Deep Vein Thrombosis
Deep Vein Thrombosis
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2.1. Definisi
Deep Veins Thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi yang terjadi akibat
pembentukan bekuan darah (thrombus) di dalam pembuluh darah vena dalam pada
ektremitas. DVT dapat terjadi pada ektremitas inferior maupun superior. Pada
ektremitas inferior biasanya terjadi pada bagian proksimal atau distal dari vena
popliteal atau pada daerah pelvis. Sedangkan pada ektremitas superior DVT
biasanya terjadi pada vena subclavian atau axillary.2 Hal ini dapat menghambat
aliran darah vena secara parsial maupun total. Terjadinya DVT akan
meningkatkan risiko terjadinya bekuan darah kambuhan (recurrent) dan dapat
mengakibatkan komplikasi yang serius seperti pulmonary embolism atau post-
thrombotic syndrome (PTS). Biasanya sepertiga dari pasien dengan deep veins
thrombotic (DVT) simptomatis juga mengalami Pulmonary Embolism.1
2.2. Epidemiologi
DVT terjadi pada sekitar 2 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Mortalitas pada pasien DVT biasanya disebabkan oleh Pulmonary Embolism
(PE). Tingkat mortalitas pada pasien yang diterapi dengan antikoagulan
kurang dari 1% 2,3.
Secara Global angka insiden DVT, 70 sampai 113 kasus per 100.000 jiwa
per tahun, yang mana, meningkat secara tajam setelah umur 40 tahun.2
2
Tidak ada perbedaan yang signifikan dari prevalensi DVT antara pria dan
wanita, walaupun angka kekambuhan (recurrent) pada pria lebih tinggi
daripada wanita.2,3
Populasi kulit putih dan hitam memiliki 2.5 sampai 4 kali lebih berisiko
untuk terjadinya thromboembolism dibandingkan dengan populasi Hispanic,
Asian, and kepulauan di Pasifik.2
DVT terjadi 10% - 15% lebih sering selama musim dingin dibandingkan
dengan musim panas, kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya aktivitas
fisik.2
2.3. Etiologi
3
(b) Perbedaan anatomi menyebabkan Venous Stasis. Abnormalitas atau
ketiadaan vena cava inferior atau vena iliac dapat menyebabkan venous stasis.
Dalam trombosis iliocaval, anomali anatomi teridentifikasi pada 60-80% pasien
yaitu adanya penekanan vena iliaka komunis kiri pada persilangan arteri iliaka
komunis. Dimana normalnya vena berjalan di bawah arteri iliaka komunis kanan.
Tertekannya vena iliaka komunis kiri ini menyebabkan terbentuknya
web/anyaman sehingga terjadi stasis vena dan timbul DVT kaki kiri. Gangguan ini
sering disebut dengan sindrom May-Thurner atau sindrom Cockett.
(c) Injuri mekanik pada vena. Injuri mekanik pada dinding vena dapat
menimbulkan stimulus tambahan untuk terjadinya trombosis vena. Pasien dengan
hip arthroplasty yang berhubungan dengan manipulasi vena femoral adalah
kelompok yang beresiko tinggi mengalami DVT dengan 57% thrombus berasal
dari vena femoral. Injuri yang dapat menyebabkan DVT bisa berupa injuri yang
terlihat jelas seperti trauma, intervensi bedah, atau injuri iatrogenik, tetapi dapat
juga berupa injuri yang tidak jelas seperti trauma minor, yang menyebabkan DVT
asimptomatik.
