Anda di halaman 1dari 59

PENYEDIAAN AIR BERSIH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


065 / A / SPO / VII / 2016 00 1/2
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes
Air bersih adalah air yang layak konsumsi oleh manusia dan memiliki
kualitas minimal sebagaimana dalam Keputusan Mentri Kesehatan
PENGERTIAN Republik Indonesia No : 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air minum.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada saat pelaksanaan kegiatan
TUJUAN dirumah sakit agar kebutuhan akan air bersih dapat terpenuhi.
1. Jumlah kebutuhan air bersih untuk rumah sakit masih belum dapat
ditetapkan secara pasti.
KEBIJAKAN 2. Jumlah kebutuhan air mengikuti perkembangan pelayanan dan kelas
dalam rumah sakit.
1. Menilai prioritas kebutuhan Air Bersih.
a. Kebutuhan air disesuaikan dengan jumlah kamar, jumlah pelayanan
Yang ada dalam rumah sakit tersebut, dan jumlah tempat tidur.
b. Perkiraan jumlah kebutuhan air bersih / tempat tidur adalah 500
900 liter/tempat tidur/hari.
2. Mengetahui standar Kualitas Air Bersih.
a. Secara fisik : jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
b. Secara mikrobiologis : tidak mengandung organisme pathogen dan
bebas dari kandungan biologi yang membahayakan kesehatan
PROSEDUR manusia atau estetika.
c. Secara kimia : tidak mengandung bahan kimia pada konsentrasi
yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis, gangguan estetis, atau
merugikan secara ekonomis, tidak korosif atau keruh, tidak
meninggalkan endapan pada jaringan perpipaan, tangki dan lain-
lain.
3. Sumber Air Bersih
a. Sumur gali
b. Sumur bor
4. Cara pengolahan Air Bersih.
a. Penyimpanan Air sumber dalam suatu reservoir bersekat.
b. Pemberian bahan koagulasi untuk mengurangi kekeruhan dan
warna.(Almunium sulfat)
c. Sedimentasi (pengendapan) terhadap partikel hasil koagulasi guna
meringankan beban penjernihan selanjutnya.
PENYEDIAAN AIR BERSIH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


065 / A / SPO / VII / 2016 00 2/2
RS.WISMA RINI
d. Pemberian bahan untuk menetralisir keasaman jika air baku yang
digunakan pH nya tinggi. (kapur/Calsium bicarbonat).
e. Desinfeksi air dengan menggunakan bahan kimia atau fisika guna
menghilangkan bakteri patogen. (kaporit/hipoklorit).
5. Pengitungan jumlah kebutuhan air.
a. Hitung debit yang dihasilkan pompa, dengan rumus
Q = V/T
Dimana Q = Debit ait (Liter/Second)
V = Volume air (Liter)
T = Waktu (Sekon)
b. Hitung luas tempat penampungan air (reservoir) agar disesuaikan
dengan debit dan pemakaian pada waktu-waktu padat (pagi dan
PROSEDUR
siang).
Rumus = P X L X T
c. Menghitung jumlah tempat tidur dan jumlah instalasi yang
membutuhkan sarana air bersih, untuk perkiraan jumlah pemakain air
per tempat tidur adalah minimum 500 liter/tempat tidur/hari.
(Kemenkes No : 1204/Menkes/SK.X/2004)
6. Sistem Distribusi Air
Menggunakan sistem sambungan langsung dan booster pompa,
kapasitas pompa harus cukup besar sehingga memenuhi kebutuhan
untuk menyedot hingga ke lantai 5. Usahakan untuk menyetel pompa
booster agar bila terjadi penurunan tekanan negatif, maka penurunan
tekanan sampai tingkat yang telah distel (misalnya 30 psi).
7. Sistem air panas
a. Jumlah : 80 100 gal/ tempat tidur (American Society of Heating,
Refrigerating, and Air Condition Engineers).
b. Suhu : 110 F suhu maksimal bathubs dan shower (93C)
c. Persyaratan untuk dapur dan laundry
Laundry : 5 gal per pound
Dapur : 1,37 gal/orang/sekali masak

1. Sanitasi
UNIT TERKAIT
2. Tenaga teknis air bersih
3. Teknisi plumbing air bersih

1. Mutu air sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan Republik


EVALUASI Indonesia No : 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum.
2. Kuantitas sesuai dengan kebutuhan.
3. Perlu dilakukan frekuensi pemeriksaan plumbing sebulan sekali.
PENYEDIAAN AIR PADA KEGUNAAN KHUSUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


066 / A / SPO / VII / 2016 00 1/2
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes
Penyediaan air yang memerlukan mutu air lebih dari mutu untuk
PENGERTIAN
keperluan sehari-hari sehingga perlu dilakukan pengolahan tambahan.
Menyediakan air ke unit-unit yang memerlukan mutu air secara
TUJUAN khusus:(laboratorium, farmasi, unit perawatan, bedah, laundri dan
peralatan medis tertentu).

1. Masalah kontaminasi air pada kegunaan khusus


a. Kontaminasi dari bahan kimia, bahan kimia yang biasa ditambahkan
pada proses pengolahan air untuk konsumsi umum bisa dipandang
kontaminan pada keperluan khusus.
KEBIJAKAN b. Kontaminasi mikroba, yang dapat menyebabkan infeksi
nosokomial.
c. Kontaminasi gas dalam air, misalnya amonia dan chlorin.
Kontaminan tersebut dalam kegunaan khusus di laboratorium
menyebabkan penyimpangan hasil uji laboratorium.

Alternatif metode pengolahan


1. Saringan karbon :
a. Siapkan karbon aktif letakkan didasar reservoar.
b. Masukkan bahan baku air.
c. Alirkan air sampai warna pekat karbon hilang,buang air kotor
dari karbon.
d. Air siap digunakan didalam reservoar, lakukan back wash,
terhadap karbon secara berkala sesuai petunjuk pabrik.
e. Frekuensi back wash dapat ditentukan melalui uji bakteri,
PROSEDUR maka saringan perlu diganti atau diaktifkan kembali.
2. Pertukaran ion :
a. Siapkan granula dan resin dalam kolom silindris.
b. Air yang akan diolah melewati kolom silindris dengan
perlahan,maka perlu diatur debit airnya.
c. Ketika air kontak dengan resin terjadilah pertukaran kimia ion
yang ada dalam resin bertukar dengan ion yang ada didalam air.
d. Bila ion sodium pada resin telah terpakai, ion sodium harus
diperbahrui dengan larutan brine ( NaCl konsentrasi tinggi).
e. Water softener dapat di pergunakan lagi pada air.
PENYEDIAAN AIR PADA KEGUNAAN KHUSUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


066 / A / SPO / VII / 2016 00 2/2
RS.WISMA RINI

3. Destilasi
a) Siapkan air baku yang akan diolah.
b) Panaskan air pada suhu 150c pada alat destilator.
c) Tampung uap air yang keluar dinginkan, masukkkan kedalam
PROSEDUR
reservoir.
d) Jika ada senyawa amonia atau clor yang terkondensasi dalam air
maka dapat dilakukan pertukaran ion ataupun dengan saringan
karbon sebelum proses destilasi.

Catatan : setelah air murni dihasilkan maka perlu dilakukan upaya untuk
menjaga kualitasnya.dan dipantau berkala mengenai kualitas airnya.

1. Sanitasi
UNIT TERKAIT 2. Tenaga teknis air bersih
3. Teknisi plumbing air bersih
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


067 / A / SPO / VII / 2016 00 1/2
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari
PENGERTIAN rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan
kimia beracun, dan radio aktif.

1. Untuk mengolah limbah cair dari hasil kegiatan rumah sakit.


2. Agar limbah aman di buang kelingkungan sehingga tidak mencemari
TUJUAN
lingkungan sekitar.
3. Meminimalisasi penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh
air limbah rumah sakit.

1. Adanya karakteristik air limbah yang disesuaikan dengan jenis


limbah, misalnya : limbah radio aktif, limbah bersuhu tinggi, limbah
KEBIJAKAN
berlemak, caustic asam dan solvent dan lain-lain.
2. Sifat limbah yang bermacam dari kegiatan tiap unit di rumah sakit.

1. Tahap pengumpulan limbah cair


Dalam tahap pengumpulan limbah ke bak penampungan meliputi
aspek :
a. berapa banyak unit sumber yang menghasilkan limbah cair.
b. untuk masing masing sumber perlu dilakukan alat pengukur debit
limbah cair untuk mengetahui berapa debit limbah cair yang
PROSEDUR dihasilkan.
c. khusus untuk limbah dari dapur pada saluran pembuangan harus
dipasang penangkap lemak dengan ukuran yang disesuaikan.
d. ukuran dan jumlah bak penampungan awal disesuaikan dengan
banyak limbah yang dihasilkan/liter/hari.
e. tampung limbah pada bak penampungan air limbah.
2. Tahap pengolahan limbah :
a. Freeteatment : pengolahan pendahuluan ,menyaring padatan kasar
dari hasil limbah (Saringan kasar ,penangkap minyak dan lemak).
b. Primarytreatment : bak pengolahan limbah utama meliputi
pengendapan lumpur dan bahan tersuspensi dalam air limbah serta
padatan padatan kecil. Meliputi pengolahan utama dalam air
limbah dan penambahan mikroba untuk menguraikan air limbah
c. Secondary treatment : bak pengolahan limbah tahap ke 2 meliputi
saringan pasir halus.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
067 / A / SPO / VII / 2016 00 2/2

RS.WISMA RINI

d. Tertiary treatment : bak pengolahan limbah tambahan, pengolahan


ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu air limbah, contoh: jika
terlalu asam (pH rendah) air limbah ditambahkan kapur tohor, jika
kandungan mikrobanya tinggi di tambahkan kaporit untuk
PROSEDUR mengurangi mikroba.
3. Hitung berapa meter kubik limbah yang dibuang ke lingkungan per
harinya.
4. Pembuangan langsung ke badan air, atau saluran terdekat.dengan
pemeriksaan mutu limbah secara continue selama 3 bulan sekali. Di
bak pengolahan, dipembuangan dan di badan air.

