Anda di halaman 1dari 4

A.

Pendahuluan

Apabila kita mendengar kata UnderWriting,Polis,dan Premi kita akan teringat dengan asuransi yang
mana Under Writing sendiri adalah proses penyeleksian permintaan asuransi,setelah itu di lanjutkan
dengan polis yang di dalamnya berisikan perjanjian baik premi ataupun prodak-prodak asuransi yang
lainnya.

Apa dan bagaimana Under Writing,Polis,dan Premi menurut asuransi syariah?... dan bagaimana
aplikasinya dalam asuransi syariah? Makalah ini mencoba memaparkannya secara jelas.

B.Pengertian Underwriting

Menurut asuransi kerugian,Underwriting adalah proses seleksi untuk menetapkan jenis penawaran
resiko yang harus di terima.Underwriting menjelaskan proses penyelesaian dan mengelompokkan
berbagai resiko yang akan di tanggung,yang bertujuan memaksimalkan laba melalui penerimaan
distribusi resiko yang di perhitungkan akan menghasilkan laba.

Underwriting menurut pengertian asuransi jiwa adalah proses penaksiran mortalitas atau morbiditas
calon tertanggung untuk menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta dan
menetapkan klasifikasi peserta.Mortalitas adalah jumlah kejadian meninggal relatif di antara
sekelompok orang tertentu,sedang morbiditas adalah jumlah kejadian relative sakit atau penyakit di
antara sekelompok orang tertentu.

Tiga konsep penting dalam underwriting

Kemungkinan menderita kerugian

Tingkat resiko,yaitu ketidakpastian atas kerugian di masa datang yang sulit di ramalkan

Hukum bilangan besar,yaitu makin banyak objek yang mempunyai resiko sama,semakin baik bagi
perusahaan

Tugas underwriting

Mempertimbangkan resiko yang di ajukan

Memutuskan atau menolak resiko yang di ajukan

Menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi

Adapun sasaran underwriting adalah menyetujui dan menerbitkan polis,yang

Adil bagi nasabah

Dapat di jual oleh agen,dan

Menguntungkan bagi perusahaan


1

underwriting syariah dalam asuransi syariah sama dengan asuransi konvensional.Namun,dalam


asuransi syariah untuk menyeleksi resiko ada dua elemen penting yaitu seleksi dan
pengklasifikasian.Seleksi adalah proses perusahaan dalam mengevaluasi permintaan asuransi oleh
calon peserta untuk menentukan batas risiko yang di miliki calon.Pengklasifikasian adalah proses
penetapan individu ke dalam kelompok individu yang sekiranya mempunyai kemungkinan kerugian
sama,Namun,penekanan utama underwriting adalah harus bersifat wasathon,yaitu penekanan pada
rasa keadilan bagi nasabah dan perusahaan.

C.Polis

Kemudian yang selanjutnya polis dapat di pahami sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa
telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.Sebagai alat bukti tertulis,isi
yang tercantum dalam polis harus jelas tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang
memungkinkan perbedaan interpretasi,sehinggamempersulit tertanggun dan penanggung
merealisasikanhak dan kewajibannya dalam pelaksanaan asuransi.Di samping itu polis juga memuat
kesepakatan mengenai syarat-syarat husus dan janji-janji husus yang menjai dasar pemenuhan hak
dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi.

Isi polis :

1.Syarat husus dan janji husus

2.Hari dan tanggal pembuatan asuransi,pentingnya penanggalan ini adalah untuk menentukan saat
dimulinya asuransi

3.Nama tertanggung untuk diri sendiri atau pihak keluarga,hal ini penting dalam hubungan dengan
ketentuan pasal 264 dan pasal 267 KUHD,apabila asuransi di adakan untuk diri sendiri atau untuk
kepentingan pihak ketiga,maka hal ini harus di nyatakan di dalam polis.Apabila tidak di
nyatakan,maka asuransi di anggap di adakan untuk diri sendiri.apabila tidak ada kepentingan,maka
asuraansi tidak mempunyai kekuatan berlaku penaggung tidak berkewajiban membayar ganti
kerugian (pasal 250 KUHD).

4.Uraian mengenai objek asuransi,dalam uraian ini harus di jelaskan identitas benda yang di
asuransikan itu,yaitu jenisnya,jumlahnya,ukuran,sifat,letak dan keadaannya.

