan tidak saling berdesakan untuk mendapatkan aliran
udara.
H. Menggunakan prinsip FIFO pada saat memasukkan dan
mengeluarkan barang (First In First Out).
3. Untuk penjamah makanan harus diperhatikan aspek penjamah
sebagai berikut :
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
RS.WISMA RINI
A. Mencuci tangan, hendaknya mencuci tangan pada saat-saat
berikut :
a) Sebelum bekerja
b) Sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau
terkontaminasi.
c) Setelah dari kamar kecil.
d) Setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk dan bersin
e) Setelah makan atau merokok.
Catatan : mencuci tangan menggunakan sabun ataupun diinfektan dan
cucilah tangan di air mengalir.
B. Pakaian hendaknya memakai pakaian khusus untuk bekerja.
Pakaian kerja harus bersih, yang sudah usang jangan dipakai lagi
Prosedur C. Kuku dan perhiasan, kuku hendaknya dirawat dan dibersihkan
dan dianjurkan untuk tidak memakai perhiasan sewaktu bekerja.
D. Topi/penutup rambut, semua penjamah hendaknya memakai
topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut ke
dalam makanan dan mencegah kebiasaan mengusap/menggaruk
rambut.
E. Merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diizinkan
merokok selama bekerja baik waktu mengolah maupun mencuci
peralatan. Merokok merupakan mata rantai antara bibir dan
tangan dan kemudian ke makanan disamping sangat tidak etis.
F. Lain-lain, kebiasaan lain seperti batuk-batuk ke tangan, garuk-
garuk, memencet jerawat, merupakan tindakan yang tidak
hygienis. Kebiasaan ini akan mengkontaminasi tangan dan pada
gilirannya mengkontaminasi makanan.
RS.WISMA RINI
4. Syarat perlengkapan dan peralatan
A. Perlengkapan merajang, blender, dan sebagainya seringkali tidak
tercuci dengan baik karena tidak bias dipindahkan, maka harus
dicuci ditempat, terhadap alat demikian perlu dibuatkan prosedur
yang mencangkup bongkar-pasang, mencuci,dan mensanitasi.
B. Alat-alat kecil lain(misalnya : sendok, penggoreng, papan
Rajang dan lain-lain) banayak terdiri dari bagian bagian
berlubang atau semacam porus yang menyulitkan pencucian.
Karena itu alat semacam ini perlu selalu dikontrol dan sering
diganti. Disarankan bias diganti tiap 6 bulan.
C. Standar Industri Indonesia barangkali dapat dipakai sebagai
rujukan untuk pengadaan perlengkapan/peralatan pengolahan
makanan dirumah sakit untuk mendapatkan barang yang tidak
Prosedur membahayakan ,awet dan mudah dicuci
D. Apabila menggunakan alat cuci manual harus memperhatikan
urutan pencucian
a) Sebaiknya menggunakan 3 bak pencucian, yang terdiri dari
untuk mencuci, membilas, dan mensucikan hama.
b) Bak 1 diisi air panas 110 F, dan detergent yang sesuai, tangki
ke 2 diisi dengan air hangat untuk membilas, dan tangki ke
tiga diisi air panas 170 F untuk mencuci hama dengan
merendam 30 detik.
c) Sebagai alternatif air panas dapat digunakan larutan khlorin
200ppm atau yodium 25ppm.
d) Detergent yang digunakan hendaknya sesuai dengan
kesadahan air, tipe mesin, kondisi kotoran, dan peyediaan air.
Detergent yang baik adalah yang memiliki sifat : cepat larut
dan terurai dalam air, tidak korosif terhadap permukaan
logam, melunakkan dan mengkondisi air, mengandung biang
chelating, menjadi desinfektan yang baik, menjaga
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
RS.WISMA RINI
Prosedur presipitasi dalam suspense, melarutkan bahan organis, dan anorganis
dengan baik.
5. Menyelidiki dan evaluasi mengenai penyakit yang ditularkan
melalui makanan.
Perlu dilakukan penyelidikan makanan yang bertujuan untuk
memastikan penyebab penyakit dan mengumpulkan informasi
yang dapat digunakan untuk mencegah terulangnya kejadian
penyakit.