UNIT TERKAIT 1. Sanitarian rumah sakit ( pengawas dan penanganan)


2. Operator proses pengolahan limbah

Parameter air limbah memenuhi baku mutu seperti pada lampiran standar
EVALUASI
air limbah.
PENGELOLAAN SAMPAH NON MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


068 / A / SPO / VII / 2016 00 1/2
RS. WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes
Sampah rumah sakit adalah hasil buangan dari kegiatan di tiap-tiap unit
rumah sakit, yang menghasilkan limbah buangan non medis yang memiliki
PENGERTIAN karakteristik limbah bahan domestik rumah tangga baik organik dan an-
organik.

1. Adanya karakteristik sampah padat rumah sakit yang bermacam-macam


yang mengakibatkan harus dilakukanya pemisahan sampah pada tahap
KEBIJAKAN awal pembuangan.
2. Untuk kategori sampah medis dilakukan pengolahan khusus yang
dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya bagi
karyawan rumah sakit.
1. Harus dilakukan batasan dan penggolongan sampah rumah sakit.
2. Menghitung volume sampah perhari di rumah sakit , berkaitan dengan :
a. Jumlah pengunjung di rumah sakit perhari.(asumsi sampah domestik
adalah 2 kg/orang/hari)
b. Meningkatnya jumlah sampah berkaitan dengan barang sekali pakai
(disposable).
c. Menghitung jumlah unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah
sakit.
3. Penampungan sampah :
a. Tempat penampungan harus memenuhi syarat :
Bahan tidak mudah berkarat.
PROSEDUR Kedap air, terutama untuk menampung sampah basah.
Bertutup rapat.
Mudah untuk dibersihkan
Mudah dikosongkan atau diangkut.
Tidak menimbulkan bising.
Tahan benda tajam dan runcing.
b. Digunakan kantong plastik selapis dalam bak sampah, khusus untuk
laboratorium paling tidak diperlukan tiga tipe tempat penampungan
sampah ( sampah pecah belah, sampah infeksius, sampah basah)
c. Pengangkutan sampah dalam rumah sakit
Menggunakan kereta pengangkut sampah dengan memperhatikan :
- Penyebaran tempat penampungan sampah.
- Jalur jalan dalam rumah sakit.
PENGELOLAAN SAMPAH NON MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


068 / A / SPO / VII / 2016 00 2/2
RS. WISMA RINI

- Jenis dan jumlah sampah.


- Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia.
d. Pembuangandan pemusnahan :
Terdapat 2 alternatif pembuangan dan pemusnahan sampah medis
PROSEDUR
dan non medis.
- Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis
secara terpisah
- Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis
dijadikan satu.

1. Tenaga sanitarian (pengawas)


UNIT TERKAIT
2. Tenaga kebersihan rumah sakit
3. Tenaga pengelola sampah

1. Akumulasi sampah yang tidak terangkut/terolah


2. Pengukuran tingkat kepadatan lalat (indeks lalat)
EVALUASI
3. Ada tidaknya keluhan, baik dari masyarakat yang tinggal disekitar
rumah sakit, pengunjung, pasien dan petugas rumah sakit.
CARA PEMBUANGAN SAMPAH DIRUANGAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
069 / A / SPO / VII / 2016 00 1/3

RS. WISMA RINI


Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,MKes
Cara pembuangan sampah adalah cara pengambilan sampah medis
(Infeksius), sampah B3 dan sampah non medis. Mengosongkan tempat
PENGERTIAN sampah dari sampah agar tempat sampah bersih dengan cara
mengantikan plastik sampah kemudian melakukan pembersihan tempat
sampah.
1. Mengosongkan tempat sampah dari sampah agar tempat sampah bersih
dengan cara menganti plastik sampah di lap (dusting) tempat sampah.
TUJUAN 2. Untuk mencegah/ meminimalkan terjadinya infeksi melalui ruangan,
pasien, petugas, keluarga dan pengunjung.
3. Agar ruangan tetap bersih dan kelihatan rapi serta siap pakai kapan saja
dibutuhkan/ ditempati pasien baru.

1. SK Menkes No. 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan


2. PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
KEBIJAKAN 3. SK Keamanan dan Keselamatan
4. SK B3
5. SK Kesling
A. Pengambilan sampah dari tempat sampah ke janitor trolley /
spoelhook :
1. APD yang digunakan :
a. Safety gloves (sarung tangan rumah tangga)
b. Masker
2. Persiapan Alat : Lap (Dry cloth)
PROSEDUR 3. Tata Cara :
a. Petugas cleaning services melakukan kebersihan tangan.
b. Petugas cleaning services menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
c. Petugas cleaning services menggunakan masker dan sarung tangan.
d. Petugas cleaning services mengambil tempat sampah dari kamar
dan toilet dibawa menuju ke jonitor troli di depan pintu kamar.
e. Petugas cleaning services mengambil sampah dari dalam tempat
sampah dengan cara mengambil plastik yang ada di tempat sampah
tersebut.
f. Petugas cleaning services mengikat plastik sampah dan meletakkan
ke sarung sampah yang berada di joniter troli,bila jonitor troli penuh
maka diletakkan ke spoelhook untuk sementara.
CARA PEMBUANGAN SAMPAH DIRUANGAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


069 / A / SPO / VII / 2016 00 2/3
RS. WISMA RINI
g. Petugas cleaning services menutup joniter sampah tersebut.
h. Petugas cleaning services mengganti plastik yang diletakkan di
tempat sampah sesuai jenis tempat sampahnya.
i. Plastik sampah harus terpasang dengan rapi.
j. Tempat sampah di lap (Dusting) pakai cleaning cloth warna merah
menggunakan chemical full trole, bila kotor harus dicuci di
spoelhook.
k. Petugas cleaning services mengembalikan tempat sampah ke
dalam kamar dan toilet di tempat semula dalam keadaan bersih
dan rapi.
PROSEDUR l. Setiap selesai melakukan pengambilan sampah, petugas cleaning
services melakukan cuci tangan.
B. Pengambilan sampah dari janitor trolley / spoelhook ke tempat
penampungan sampah :
1. APD yang digunakan :
a. Safety gloves (sarung tangan rumah tangga)
b. Masker
2. Persiapan Alat : Tempat sampah besar
3. Tata Cara :
a. Petugas cleaning services melakukan kebersihan tangan.
b. Petugas cleaning services menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
c. Petugas cleaning services memakai masker dan sarung tangan.
d. Petugas cleaning services mengambil sampah medis dari
spoelhook sampah dengan cara mengambil.
e. Petugas cleaning services mengambil semua sampah medis dari
setiap ruang perawatan.
f. Petugas cleaning services dalam membawa sampah melalui lift
pengunjung.
g. Petugas cleaning services mengantar sampah menuju ke tempat
penampungan sampah medis.
h. Petugas cleaning services mengulang pengambilan sampah untuk
sampah non medis.
i. Tempat sampah di lap (Dusting) pakai cleaning cloth warna
merah menggunakan chemical full trole, bila kotor harus di cuci
di spoelhook.
j. Pengambilan sampah medis dilakukan 2 kali dalam sehari.
k. Pengambilan sampah non medis dilakukan 2 kali dalam sehari.
CARA PEMBUANGAN SAMPAH DIRUANGAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


069 / A / SPO / VII / 2016 00 3/3
RS. WISMA RINI

l. Setiap selesai melakukan pengambilan sampah, petugas cleaning


services melakukan cuci tangan.
m. Petugas cleaning services mengulang pengambilan sampah untuk
sampah non medis
PROSEDUR
n. Tempat sampah di lap (Dusting) pakai cleaning cloth warna
merah menggunakan chemical full trole, bila kotor harus di cuci
di spoelhook
o. Pengambilan sampah medis dilakukan 2 kali dalam sehari
p. Pengambilan sampah non medis dilakukan 2 kali dalam sehari
q. Setiap selesai melakukan pengambilan sampah, petugas cleaning
services melakukan cuci tangan

UNIT TERKAIT Cleaning Service


PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


070 / A / SPO / VII / 2016 00 1/6
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Pengertian Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Kebijakan Diperlukan untuk pengelolahan limbah medis sesuai dengan kegiatan
masing-masing unit kerja.
Prosedur 1. Mengkategorikan limbah dalam beberapa golongan :
A. Golongan A
a) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari
daerah ini.
b) Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi.
c) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dressing.
B. Golongan B
Syringe bekas, jarum, catridge, pecahan gelas dan benda-benda
tajam lainnya.
C. Golongan C
Limbah dari ruang laboratorium dan post-martum kecuali yang
termasuk dalam golongan A
D. Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
E. Golongan E
Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad dan
stomabags.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi Halaman


