Anda di halaman 1dari 8

Tanggal 4 Juli 2012 boleh jadi akan dikenang sebagai sebuah tanggal penting dalam sejarah ilmu

pengetahuan. Pada hari itu para peneliti yang bekerja di Penumbuk Besar Hadron (Large Hadron
Collider, LHC)sebuah pemercepat zarah dan penumbuk atom terbesar di duniamengumumkan
penemuan sebuah zarah baru yang telah lama dicari yaitu boson Higgs. Zarah yang dikenal media dan
khalayak ramai sebagai Partikel Tuhan ini disebut-sebut sebagai potongan terakhir yang melengkapi
mosaik model standar fisika partikel.

Apakah boson Higgs itu, bagaimana hubungannya dengan model standar fisika partikel, bagaimana ia
ditemukan, dan berbagai aspek lain seputar zarah ini akan dibahas dalam artikel ini.

Asal usul massa. Kadangkala kita menimbang berat badan kita, entah untuk mengawasi penampilan
setelah menghadiri pesta kawin malam sebelumnya, atau untuk mengawasi kesehatan. Berat badan
yang kita rasakan ditentukan oleh dua faktor yaitu gaya gravitasi setempat dan massa badan kita. Selain
cahaya yang tidak bermassa, hampir semua objek di alam semesta ini punya massa. Tentu timbul
pertanyaan: Dari mana timbul massa?

Ini pertanyaan sederhana yang terdengar sebagai sebuah pertanyaan bodoh atau pertanyaan anak kecil
umur 5 tahun. Akan tetapi ini pertanyaan yang sangat penting, karena ini pertanyaan yang
menghunjam langsung kepada hakikat dan struktur alam raya. Sebelum menjawab pertanyaan ini
marilah kita meninjau dulu model standar fisika partikel.

Melalui serangkaian olah-pikir teoritis dan eksperimen, ahli-ahli fisika telah membangun sebuah
model standar fisika partikel. Pembaca setia langitselatan mungkin sudah pernah membaca tulisan
saya sebelumnya mengenai model standar fisika partikel, bagi yang belum di sana terdapat deskripsi
yang lebih lengkap mengenai model tersebut. Berikut ini adalah intisari model standar secara singkat.

Model standar adalah sebuah kompilasi teori yang menggambarkan zarah-zarah mendasar penyusun
benda-benda dan bagaimana mereka saling berinteraksi. Model ini konsisten satu sama lain dan cocok
dengan fakta-fakta yang ditemukan dalam eksperimen.

Kita mengetahui bahwa seluruh materi di alam semesta ini tersusun atas atom. Setiap atom tersusun
atas proton, elektron, dan neutron. Elektron adalah zarah fundamental, yaitu zarah yang tidak dapat
dipecah lagi menjadi zarah lain. Elektron bersama-sama dengan zarah fundamental lain yang bernama
muon, tauon, dan neutrino digolongkan sebagai lepton. Proton dan neutron bukanlah zarah
fundamental karena masing-masing tersusun atas tiga buah zarah fundamental yang bernama Quark.

Zarah-zarah fundamental ini saling berinteraksi melalui tiga gaya fundamental yang beroperasi dalam
berbagai tingkatan: Gaya elektromagnetik, gaya nuklir lemah, dan gaya nuklir kuat. Ketiga gaya ini
dimediasi oleh empat buah zarah fundamental yang dinamakan boson fundamental: foton
menghantarkan gaya elektromagnetik, boson W dan Z menghantarkan gaya nuklir lemah, dan gluon
menghantarkan gaya nuklir kuat. Interaksi antar-zarah terjadi karena adanya pertukaran boson dari
satu zarah ke zarah lainnya, dan besarnya gaya yang terjadi bergantung pada laju pertukaran boson.
Quark diikat oleh gaya nuklir kuat untuk membentuk proton dan neutron. Proton dan neutron diikat
membentuk inti atom, dan elektron terikat ke inti atom oleh gaya elektromagnetik dan membentuk
atom, molekul, dan materi.

Semasa SMA kita mungkin pernah melihat tabel unsur. Bagi fisikawan partikel, inilah tabel unsur yang
paling fundamental. Sumber: Wikipedia.