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Direktur
PROSEDUR
TETAP
RS.WISMA RINI
Prosedur 2. Penanganan Linen Bersih
A. Pertama harus ada pemisahan antara penyortiran linen kotor
dan linen bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
ruang sama sekali terpisah untuk penyortiran linen kotor yang
dilengkapi dengan ventilasi bertekanan negatif untuk
mencegah sirkulasi udara menuju ruang linen bersih.
B. Mengurangi jarak transportasi antara satu prosesdan proses
berikutnya. Setelah pemerasan linen bersih dengan hati-hati
dipindahkan ke mesin pengering dan setrika atau proses lain
ke bagian inspeksi dan mengepakan dengan sedikit mungkin
kontak dengan pekerja.
C. Para pekerja yang menangani linen bersih hendaknya
mengenakan seragam yang bersih dan terlatih dalam teknik
kebersihan. Mengenakan topi bagi yang berambut panjang
dan selalu mempraktekkan prilaku mencuci yang benar
D. Sebagai pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan
plasti daripada kertas.
Catatan : standar kuman bagi linen bersih memang belum dapat
ditetapkan namun disarankan bahwa linen bersih setelah keluar dari
semua proses diatas tidak mengandung 6000 spora spesies bacillus
peinchi persegi.
Pelaksanaan 1. Tenaga sanitasi
2. Pengelola loundri
3. Tenaga kerja bagian loundri
Evaluasi 1. Laporan rutin yang berisi output ( jumlah linen yang dicuci dan
input(misal : disinfektan yang dipakai).
2. Pengamatan langsung secara uji petik dari proses pengelolaan
linen
3. Jika memungkinkan dilakukan analisa cost output/input.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR
Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes
Pengendalian Lingkungan rumah sakit adalah harus dilakukan
Pengertian karena jika dipelihara dengan baik dan benar dengan kondisi bersih
dan sehat, lingkungan akan dapat menimbulkan sarana transmisi
penyakit, khususnya pada individu yang immunocompromise.
1. Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas dan
Tujuan pengunjung serta masyarakat di sekitar rumah sakit sehingga
infeksi dapat dicegah.
2. Menciptkan lingkungan bersih, aman dan nyaman.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
1. SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya.
2. SK Menkes No. 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kebijakan lainnya.
3. SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. SK Menkes 1165.A/Menkes/SK/X/2004 tentang KARS.
5. SE Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 tentang
Pembentukan Komite PPIRS dan Tim PPIRS.
6. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan
1. Semua permukaan horizontal di tempat dimana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila
Prosedur terlihat kotor. Pembersihan juga harus dilakukan bila pasien
sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien-pasien
yang berbeda.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RS.WISMA RINI
4. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan. Membersihkan debu dengan kain kering atau
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
3. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara
berkala
4. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan
5. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan disimpan
6. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan
serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan
pembersihan menyeluruh setiap hari.
7. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan
dengan disinfektan segera setelah digunakan.
RS.WISMA RINI
b. Langit- langit
Langit-langit harus kuat, tidak berlubang, tidak bocor, tidak
berjamur, berwarna terang dan mudah di bersihkan tingginya
minimal 2,70 meter dari lantai kerangka langit-langit harus
kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap
c. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air,
tidak licin , warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang
sehingga mudah dibersihkan secara rutin 3 kali sehari atau bila
perlu. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan limbah.
Pertemuan lantai dengan dinding disarankan berbentuk
lengkung agar mudah dibersihkan terutama untuk ruang isolasi,
penyakit menular dan ruang operasi.
d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
Prosedur e. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya.
f. Jaringan instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik sistim penghawaan, sarana komunikasi dan lain-
lainnya harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar
aman dan nyaman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu.
Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan pipa
air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
g. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari khusus
tempat tidur pasien gunakan cairan disinfektan,
tidak menggunakan bahan yang dapat menyerap
debu, sebaliknya bahan yang mudah di
bersihkan dari debu maupun darah atau cairan
tubuh lainnya.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RS.WISMA RINI
h. Fixture dan fitting
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya didesain
sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
i. Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak
bergelombang, warna terang, di cuci secara periodik 3 bulan
sekali dan tidak menyentuh lantai.
Lingkungan
A. Ventilasi ruangan
RS.WISMA RINI
menimbulkan kekhawatiran dimana cara penularannya
belum diketahui
Pemeliharaan exhaust fan harus dilakukan secara rutin
untuk mempertahankan kualitas dan sirkulasi udara yang
optimal
Pintu kamar pasien harus selalu tertutup, jika
memungkinkan jendela kamar pasien selalu terbuka
Poster di pintu kamar pasien harus selalu di pasang
Ada tiga jenis ventilasi utama :
1. Ventilasi mekanis, dengan menggunakan fan untuk mendorong
aliran udara melalui suatu gedung, jenis ini dapat
dikombinasikan dengan pengkondisian dan penyaringan udara.