No. Revisi
070 / A / SPO / VII / 2016 2/6
00
RS.WISMA RINI
2. Latihan penanganan dan pembuangan limbah untuk petugas/staf yang
bekerja di unit yang menghasilkan limbah medis.
A. Memeriksa apakah kantong/tempat sampah telah tertutup dengan
rapat
B. Menangani kantong/tempat sampah dengan hanya memegang leher
kantong/tempat sampah saja.
C. Mengetahui prosedur jika kantong/tempat sampah tumpah yaitu
pada saat mengambil sampah gunakanlah sarung tangan karet yang
sekali pakai, jika kantong sampah tumpah maka sampah di pungut
dengan menggunakan sarung tangan karet, lantai yang terdapat
tumpahan dilap dengan lap bersih menggunakan alkohol.
Prosedur D. Memastikan bahwa pengikat pada kantong limbah tidak akan putus
ataupun tumpah pada saat pengangkutan.
E. Pemungut, sopir dan petugas lain sadar akan sifat-sifat dan bahaya
dari limbah yang ditangani.
3. Mengkodekan container tempat sampah sesuai dengan warnanya :
A. Merah untuk limbah radio aktif dengan simbol radio aktif
(kontainer boks tibal)
B. Hitam untuk limbah rumah tangga atau hasil buangan dari dapur
dengan symbol recyle.(kontainer boks kuat,anti bocor dan anti
karat).
C. Kuning untuk limbah infeksius,patologi dan anatomi dengan
symbol hazard (kontainer kuat,anti bocor, ringan dan sterilisasi
otoklaf).
D. Ungu untuk limbah sitotoksis dengan symbol bahan beracun
biasanya untuk limbah laboratorium dan farmasi ( kontainer kuat
ringan , anti bocor tahan zat kimia dan asam)
E. Coklat untuk limbah kimia dan farmasi dengan
lambang hazard (container kuat,dan anti
bocor,rapat)
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


070 / A / SPO / VII / 2016 00 3/6

RS.WISMA RINI
4. Penanganan limbah berdasarkan golongannya :
A. Golongan A.
a) Dessing bedah yang kotor swab, dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung
pada bak penampungan limbah medis yang tersedia.
b) Lengkapi dengan kantong pelapis pada tempat penampungan
sampah.
c) Pelapis tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali
atau bila tiga per empat kontainer penuh.
d) Ikat dengan kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di
bak sampah klinis.
e) Bak dibuat dengan kuat dan tidak bocor.
f) Sampah dari unit haemodialisis hendaknya dimusnahkan dengan
Prosedur incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving tetapi kontainer
harus dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bias
menembus secara efektif.
g) Limbah dari unit lain hendaknya juga dimusnahkan dengan
incinerator. Bila tidak memungkinkan bisa dengan cara lain yaitu
ditimbun dengan tanah pada kedalaman 2m .
h) Prosedur yang digunakan dalam menangani limbah penyakit
infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang bertanggung jawab,
kepala bagian sanitasi, dan dinas kesehatan setempat c.q Sub Din
PKL setempat.
i) Semua jaringan tubuh, placenta dan lain-lain hendaknya
ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang tepat
kemudian dimusnahkan dengan incenerator.
j) Karkas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan
dengan incinerator.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


070 / A / SPO / VII / 2016 00 4/6

RS.WISMA RINI
B. Golongan B
a) Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan
keadaan tertutup.
b) Sampah golongan ini hendaknya ditampung dalam bak tahan
benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval
maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya ditampung
didalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimusnahkan dengan incinerator.
C. Golongan C
Pembuangan sampah klinis yang berasal dari unit patologi
kimia,haematologi dan transfusi darah, microbiologi, histologi
dan postmortum serta unit sejenis (misalnya tempat binatang
percobaan disimpan ), dibuat dalam kode pencegahan infeksi
dalam laboratorium klinis dan ruang post-mortum.
Prosedur D. Golongan D
Untuk limbah golongan D merupakan golongan limbah bahan
farmasi,untuk pembuangannya hendaknya dengan kontainer
sampah yang kuat dan kedap air. Untuk barang-barang lebih atau
produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya
dikembalikan kepada petugas yang bertanggung jawab dibagian
farmasi.
E. Golongan E
Untuk semua limbah golongan E kecuali pada ruangan beresiko
tinggi, isi dari sampah golongan ini bias dibuang melalui saluran
air melalui sluice, WC atau unit pembuangan untuk itu. Namun
untuk sampah yang tidak bisa dibuang melalui saluran air
hendaknya disimpan dalam bak sampah klinis dan dimusnahkan
dengan incinerator
5. Syarat trolli transportasi sampah klinis.
A. Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus.
B. Tidak akan menjadi sarang serangga.
C. Mudah dibersihkan dan dikeringkan.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


070 / A / SPO / VII / 2016 00 5/6

RS.WISMA RINI
D. Sampah tidak menempel pada alat angkut.
E. Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang
kembali.
Catatan :
1. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa di dalam alat
truck pengangkut sampah.
2. Harus di perhatikan upaya untuk mencegah terkontaminasi
dengan sampah lain.
3. Harus dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak
terjadi kebocoran atau tumpah.
6. Syarat penampungan sampah medis menunggu pengumpulan
A. Sampah klinis disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
Prosedur B. Ditaruh ditempat yang strategis, merata dengan ukuran
disesuaikan dengan frekuensi pengumpullannya dengan kantong
berkode warna tertentu.
C. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantainya
tidak rembes, dan disediakan sarana untuk mencuci.
D. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari
binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
E. Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (jika
memungkinkan).
F. Untuk sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan
pendahuluan dapat di tampung bersama sampah lain sambil
menunggu pengumpulan.
Catatan : semua petugas hendaknya diberi instruksi yang jelas bahwa
container bertekanan, seperti kaleng aerosol hendaknya tidak
dimasukkan didalam kantong sampah yang akan
dibuang/dimusnahkan dengan incinerator.
1. Tidak terdapat timbunan sampah medis.
2. Tidak ditemukannya penyakit akibat sampah medis terutama
Evaluasi
penyakit yang infeksius.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


070 / A / SPO / VII / 2016 00 6/6

RS.WISMA RINI
Evaluasi 3. Tidak terdapat vektor ataupun binatang pengganggu lainya akibat
sampah medis.
UNIT TERKAIT - Sanitasi
- Seluruh Ruang Perawatan
- Cleaning Servis
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


071 / A / SPO / VII / 2016 00 1/5

RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Makanan dan minuman adalah semua makanan yang disajikan di
rumah sakit, dijual didalam lingkungan rumah sakit serta yang dibawa
dari luar rumah sakit. Penyehatan makanan-minuman adalah upaya
untuk mengendalikan faktor yang memungkinkan terjadinya
Pengertian kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan kuman dan
bertambahnya bahan additive pada makanan-minuman yang berasal
dari proses penanganan makanan-minuman yang disajikan di rumah
sakit serta tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan
kesehatan
1. Makanan merpakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
kuman serta bakteri pathogen.
Kebijakan 2. Makanan sering dijamah tangan.
3. Ada berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh makanan dan
mempunyai dampak bermacam-macam
1. Dasar-dasar ekternal yang harus diperhatikan pada saat pengolahan
makanan.
A. Hanya memperkerjakan tenaga penjamah makanan yang sehat
dan terlatih.
Prosedur B. Biasakan membuang makanan yang kualitasnya diragukan.
C. Gunakan peralatan yang bersih dan refrigerator yang baik dan
selalu diusahakan bahan-bahan beracun (pestisida,zat kimia)
jauh dari ruang pengolahan dan penyajian makanan.
D. Cuci dengan bersih semua buah dan sayur sebelum digunakan.
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


071 / A / SPO / VII / 2016 00 2/5

RS.WISMA RINI
E. Jagalah makanan potensial berbahaya pada suhu yang tepat
(dibawah 40F atau diatas 150F) kecuali pada saat penyajian
cepat atau saat pengolahan.
2. Prinsip dasar terhadap makanan.
Makanan yang disimpan dalam refrigerator hendaknya diwadahi
dalam Loyang ceper dengan dalam dasar loyang tidak lebih dari 5-
7,5 cm , dengan demikian makanan tidak terlalu tebal sehingga
bias cepat dingin dan mengurangi pertumbuhan kuman.
A. Harus tersedia ruang dalam refrigerator dalam jumlah cukup
untuk sirkulasi udara dingin di dalam refrigerator.
B. Suhu refrigerator dijaga tetap 40F dan kapasitas harus cukup
kuat sehingga makanan cepat dingin.
C. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga di atas 150 F atau di
Prosedur bawah 40 F. hal ini berarti makanan tetap berada di tempat
pengolahan/penyimpanan sebelum disajikan.
D. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang
baik dengan ketinggian rak terbawah dari lantai 20-25 cm. hal ini
untuk menghindari kontaminasi genangan air, memudahkan
pembersihan, mencegah infestasi serangga.
E. Suhu gudang untuk makanan kering dan kaleng dijaga kurang
dari 70F hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pertumbuhan
serangga, bakteri atau kerusakan kaleng..
F. Gudang harus di buat anti tikus dan serangga.
G. Rak-rakdalam refrigerator diatur sedemikian sehingga bahan
makanan tidak saling berdesakan untuk mendapatkan aliran
udara.
H. Menggunakan prinsip FIFO pada saat memasukkan dan
mengeluarkan barang (First In First Out).
3. Untuk penjamah makanan harus diperhatikan aspek penjamah
sebagai berikut :
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


071 / A / SPO / VII / 2016 00 3/5

RS.WISMA RINI
A. Mencuci tangan, hendaknya mencuci tangan pada saat-saat
berikut :
a) Sebelum bekerja
b) Sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau
terkontaminasi.
c) Setelah dari kamar kecil.
d) Setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk dan bersin
e) Setelah makan atau merokok.
Catatan : mencuci tangan menggunakan sabun ataupun diinfektan dan
cucilah tangan di air mengalir.
B. Pakaian hendaknya memakai pakaian khusus untuk bekerja.
Pakaian kerja harus bersih, yang sudah usang jangan dipakai lagi
Prosedur C. Kuku dan perhiasan, kuku hendaknya dirawat dan dibersihkan
dan dianjurkan untuk tidak memakai perhiasan sewaktu bekerja.
D. Topi/penutup rambut, semua penjamah hendaknya memakai
topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut ke
dalam makanan dan mencegah kebiasaan mengusap/menggaruk
rambut.
E. Merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diizinkan
merokok selama bekerja baik waktu mengolah maupun mencuci
peralatan. Merokok merupakan mata rantai antara bibir dan
tangan dan kemudian ke makanan disamping sangat tidak etis.
F. Lain-lain, kebiasaan lain seperti batuk-batuk ke tangan, garuk-
garuk, memencet jerawat, merupakan tindakan yang tidak
hygienis. Kebiasaan ini akan mengkontaminasi tangan dan pada
gilirannya mengkontaminasi makanan.