5.Jumlah yang di asuransikan,jumlah ini menunjuk kepada jumlah uang.

6.Bahaya (Evenemen) yang di tanggung,bahaya yang menjadi tanggungan penanggung harus


dinyatakan dengan jelas dan tegas.

7.Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir,adalah jangka waktu asuransi itu diadakan.

8.Premi asuransi,ketentuan ini menyatakan kepastian besarnya jumlah premi yang harus di bayar
oleh tertanggung.

9.Semua keadaan dan syarat-syarat khusus.


Termasuk dalam hal ini misalnya premi di bayar berarti asuransi berjalan,premi tidak di bayar berarti
asuransi tidak berjalan.

Menurut ketentuan undang-undang pasal 259 KUHD.apabila asurnsi di adakan langsung antara
tertanggung dengan penanggung,maka polis harus di tandatangani dan di serahkan oleh
penanggung dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah permintaan.Pemuatan polis oleh
penanggung sesuai dengan fungsi polis sebagai bukti tertulis bagi kepentingan tertanggung.

D.Premi

Di dalam pasal 246 KUHD terdapat rumusan

Dengan mana penaggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi.

Berdasarkan rumusan tersebut,dapat di ketahui bahwa premi adalah salah satu unsure penting
dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib di penuhi oleh tertanggung kepada
penanggung.dalam hubungan hukum asuransi penanggung menerima pengalihan resiko dari
tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya.Apabila premi tidak di
bayar,asuransi dapat di batalkan atau setidak-tidaknya asuransi tidak berjalan.Premi harus di bayar
lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggung pihak yang berkepentingan.Sebagai perjanjian
timbale balik ,asuransi bersifat Konsensual,artinya sejak terjadi kesepakatan timbullah kewajiban
dan hak kdua belah pihak.Akan tetapi,asuransi akan berjala jika kewajiban tertanggung membayar
premi telah di penuhi.

Berdasarkan uraian di atas,maka dapat di pahami bahwa premi asuransi merupakan syarat mutlak
untuk menentukan perjanjian asuransi dilaksanakan atau tidak.Kriteria premi adalah sebagai berikut
:

Dalam bentuk sejumlah uang

Dibayar lebih dahulu oleh tertanggung

Sebagai imbalan pengalihan resiko

Dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai resiko yang dialihkan.

Kemudian di dalam perusahaan asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana seperti halnya
pada asuransi yang berbasis syariah,sedangkan pada asuransi syariah terdapat pemisahan dana yaitu
dana tabarru/derma dan dana peserta,Sehingga tidak mengenal istilah dana hangus.Dana yang
terkupul dari premi peserta seluruhny menjadi milik perusahaan dan perusahaan bebas
menggunakan,serta menginvestasikan kemanapun,hal ini jauh berbeda dengan asuransi syariah
yang mana dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau konstribusi,merupakan milik
peserta perusahan hanya sebagai pemegang amanah (Mudharib) dalam mengelola dana tersebut.

Pada asuransi takaful sebagai modal auransi syariah,peserta asuransi saling mengikat kontrak (Akad)
antara satu sama lain,dan seperti yang telah di jelaskan di atas perusahaan asuransi takaful hanya
sebagai mediator terjadinya akad dan sebagai pemegang amanah untuk mengelola iuran para
peserta asuransi.Investasi dana berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).Dana pembayaran
klaim diambil dari rekening derma (tabarru).Premi yang disetor merupakan milik peserta
asuransi,perusahaan hanya berfungsi sebagai badan pengelola.Dalam hal peserta asuransi berhenti
sebelu masa asuransi berakhir,peserta asuransi dapat menarik kembali kapan saja seluruh iuran yang
telah dibayarkan,kcuali dana tabarru bahkan di tambah dengan keuntungan yang diperoleh selama
uangnya dikelola oleh perusahaan asuransi khususnya asuransi syariah (takaful),dan keunggulan dari
perusahaan asuransi takaful di bandingkan dengan asuransi konvensional dalam bentuk preminya
adalah apabila pembayaran premi terlambat tidak tepat pada waktunya peserta asuransi tidak di
kenakan denda

Anda mungkin juga menyukai