2. Ventilasi alami menggunakan cara alami untuk mendorong
aliran udara melalui suatu gedung; adalah tekanan angin dan
tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara udara
didalam dan diluar gedung, yang dinamakan efek cerobong
3. Sistem ventilasi gabungan memadukan penggunaan ventilasi
mekanis da alami.
C. Permukaan lingkungan
Prosedur Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area
perawat
Lakukan pembersihan dua kali sehari bila kotor
Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai
petunjuk pabrik
Jangan menggunakan disinfektan/cair kimia tingkat tinggi
untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal
Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikut
prosedur tertentu
Jangan melakukan disinfektan fogging di area
keperawatan
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan
meja
Gunakan detergen. Jangan menggunakan
disinfektan/cairan kimia tingkat tinggi untuk
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RS.WISMA RINI
Peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal, jika tidak ada
petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk pembersihan
dan infeksi
D. Ruangan perawatan pasien
Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non
perawatan seperti perkantoran administrasi, bersihkan dan
diinfekis permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu,
bed rails
E. Ruangan yang beresiko (ICU, Kamar Operasi (OK), CSSD
1. Bersihkan dinding, langit dan jendela, tirai di area
perawatan pasien
2. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengapasan di
area keperawatan
3. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
Prosedur 4. Ikui prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths
and solution
5. Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan,
da digunakan cairan yang baru
6. Ganti mop setiap hari
7. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan
biarkan kering sebelum dipakai lagi
8. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan
dengan wet vacuum atau mop lantai dan dinding dengan
menggunakan pembersih, jangan gunakan mats dipintu
masuk ruang operasi gunakan metode pembersihan debu
yang tepat untuk pasien yang immonocompromise
RS.WISMA RINI
telepon, TV, remote control. Virus dapat dinonaktifkan oleh
alcohol 70% dan klorin ( precept 50% ). Dianjurkan untuk
melakukan pembersihan permukaan lingkungan dengan detergen
yang netral dilanjutkan dengan larutan disinfektan
RS.WISMA RINI
H. APD untuk pembersihan lingkungan
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang
memerlukan banyak pekerja, dan dilingkungan
tertentu risiko terpajan benda-benda tajam
sangat tinggi.
K. Pembuangan sampah
Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau
area isolasi harus dibuang dalam wadah atau
kantong yang sesuai :
1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning
atau bila). Kemudian diikat dengan tali diberi tanda
infeksius . Semua sampah dari suatu ruangan/area yang
merawat pasien dengan penyakit menular melalui udara
(airbone) harus ditangani sebagai sampah infeksius.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
RS.WISMA RINI
2. Untuk sampah non-infeksius/tidak menular gunakan
kantong plastic hitam
3. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam
wadah tahan tusukan
4. Kantong sampah apabila sudah bagian penuh harus
segera diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali
5. Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan
Prosedur sampah dari area area harus menggunakan APD lengkap
ketika membuang sampah.
6. Limbah cair seperti urin atau feses dibuang
ke dalam sistem pembuangan kotoran yang
tertutup dan memenuhi syarat dan disiram
dengan air yang banyak
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
RS.WISMA RINI
B. Sering dilakukan pembersihan dan perawatan rutin di tempat-
tempat yang mungkin menjadi tempat perindukan serangga.
C. Gunakan insektisida jika pertumbuhan serangga sudah
membludak dan tidak dapat dikendalikan secara mekanis dan
biologis.
D. Sering dilakukan perawatan terhadap ruangan dirumah sakit.
E. Contoh insektisida antara lain : clhoradane 2,5 % atau lindane
1 % (digunakan untuk kecoa). Disemprotkan pada celah,
retakan, bagian belakang lemari di bawah peralatan dan
sejenisnya, malation dapat digunakan sebagai insektisida kutu
busuk dan nyamuk malaria. Untuk nyamuk aedes dapat
Prosedur
digunakan abate atau pembersihan pada tempat penampungan
air dan tempat yang dapat menimbulkan genangan air. Bila
terjadi infestasi dapat dilakukan fogging
4. Pengendalian tikus
A. Identifikasi jenis tikus
B. Penghadang fisik dan structural, rumah sakit hendaknya
didesain sedemikian mungkin, untuk tempat-tempat yang
dapat menjadi sarng tikus. Lubang-lubang di dindind, ruang
kosong, ruang buntu, sejauh mungkin ditiadakan demikian
juga tumpukan sampah dan barang bekas.