Catatan : tanggung jawab pengawas, tetap bertanggung jawab untuk


mengawasi apakah seseorang penjamah makanan berada dalam
keadaan sehat pada saat bekerja
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


071 / A / SPO / VII / 2016 00 4/5

RS.WISMA RINI
4. Syarat perlengkapan dan peralatan
A. Perlengkapan merajang, blender, dan sebagainya seringkali tidak
tercuci dengan baik karena tidak bias dipindahkan, maka harus
dicuci ditempat, terhadap alat demikian perlu dibuatkan prosedur
yang mencangkup bongkar-pasang, mencuci,dan mensanitasi.
B. Alat-alat kecil lain(misalnya : sendok, penggoreng, papan
Rajang dan lain-lain) banayak terdiri dari bagian bagian
berlubang atau semacam porus yang menyulitkan pencucian.
Karena itu alat semacam ini perlu selalu dikontrol dan sering
diganti. Disarankan bias diganti tiap 6 bulan.
C. Standar Industri Indonesia barangkali dapat dipakai sebagai
rujukan untuk pengadaan perlengkapan/peralatan pengolahan
makanan dirumah sakit untuk mendapatkan barang yang tidak
Prosedur membahayakan ,awet dan mudah dicuci
D. Apabila menggunakan alat cuci manual harus memperhatikan
urutan pencucian
a) Sebaiknya menggunakan 3 bak pencucian, yang terdiri dari
untuk mencuci, membilas, dan mensucikan hama.
b) Bak 1 diisi air panas 110 F, dan detergent yang sesuai, tangki
ke 2 diisi dengan air hangat untuk membilas, dan tangki ke
tiga diisi air panas 170 F untuk mencuci hama dengan
merendam 30 detik.
c) Sebagai alternatif air panas dapat digunakan larutan khlorin
200ppm atau yodium 25ppm.
d) Detergent yang digunakan hendaknya sesuai dengan
kesadahan air, tipe mesin, kondisi kotoran, dan peyediaan air.
Detergent yang baik adalah yang memiliki sifat : cepat larut
dan terurai dalam air, tidak korosif terhadap permukaan
logam, melunakkan dan mengkondisi air, mengandung biang
chelating, menjadi desinfektan yang baik, menjaga
PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


071 / A / SPO / VII / 2016 00 5/5

RS.WISMA RINI
Prosedur presipitasi dalam suspense, melarutkan bahan organis, dan anorganis
dengan baik.
5. Menyelidiki dan evaluasi mengenai penyakit yang ditularkan
melalui makanan.
Perlu dilakukan penyelidikan makanan yang bertujuan untuk
memastikan penyebab penyakit dan mengumpulkan informasi
yang dapat digunakan untuk mencegah terulangnya kejadian
penyakit.

Pelaksana 1. Petugas sanitasi (pengawas)


2. Petugas kebersihan dapur
3. Penjamah makanan didapur
4. Instalasi gizi
Evaluasi 1. Pengambilan sampel makanan untuk di uji ada tidaknya
kontaminasi.
2. Pengambilan sampel alat untuk di uji ada tidaknya kontaminasi.
PENGELOLAAN LINEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


072 / A / SPO / VII / 2016 00 1/2

RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Direktur
PROSEDUR
TETAP

Juli 2016 dr. Prio Widodo,M.Kes


Pengertian Linen adalah pengelolaan mengenai kualitas cucian baik itu berupa
kain, baju ataupun gorden yang berada dirumah sakit. Meliputi alat-alat
kain yang digunakan dalam kegiatan rumah sakit baik berupa medis
ataupun non medis.
Kebijakan Linen kotor merupakan sumber kontaminasi udara penting di rumah
sakit yang memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial diruang sakit
antara karyawan rumah sakit dan pasien, untuk itu perlu dilakukan
penanganan mengenai linen.
Prosedur 1. Penanganan Linen Kotor
A. Penyortiran linen kotor sebelum dicuci
a) Linen sejenis dapat dicuci bersama, jadi akan menghemat
siklus pemakaian air untuk tiap jenis.
b) Proses penanganan linen bersih dapat hemat sehingga
mengurangi kontaminasi.
B. Pembilasan pertama.
Guyurkan air dingin biasa, biasanya dipakai sebagai pembilasan
pertama untuk menghilangkan noda-noda, terutama noda darah.
C. Tahap penyabunan.
Kegiatan pencucian pokok terjadi pada tahap ini. Suhu yang
digunakan bervariasi. Namun disarankan untuk menggunakan air
panas antara 150-170F selama 30 menit. Sabun yang digunakan
juga bervariasi.bleaching biasanya juga digunakan pada akhir
penyabunan. Bahan bleaching yang umum digunakan adalah
chlorine (110 ppm) yang mampu menghancurkan bakteri
vegetatif.
PENGELOLAAN LINEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


072 / A / SPO / VII / 2016 00 2/2

RS.WISMA RINI
Prosedur 2. Penanganan Linen Bersih
A. Pertama harus ada pemisahan antara penyortiran linen kotor
dan linen bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
ruang sama sekali terpisah untuk penyortiran linen kotor yang
dilengkapi dengan ventilasi bertekanan negatif untuk
mencegah sirkulasi udara menuju ruang linen bersih.
B. Mengurangi jarak transportasi antara satu prosesdan proses
berikutnya. Setelah pemerasan linen bersih dengan hati-hati
dipindahkan ke mesin pengering dan setrika atau proses lain
ke bagian inspeksi dan mengepakan dengan sedikit mungkin
kontak dengan pekerja.
C. Para pekerja yang menangani linen bersih hendaknya
mengenakan seragam yang bersih dan terlatih dalam teknik
kebersihan. Mengenakan topi bagi yang berambut panjang
dan selalu mempraktekkan prilaku mencuci yang benar
D. Sebagai pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan
plasti daripada kertas.
Catatan : standar kuman bagi linen bersih memang belum dapat
ditetapkan namun disarankan bahwa linen bersih setelah keluar dari
semua proses diatas tidak mengandung 6000 spora spesies bacillus
peinchi persegi.
Pelaksanaan 1. Tenaga sanitasi
2. Pengelola loundri
3. Tenaga kerja bagian loundri
Evaluasi 1. Laporan rutin yang berisi output ( jumlah linen yang dicuci dan
input(misal : disinfektan yang dipakai).
2. Pengamatan langsung secara uji petik dari proses pengelolaan
linen
3. Jika memungkinkan dilakukan analisa cost output/input.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 1/9

RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR
Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes
Pengendalian Lingkungan rumah sakit adalah harus dilakukan
Pengertian karena jika dipelihara dengan baik dan benar dengan kondisi bersih
dan sehat, lingkungan akan dapat menimbulkan sarana transmisi
penyakit, khususnya pada individu yang immunocompromise.
1. Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas dan
Tujuan pengunjung serta masyarakat di sekitar rumah sakit sehingga
infeksi dapat dicegah.
2. Menciptkan lingkungan bersih, aman dan nyaman.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
1. SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya.
2. SK Menkes No. 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kebijakan lainnya.
3. SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. SK Menkes 1165.A/Menkes/SK/X/2004 tentang KARS.
5. SE Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 tentang
Pembentukan Komite PPIRS dan Tim PPIRS.
6. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan
1. Semua permukaan horizontal di tempat dimana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila
Prosedur terlihat kotor. Pembersihan juga harus dilakukan bila pasien
sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien-pasien
yang berbeda.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 2/9

RS.WISMA RINI
4. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan. Membersihkan debu dengan kain kering atau
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
3. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara
berkala
4. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan
5. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan disimpan
6. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan
serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan
pembersihan menyeluruh setiap hari.
7. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan
dengan disinfektan segera setelah digunakan.

Hal -hal penting mengenai pembersihan dan disinfeksi

1. Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan


Prosedur
dengan teratur
2. Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk
menghindari aeorosolisasi debu
3. Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa
pasien dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas
kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan
4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan
pembersihan dan disinfeksi peralatan pernafasan dan harus
membersihkan tangan setelah APD dilepas.
5. Ventilasi ruangan yang baik diperlukan selama dan segera
setelah proses disinfeksi, apapun jenis disinfeksi yang
digunakan.

