Matematika sebagai alat bagi ilmu lain sudah cukup dikenal dan sudah tidak diragukan lagi.
Matematika bukan hanya sekedar alat bagi ilmu, tetapi lebih dari itu matematika adalah bahasa.
Salah satu rahasia kekuatan matematika adalah perlambangan yang abstrak, yang merupakan suatu
bahasa penuh dalam dirinya sendiri. Kita umpamakan alam semesta ini bagaikan sebuah buku raksasa
yang hanya dapat kalau orang mengerti bahasanya dan akrab dengan lambang dan huruf yang
digunakan di dalamnya, dan bahasa alam tersebut tidak lain adalah bahasa matematika.
Salah satu karakteristik matematika adalah matematika memiliki simbol kosong dari arti,
hal ini memungkinkan matematika sebagai bahasa. Dalam matematika banyak sekali simbol yang
digunakan baik berupa huruf maupun nonhuruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat
membentuk suatu model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan,
bangun geometri tertentu, dan sebagainya.
Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan
yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat Artifisial yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan
rumus-rumus yang mati. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Selain bahasa yang digunakan dalam matematika diperuntukkan simbol-simbol
matematika, akan tetapi adapula bahasa tertinggi untuk istilah matematika. Istilah-istilah tersebut
antara lain adalah :
1. Epistemologi matematik, yang menelaah matematika berdasarkan berbagai segi pengetahuan seperti
kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas, asumsi dan landasan;
2. Ontologi matematik, yang mempersoalkan cakupan pernyataan matematika sebagai dunia yang nyata
atau bukan;
3. Metodologi matematik, yang menelaah metode khusus yang dipergunakan dalam matematika;
4. Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan,
dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini
banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak
benar.
5. Struktur logis matematik, yang membahas matematika sebagai struktur yang bercorak logis, yaitu
struktur yang tunduk pada kaidah logika (laws of logic), yang mensyaratkan standard tinggi dalam
ketelitian logis (logical precision), dan yang mencapai kesimpulan logis (logicalconclusions) tanpa
menghiraukan keadaan dunia empirik;
6. Implikasi etis matematis, yang berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan
matematika dalam pelbagai bidang kehidupan, yang dipandang dari sudut pandang etis;
7. Aspek estetis matematik, yang berkaitan dengan ciri seni dan keindahan matematika, yang diukur
berdasarkan orisinalitas ide, kesederhanaan dalil, dan kecemerlangan pemikiran; dan
8. Peranan matematik dalam sejarah peradaban, yang meliputi analisis, deskripsi, evaluasi, dan
interpretasi tentang peranan matematik dalam peradaban sejak zaman kuno hingga abad modern.
Matematika sebagai bahasa mampu mengatasi kekurangan dari bahasa verbal, bahasa
matematika menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Bahasa
matematika memiliki makna yang tunggal, sehingga kalimat matematika tidak dapat diartikan
bermacam-macam. Ketunggalan makna dalam bahasa matematika sering disebut sebagai bahasa
Internasional, karena komunitas pengguna matematika bercorak global dan universal di semua negara
tanpa batasan apapun.
Tidak diragukan lagi bahwa banyak pengembangan ilmu dan pemecahan persoalannya
menggunakan matematika sebagai bahasa, karena bahasa matematika merupakan bahasa yang
cermat dan tepat. Untuk dapat menguasai berbagai bidang ilmu maka sudah seharusnyalah kita
mempelajari dan mengenali bahasa matematika.
Untuk itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran , maka kita dapat
mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila
dipanaskan, Dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif
seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, dpat diganti dengan pernyataan
matematika yang lebih eksak umpamanya: P1 = Po (1 + n), dimana P1 adalah panjang logam pada
temperatur t, Po merupakan panjang logam pada temperatur nol dan n merupakan koefisien pemuai
logam tersebut.
Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam, tiga tahap,
yakni :
1. Sistematika
Ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris kedalam kategori-
kategori tertentu. Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan
ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok
tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi
manusia dalam mengenali dunia fisik.
2. Komparatif
Perbandingan antara obyek yang satu dengan yang lain, kategori yang
satu dengan yang lain, dan seterusnya. Kita mulai mencari hubungan yang
didasarkan kepada perbandingan antara diberbagai obyek yang kita kaji.
3. Kuantitatif
Mencari hubungan sebab akibat. Tidak lagi berdasarkan perbandingan
melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang
kita selidiki. Dalam tahap ini pengetahuan membutuhkan matematika dan
eksak yang mengandung informasi tentang obyek tertentu dalam dimensi-
dimensi pengukuran.