C. Ada penangan khusus untuk mengusir tikus dan bukan
bersifat untuk membunuh misalnya, penimbul bunyi frekuensi
tinggi yang tersedia untuk mengusir tikus dari ruang.
D. Harus rutin dilakukan pemeliharaan kebersihan,
penampungan, pengangkutan dan pembuangan sampah
dengan benar merupakan unsure pengendalian yang penting
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS
RS.WISMA RINI
E. Penggunaan pestisida , seperti halnya serangga namun
penggunaan pestisida bukan satu-satunya jalan keluar,
pestisida digunakan jika keadaan memaksa.
Misalnya : untuk menghilangkan populasi tikus yang sudah
Prosedur terbentuk disebuah bangunan contoh pestisida untuk tikus
adalah : warfarin, fumarin, dan pivol atu untuk fumigasi masal
dapat dilakukan dengan HCN.
Namun lenih dari semua itu program sanitasi/kebersihan
adalah yang terbaik dan permanena untuk mengendalikan
tikus.
1. Petugas sanitasi
Unit Terkait 2. Petugas kebersihan
3. Petugas pengendalian vector
1. Indeks larva ( demam berdarah ).
2. Kepadatan lalat
Evaluasi 3. Man bitting ratio (malaria)
4. Frekuensi tindakan dan cangkupan.
5. Jumlah sarana pengendalian serangga dan tikus per jumlah area.
PEMBUANGAN JARUM SUNTIK DAN BENDA TAJAM
2) Penyimpanan
Untuk penyimpanan bahan kimia harus
dipersiapkan tempat khusus menurut
spesifikasi (jenis)
Bahan-bahan kimia tidak dibenarkan
dicampur dengan bahan lainnya (Gudang /
penempatan harus terpisah dari bahan lain)
dilengkapi dengan label B3 dan MSDS
(Material Safety Data Sheet) atau LDP
PROSEDUR (Lembar Data Pengaman) yang sesuai.
Penyimpanan bahan material disusun
menurut spesifikasi (jenis) dengan
mempertimbangkan faktor agronomis, estetika,
tata letak kemudahan pengambilan, dengan
metodee FIFO
Khusus penyimpanan tabung bertekan (
N2O, O2, UT dan elpiji ) disimpan di tempat
khusus yang terpisah sesuai dengan jenisnya
Setiap bahan material yang disimpan
didalam gudang diberi label dengan jelas
sesuai spesifikasi, khusus bahan-bahan B3
harus diberi label peringatan yang jelas untuk
diketahui bahaya dari masing-masing bahan
dan cara penangannya.
PENANGANAN B3
B. Pembersihan sewaktu-waktu
Dilakukan saat kotor dan harus segera dibersihkan dengan
instruksi dari staf ruangan.
1. Persiapan alat kebersihan :
a. Ember
b. Mop pel
c. Sapu/ lobby duster
d. Lap
PEMBERSIHAN RUANGAN PASIEN
2. Prosedur :
a. Lakukan kebersihan tangan sebelum memulai pekerjaan.
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan dan
masker.
c. Lakukan pembersihan semua tempat sampah walaupun
belum penuh , segera dicuci dan dilap sampai kering.
Buang sampah benda tajam walaupun belum penuh
d. Ganti plastik sampah sesuai kebutuhan.
e. Dusting atau lap rak-rak di dalam
ruangan (furniture), meja pasien, tempat
tidur pasien sampai ke roda-roda tempat
tidur, jendela, kaca, kabel-kabel, plafon,
dinding, serta bersihkan wastafel sampai
bersih dengan lap basah setelah itu di
keringkan
PEMBERSIHAN RUANGAN PASIEN
Lingkungan
a. Tidak dianjurkan melakukan fogging desinfectan.
b. Segera bersihkan permukaan lingkungan yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh pasien.
c. Pertahankan udara lingkungan memadai.
d. Batasi jumlah personil di ruangan.
Batasi jumlah pengunjung maksimum dua orang sekali
berkunjung.