Ruang Lingkup Pengendalian Lingkungan


Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata dan kedap air sehingga
mudah dibersihkan secara periodik. Cat dinding warna terang
dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak mengandung
logam berat.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 3/9

RS.WISMA RINI
b. Langit- langit
Langit-langit harus kuat, tidak berlubang, tidak bocor, tidak
berjamur, berwarna terang dan mudah di bersihkan tingginya
minimal 2,70 meter dari lantai kerangka langit-langit harus
kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap
c. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air,
tidak licin , warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang
sehingga mudah dibersihkan secara rutin 3 kali sehari atau bila
perlu. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan limbah.
Pertemuan lantai dengan dinding disarankan berbentuk
lengkung agar mudah dibersihkan terutama untuk ruang isolasi,
penyakit menular dan ruang operasi.
d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
Prosedur e. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya.
f. Jaringan instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik sistim penghawaan, sarana komunikasi dan lain-
lainnya harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar
aman dan nyaman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu.
Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan pipa
air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
g. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari khusus
tempat tidur pasien gunakan cairan disinfektan,
tidak menggunakan bahan yang dapat menyerap
debu, sebaliknya bahan yang mudah di
bersihkan dari debu maupun darah atau cairan
tubuh lainnya.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 4/9

RS.WISMA RINI
h. Fixture dan fitting
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya didesain
sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
i. Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak
bergelombang, warna terang, di cuci secara periodik 3 bulan
sekali dan tidak menyentuh lantai.
Lingkungan
A. Ventilasi ruangan

Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan


menyebarkan udara luar, dan / atau udara daur ulang yang
telah diolah dengan tepat dimasukkan kedalam gedung atau
ruangan.
Ventilasi adalah hal yang berbeda pengkondisian udara.
Pengkondisian udara adalah mempertahankan lingkungan
dalam ruangan dalam ruang agar bertemperatur nyaman.
Prosedur Ventilasi untuk mempertahankan udara dalam ruangan yang
baik aman untuk keperluan pernapasan

Ventilasi yang memadai dan aliran udara satu arah yang


terkontrol harus di upayakan di rumah sakit untuk mengurangi
penularan patogen yang ditularkan melalui airbone udara
(misalnya, TB paru, campak, cacar air).

B. Ventilasi ruangan untuk infeksi pernapasan


Kualitas ventilasi merupakan salah satu faktor
utama yang menentukan risiko perjalanan di
ruang isolasi, terutama dengan penyebaran
transmisi lewat udara (airbone infection) :
Rekomendasi dengan ventilasi mekanis atau alami,
pertukaran udara ruangan 12 dan arah aliran udara ke satu
arah
Pasien yang perlu di isolasi ditularkan melalui udara
(misalnya, TB paru, campak, cacar air) dan ISPA yang
disebabkan oleh agen baru yang dapat
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 5/9

RS.WISMA RINI
menimbulkan kekhawatiran dimana cara penularannya
belum diketahui
Pemeliharaan exhaust fan harus dilakukan secara rutin
untuk mempertahankan kualitas dan sirkulasi udara yang
optimal
Pintu kamar pasien harus selalu tertutup, jika
memungkinkan jendela kamar pasien selalu terbuka
Poster di pintu kamar pasien harus selalu di pasang
Ada tiga jenis ventilasi utama :
1. Ventilasi mekanis, dengan menggunakan fan untuk mendorong
aliran udara melalui suatu gedung, jenis ini dapat
dikombinasikan dengan pengkondisian dan penyaringan udara.
2. Ventilasi alami menggunakan cara alami untuk mendorong
aliran udara melalui suatu gedung; adalah tekanan angin dan
tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara udara
didalam dan diluar gedung, yang dinamakan efek cerobong
3. Sistem ventilasi gabungan memadukan penggunaan ventilasi
mekanis da alami.
C. Permukaan lingkungan
Prosedur Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area
perawat
Lakukan pembersihan dua kali sehari bila kotor
Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai
petunjuk pabrik
Jangan menggunakan disinfektan/cair kimia tingkat tinggi
untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal
Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikut
prosedur tertentu
Jangan melakukan disinfektan fogging di area
keperawatan
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan
meja
Gunakan detergen. Jangan menggunakan
disinfektan/cairan kimia tingkat tinggi untuk
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 6/9

RS.WISMA RINI
Peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal, jika tidak ada
petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk pembersihan
dan infeksi
D. Ruangan perawatan pasien
Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non
perawatan seperti perkantoran administrasi, bersihkan dan
diinfekis permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu,
bed rails
E. Ruangan yang beresiko (ICU, Kamar Operasi (OK), CSSD
1. Bersihkan dinding, langit dan jendela, tirai di area
perawatan pasien
2. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengapasan di
area keperawatan
3. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
Prosedur 4. Ikui prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths
and solution
5. Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan,
da digunakan cairan yang baru
6. Ganti mop setiap hari
7. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan
biarkan kering sebelum dipakai lagi
8. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan
dengan wet vacuum atau mop lantai dan dinding dengan
menggunakan pembersih, jangan gunakan mats dipintu
masuk ruang operasi gunakan metode pembersihan debu
yang tepat untuk pasien yang immonocompromise

F. Kebersihan Lingkungan Keperawatan


Pembersihan harian dan pembersihan pada akhir perawatan
disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi
peralatan tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan, seperti
dorongan tempat tidur, meja disamping tempat tidur, kereta
dorong lemari baju, tombol pintu, keran , tombol lampu, bel
panggilan,
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 7/9

RS.WISMA RINI
telepon, TV, remote control. Virus dapat dinonaktifkan oleh
alcohol 70% dan klorin ( precept 50% ). Dianjurkan untuk
melakukan pembersihan permukaan lingkungan dengan detergen
yang netral dilanjutkan dengan larutan disinfektan

G. Prinsip dasar pembersihan lingkungan


1. Semua permukaan horizontal ditempat pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan
bila terlihat kotor. Permukaan tersebut juga harus
dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien
baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan, atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien,
permukaan tersebut harus dibersihkan dan didisinfeksikan
diantara pasien-pasien yang berbeda.
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan.
Prosedur
4. Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu
dapat menimbulkan aerosolisasi da harus di hindari
5. Larutan, kain lap, dan kain pel harus digani secara berkala
sesuai kebutuhan
6. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan
7. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan
8. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan
serta perlengkapan yang tidak perlu, sehingga
memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari.
9. Meja pemeriksa dan peralatan di sekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi
ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus
dibersihkan dengan disinfeksi segera setelah digunakan .
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 8/9

RS.WISMA RINI
H. APD untuk pembersihan lingkungan
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang
memerlukan banyak pekerja, dan dilingkungan
tertentu risiko terpajan benda-benda tajam
sangat tinggi.

I. Petugas kesehatan harus mengenakan :


1. Sarung tangan karet (rumah tangga)
2. Gaun pelindung dan celemek karet
3. Sepatu pelindung yang rapat dan kuat, seperti sepatu bot.

J. Pembersihan tumpahan dan pajanan


Saat membersihkan tumpahan atau pajanan
cairan tubuh atau secret, petugas kesehatan
harus menggunakan APD yang memadai,
termasuk sarung tangan karet dan gaun
Prosedur pelindung.

Tahap tahap pembersihan tumpahan adalah


sebagai berikut:
1. Pasang gaun pelindung ( apron ), dan sarung tangan serta
masker
2. Bersihkan darah,cairan, muntahan dll dengan tisu dengan
cara dengan memutar kearah dalam
3. Buang tisu ke tempat sampah infeksius ( kantong kuning
)Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena
tumpahan.
4. Lepaskan segera APD
5. Lakukan kebersihan tangan

K. Pembuangan sampah
Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau
area isolasi harus dibuang dalam wadah atau
kantong yang sesuai :
1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning
atau bila). Kemudian diikat dengan tali diberi tanda
infeksius . Semua sampah dari suatu ruangan/area yang
merawat pasien dengan penyakit menular melalui udara
(airbone) harus ditangani sebagai sampah infeksius.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


073 / A / SPO / VII / 2016 00 9/9

RS.WISMA RINI
2. Untuk sampah non-infeksius/tidak menular gunakan
kantong plastic hitam
3. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam
wadah tahan tusukan
4. Kantong sampah apabila sudah bagian penuh harus
segera diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali
5. Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan
Prosedur sampah dari area area harus menggunakan APD lengkap
ketika membuang sampah.
6. Limbah cair seperti urin atau feses dibuang
ke dalam sistem pembuangan kotoran yang
tertutup dan memenuhi syarat dan disiram
dengan air yang banyak

Unit Terkait - Keperawatan


- Sanitasi
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


074 / A / SPO / VII / 2016 00 1/3

RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Pengendalian serangga dan tikus adalah program sanitasi rumah
sakit yang merupakan upaya untuk meminimalisasi , menekan
Pengertian kepadatan dan menghilangkan semua jenis serangga dan tikus yang
dapat menularkan beberapa penyakit tertentu, merusak bahan
pangan digudang dan peralatan instalasi rumah sakit.
Apabila serangga, tikus atau binatang pengganggu lainnya tidak
Tujuan dikendalikan maka berakibat gangguan kesehatan dan menimbulkan
kerugian ekonomi.
1. Identifikasi vektor.
a. Nyamuk
b. Lalat
c. Rayap
d. Kecoa
e. Lipas
f. Pinjal
g. Tikus
h. Kucing/anjing.
Prosedur 2. Identivikasi perindukan.
a. Tempat penampungan sampah.
b. Saluran air limbah.
c. Tempat penyimpanan, pengolahan dan penyajian makanan.
d. Penampungan air bersih.
e. Gudang : farmasi, logistik, peralatan medis dan lain-lain
3. Pengendalian serangga.
A. Identifikasi jenis serangga
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


