Udema didefinisikan sebagai penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh
atau di dalam berbagai organ tubuh sebagai akibat dari ketidakseimbangan faktor-faktor yang
mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain system hemodinamik kapiler yang
menyebabkan retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta berpindahnya cairan dari intravascular
ke intersitium.
1. Udem generalisata melibatkan suatu peningkatan cairan ekstraselular (18% dari berat
badan). Beberapa kompartemen-kompartemen cairan ekstraselular dan cairan
transcellular (cairan saraf tulang belakang, cairan intraokular dan cairan kekar) tidak
berkomunikasi secara bebas dengan tubuh.
CONTOH: Pada orang dewasa dengan BB 70 kg memiliki volume ECF 12.6 L (18%
dari berat badan). Jika 2.5 L cairan ditambahkan untuk kompartemen ini saja, ada
peningkatan 20% dalam cairan interstisial, tetapi hanya peningkatan 3.5% dalam berat
badan. Jumlah ini dapat ditemukan udem.
2. Udem generalisata disebabkan oleh peningkatan kandungan total cairan tubuh dan
natrium. Jika hanya cairan yang ditahan, didistribusikan di seluruh kompartemen
kandungan total air tubuh (60% dari berat badan) udem tidak akan terlihat. Namun, jika
natrium ditahan juga , hal ini akan membatasi ruang sehingga terjadi peningkatan
osmolalitas yang disebabkan oleh natrium menahan air dalam ECF.
3. Udem generalisata dapat terjadi kadar natrium yang rendah, normal, atau konsentrasi
tinggi. Konsentrasi natrium serum, tidak mencerminkan total natrium tubuh. Peningkatan
total natrium tubuh dapat terjadi pada konsentrasi natrium yang rendah, normal atau
tinggi konsentrasinya.
Tekanan Oncotic = tekanan osmotik dihasilkan oleh molekul-molekul protein plasma yang
Impermeable melewati kapiler membrane.
Konsep VDAE sangat penting untuk dipahami mengapa ginjal itu menahan natrium dan
air. VDAE adalah satu istilah abstrak yang mengacu untuk kecukupan volume darah arteri untuk
"mengisi" kapasitas vascular utama. VDAE normal adalah ketika rasio curah jantung terhadap
resistensi pembuluh darah periferi seimbang. VDAE dapat menurun ,pada kondisi pengurangan
volume darah arteri (perdarahan, dehidrasi), peningkatan kapasitas vaskuler utama (sirosis,
sepsis) atau penurunan curah jantung (gagal jantung kongestif). VDAE dapat menurun dalam
VDAE
Oleh Ginjal
2. Pembentukan udema pada sirosis
Sirosis hati didefinisikan sebagai meningkatnya jaringan fibrosis dalam hati yang luas
yang disertai distorsi struktur parenkim hati. Jika parah, parut dan distorsi arsitektur hati
normal .dapat mendorong kearah disfungsi hepatik. Ini, pada akhirnya, dapat menyebabkan
retensi natrium dan pembentukan udem oleh mekanisme VDAE yang menurun:
1. Penurunan resistensi perifer total yang merupakan faktor penyebab terpenting untuk retensi
natrium pada sirosis. Volume darah total biasanya meningkat pada sirosis, bahkan sebelum
jelas udem terbentuk. Hal itu terjadi karena gagal untuk mendegradasi atau produksi yang
berlebihan pada faktor-faktor vasodilatasi. Faktor-faktor ini yang merupakan awal yang
menandai mesenterik (splanknik) resistensi vascular dan blood pooling. Penurunan VDAE,
mengaktivasi mekanisme kompensasi seperti saraf-saraf simpatik dan renin angiotensin sistem
aldosteron.
2. Peningkatan tekanan portal naik (hipertensi portal) adalah disebabkan oleh obstruksi aliran
darah pada vena porta. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik dalam
sirkulasi splanknik dan akumulasi cairan dalam ruang peritoneal, kondisi ini dikenal sebagai
asites.