Adapun faktor resiko dari DVT yaitu (a) adanya riwayat DVT dapat
mencetuskan adanya thrombosis yang berulang pada pasien 25% pasien DVT; (b)
keganasan terjadi pada 30% pasien yang mengalami thrombosis vena. Mekanisme
trombogenik melibatkan koagulasi abnormal terbukti bahwa 90% pasien kanker
memiliki gangguan faktor koagulasi. Kemoterapi dapat meningkatkan resiko
thrombosis vena yang dengan cara berdampak pada endothelium vascular,
4
kaskade koagulasi, dan lisis sel tumor; (c) meningkatnya usia dapat meningkatkan
perkembangan thrombosis vena; (d) imobilisasi dan kelumpuhan tungkai bawah;
(e) Postoperative trombosis vena; (f) kehamilan dan periode postpartum;
2.3. Patogenesis
Berbeda dengan trombosis arteri, trombosis vena dapat terjadi tanpa adanya injuri
pada venaitu sendiri. Trombosis dapat muncul melalui interaksi antara TF- bearing
mikrovesikel dengan endotelia. Seperti platelet, sel endotelia juga memiliki
sejumlah besar P- selektin yang disimpan di intracelular granulnya yang dapat
diekspresikan saat endotelia sel teraktivasi dan menyediakan reseptor bagi TF-
bearing microvesikel. Dan seperti platelet juga, sel endotelia dapat
mengekspresikan phosphatidylserine pada permukaanya yang nantinya akan
berikatan dan berfusi dengan TF-bearing microvesicles dan menginisiasi
koagulasi. Disamping itu endotelia sel juga akan menyediakan permukaan
katalitik bagi proses koagulasi dari platelet teraktivasi.6
Rudolph Virchow melalui hasil observasi patologi, menyimpulkan ada tiga faktor
utama yang bertanggung jawab atas pembentukan trombus vena. Ketiga faktor
tersebut yaitu; 1) Stasis darah, 2) perubahan dinding pembuluh, 3)
hiperkoagulabilitas.6
Stasis darah
5
antikoagulan dengan mikrosirkulasi akan menjadi minimal dan berakibat pada
peningkatan kemungkian pembentukan thrombi
Stasis darah vena juga mengaktivasi sel endotelial dalam proses koagulasi sebagai
hasil dari desaturasi hemoglobin yang menimbulkan hipoksia endotelia. Pada
aliran darah yang mengalami stasis, tensi oksigen vena akan menurun. Akibatnya
sel endotelia mengalami hipoksia yang berujung pada iskemia. Iskemia akan
mengaktivasi sel endotelial untuk mengekspresikan P-selektin. P-selektin akan
mengundang infiltrasi leukosit pada dinding pembuluh darah juga jaringan target,
dan berikatan dengan TF-bearing mikrovesikel. 6,7
Hiperkoagulabilitas
2.4. Diagnosis
6
Pada pasien dengan trombosis vena dalam dibutuhkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis.
Anamnesis dilakukan dengan dasar sacred seven (lokasi, onset, kualitas, kuantitas,
kronologis, faktor memperberat dan memperingan, dan keluhan penyerta),
fundamental four (penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
keluarga, dan riwayat pribadi/ sosial). Pasien dengan trombosis vena dalam biasa
mengeluh kaki bengkak dan nyeri.9 Pada anamnesis juga bisa ditemukan faktor
resiko terjadinya trombosis vena dalam.
Pada pemeriksaan fisis, tanda-tanda klinis yang klasik tidak selalu ditemukan.
Gambaran klasik DVT adalah edema tungkai unilateral, eritema, hangat, nyeri,
dapat diraba pembuluh darah superfisial, dan tanda Homan yang positif. 9 Tanda
Homan dilakukan dengan cara kaki dalam keadaan fleksi lalu pergelangan kaki
secara paksa di dorsofleksikan. Tanda Homan positif apabila terasa nyeri pada
bagian betis maupun regio popliteal.10 Trombosis vena dalam juga dapat dinilai
menggunakan sistem skor klinik Scarvelis dan Wells (tabel.1).
Venografi atau flebografi merupakan gold standart untuk mendiagnosis DVT baik
pada betis, paha, maupun sistem ileofemoral. Venografi dilakukan dengan
memasukan kontras ke vena melalui kateter lalu diperiksa dengan menggunakan
x-ray. Kerugiannya adalah pemasangan kateter vena dan resiko alergi terhadap
bahan radiokontras atau yodium.9 MRI umumnya digunakan untuk mendiagnosis
DVT pada perempuan hamil atau pada DVT di daerah pelvis, iliaka dan vena kava
dimana USG doppler pada ekstremitas bawah menunjukan hasil negatif.9
7
Tabel .1. Model klinis untuk memprediksi probabilitas DVT11
Diagnosis banding dari bengkak, nyeri tungkai bawah pada deep vein thrombosis
sangatlah luas, seperti cellulitis, arthritis,neuropathy, arterial occlusion,
lymphedema, ruptured Baker cyst , varicose veins, superficial thrombophlebitis,
and chronic venous insufficiency.
Cellulitis
Cellulitis adalah kondisi peradangan akut pada kulit yang ditandai dengan nyeri
lokal, eritema, bengkak, dan heat. Cellulitis dapat disebabkan oleh flora normal
yang berkolonisasi pada kulit (misalnya, S. aureus dan S. pyogenes) atau dengan
berbagai bakteri eksogen.
Lymphedema
8
sensasi berat pada tungkai, dan mereka paling sering khawatir tentang penampilan
tungkai. Lymphedema ekstremitas bawah, awalnya melibatkan kaki, secara
bertahap naik sehingga seluruh anggota gerak bawah menjadi edematous. Pada
tahap awal, terdapat edema yang lembut dan mudah lubang dengan tekanan. Pada
tahap kronis, anggota gerak bawah memiliki tekstur kayu, dan jaringan menjadi
mengeras dan fibrosis.
Superficial Thrombophlebitis
Sebuah benang merah menyakitkan adalah tanda yang jelas dari tromboflebitis
superfisial. Ini adalah satu-satunya jenis trombosis vena yang dapat didiagnosis
tanpa pemeriksaan imaging.