074 / A / SPO / VII / 2016 00 2/3

RS.WISMA RINI
B. Sering dilakukan pembersihan dan perawatan rutin di tempat-
tempat yang mungkin menjadi tempat perindukan serangga.
C. Gunakan insektisida jika pertumbuhan serangga sudah
membludak dan tidak dapat dikendalikan secara mekanis dan
biologis.
D. Sering dilakukan perawatan terhadap ruangan dirumah sakit.
E. Contoh insektisida antara lain : clhoradane 2,5 % atau lindane
1 % (digunakan untuk kecoa). Disemprotkan pada celah,
retakan, bagian belakang lemari di bawah peralatan dan
sejenisnya, malation dapat digunakan sebagai insektisida kutu
busuk dan nyamuk malaria. Untuk nyamuk aedes dapat
Prosedur
digunakan abate atau pembersihan pada tempat penampungan
air dan tempat yang dapat menimbulkan genangan air. Bila
terjadi infestasi dapat dilakukan fogging
4. Pengendalian tikus
A. Identifikasi jenis tikus
B. Penghadang fisik dan structural, rumah sakit hendaknya
didesain sedemikian mungkin, untuk tempat-tempat yang
dapat menjadi sarng tikus. Lubang-lubang di dindind, ruang
kosong, ruang buntu, sejauh mungkin ditiadakan demikian
juga tumpukan sampah dan barang bekas.
C. Ada penangan khusus untuk mengusir tikus dan bukan
bersifat untuk membunuh misalnya, penimbul bunyi frekuensi
tinggi yang tersedia untuk mengusir tikus dari ruang.
D. Harus rutin dilakukan pemeliharaan kebersihan,
penampungan, pengangkutan dan pembuangan sampah
dengan benar merupakan unsure pengendalian yang penting
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


074 / A / SPO / VII / 2016 00 3/3

RS.WISMA RINI
E. Penggunaan pestisida , seperti halnya serangga namun
penggunaan pestisida bukan satu-satunya jalan keluar,
pestisida digunakan jika keadaan memaksa.
Misalnya : untuk menghilangkan populasi tikus yang sudah
Prosedur terbentuk disebuah bangunan contoh pestisida untuk tikus
adalah : warfarin, fumarin, dan pivol atu untuk fumigasi masal
dapat dilakukan dengan HCN.
Namun lenih dari semua itu program sanitasi/kebersihan
adalah yang terbaik dan permanena untuk mengendalikan
tikus.
1. Petugas sanitasi
Unit Terkait 2. Petugas kebersihan
3. Petugas pengendalian vector
1. Indeks larva ( demam berdarah ).
2. Kepadatan lalat
Evaluasi 3. Man bitting ratio (malaria)
4. Frekuensi tindakan dan cangkupan.
5. Jumlah sarana pengendalian serangga dan tikus per jumlah area.
PEMBUANGAN JARUM SUNTIK DAN BENDA TAJAM

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


075 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Tata cara pembuangan benda tajam dan jarum habis pakai sesudah
PENGERTIAN tindakan terhadap pasien.

Mencegah terjadinya resiko penularan infeksi pada petugas rumah


TUJUAN sakit.

1. Pembuangan semua benda tajam dan jarum habis pakai harus


KEBIJAKAN dipisahkan dari sampah medis dan non medis.

1. Letakkan/masukkan sampah benda tajam dan


jarum setelah tindakan ke safety box
2. Gunakan alat lain untuk membawa sampah
PROSEDUR benda tajam dan jarum sebelum dibuang
3. Khusus untuk spuit, pastikan jarum telah
tertutup dengan benar sebelum dibuang
4. Khusus untuk spuit, pisahkan jarum dari spuit
sebeluk dibuang ke safety box
UNIT TERKAIT - Seluruh ruangan yang melakukan tindakan
- Sanitasi
- Cleaning Servis
IDENTIFIKASI B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


076 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Pengidentifikasian adalah suatu cara pembedaan atau pemisahan
PENGERTIAN masing-masing bahan/golongan yang sejenis dengan
mempertimbangkan jenis bahaya limbah B3 tersebut.
TUJUAN 1. Untuk memudahkan dalam penggolongan jenis
limbah B3 yang berasal dari sumber, karakteristik
dan uji toksikologinya
2. Memudahkan petugas dalam pengambilan limbah
B3
KEBIJAKAN Memberikan informasi tentang identifikasi B3 secara benar.
1. Pelabelan pada masing-masing jenis limbah B3
2. Pemisahan jenis limbah b3 sesuai label yang
tertera seperti dibawah ini :
Mudah meledak
Mudah terbakar
Reaktif
PROSEDUR Beracun
Menyebabakan infeksi
Bersifat korosif
3. Pengumpulan sementara limbah B3 di tiap-tiap ruangan yang
menghasilkan limbah B3 berdasarkan jenisnya
4. Pengangkutan/pembuangan limbah B3 ke TPS medis khusus
limbah B3 yang telah diberi label

- Radiologi - Cleaning Servis


UNIT TERKAIT - Laboratorium
- Sanitasi
PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3)

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


077 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Semua bahan yang dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan
PENGERTIAN bahkan kematian pada manusia, contoh : Formaldehyde, Nitrogen
Dioksisa, Oksigen Tekanan Tinggi,dll.
Sebagai acuan bagi petugas dalam penyimpanan bahan berbahaya
TUJUAN beracun agar terhindar dari kecelakaan dan terpapar dari bahan
berbahaya tersebut.
KEBIJAKAN Tata cara penyimpanan B3 harus dilakukan dengan benar

1. Penyimpanan B3 pada tempat yang ditentukan


2. Pengangkutan B3 dari ruangan ke TPS
3. Pemilahan/pemisahan B3 sesuai dengan jenis
PROSEDUR karekteristik limbah B3
4. Pelabelan untuk masing-masing limbah B3
5. Penimbangan dan pencatatan limbah B3
(logbook)
- Teknisi
- Laboratorium
UNIT TERKAIT - Radiologi
- Sanitasi
PENANGANAN B3

No.Dokumentasi No. Revisi Halaman


078 / A / SPO / VII / 2016 00 1/4
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


PENGERTIAN Penanganan B3 merupakan suatu cara melakukan penanganan
limbah B3 yang disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan dengan persyaratan K3
TUJUAN Untuk mengetahui dilaksanakannya penanganan B3 sesuai
prosedur yang ditentukan/tetapkan
KEBIJAKAN Prosedur penanganan limbah B3 secara benar
Prosedur pengelolaan :
1. Identifikasi Potensial Bahaya
Untuk mengetahui potensial bahaya yang
mungkin terjadi didalam proses penanganan
material harus dilakukan terlebih dahulu
identifikasi potensial bahaya dan menilai resiko
kegiatan tersebut
Identifikasi dan penilaian resiko dilaksanakan
oleh petugas yang berkompeten (Petugas terkait,
PROSEDUR Laboraorium, Radiologi)
Penentuan penanganan bahan/material
dilaksanakan secara manual atau mekanis
ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi dan cara
penanganan jika terjadi paparan.
2. Sistem pengangkutan, penyimpanan dan
pembuangan
1) Sistem pengangkutan bahan material yang
diterima dilakukan pengangkutan ke dalam
TPS dilakukan secara manual yang
dilaksanakan dengan perlakuan yang benar
guna menghindari tumpahan atau ceceran B3.
PENANGANAN B3

No.Dokumentasi No. Revisi Halaman


078 / A / SPO / VII / 2016 00 2/4
RS.WISMA RINI
Pemindahan ini dilakukan dengan tenaga manusia dengan
mempergunakan alat bantu berupa troli dan perlengkapan laiinya.

2) Penyimpanan
Untuk penyimpanan bahan kimia harus
dipersiapkan tempat khusus menurut
spesifikasi (jenis)
Bahan-bahan kimia tidak dibenarkan
dicampur dengan bahan lainnya (Gudang /
penempatan harus terpisah dari bahan lain)
dilengkapi dengan label B3 dan MSDS
(Material Safety Data Sheet) atau LDP
PROSEDUR (Lembar Data Pengaman) yang sesuai.
Penyimpanan bahan material disusun
menurut spesifikasi (jenis) dengan
mempertimbangkan faktor agronomis, estetika,
tata letak kemudahan pengambilan, dengan
metodee FIFO
Khusus penyimpanan tabung bertekan (
N2O, O2, UT dan elpiji ) disimpan di tempat
khusus yang terpisah sesuai dengan jenisnya
Setiap bahan material yang disimpan
didalam gudang diberi label dengan jelas
sesuai spesifikasi, khusus bahan-bahan B3
harus diberi label peringatan yang jelas untuk
diketahui bahaya dari masing-masing bahan
dan cara penangannya.
PENANGANAN B3

No.Dokumentasi No. Revisi Halaman


078 / A / SPO / VII / 2016 00 3/4
RS.WISMA RINI
3. Pemindahan Dan Penggunaan
Dalam pengambilan bahan material dari
gudang untuk dipergunakan di lokasi kerja
harus memperhatikan aspek K3
(menghindari tumpahan, kebocoran,
ceceran dan kerusakan) sesuai dengan
petunjuk pedoman teknis yang berlaku
Petugas pelaksana yang menangani
pemindahan dan penggunaan harus
memperhatikan aspek K3 kalau perlu
harus mempergunakan APD , alat bantu
yang memadai dan apabila terjadi
PROSEDUR tumpahan atau ceceran pada pemindahan
harus ditangani sesuai prosedur
penanganan B3
4. Pengendalian Barang-Barang rusak dan
kadaluwarsa
Bahan-bahan yang diidentifikasi telah mengalami
kerusakan dan kadaluwarsa ditempatkan ditempat
yang aman dan khusus, tidak dapat dipergunakan,
tercatat dan penanganya harus sesuai dengan
prosedur
5. Pembuangan Dan Penyimpanan
Barang bekas yang dinyatakan tidak dapat dipergunakan lagi
harus disimpan sesuai ketentuan yang berlaku, ditempatkan
secara khusus dan tercatat agar tidak
PENANGANAN B3