Inilah deskripsi singkat Model Standar. Model ini telah diuji oleh berbagai eksperimen selama empat
dekade terakhir dan dengan sukses mampu menjelaskan pengamatan-pengamatan dalam fisika energi
tinggi.

Persoalan terpenting dalam teori Model Standar adalah bahwa teori ini mengasumsikan seluruh zarah
fundamental tidak memiliki massa. Namun kita tahu hal ini tidak benar: Kecuali foton yang memang
tidak bermassa, semua zarah fundamental lainnya diamati memiliki massa. Lagipula atom tidak akan
terbentuk apabila zarah-zarah penyusunnnya tidak bermassa, materi dan kita tidak akan eksis. Massa
proton dan neutron dapat kita jelaskan: asalnya berasal dari energi ikat yang ada pada gluon. Gluon
mengikat quark menjadi proton dan neutron, dan energi ikat ini setara dengan massa proton dan
neutron melalui persamaan Einstein yang terkenal itu: E = mc2.

Namun masih timbul pertanyaan mengenai asal muasal massa zarah fundamental yang lain. Mengapa
foton bisa tidak bermassa, sementara penghantar gaya nuklir lemah yaitu boson W dan Z, justru punya
massa 100 kali dari massa proton?

Mekanisme Higgs. Ada solusi untuk persoalan ini, yaitu dengan mengasumsikan keberadaan sebuah
medan tambahan di alam semesta, yang dinamakan medan Higgs. Kita mengenal konsep medan dalam
pelajaran fisika di bangku SMU: Medan adalah sesuatu yang punya besaran nilai tertentu dan bisa juga
punya arah, misalnya medan gravitasi, medan listrik, atau medan magnet. Kita juga mengetahui bahwa
medan listrik dan medan magnet sebenarnya adalah dua aspek dari fenomena yang sama yaitu medan
elektromagnetik. Medan magnet timbul karena adanya perubahan dalam medan listrik, dan demikian
juga sebaliknya. Medan elektromagnetik ada di mana-mana di alam semesta dan nilainya bergantung
pada keberadaan zarah bermuatan listrik.

Sebelum kita bergerak menuju medan Higgs, mari kita tinjau medan elektromagnetik barang sebentar.

Kita memahami bahwa zarah dapat berinteraksi atau tidak dengan medan elektromagnetik. Partikel
bermuatan listrik dapat berinteraksi dengan medan elektromagnetik, namun zarah netral tidak dapat.
Neutrino, misalnya, tidak bermuatan listrik dan dengan demikian tidak berinteraksi dengan medan
elektromagnetik. Interaksi antara sebuah zarah dengan medan elektromagnetik dapat mempengaruhi
kondisi zarah tersebut. Sebuah proton yang melewati medan elektromagnetik dapat dipercepat, dan
sebuah elektron dapat dilontarkan dari atom juga karena interaksinya dengan medan elektromagnetik.

Medan Higgs juga demikian. Sebuah zarah tak bermassa dapat berinteraksi kuat dengan medan Higgs,
yang kemudian kita amati sebagai massa. Zarah yang tidak berinteraksi dengan medan Higgs tidak
bermassa dan akan melenggang kangkung begitu saja.

Contoh populer yang sering digunakan untuk menjelaskan konsep ini diberikan oleh ahli fisika asal
Inggris, David Miller. Pada tahun 1993, Menteri Riset Inggris William Waldegrave meminta penjelasan
sederhana mengenai mekanisme Higgs, dan David Miller menggunakan pertemuan Partai Konservatif
Inggris sebagai analogi. Bayangkan di sebuah ruangan berkumpul secara seragam hadirin sebuah
pertemuan.

Kemudian masuk mantan Perdana Menteri Inggris (Waldegrave berasal dari Partai Konservatif Inggris
dan pada waktu analogi ini dibuat, Margaret Thatcher telah digantikan oleh John Major) ke dalam
ruangan tersebut. Seseorang yang sangat populer.

Orang-orang yang berada di sekitar ibu mantan Perdana Menteri kemudian berkumpul di sekitar beliau
untuk bercakap-cakap atau hanya sekadar bersalaman, namun orang-orang yang berada jauh dari
lokasi beliau tidak terpengaruh karena belum menyadari keberadaan si ibu. Karena banyak orang
berkumpul di sekitar si ibu mantan Perdana Menteri, si ibu jadi sulit bergerak dan kehilangan
momentum. Beliau akan bergerak perlahan menyeberangi ruangan namun orang-orang yang beliau
dekati kemudian menyadari keberadaan beliau dan akan berkumpul di sekitar beliau, sementara orang-
orang yang dijauhi kemudian kembali ke posisi semula.

Orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan ini dapat dianggap sebagai medan Higgs, dan si ibu
mantan Perdana Menteri sebagai sebuah zarah yang berinteraksi sangat kuat dengan medan Higgs.
Interaksi yang kuat ini mendistorsi medan Higgs dan menghasilkan kesan adanya massa yang besar bagi
zarah tersebut. Orang yang kurang terkenal seperti saya ini tidak akan diperdulikan oleh hadirin dan
dengan demikian dapat melaju melampaui ruangan dengan lebih mudah. Sebuah zarah yang
berinteraksi lemah dengan medan Higgs dengan demikian memiliki massa yang lebih ringan. Interaksi
antara zarah dengan medan Higgs dimediasi oleh sebuah zarah baru yang dinamakan boson Higgs.
Apabila kita mendeteksi boson Higgs, maka kita akan dapat membuktikan bahwa medan Higgs memang
ada dan konsep mekanisme Higgs adalah benar adanya. Ini merupakan satu langkah penting dalam
menjelaskan asal-usul massa zarah-zarah tertentu. Mekanisme Higgs dinamakan menurut ahli fisika
Inggris yang bermukim di Edinburgh, Skotlandia, bernama Peter Higgs. Pada tahun 1964 Peter Higgs
menulis makalah yang menggambarkan mekanisme ini beserta uraian matematisnya. Akan tetapi Peter
Higgs bukanlah satu-satunya fisikawan yang memikirkan mekanisme ini untuk menjelaskan timbulnya
massa, dan bukan pula yang pertama. Pada tahun 1962, fisikawan Philip Anderson sudah menawarkan
mekanisme ini, dan kemudian secara terpisah satu sama lain ada dua kelompok lain yang juga
mengembangkan mekanisme ini: kolaborasi Robert Brout dan Francois Englert, dan kolaborasi Gerald
Guralnik, C.R. Hagen, dan Tom Kibble. Bahwa ada tiga kelompok yang mengerjakan hal yang sama
namun tidak mengetahui keberadaan satu sama lain adalah hal yang wajar di jaman baheula karena
kita tahu bahwawalaupun ini sulit dibayangkanada masa sebelum internet diciptakan dan orang
harus pergi ke kantor pos untuk berkirim surat.

Kalau mau lengkap, Tom Kibble menganjurkan agar secara formal mekanisme ini
dinamakan Mekanisme Englert-Brout-Higgs-Guralnik-Hagen-Kibble atau disingkat Mekanisme EBHGHK.

Sebuah peristiwa tumbukan yang direkam oleh detektor CMS (Compact Muon Solenoid) di LHC. Garis-
garis kuning putus-putus adalah lintasan sepasang foton yang dapat menjadi tanda peluruhan boson
Higgs, sementara garis-garis kuning adalah lintasan partikel-partikel lain yang juga muncul dari
tumbukan proton-proton. Sumber: CERN.

Mencari boson Higgs. Cara termudah untuk membuktikan keberadaan medan Higgs adalah dengan
mencari boson Higgs. Cara untuk menemukan boson Higgs adalah dengan menabrakkan sejumlah
besar proton. Apabila dua buah proton saling bertumbukan, mereka akan pecah menjadi zarah-zarah
penyusunnya yaitu quark dan gluon. Dua buah gluon kemudian dapat menyatu membentuk boson
Higgs. Akan tetapi, usia boson Higgs sangat pendek: Dalam sekejap boson Higgs langsung meluruh
menjadi zarah lain. Ada berbagai cara boson Higgs meluruh, salah satunya adalah dengan
memancarkan sepasang foton. Pencarian boson Higgs dengan demikian dilakukan tidak dengan cara
mencari boson Higgs itu sendiri, namun dengan mencari zarah-zarah hasil peluruhan boson Higgs.

