Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) merupakan pedoman utama

kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE)

gizi lebih terarah dan lebih efektif untuk mencapai sasaran masyarakat atau

keluarga sadar gizi. PUGS dicanangkan pada tahun 1995 dan

pengembangan dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang sudah dikenalkan

sejak tahun 1960-an (Soekirman, 2006). Selanjutnya, adanya konggres gizi

internasional di Roma dikembangkan 13 pesan PUGS pada tahun 1995.

Hasil uji 13 PUGS menunjukkan bahwa 13 pesan tersebut terlalu banyak

dan diusulkan untuk menjadi 10 pesan (Affiansyah, 2003). Kemudian

bersama dengan beberapa pakar gizi dan pangan di Indonesia melakukan

serial lokakarya dan mengembangkan PGS 2014 yang diperkenalkan pada

publik di awal tahun 2014 (Kemenkes, 2014).

Kongres tersebut membahas tentang pentingnya gizi seimbang

sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas SDM yang baik dengan

merekomendasikan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Gizi seimbang

adalah susunan makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah

yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip

keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat

badan (BB) ideal (Depkes, 2003).

Kendala yang terjadi dalam penerbitan PUGS ini adalah masih

kurangnya sosialisasi yang ada di masyarakat, sehingga masyarakat hingga

petugas kesehatan sebagian besar tidak dapat menghafal dan memahami


2

dari 13 pesan PUGS tersebut, berbeda dengan pedoman yang pernah

dikeluarkan sejak 1960-an yaitu 4 sehat 5 sempurna. Pedoman ini sampai

saat ini masih diingat di masyarakat dari semua kalangan umur karena kata

kata yang mudah dipahami dan kalimat yang pendek. Oleh karena itu,

masih banyak masyarakat mengira bahwa Pedoman Gizi saat ini masih 4

sehat 5 sempurna. Fakta di lapangan mengatakan bahwa pedoman ini

pernah diganti dengan 13 pesan umum gizi seimbang hingga saat ini

diterbitkannya 10 pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada tahun 2014,

akan tetapi masyarakat luas masih banyak yang belum mengetahui dengan

terbitnya Pedoman Gizi Seimbang terbaru.

Indonesia pada awalnya membuat pedoman makanan tersebut untuk

mengatasi permasalahan gizi ganda. Masalah gizi ganda (double burden

disease) mengacu pada keadaan gizi lebih dan gizi kurang yang terjadi

secara bersamaan dalam suatu populasi. Sebagian besar negara

berkembang akan terpengaruh oleh double burden disease dengan

meningkatnya prevalensi kegemukan yang lebih cepat dibandingkan dengan

penurunan prevalensi gizi kurang (World Bank, 2012). Data hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

obesitas penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) pada tahun 2013 sebanyak

19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%)

sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (> 18 tahun) 32,9%, naik

18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 (15,5%). Pada

dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku masyarakat

berkaitan dengan gizi yang tidak seimbang yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi masalah kesehatan mereka. Oleh sebab itu, diperlukan suatu


3

tindakan pemerintah untuk memperbaiki perilaku tersebut. Hal ini dapat

dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku

gizi yang baik dan benar (Depkes 1996). Permasalahan kesehatan tidak

hanya masalah gizi ganda (double burden disease), tetapi begitu juga

dengan gaya hidup. Depkes (2002) menjelaskan bahwa gaya hidup sehat

mencangkup antara lain perilaku tidak merokok, mengonsumsi makanan

yang sehat dan seimbang, dan aktivitas fisik yang teratur. Riskesdas (2013)

juga menyatakan bahwa proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%),

kemudian kategori perilaku aktivitas fisik terdapat kecenderungan semakin

bertambahnya umur semakin menurunnya aktivitas fisik dan menunjukkan

proporsi perilaku sedentari (santai) enam jam lebih banyak pada

perempuan, sedangkan untuk konsumsi sayur dan buah menemukan bahwa

tidak ada perbedaan hasil Riskesdas 2007 dengan 2013, yaitu masih

kurangnya konsumsi sayur dan buah. Provinsi DI Yogyakarta merupakan

termasuk lima provinsi dengan proporsi penduduk 10 tahun dengan

makanan tertentu, yaitu konsumsi makanan/minuman manis yaitu 69,2% dan

perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan

yaitu 50,7%. Data tersebut memperkuat bahwa perlunya pengamatan

terhadap gaya hidup mahasiswa, hal ini digunakan sebagai tolak ukur untuk

melihat seberapa jauh PGS diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hidayat (1997 dalam Indrawagita, 2009) mengatakan bahwa