No.Dokumentasi No. Revisi Halaman


078 / A / SPO / VII / 2016 00 4/4
RS.WISMA RINI
dipergunakan lagi.
Khusus wadah bekas bahan B3 harus
diberi label dengan jelas sesuai sifat bahan
tersebut (beracun,iritasi, korosif, dll)
PROSEDUR Wadah bekas bahan kimia cair disimpan
dan tidak dibenarkan dipakai untuk
kegiatan lain
Penanganan limbah padat dan limbah cair
sesuai dengan Peraturan Perundangan
yang berlaku (Peraturan Lingkungan
Hidup)
- Sanitasi
UNIT TERKAIT - Cleaning Servis
- Radiologi
- Laboratorium
PENGGUNAAN B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


079 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Penggunaan B3 yang dimaksud adalah suatu cara dalam
PENGERTIAN mempergunakan B3 sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan
mencantumkan MSDS
1. Mengetahui penggunaan bahan-bahan yang
diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa dan kemungkinan terjadi paparan saat
TUJUAN
penggunaan
2. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari
bahan baku sampai menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun
KEBIJAKAN Memonitor penggunaan B3 yag akan digunakan

1. Melakukan pemeriksaan penempatan B3 sesuai


tempat yang telah disediakan
PROSEDUR 2. Memonitor pembuangan limbah B3 pada unit
yang menghasilkan
3. Pengangkutan limbah B3 ke TPS yang telah
memiliki izin
- Sanitasi
- Teknisi
UNIT TERKAIT - Laboratorium
- Radiologi
PEMASANGAN LABEL B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


080/ A / SPO / VII / 2016 00 1/2
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


1. Label limbah B3 adalah setiap keterangan mengenai limbah B3
yang berbentuk simbol atau piktogram, tulisan atau kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang berisi informasi karakteristik
PENGERTIAN limbah B3
2. Pelabelan limbah B3 adalah proses penandaan atau pemberian label
yang dilekatkan atau dibubuhkan ke kemasan langsung dan pada
kemasan luar dari suatu B3.
TUJUAN Memberikan informasi dan peringatan tentang identitas B3 serta
kuantitas B3.
KEBIJAKAN Standarisasi pemasangan label B3 untuk identitas B3
1. Menyesuaikan bentuk, warna dan ukuran label
yang akan dipasang sesuai dengan karakterisitik
limbah B3
2. Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca,
tidak mudah terhapus dan dipasang pada setiap
kemasan B3. Terbuat dari bahan yang tahan
terhadap air, goresan dan bahan kimia yang
mungkin mengenainya misalnya bahan plastik,
kertas, atau plat logam
3. Pada label wajib dicantumkan informasi minimal
PROSEDUR
sebagai berikut :
Nama B3,Komposisi, No.CAS/No UN,
Produsen
Simbol
Kata peringatan
Pernyataan bahaya:
- klasifikasi B3.
- fisik, kesehatan,lingkungan
Informasi Penanganan
Keterangan tambahan
PEMASANGAN LABEL B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


080/ A / SPO / VII 2016 00 2/2
RS.WISMA RINI
4. Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah
bawah simbol dan harus terlihat dengan jelas.
PROSEDUR Label ini juga harus dipasang pada
wadahbagian luar dan dalam kemasan.
UNIT TERKAIT - Sanitasi
PELAPORAN DAN INVESTIGASI DARI TUMPAHAN DAN
PAPARAN B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


081 / A / SPO / VII / 2016 00 1/3
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Pelaporan dan Investigasi merupakan suatu kegiatan
PENGERTIAN pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk
mengetahui kebenaran atau kesalahan sebuah fakta yang
kemudian membuat kesimpulan atas temuan atau kejadian.
TUJUAN Untuk mengantisipasi adanya paparan langsung tumpahan limbah
B3 bagi kesehatan manusia dan lingkungan
KEBIJAKAN Prosedur laporan investigasi tumpahan paparan B3
Penanganan tumpahan limbah B3
A. Limbah B3 Cair
1. Beri pembatas area tumpahan limbah B3 cair
dengan area lainnya dengan menggunakan
tali rafia atau warning line
2. Kenali tumpahan limbah B3 cair, dari bahan,
jenis, dan sifatnya. (lihat Tabel dan MSDS)
3. Beri tanda bahaya pada area tumpahan limbah
B3 cair
4. Hindarkan penempatan limbah B3 dari
PROSEDUR pekerjaan yang dapat menghasilkan api atau
percikan api dari area tumpahan (merokok,
pekerjaan las, gerinda, tumbukan besi dengan
besi, dll)
5. Gunakan perlengkapan safety atau alat
pelindung diri (APD), sarung tangan karet,
bila perlu gunakan masker muka atau goggles
agar lebih aman
6. Jika tumpahan banyak lakukan penyiraman
dengan air untuk mengurangi kepekatan dan
salurkan ke bak penampung. (hati-hati ada
beberapa jenis bahan kimia yang reaktif
terhadap air) seperti
PELAPORAN DAN INVESTIGASI DARI TUMPAHAN DAN
PAPARAN B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


081 / A / SPO / VII / 2016 00 2/3
RS.WISMA RINI
alkali (Na, K), alkali tanah (Ca), logam halida
anhidrat (alumunium tribomida), logam oksida
anhidrat (CaO) dan oksida non-logam halida.
7. Jika tumpahan sedikit atau hanya ceceran cukup
ditutupi dengan pasir, atau lap dengan kain
kering/majun.
8. Jika terkena tumpahan segera bilas dengan air
yang mengalir sebanyak-banyaknya dan
membawa ke tim medis.

B. Limbah B3 Padatan/Powder (serbuk)

1. Beri pembatas area tumpahan limbah B3


padatan/powder dengan area lainnya dengan
menggunakan tali rapiah atau warning line.
PROSEDUR 2. Kenali tumpahan limbah B3 , dari bahan, jenis,
dan sifatnya. (lihat Tabel dan MSDS)
3. Beri tanda bahaya pada area tumpahan limbah B3
padatan/powder
4. Hindarkan pekerjaan yang menggunakan api atau
menghasilkan percikan api dari area tumpahan.
(merokok, pekerjaan las, gerinda, tumbukan besi
dengan besi)
5. Gunakan perlengkapan safety atau alat pelindung
diri (APD), sarung tangan karet, bila perlu
gunakan masker muka
6. Bersihkan tumpahan limbah B3 padatan atau
powder dengan cara disapu, gunakan sapu ijuk
dan tampung tumpahan dalam drum dengan
penutupnya atau karung / zak
PELAPORAN DAN INVESTIGASI DARI TUMPAHAN DAN
PAPARAN B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


081 / A / SPO / VII / 2016 00 3/3
RS.WISMA RINI
7. Hindarkan dari tiupan angin saat menyapu
tumpahan karena limbah B3 powder akan
berhamburan dan dapat membahayakan
pernapasan
PROSEDUR
8. Jika tumpahan limbah B3 padatan atau powder
banyak basahi dengan air terlebih dahulu untuk
mencegah debu berhamburan atau beterbangan ke
udara.
9. Jika terkena tumpahan segera bilas dengan air
yang mengalir sebanyak-banyaknya, dan
membawa ke tim medis.
UNIT TERKAIT - Sanitasi
- Cleaning Servis
- Teknisi
PEMBUANGAN LIMBAH B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


082 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Pembuangan limbah B3 adalah kegiatan membuang,
menempatkan, dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam
PENGERTIAN jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan
tertentu ke media lingkungan hidup tertentu
1. Mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh limbah B3
TUJUAN
2. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang
sudah tercemar
KEBIJAKAN Prosedur standar pembuangan limbah B3
1. Pengangkutan limbah B3 dari TPS ke pengolah
atau penimbun dilakukan oleh transporter yang
telah memiliki izin
2. Pengelolaan limbah B3 diserahkan ke pengolah
atau penimbun yang telah memenuhi persyaratan
/izin dari KLH
3. Pihak pengolah atau penimbun wajib
PROSEDUR menyertakan dokumen limbah B3/manifast
kepada penghasil/pengumpul limbah B3
4. Pengambilan limbah B3 tercatat jenis limbah B3
dan berat dalam satuan ton
5. Wajib disertai berita acara pemusnahan limbah
B3 dari pengolah/penimbun limbah B3
6. Pencataan/log book/neraca untuk limbah B3 yang
masuk dan keluar dari TPS
UNIT TERKAIT - Sanitasi
- Pihak Ketiga
TANGGAP DARURAT LIMBAH B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


083 / A / SPO / VII / 2016 00 1/2
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Tanggap darurat limbah B3 adalah suatu kejadian, kondisi, atau
peristiwa yang akan membahayakan kesehatan/keselamatan
PENGERTIAN karyawan dan masyarakat, dan atau mengganggu/merusak fungsi
lingkungan, dan atau menganggu keberlangsungan operasional
rumah sakit, di mana bila terjadi akibat limbah yang membahayakan
lingkungan dan manusia.
Untuk mengatur tata cara melaksanakan
tanggapan dalam mencegah, mengendalikan, menanggulangi, dan
TUJUAN mengevaluasi suatu keadaan darurat yang dapat menyebabkan
dampak penting terhadap lingkungan,kesehatan/keselamatan
karyawan dan masyarakat
KEBIJAKAN Diperlukan standar penanganan terhadap limbah B3
A. Tanggap Darurat Kebakaran
1. Petugas sanitasi memantau limbah B3 yang
dapat berpotensi terjadinya kebakaran atau
ledakan akibat limbah B3 dan kebocoran
limbah B3 pada TPS
PROSEDUR 2. Petugas sanitasi segera melakukan evakuasi
limbah B3 bila terjadi kebocoran cara sebagai
berikut :
Petugas sanitasi dan cleaning service
Segera mengganti wadah limbah B3
dan menampung ke wadah lain
TANGGAP DARURAT LIMBAH B3