Energi gluon dalam mengikat quark menjadi proton sangatlah besar, oleh karena itu kita membutuhkan
mesin yang dapat mempercepat zarah hingga kecepatan yang demikian besar, paling tidak hingga
99.99998 persen kecepatan cahaya. Dalam kondisi ini sebuah proton memiliki momentum yang sangat
besar dan apabila bertumbukan dengan proton lain, energi tumbukannya demikian besar dan dapat
menandingi energi ikat gluon.

Peta terowongan LHC, bergaris tengah 27 kilometer dan berlokasi 100 meter di bawah tanah, dan
pemandangan daerah pedesaan di sekitar kota Jenewa, Swiss. Di latar depan dapat dilihat Bandar
Udara Cointrin. Sumber: CERN.

Inilah alasan mengapa LHC dibangun. LHC adalah sebuah terowongan bawah tanah, berbentuk
melingkar dengan garis tengah 27 kilometer dan terletak 100 meter di bawah perbatasan Perancis
Swiss. Di dalam terowongan ini sekitar 1200 magnet digunakan untuk mempercepat dan memandu
proton hingga mencapai kecepatan yang dibutuhkan. Dua kelompok proton dipercepat dalam arah
yang berlawanan satu sama lain, dan hasil tumbukan ini yang kemudian dianalisis untuk mencari jejak
kemunculan boson Higgs.

Boson Higgs sangat jarang muncul. Dari sekitar 10 milyar tumbukan, diperkirakan hanya akan ada 1
boson Higgs yang muncul. Oleh karena itu jumlah eksperimen yang dilakukan harus sangat banyak dan
dilakukan selama bertahun-tahun. Dalam waktu satu detik terjadi 40 juta tumbukan di dalam LHC dan
eksperimen ini berlangsung setiap saat: 24 jam
sehari, 7 hari seminggu.
Detektor ATLAS, salah satu eksperimen yang bertujuan mencari boson Higgs, dalam tahap konstruksi.
Ukuran raksasa dan kompleksitas eksperimen ini dapat dilihat dengan membandingkannya dengan foto
orang di bagian bawah foto. ATLAS melibatkan sekitar 3000 ilmuwan dari 38 negara dan 174 institut.
Sumber: CERN.

Statistik berperan penting. Kerumitan lain dalam eksperimen ini adalah kita hanya bisa mengamati
situasi sebelum dan sesudah tumbukan terjadi. Kita tahu sepasang proton telah bertumbukan, lalu
dalam sekejap dideteksilah zarah-zarah pecahan kedua proton tersebut. Detektor yang dipasang di
sekitar lokasi tumbukan dapat merekam munculnya dua pasang foton sebagaimana yang kita harapkan
dari peluruhan boson Higgs, namun dua pasang foton juga dapat muncul dari reaksi-reaksi subatomik
lainnya dan kita tidak bisa mengetahui siapa yang melakukan ini: dari peluruhan boson Higgs ataukah
dari reaksi lainnya?

Untuk menjawab persoalan ini, kita harus tahu betul reaksi-reaksi subatomik apa saja yang berawal
pada tumbukan dua proton dan berujung pada munculnya sepasang foton. Karena reaksi-reaksi ini
bukanlah reaksi yang kita cari, kita namakan saja reaksi-reaksi ini secara kolektif sebagai reaksi
latar (background), sementara reaksi peluruhan boson Higgs menjadi sepasang foton sebagai reaksi
sinyal.

Reaksi-reaksi latar dapat kita pahami dengan memanfaatkan pengetahuan kita mengenai model
standar fisika partikel. Dari tumbukan dua foton kita dapat mengetahui, reaksi-reaksi subatomik apa
saja yang dapat terjadi, dan berapa persen kemungkinan masing-masing reaksi akan terjadi.
Selanjutnya kita kemudian melakukan milyaran simulasi komputer yang memperhitungkan berbagai
skenario, termasuk kondisi dan kapabilitas detektor, untuk meramalkan ada berapa banyak jumlah
kemunculan sepasang foton yang tidak disebabkan oleh peluruhan boson Higgs. Hasil simulasi ini dapat
diperiksa-silang dengan data percobaan untuk memastikan bahwa data simulasi konsisten dengan data
pecobaan.