Sirosis Hepatis
VDAE menurun
Aktivasi baroreseptor arteri
Penurunan aliran
darah ginjal dan LFG stimulasi stimulasi aktivasi s. renin
vasopressin s.saraf simpatis angiotensin
aldosteron
Pada Sindrom Nefrotik terjadi hipoproteinemia terutama albumin, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya eksresi albumin dalam urin dan meningkatnya degradasi dalam tubulus renal
yang melebihi daya sintesis hati. Gangguan protein lainnya didalam plasma adalah
menurunnya -1 globulin. Sedangkan -2globulin, -globulin dan fibrinogen meningkat
secara relatif atau absolut. -2globulin meningkat disebabkan oleh retensi selektif protein
dengan berat molekul tinggi oleh ginjal sedangkan laju sintesisnya relatif normal.
Meskipun pathogenesis proteinuria pada penderita SN masih belum jelas, akan tetapi
bukti-bukti terbaru memperkirakan SN ini terjadi karena gangguan pada limfosit T. Adanya
hubungan SN dengan penyakit yang berkaitan dengan gangguan proliferasi sel T, seperti
limfoma Hodgkin, serta terjadinya remisi pada penderita SN yang diinduksi oleh penyakit
campak dan malaria yang bersifat menekan sel T, menyebabkan beberapa peneliti
menganggap SN terjadi akibat gangguan fungsi sel T.
Shalhoub membuat hipotesis bahwa klon sel T abnormal dapat menghasilkan sitokin
yang bersifat toksik terhadap membrane basalis glomelurus dan mengakibatkan perubahan
permeabilitas glomelurus terhadap protein. Berbagai sitokin yang dilepaskan, seperti
interleukin akan mengakibatkan proses inflamasi pada dinding kapiler glomelurus
(proteinuria yang terjadi secara size selectivity). Di pihak lain, interleukin yang dilepaskan
tadi akan menyebabkan katabolisme proteoglikan heparan sulfat pada dinding kapiler
glomelurus, sehingga muatan negative pada dinding kapiler glomelurus menjadi hilang dan
protein yang bermuatan negative bisa bocor (proteinuria yang terjadi secara charge
selectivity).
Peranan berbagai factor imunologis serta dugaan kaitan infeksi virus dan alergi dengan
terjadinya proteinuria pada SN dapat digambarkan sebagai berikut.
IL-8 s IL-2R
IL-1s
Permeabilitas MBG
Proteinuria
Protenuria
Hipoalbumin
Volume plasma
Sistem rennin angiotensin
\ ADH ANP N/
Retensi Na
Retensi Air Retensi
Edema
Pada teori overfill dijelaskan retensi natrium dan air diakibatkan karena mekanisme intra
renal primer dan tidak bergantung pada stimulasi sistemik perifer. Serta adanya agen dalam
sirkulasi yang meningkatkan permeabilitas kapiler diseluruh tubuh serta ginjal.
Volume Plasma
Tubulus Resisten
terhadap ANP
Edema
Dengan teori underfill dapat diduga terjadi kenaikan renin plasma dan aldosteron
sekunder terhadap adanya hipovolemia, tetapi hal tersebut tidak terdapat pada semua penderita
Sindroma nefrotik. Sehingga teori overfill dapat di pakai untuk menerangkan terjadinya edema
pada sindrom nefrotik dengan volume plama yang tinggi dan kadar renin, aldosteron menurun
terhadap hipovolemia.
Pada Sindroma nefrotik hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid meningkat.
Paling tidak ada dua faktor yamg mungkin berperan yakni: hipoproteinemia merangsang sintesis
protein menyeluruh dalam hati termasuk lipoprotein. katabolisme lemak menurun karena
penurunan kadar lipoprotein lipase plasma, sistem enzim utama yang mengambil lemak dari
plasma.
Gejala yang khas berupa edema yang dilaporkan terjadi pada sekitar 85% pasien anak.
Gejaleanya ringan hingga berat dari hanya mengenai wajah hingga pembengkakan seluruh tubuh.
Penderita dapat mengalami nyeri kepala yang kemungkinan disebabkan karena hipertensi.
Hematuria massif dilaporkan terjadi pada 30% pasien anak. Penderita mengalami oliguria. Sesak
saat aktivitas akibat gagal jantung atau edema paru dapat terjadi meskipun jarang.
Kapiler Glomelurus
Filtrasi Glomelurus
DAFTAR PUSTAKA