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


083 / A / SPO / VII / 2016. 00 2/2
RS.WISMA RINI
Petugas sanitasi dan cleaning service
selalu menggunakan APD seperti
sepatu boat, sarung tangan kulit dan
masker saat melakukan evakuasi
Petugas sanitasi dan cleaning service
Menyiapkan tempat penampungan
limbah B3 jika terjadi tumpahan
Prosedur 3. Petugas sanitasi dan cleaning service segera
melakukan evakuasi bila terjadi kebakaran
dengan cara :
Menggunakan APAR
Memindahkan/menjauhkan limbah B3
dari sumber api dengan jalur/rute
khusus yang aman
4. Terdapat kotak P3K pada TPS limbah B3
UNIT TERKAIT - Sanitasi
- Cleaning Service
TUMPAHAN CAIRAN TUBUH PASIEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


084 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


PENGERTIAN Tumpahan cairan tubuh merupakan suatu keadaan/kejadian yang
tidak disengaja/disengaja dilakukan oleh objek tertentu yang berasal
dari darah, urine, keringat, feces, muntahan dan cairan tubuh lainnya
TUJUAN Untuk mengurangi infeksi nosokomial yang ada dilingkungan rumah
sakit
KEBIJAKAN Pengendalian tumpahan cairan tubuh perlu standarisasi
Apabila tumpahan pada linen/bed sebaiknya :
Pengambilan linen yang terkena tumpahan
Menempatkan linen kotor pada tempat yang
telah disediakan
Segera mengganti linen dengan yang baru
setelah pasien dipindahkan
Membersihan bed menggunakan desinfektan
apabila bed terkena tumpahan cairan tubuh
PROSEDUR pasien
Menggunakan lap khusus untuk pembersihan
jenis-jenis tumpahan

Apabila tumpahan pada lantai sebaiknya :


Membersihkan tumpahan cairan tubuh pasien
dengan menggukan kain pel dan desinfektan
Kain pel yang telah digunakan, di cuci dan
dilakukan penjemuran
UNIT TERKAIT - Sanitasi
- Cleaning Service
- Ruang Tindakan/Perawatan
PENANGANAN LIMBAH DARAH

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


085 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


PENGERTIAN Penanganan limbah darah adalah prosedur yang dipakai untuk
mengelola spesimen darah yang tidak dipakai.
TUJUAN Untuk menghindari kontaminasi dan infeksi.
KEBIJAKAN Peraturan Rumah Sakit Natar Medika Nomor
tentang Pelayanan Darah
1. Semua limbah darah dan sisa kantung darah yang sudah tidak
dipakai dimusnahkan sebagai limbah medis infeksius.
2. Sisa kantung darah ditempatkan sementara pada limbah medis
PROSEDUR infeksius dengan plastik warna KUNING.
3. Oleh petugas cleaning service, limbah dibawa
ke bagian pemusnahan limbah untuk dibakar
dengan dalam incinerator.
UNIT TERKAIT Maintenance
DOKUMEN -
TERKAIT
PEMBERSIHAN RUANGAN PASIEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


086 / A / SPO / VII / 2016 00 1/4
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Juli 2016 dr. Priyo Widodo,M.Kes


Pembersihan ruangan pasien dilakukan secara rutin, sewaktu-waktu
PENGERTIAN dan segera setelah pasien pulang. Dikerjakan oleh petugas
kebersihan ruangan tersebut dengan tetap di monitor oleh petugas/
staf ruangan tersebut.
1. Untuk mencegah/ meminimalkan terjadinya infeksi melalui
TUJUAN ruangan, pasien, petugas, keluarga dan pengunjung.
2. Agar ruangan tetap bersih dan kelihatan rapi serta siap pakai
kapan saja dibutuhkan/ ditempati pasien baru.
\ 7. SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
8. SK Menkes No. 382/ Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya.
KEBIJAKAN 9. SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM RS.
10. SK Menkes 1165.A/Menkes/SK/X/2004 tentang KARS.
11. SE Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 tentang
Pembentukan Komite PPI RS dan Tim PPI RS.
12. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
13. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Pembersihan ruangan dibagi atas tiga yaitu :
A. Pembersihan rutin
a. Dilakukan 3x sehari setiap shift pagi, shift siang dan shift
sore.
PROSEDUR b. Dibersihkan oleh petugas kebersihan (cleaning service) dan
dimonitor oleh Pj / staf ruangan.
1. Persiapan alat kebersihan :
a. Ember
b. Mop pel
c. Sapu / lobby duster
PEMBERSIHAN RUANGAN PASIEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


086 / A / SPO / VII / 2016 00 2/4
RS.WISMA RINI
d. Lap
e. Plastik
2. Prosedur :
a. Lakukan kebersihan tangan sebelum memulai pekerjaan.
b. Gunakan Alat Pelindung Diri : sarung tangan dan masker.
c. Lakukan pembersihan semua tempat sampah, dicuci dan
dilap sampai kering.
d. Ganti plastik sampah sesuai kebutuhan.
e. Dusting atau mengelap rak-rak, lemari, meja dan jendela
dengan clorin yang dilarutkan dengan air bersih.
f. Bersihkan wastafel dengan air biasa kemudian dilap sampai
kering.
g. Sapu lantai pada sisi yang paling jauh dari pintu keluar
dengan menggunakan lobby duster.
h. Lanjutkan pengepelan lantai menggunakan
PROSEDUR mop yang sudah dibasahi air dan dicampur
bahan kimia pembersih secara merata mulai
dari area terjauh dari pintu keluar.
i. Sikat kamar mandi dan dinding kamar mandi dengan
larutan chemical fitrol kemudian keringkan.
j. Periksa kembali ruangan, bila ada kerusakan laporkan
kepada penanggung jawab ruangan dan kepada penanggung
jawab petugas kebersihan.
k. Rapikan kembali semua peralatan dan buka sarung tangan.
l. Lakukan kebersihan tangan.

B. Pembersihan sewaktu-waktu
Dilakukan saat kotor dan harus segera dibersihkan dengan
instruksi dari staf ruangan.
1. Persiapan alat kebersihan :
a. Ember
b. Mop pel
c. Sapu/ lobby duster
d. Lap
PEMBERSIHAN RUANGAN PASIEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


086 / A / SPO / VII / 2016 00 3/4
RS.WISMA RINI
2. Prosedur
a. Lakukan kebersihan tangan sebelum memulai pekerjaan.
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan dan
masker.
c. Segera bersihkan ruangan yang kotor dengan cepat dan tepat.
d. Periksa kembali ruangan, bila ada kerusakan laporkan kepada
penanggung jawab ruangan dan kepada penanggung jawab
petugas kebersihan.
e. Rapikan kembali semua peralatan dan buka sarung tangan.
f. Lakukan kebersihan tangan.
C. Pembersihan besar secara umum ( General Cleaning )
a. Dilakukan segera setelah pasien pulang
b. Waktu pembersihan selama 1 2 jam
1. Persiapan alat kebersihan :
PROSEDUR a. Ember
b. Mop pel
c. Sapu/ lobby duster
d. Lap
e. Plastik

2. Prosedur :
a. Lakukan kebersihan tangan sebelum memulai pekerjaan.
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan dan
masker.
c. Lakukan pembersihan semua tempat sampah walaupun
belum penuh , segera dicuci dan dilap sampai kering.
Buang sampah benda tajam walaupun belum penuh
d. Ganti plastik sampah sesuai kebutuhan.
e. Dusting atau lap rak-rak di dalam
ruangan (furniture), meja pasien, tempat
tidur pasien sampai ke roda-roda tempat
tidur, jendela, kaca, kabel-kabel, plafon,
dinding, serta bersihkan wastafel sampai
bersih dengan lap basah setelah itu di
keringkan
PEMBERSIHAN RUANGAN PASIEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


086 / A / SPO / VII / 2016 00 4/4
RS.WISMA RINI
f. Sapu lantai pada sisi yang paling jauh dari pintu
keluar dengan menggunakan lobby duster.
g. Sapu dan bersihkan sudut-sudut lantai dan lap
bersih sehingga tidak ada penumpukan debu di
area tersebut.
h. Bila yakin sudah tidak ada debu lalu lanjutkan
pengepelan lantai menggunakan mop yang
sudah dibasahi air dan dicampur bahan kimia
pembersih secara merata, mulai dari area terjauh
dari pintu keluar.
i. Periksa kembali ruangan, bila ada kerusakan
laporkan kepada penanggung jawab ruangan dan
kepada penanggung jawab petugas kebersihan.
PROSEDUR j. Rapikan kembali semua peralatan dan buka Alat
Pelindung Diri (APD), sarung tangan dan
masker.
k. Lakukan kebersihan tangan dan informasikan kepada petugas
ruangan bahwa ruangan siap dipakai.
l. Petugas/ staf ruangan mengecek kembali apakah ruangan sudah
bisa dipakai, bila pembersihan belum maksimal, dapat
dilakukan ulang oleh petugas kebersihan.

Lingkungan
a. Tidak dianjurkan melakukan fogging desinfectan.
b. Segera bersihkan permukaan lingkungan yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh pasien.
c. Pertahankan udara lingkungan memadai.
d. Batasi jumlah personil di ruangan.
Batasi jumlah pengunjung maksimum dua orang sekali
berkunjung.

UNIT TERKAIT - Cleaning Service


- Pj / Staff Ruangan
No. Dokumentasi No. Revisi Halaman
087 / A / SPO / VII / 2016 00 1/1
RS.WISMA RINI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL

Januari 2016 dr. Priyo Widodo.M.Kes


PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1.
UNIT TERKAIT Maintenance

Anda mungkin juga menyukai