Setelah kita memahami jumlah latar yang dapat kita harapkan, selanjutnya kita membandingkannya
dengan data yang diperoleh dari eksperimen. Dalam data ini terdapat tidak hanya latar namun juga
sinyal. Apabila pada energi tertentu kita amati lebih banyak foton dari yang dapat kita harapkan dari
latar semata, maka kita boleh yakin bahwa jumlah foton ekstra ini diakibatkan oleh peluruhan boson
Higgs.

Tentu ada pertanyaan, bisa saja dong kelebihan ekstra (dalam bahasa sains disebut ekses) ini
diakibatkan oleh latar? Dalam eksperimen ilmiah, pengukuran selalu tidak eksak dan jumlah latar selalu
berbeda dengan yang kita harapkan dari simulasi dan perhitungan teoritis. Mungkinkah ekses ini
muncul karena ketidakpastian ini? Jika ekses ini tidak berbeda jauh dengan apa yang kita harapkan dari
latar saja, maka boleh jadi itu hanyalah memang latar saja dan bukan diakibatkan oleh boson Higgs.
Namun apabila berbeda jauh sekali dengan apa yang kita harapkan dari latar saja, maka kemungkinan
besar itu memang disebabkan oleh boson Higgs atau fenomena lain yang tidak ketahui sebelumnya.

Dibutuhkan analisis statistik untuk menghitung kebolehjadian bahwa ekses ini memang disebabkan
oleh peluruhan boson Higgs. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, boson Higgs dapat meluruh
menjadi berbagai zarah lain. Selain menjadi sepasang foton, boson Higgs juga dapat meluruh antara
lain menjadi dua pasang lepton atau sepasang quark. Cara-cara lain peluruhan boson Higgs juga
diperiksa dan hasilnya kemudian digabungkan. Kita mengamati bahwa ekses ini memang jauh berbeda
dari yang kita harapkan dari latar saja. Dari analisis gabungan berbagai cara peluruhan ini disimpulkan
bahwa kemungkinan ekses yang diamati adalah akibat latar hanya satu per satu milyar, atau hanya
0.0000001 persen saja.

Dengan kata lain, kita yakin 99.9999999 persen bahwa ekses zarah ini diakibatkan oleh peluruhan
boson Higgs. Dari angka inilah kita kemudian dapat menyatakan bahwa boson Higgs telah ditemukan,
karena kita tahu bahwa kemungkinan bahwa ini hanyalah latar amat sangat rendah.

Pernyataan ini tentu dapat membuat kita merenungkan hakikat sebuah penemuan. Dalam komunitas
ilmuwan, sebuah temuan hasil eksperimen ilmiah harus disertai dengan derajat kepastian (atau
ketidakpastian) temuan tersebut. Selain harus mampu melakukan eksperimen dengan rapi dan
transparan, seseorang yang melaporkan hasil pengamatan atau percobaannya harus mampu
melakukan analisis statistik untuk menunjukkan bahwa temuannya sekian persen disebabkan oleh
latar, sebagai sebuah pernyataan seberapa yakin ia atas temuannya. Seorang sejawat pernah berkata
kepada saya, kalau belum pernah melakukan analisis statistik, belum melakukan eksperimen fisika!
Saya manggut-manggut saja karena saya sedang sibuk mengunyah rengginang seraya berpusing ria
dengan integral (siapa sih yang tidak dipusingkan oleh integral?), namun saya setuju.

Jangan pernah lagi menyebut boson Higgs sebagai Partikel Tuhan. Pada tahun 1993, fisikawan Leon
Lederman menulis buku berjudul The God Particle: If the Universe Is the Answer, What Is the
Question? Buku ini meriwayatkan fisika partikel dan mendiskusikan tentang akselerator masa depan
yang akan dibangun untuk mencari boson Higgs. Dalam buku ini, untuk pertama kalinya boson Higgs
disebut sebagai Partikel Tuhan, karena menurut Lederman, boson Higgs memegang peran sentral
dalam pemahaman akhir kita mengenai fisika. Mengapa Partikel Tuhan? Karena editor buku
Lederman tidak membolehkan ia menyebut boson Higgs sebagai the goddamned particle, (partikel
ngehek) yang mengacu pada sulit dan mahalnya biaya menemukan boson Higgs.