Insufisiensi vena kronis dapat terjadi akibat deep vein thrombosis. Oleh karena
deep vein thrombosis, daun katup yang seharusnya halus berangsur-angsur
menjadi menebal dan mengkerut sehingga mereka tidak dapat mencegah aliran
balik darah sehingga vena menjadi kaku dan berdinding tebal. Pasien dengan
chronic venous insufficiency sering mengeluh rasa nyeri di tungkai yang
memburuk dengan berdiri terlalu lama dan membaik dengan menaikan tungkai.
Pemeriksaan menunjukkan peningkatan lingkar tungkai, edema, dan varises
superfisial. Eritema, dermatitis, dan hiperpigmentasi dapat tampak pada daerah
distal kaki, dan ulserasi kulit dapat terjadi pada daerah malleoli medial dan
lateral.5
9
2.6. Penatalaksanaan
Antikoagulan
Heparin berat molekul rendah (low molecular weight heparin/ LMWH) dapat
diberikan satu atau dua kali sehari secara subkutan dan mempunyai efikasi yang
baik. Keuntungan LMWH adalah risiko pendarahan mayor yang lebih kecil dan
tidak memerlukan pemantauan laboratorium yang sering dibandingan dengan
UFH, keculi pada pasien-pasien tertentu seperti gagal ginjal atau sangat gemuk.
10
pemantauan (international normalized ratio) INR. Heparin diberikan selama
minimal 5 hari dan dapat dihentikan bila antikoagulan oral ini mencapai target
INR yaitu 2,0-3,0 selama dua hari berturut-turut.
Terapi trombolitik
Terapi ini bertujuan untuk melisiska thrombus secara tepat dengan cara
mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Terapi ini umumnya hanya efektif
pada fase awal dan penggunaannya harus benar-benar dipertimbangkan dengan
bai karena mempunyai risiko perdarahan tiga kali lipat dibandingkan dengan
terapi antikoagulan saja. Pada umumnya terapi ini hanya dilakukan pad DVT
dengan oklusi total, terutama pada iliofemoral.
Trombektomi
Filter ini digunakan pada trombosis di atas lutut pada kasus dimana antikoagulan
merupakan kontraindikasi atau gagal mncegah emboli berulang.
11
2.7. Pencegahan
Resiko terjadinya trombosis vena dalam dapat diturunkan dan dicegah
dengan melakukan gaya hidup yang aktif dan berolahraga secara teratur - setiap
hari jika memungkinkan, seperti berjalan, berenang, dan bersepeda, mengatur
berat badan dengan menyeimbangkan antara olahraga dengan makan makanan
yang sehat, berhenti merokok, menghindari konsumsi alkohol, memeriksa tekanan
darah secara teratur, berkonsultasi kepada dokter jika anda atau keluarga ada yang
mengalami masalah pembekuan darah, jika melakukan perjalanan udara atau
duduk selama lebih dari 4 jam, berjalan atau lakukan peregangan kaki dan tetaplah
terhidrasi dengan baik, menggunakan stocking bisa membantu untuk mencegah
pembekuan darah. Untuk pencegahan trombosis vena dalam pasca pembedahan
atau akibat bedrest yang lama bisa dengan memberikan antikoagulan (heparin,
coumadin, atau xarelto) sebelum atau segera sesudah pembedahan, menggunakan
alat semacam stocking untuk mengompres kaki dan menjaga agar darah tetap
mengalir di pembuluh darah, meninggikan kaki saat di tempat tidur, bangun dan
bergeraklah sesegera mungkin, dan konsumsilah obat pereda nyeri untuk
memudahkan proses pergerakan.13,14,15
2.8. Prognosis
12
serotonin menyebabkan terganggunya ventilationperfusion matching yang
menyebabkan gejala seperti sesak. Peningkatan afterload ventrikel kanan
menyebabkan peningkatan tekanan pada ventrikel kanan dan mengarah pada
dilatasi disfungsi, serta iskemia pada ventrikel kanan. Kematian disebabkan oleh
kegagalan ventrikel kanan. 18
BAB III
KESIMPULAN
13
pemeriksaan radiologis berupa venografi/ flebografi, USG doppler, USG
kompresi, venous impedance plethysmography (IPG), dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).Diagnosis banding dari bengkak, nyeri tungkai bawah pada deep
vein thrombosis sangatlah luas, seperti cellulitis, arthritis,neuropathy, arterial
occlusion, lymphedema, ruptured Baker cyst , varicose veins, superficial
thrombophlebitis, and chronic venous insufficiency.
Tujuan penatalaksanaan Deep Vein Thrombosis (DVT) pada fase akut :
menghentikan bertambahnya thrombus, membatasi bengkak yang progresif pada
tungkai ,melisiskan atau membuang bekuan darah (trombektomi) dan mencegah
disfungsi vena atau sindrom pasca trombosis (post thrombotic syndrome) di
kemudian hari, serta mencegah emboli. Prognosis dari DVT secara umum DVT
dapat sembuh spontan tanpa komplikasi, serta biasanya mortalitas terjadi karena
emboli paru masif.
14