mahasiswa merupakan usia muda dewasa yang mempunyai faktor gizi yang

berperan dalam meningkatnya ketahanan fisik dan produktivitas kerja, unsur

gizi merupakan faktor kualitas sumber daya manusia pokok, gizi tidak hanya
4

sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga

menentukan kualitas kecerdasaan intelektual bagi manusia. Masa dewasa

muda dimulai sekitar usia 18 sampai 22 tahun dan berakhir pada usia 35

tahun sampai 40 tahun (Lemme, 1995). Pemenuhan gizi seimbang bukanlah

hal yang mudah bagi mahasiswa, karena kesibukan dengan berbagai tugas

dan kegiatan. Padahal kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan

membuat orang lebih perhatian dan kemampuan untuk belajar lebih mudah

(Gillepsie, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus

memperhatikan pola makan dari aspek jenis makanan yang di konsumsi

(Hardinsyah & Briawan, 2005).

Pesan PGS 2014 termasuk salah satu peran aktif untuk mengatasi

masalah gizi, sehingga diperlukan pengujian terhadap pesan PGS 2014.

Penelitian ini diujikan kepada mahasiswa yang masih menjalankan

pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain itu, peneliti

juga mengamati keterbacaan pesan atau pemahaman pesan serta

kemampuan persuasi pesan PGS 2014. Penelitian ini juga ingin melihat

perbandingan dari kedua kelompok kluster yang diharapkan untuk kluster

kesehatan lebih memahami dan mengerti pesan PGS 2014, sehingga

diperlukan pengujian pesan PGS 2014 ini kepada mahasiswa di Universitas

Gadjah Mada.

Peneliti mengamati keterbacaan pesan atau pemahaman pesan dan

kemampuan persuasi pesan PGS 2014 agar dapat melihat kekuatan dari

pesan PGS dalam mempengaruhi sikap seseorang. Sikap pada dasarnya

melalui pengamatan yang kemudian diidentifikasi, sehingga dapat

diinternalisasikan pada diri seseorang. Perubahan sikap akan tergantung


5

pada sejauh mana komunikasi atau informasi pesan tersebut diperhatikan,

dipahami dan diterima oleh individu (Liliweri, 2007). Upaya promosi

kesehatan harus memperhitungkan karakteristik pesan yang disampaikan

kepada subjek. Pesan yang disampaikan harus memperhitungkan gaya, isi,

maupun teknik penyampaian (Gold et al., 2010). Selain itu, teori Persuasive

Communication dari McGuire (dalam Simon-Morton et al., 1995)

menjelaskan bahwa perubahan sikap itu dipengaruhi oleh komunikasi

persuasif yang dapat melayani berbagai tujuan serta menciptakan kesadaran

dalam proses pembentukan sikap. Keberhasilan komunikasi persuasif tidak

hanya dipahami oleh target populasi, tetapi juga di yakini dan sebagai

motivasi.

Pedoman Gizi Seimbang adalah bagian dari acuan masyarakat

terhadap gizi, sehingga hal ini merupakan suatu upaya dalam peningkatan

pengetahuan dan sikap masyarakat dengan harapan untuk mengubah

perilaku gizi tidak seimbang di masyarakat. Sehingga, perlunya uji efektifitas

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 kepada masyarakat melalui

mahasiswa S1 Universitas Gadjah Mada.

Dalam penelitian ini, asumsi penelitian sesuai dengan pendapat

Khomsan (2000), yang menyatakan bahwa memiliki pengetahuan gizi yang

baik tidak berarti bahwa seseorang akan menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Teori ini memperkuat pendapat peneliti bahwa seseorang yang

memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi mungkin saja mempunyai pola

makan yang tidak sesuai dengan PGS, jika pengetahuan tersebut tidak

dilandasi dengan sikap ataupun keinginan dan motivasi yang kuat memenuhi

kebutuhan gizi.
6

Pengetahuan-pengetahuan tersebut selanjutnya akan menimbulkan

kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini

penting diujikan untuk melihat hubungan antara karakteristik mahasiswa dan

gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah

Mada. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana persepsi mahasiswa

terhadap pesan PGS 2014.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya

hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah

Mada

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup

dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman

Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan antara mahasiswa kluster kesehatan dan

non kesehatan dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang

(PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

b. Mengetahui hubungan antara mahasiswa kluster kesehatan dan

non kesehatan dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi


7

seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

c. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan

keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada

mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

d. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan

kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014

pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

e. Mengetahui hubungan antara uang saku mahasiswa dengan

keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada

mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

f. Mengetahui hubungan antara uang saku mahasiswa dengan

kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014

pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

g. Mengetahui hubungan antara gaya hidup mahasiswa dengan

keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada

mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

h. Mengetahui hubungan antara gaya hidup mahasiswa dengan

kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014

pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

i. Mengetahui hubungan pengetahuan Pedoman Gizi Seimbang

dengan keterbacaan pesan pada mahasiswa Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta
8

j. Mengetahui hubungan pengetahuan Pedoman Gizi Seimbang

dengan kemampuan persuasi pesan pada mahasiswa Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai

besarnya pemahaman tentang 10 pesan gizi seimbang (PGS) pada

mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Bagi mahasiswa

Memberikan dampak dan pengaruh kepada mahasiswa, sehingga

mahasiswa mempunyai pemahaman tentang 10 Pesan Gizi Seimbang

(PGS), dan Tumpeng Gizi Seimbang, agar dapat mengaplikasi pesan ini

di kehidupannya dengan mengonsumsi gizi seimbang.

3. Bagi Institusi

Memberikan informasi kaitannya dengan keterbacaan dan daya persuasi

10 pesan seimbang (PGS), sehingga dapat mempertimbangkan untuk

membuat kebijakan-kebijakan yang lebih baik.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian lainnya yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini

antara lain adalah:

1. Afriansyah dkk, (2003) melakukan penelitian berjudul Pengembangan

Pesan-Pesan Gizi Seimbang dalam PUGS yang Lebih Praktis Digunakan

Petugas Gizi Lapangan. Penelitian tersebut bertujuan memodifikasi

pesan pesan dasar gizi seimbang dalam PUGS menjadi pesan pesan
9

dasar gizi yang lebih tepat dan praktis digunakan petugas gizi puskesmas

sebagai pedoman edukasi atau penyuluhan gizi masyarakat. Metode

yang digunakan pada penelitian tersebut, yakni capacity building (proses

kegiatan pendampingan) yang melibatkan petugas gizi puskesmas agar

timbul proses belajar untuk mengembangkan pesan pesan gizi

seimbang tersebut lebih tepat dan praktis. Analisis data presepsi

partisipan terhadap pesan pesan gizi dianalisis secara deskriptif.

Petugas gizi sebagai partisipan ini ada delapan orang profesional gizi

yang mewakili lembaga pendidikan, penelitian, program gizi yang

dikumpulkan dalam satu forum curah pendapat untuk menggali persepsi

dan pemahaman serta memperoleh kesepakatan tentang pesan pesan

dasar gizi seimbang dalam PUGS. Lokasi penelitian tersebut berada di

Medan karena kota ini memiliki pravelensi gizi lebih yang tinggi di

samping memiliki pravelensi gizi kurang, khususnya anemia bumil dan

kurang energi protein (KEP) yang juga tinggi. Penelitian tersebut dengan

penelitian ini dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan.

Persamaan dengan penelitian tersebut adalah meneliti PUGS dan melihat

pemahaman dari pesan PUGS tersebut hanya saja pada penelitian

tersebut menguji 13 PUGS sedangkan peneliti menguji pesan PGS yang

terbaru. Perbedaannya adalah penelitian tersebut menggunakan focus

group discussion (FGD), yaitu curah pendapat, sedangkan pada

penelitian ini tidak menerapkan FGD, yaitu cross sectional study, sasaran

pada penelitian tersebut adalah petugas puskesmas, sedangkan pada

penelitian ini sasarannya adalah dewasa muda (mahasiswa), kemudian


10

tidak hanya menguji pemahaman saja tetapi juga menguji kemampuan

persuasi pesan pada PGS yang terbaru.

2. Afianti (2008) melakukan penelitian berjudul Perilaku Gizi Mahasiswa

Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang

Pesan Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Penelitian tersebut

bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi

Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan

pesan PUGS. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana mahasiswa bidang

gizi telah menerapkan pesan pesan PUGS dalam kehidupannya sehari-

hari serta penelitian ini terfokus pada pengetahuan, sikap dan praktik

mahasiswa bidang gizi tentang pesan pesan PUGS. Disain penelitian

tersebut adalah cross sectional study. Persamaan dengan penelitian ini

adalah jenis yang ingin diteliti adalah PUGS hanya saja pada penelitian

ini menguji 13 PUGS dan penelitian yang akan diteliti PGS 2014, dan

subjek yang diteliti mahasiswa, metode sama yaitu cross sectional study,

sedangkan perbedaanya adalah subjek yang diteliti tidak hanya

mahasiswa gizi tetapi mahasiswa selain gizi, yaitu meneliti dari kluster

selain gizi, dan penelitian ini cenderung melihat perilaku gizi, sedangkan

penelitian ini adalah menguji keterbacaan pesan atau pemahaman pesan

mahasiswa serta daya persuasi dari pesan PGS 2014.

Anda mungkin juga menyukai