Banyak nama-nama dalam ilmu pengetahuan yang sebenarnya tidak akurat. Kita tahu bahwa tidak ada
ledakan dalam Dentuman Besar (Bing Bang). Nama ini awalnya digunakan oleh astronom Fred Hoyle
untuk menghina pendukung teori ini, namun kemudian menjadi populer dan melekat. Partikel Tuhan
juga bukan sebuah penamaan yang akurat. Leon Lederman boleh memperoleh Hadiah Nobel dan
punya perasaan yang begitu tinggi pada peran medan Higgs, namun menemukan boson Higgs bukan
berarti kita sudah memahami seluruh fisika dan kemudian bisa berhenti meneliti dan pulang kampung
ke rumah masing-masing. Menemukan boson Higgs memang adalah sebuah pencapaian besar dalam
usaha kita memahami alam, namun mekanisme Higgs bukanlah satu-satunya cara sebuah zarah dapat
memperoleh massa. Masih banyak yang perlu kita teliti lebih lanjut. Graviton masih menunggu untuk
ditemukan dan kita masih belum memahami bagaimana gravitasi bekerja dalam skala atomik. Materi
gelapyang mencakup 23 persen komponen alam semesta kitamasih belum kita pahami, pun juga
dengan energi gelapyang mencakup 72 persen komponen alam semesta. Boson Higgs boleh jadi
berperan penting dalam fenomena yang belum kita pahami ini, namun boleh jadi juga tidak.

Peter Higgs sendiri, selain kurang nyaman dengan penamaan boson Higgs menurut namanya, lebih
tidak menyukai sebutan Partikel Tuhan. Menyebut boson Higgs sebagai Partikel Tuhan dapat
mengirimkan pesan yang salah kepada orang yang membaca sebagaimana orang menduga ada ledakan
dalam Dentuman Besar. Marilah kita berhenti menyebut boson Higgs dengan sebutan yang demikian
bombastis dan hanya bermaksud untuk mencari perhatian.

Jules Winnfield akan mendatangi Anda apabila Anda masih saja menyebut Partikel Tuhan.

Selanjutnya: Boson Higgs dan Dentuman Besar? Selain analisis statistik yang baik, kita bisa yakin
bahwa boson Higgs telah diamati karena dua hal lain: Pertama, dua eksperimen di LHC, bernama ATLAS
dan CMS, melakukan eksperimen yang sama untuk mencari boson Higgs. Mereka memperoleh data
yang berbeda dan melakukan analisis yang erpisah, dan tiba pada temuan yang konsisten satu sama
lain. Kedua, eksperimen lain di luar LHC juga melakukan hal yang sama dan mengamati peristiwa
peluruhan boson Higgs, meskipun dengan derajat keyakinan yang lebih rendah. Dari hasil eksperimen
ini, bernama Tevatron, masih ada kemungkinan 0.3 persen bahwa ekses yang diamati disebabkan oleh
latar. Dengan derajat keyakinan seperti ini, hasil eksperimen Tevatron menunjukkan bukti kuat akan
adanya boson Higgs, namun belum menemukan boson Higgs.

Boson Higgs telah dideteksi namun masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Karakteristik lengkap
boson Higgs masih perlu diukur dalam eksperimen-eksperimen lanjutan di LHC, dan bagaimana detail
interaksi medan Higgs dengan zarah-zarah fundamental lainnya juga merupakan satu hal yang perlu
diselami lebih lanjut.

LHC akan berhenti beroperasi sepanjang tahun 2013 dan 2014 untuk peremajaan peralatan sehingga ia
akan dapat beroperasi dengan kapabilitas penuh. Selanjutnya LHC akan bekerja mengukur karakteristik
boson Higgs dengan lebih teliti dan mencoba meraba fisika partikel di luar model standar.

Diamatinya boson Higgs menunjukkan bahwa medan Higgs memang ada di alam ini. Pemikiran teoritis
menduga bahwa medan Higgs punya peranan penting pada masa-masa paling awal terciptanya alam
semesta, saat terjadi inflasi alam semesta yaitu pemuaian drastis dalam waktu sangat singkat.
Pemuaian alam semesta yang dipercepat, yang diduga didorong oleh energi gelapsuatu bentuk
energi yang sama sekali belum kita pahami hakikatnyabisa jadi terkait pula dengan keberadaan
medan Higgs. Kita nantikan penemuan-penemuan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai