Continuous Microbial Desulfurization of Coal Application of A Multistage Slurry
Reactor and Analysis of the Interactions of Microbial and Chemical Kinetics
(W. Uhl,* H.-J Hne, M. Beyer, and J. Klein; Bergbau-Forschung GmbH, Department C-EA1, Franz- Fischer-Weg 61, D-4300 Essen 13, Federal Repulic of Germay)
Kultur pertumbuhan/pengayaan mikroba desulfurisasi batubara oleh bakteri
pengoksidasi pirit telah dipelajari di dalam reaktor air-agitated slurry pada volume 4- dan 20- L. Eksperimen batch menunjukkan bahwa inokulasi dengan menggunakan sebuah kultur bakteri aktif sangat penting untuk meminimalkan fase lag, meskipun sejumlah besar bakteri pengoksidasi pirit ditemukan di batubara sebelum desulfurisasi. Untuk investigasi terperinci dari kinetika, kebutuhan energi, dan teknis penerapan, peralatan bioreaktor yang terdiri dari sebuah riam delapan tahap dikembangkan dan dioperasikan secara kontinyu. Model kinetik dengan memperhitungkan adsorpsi/desorpsi serta kinetika pertumbuhan gagal untuk menggambarkan laju reaksi yang diamati. Namun, sebuah model yang menangani degradasi pirit dan pertumbuhan mikrobial kinetika secara formal dapat diterapkan saat backmixing antara stage reaktor dapat dihindari. Keuntungan dari reaktor multistage dibandingkan dengan peralatan satu tahap ditunjukkan dengan perhitungan. INTRODUCTION Masalah utama yang terkait dengan pembakaran batu bara adalah emisi sulfur dioxide, yang berasal dari kandungan belerang pada batubara, yang mana bertanggung jawab atas masalah lingkungan yang parah. Masalah ini sebagian dapat diatasi dengan desulfurisasi gas buang yang menyebabkan biaya tinggi untuk menjalankan proses yang canggih. Empat reaksi yang esensial dalam desulfurisasi batubara menggunakan mikroba: 1. Oksidasi pirit ke ferrous iron (Fe2+), dan 2. Oksidasi ferrous iron menjadi ferric iron (Fe3+), yang mana kedua reaksi ini terjadi menggunakan katalis bakteri Thiobacillus ferrooxidans. 3. Oksidasi kimia secara tak langsung dari pirit menjadi ferrous sulfate dan menjadi unsur belerang oleh ferric sulfate. 4. Reaksi oksidasi dari unsur belerang menjadi asam sulfat oleh Thiobacillus thiooxidans Desulfurisasi batubara dengan mikroba dapat dilakukan di reaktor fixed-bed atau di dalam slurry bioreactor. Fixed bed bioreactor telah terbukti cocok untuk leaching logam dari bijihnya. Menerapkan proses ini untuk desulfurisasi batubara dengan mikroba memberikan keuntungan dari peralatan yang sederhana dan kebutuhan energi yang rendah; Masalah yang dapat muncul yaitu mengenai pasokan oksigen dan karbon dioksida, pengangkutan produk, dan pemeliharaan suhu yang sesuai dapat terjadi. desulfurisasi homogen dari partikel batubara sulit dilakukan, karena efek channeling yang menyebabkan ruang kosong. Lebih lagi, penggunaan proses fixed bed dibatasi karena ukuran partikel agak besar (>0.5 mm) dan distribusi ukuran space sempit diperlukan untuk memastikan aliran cairan yang sesuai melalui package tanpa menimbulkan efek pressure drop yang tinggi. Selain itu, laju reaksi yang cukup rendah harus terus dijaga. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan reaktor slurry. Reaktor slurry memiliki keuntungan dimana reaktor slurry dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam pabrik pengolahan batubara konvensional dan sesuai dengan proses pembuatan campuran air- batubara. Selain itu, variabel proses seperti persediaan suhu, pH, oksigen, dan karbon dioksida serta pencampuran jauh lebih mudah dikendalikan dalam reaktor slurry dan kehomogenan desulfurisasi pada semua partikel batubara lebih terjamin. PROSEDUR ANALISA Sampel representatif dari slurry dengan volume sekitar 60 mL diambil dari reaktor. Untuk analisis kimia, batubara dipisahkan dengan filtrasi (filter membran, diameter pori <5 m) dan kemudian dicuci sekali dengan 10 mL 0.1 M HCl dan dua kali dengan air 100 mL deionisasi. Setelah itu, batubara dikeringkan pada suhu 95 C sampai berat konstan. Sampel batubara yang dipilih kemudian dianalisis secara kimia. Jumlah ion besi ferrous, dan ferric di dalam filtrat ditentukan dengan menggunakan metode Basaran dan Tuovinen. Untuk mengevaluasi aktivitas mikroorganisme pada desulfurisasi batubara, dua rate konsumsi oksigen yang berbeda ditentukan: Tingkat konsumsi oksigen sebenarnya (OCRr) menunjukkan tingkat konsumsi mikroorganisme dalam reaktor slurry. OCRr dapat dibatasi oleh konsentrasi biomassa dan juga substrat yang dapat diakses. Tingkat konsumsi oksigen maksimum (OCRm) menunjukkan tingkat konsumsi pada substrate saturation, yang dicapai dengan menambahkan Fe(II) berlebih pada sampel uji. OCRr diukur dalam 3 mL sampel slurry yang diambil baru dari reaktor. Pengukuran dilakukan pada cuvette standar monitor oksigen (model 53, YSI, Yellow Springs, OH) pada suhu 30 C. OCRm diukur dengan sampel yang sama setelah menambahkan 100 L larutan yang mengandung 1 g FeSO4.7H20 ke dalam 2 mL H2SO, pH 2.0, sebagai substrat yang berlebih. Konsentrasi sel yang layak mengoksidasi ion besi (ferrous) ditentukan dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) yang dilakukan dalam lima pengenceran paralel pada pelat microtiter. Kemudian pengambilan data yang lain dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan perlakuan eksperimen secara batch (single stage equipment) dan kultur secara kontinyu (multistage equipment) yang menggunakan reaktor slurry multistage. Untuk eksperimen secara batch. Percobaan chemical leaching dijalankan dengan menggunakan bioreaktor airlift 4-L. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sel awal, reaktor bubble column slurry dengan penampang melintang persegi, dilengkapi dengan sebuah jet utuh (8 mm i.d.) pada dasar berbentuk piramida. Kondisi operasi tersebut adalah T = 27oC, pH 1.8, Dan aliran gas 0.75 vvm. Sedangkan pada kultur secara kontinyu. Semua percobaan dilakukan pada reaktor slurry multistage yang dioperasikan secara kontinyu dan terdiri dari tiga bagian utama: 1) unit umpan slurry, 2) bioreaktor multistage, dan 3) unit pemisahan batubara/cairan. Berikut ini akan ditampilkan hasil dari percobaan pada reaktor slurry multistage Keuntungan dari reaktor multistage dibandingkan dengan peralatan single stage sangat jelas: Pada densitas pulp 20%, konversi pirit sekitar 68% dicapai setelah total waktu tinggal 5 hari dalam tiga stage reaktor pertama (2.5 hari pada tahap 1 dan 1,25 hari masing-masing pada tahap 2 dan 3). Dengan menggunakan konstanta laju 0,24 mg/(cm2 hari), dapat dihitung bahwa total waktu tinggal 8.6 hari diperlukan untuk mencapai konversi pirit yang sama dalam reaktor single stage. Dengan kata lain, reaktor tiga stage hanya memerlukan 58% volume peralatan satu stage untuk menghasilkan konversi pirit 68% dari batubara C.