Anda di halaman 1dari 24

1

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

LAPORAN RESMI
PEMBUATAN TEMPE KEDELAI DAN TAPE SINGKONG
I.

Tujuan
I.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui bahwa
jamur dapat memfermentasikan suatu bahan sehingga mudah dicernakan
oleh usus.
I.2 Pembuatan Tape Singkong
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara penerapan bioteknologi dengan fermentasi
tape.
2. Untuk mengetahui peranan organisme Saccharomyces cereviceae
dalam peragian.

II. Data Pengamatan


II.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Tabel II.1 Hasil Pengamatan Tempe Kedelai setelah 22 jam
Wadah

Hasil Pengamatan
Terbuka

Penyimpanan

Tertutup

Petridish

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tumbuh, sedikit terkontaminasi

Kondisi tempe
Warna:

Putih

Putih, ada sedikit bagian hitam

Bau:

Bau tempe

Bau tempe

Tekstur:

Kurang padat

Kurang padat

Rasa

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Plastik

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tidak tumbuh,tidak kontaminasi

Kondisi tempe
Warna:

Putih

Kuning

Bau:

Bau tempe

Bau kedelai

Tekstur:

Padat

Renggang

Rasa

Daun Pisang

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak terkontaminasi

Tumbuh, tidak terkontaminasi

Kondisi tempe
Warna:

Putih

Putih

Bau:

Bau tempe

Bau tempe

Tekstur:

Padat

Tidak terlalu padat

Rasa

Tabel II.2 Hasil Pengamatan Tempe Kedelai setelah 46 jam


Wadah

Hasil Pengamatan

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Penyimpanan

Terbuka

Tertutup

Petridish

Kondisi jamur
Terkontaminasi/

Tumbuh, terkontaminasi

Tumbuh,tidak kontaminasi

tidak:
Kondisi tempe
Warna:

Putih dan hitam

Putih

Bau:

Bau tempe

Bau tempe

Tekstur:

Padat

Padat

Rasa

Rasa Tempe

Plastik

Kondisi Jamur
Terkontaminasi/
tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tidak Tumbuh,tidak
kontaminasi

Kondisi tempe
Warna:

Putih

Kuning

Bau:

Bau tempe

Bau kedelai

Tekstur:

Padat

Tidak padat

Rasa

Rasa tempe

Rasa Kedelai

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Daun Pisang

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tumbuh,tidak kontaminasi

Kondisi tempe
Warna:

Putih

Putih

Bau:

Bau tempe

Bau tempe

Tekstur:

Padat

Padat

Rasa

Rasa tempe

Rasa tempe

II.2 Pembuatan Tape Singkong


Tabel II.3 Hasil Pengamatan Tape Singkong setelah 22 jam
Wadah

Hasil Pengamatan
Terbuka

Penyimpanan

Tertutup

Plastik

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh, tidak kontaminasi

Tidak tumbuh, tidak


kontaminasi

Kondisi tape
Warna:

Kuning

Kuning

Bau:

Bau tape

Tidak berbau

Tekstur:

Lembek

keras

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Rasa:

Daun Pisang

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tidak dapat diamati

Kondisi tape
Warna:

Kuning

Bau:

Bau tape

Tidak berbau

Tekstur:

Agak keras

Sedikit lembek

Rasa:

Manis

Tabel II.4 Hasil Pengamatan Tape Singkong setelah 46 jam


Wadah

Hasil Pengamatan

Penyimpanan

Terbuka

Tertutup

Plastik

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tumbuh,tidak kontaminasi

Kondisi tape
Warna:

Kuning

Kuning

Bau:

Bau tape

Bau tape

Tekstur:

Lembek

Keras

Rasa:

Manis

Pahit

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Daun Pisang

Kondisi jamur
Terkontaminasi
/tidak:

Tumbuh,tidak kontaminasi

Tumbuh,tidak kontaminasi

Kondisi tape
Warna:

Kuning

Kuning

Bau:

Bau tape

Bau tape

Tekstur:

Lembek

Agak keras

Rasa:

Manis

Manis

III. Pembahasan
III.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bahwa jamur dapat
memfermentasikan suatu bahan sehingga mudah dicernakan oleh usus. Pada
percobaan ini, kedelai difermentasi oleh jamur Rhizopus oryzae menjadi
tempe.
Tempe adalah suatu makanan yang popular dari Indonesia, dimana
merupakan hasil fermentasi dari kacang kedelai lembut yang telah dimasak
( kadang- kadang dari jenis kacang kacangan lainnya, biji bijian, butir
butir sereal, maupun kelapa ) terikat bersamaan oleh miselium jamur
Rhizopus sp. yang padat
(Shurtleff,2001,8)

Gambar III.1

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Tempe

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Tempe mengandung banyak nutrisi yang berguna bagi tubuh. Tempe dapat
memenuhi asupan nutrisi kita terutama dalam hal kebutuhan protein. Kandungan
gizi yang dimiliki oleh tempe dapat dilihat pada tabel III.1.
Tabel III.1 Kandungan Gizi per 100 gram Tempe
Kandungan
Air
Energi
Protein
Lemak
Asam Lemak Jenuh
Asam Lemak tak Jenuh Tunggal
Asam Lemak tak Jenuh Ganda
Karbohidrat
Serat
Abu
Isoflavon
Kalsium, Ca
Besi, Fe
Magnesium, Mg
Fosfor, P
Kalium, K
Sodium, Na
Seng, Zn
Tembaga, Cu
Mangan, Mn
Selenium, Se
Tiamin (B1)
Riboflavin (B2)
Niacin (B3)
Asam Pantotenik (B5)
Vitamin B6
Asam folat
Vitamin A

Kadar
54,9
199
19
7.7
1.11
1.7
4.3
17
4.8
1.4
53
93,0
2.3
70
206
367
6
1.81
0.67
1.43
8.8
0,131
0.11
4.63
0.36
0,299
52,0
69

Satuan
g
kkal
g
g
g
g
g
g
g
g
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
g
mg
mg
mg
mg
mg
g
g
(www.tempeh.info)

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memilih


kedelai yang berkualitas baik sebanyak 600 gram. Kualitas baik yang
dimaksudkan adalah tidak busuk dan tidak kotor. Lalu membersihkan dan
mencuci kacang kedelai yang telah dipilih dengan air bersih. Hal ini
dilakukan agar kacang kedelai bebas dari kotoran-kotoran yang menempel.
Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit.
Setelah bersih kedelai direbus selama 30 menit. Tahap perebusan ini
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air
sehingga kadar air dalam biji naik sehingga dapat memudahkan pada proses
pengupasan kulit kacang kedelai dan setelah direbus akan terlihat bahwa
kacang kedelai menjadi berukuran lebih besar daripada ukuran kacang
kedelai yang semula. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji
kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.
Perebusan hanya dibatasi hingga 30 menit karena jika terlalu lama
akan menyebabkan kedelai terlalu lunak sehingga pada waktu pengupasan
kulit ari kedelai dapat mengakibatkan banyak kedelai yang patah atau remuk.
Sebaliknya perebusan yang terlalu singkat, menyebabkan enzim penyebab
kelanguan yaitu enzim lipsigenase yang terkandung dalam kedelai belum
semuanya mati, sehingga ketika terjadi pengupasan kulit kedelai enzim
tersebut akan bekerja dan mengakibatkan kedelainya berbau langu.
(Megia dkk, 2010,135)
Kemudian kedelai direndam dalam air perebus dengan menambahkan
10 ml asam cuka per liter air selama 1 malam. Tujuan dari perendaman
menggunakan air yang ditambahkan asam cuka pada proses ini adalah
menciptakan suasana asam agar pertumbuhan . Keasaman yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan jamur Rhizopus oryzae agar dapat tumbuh baik yaitu
pada kisaran pH 3,4-6. Pada proses perendaman ini, dilakukan hingga
mendapatkan nilai pH = 5. Selain untuk menciptakan suasana asam,
penambahan asam cuka pada percobaan ini agar mikroorganisme asing lebih
sulit untuk bertumbuh dan untuk meminimalkan penggunaan ragi
dikarenakan terciptanya pH optimum untuk pertumbuhan ragi.
(Shurtleff,2001,105)
Setelah semalam direndam dalam air perebus, kulit ari kedelai dibuang.
Kulit ari kedelai dikupas agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai
selama proses fermentasi sehingga tempe yang terbentuk sempurna.
(Suprihatin,2010,8)
Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki,
atau dengan alat pengupas kulit biji. Pada percobaan ini, pengupasan kulit
dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan. Kedelai yang telah
dibuang kulitnya dibersihkan dan direbus lagi dengan air baru dan bersih
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


selama 90 menit sampai titik didih tercapai. Proses ini bertujuan untuk
membersihkan sisa asam cuka yang terletak pada kacang kedelai. Selain itu,
hal ini dilakukan untuk membunuh bakteri atau kontaminan lain yang
mungkin tumbuh selama perendaman. Adanya kontaminan pada kedelai akan
menghambat pertumbuhan jamur Rhizopus
(www.bppjambi.info)
Kemudian rebusan kedelai ditiriskan pada nyiru yang beralaskan daun
pisang, lalu didinginkan sambil diaduk dan diratakan hingga dingin. Proses
pendinginan dilakukan agar ragi yang digunakan tidak mati akibat suhu yang
terlalu panas. Setelah rebusan kedelai dingin, ragi ditaburkan secara merata.
Ragi yang digunakan adalah jamur Rhizopus oryzae. Jamur yang paling
banyak digunakan buat membuat tempe ialah jamur Rhizopus oryzae sebab
aman dikonsumsi, tak menghasilkan racun, dan bisa menghasilkan asam
laktat. Jamur ini mampu mengurai lemak kompleks menjadi asam amino dan
trigliserida. Jamur ini juga bisa menghasilkan protease. Jamur Rhizopus
oryzae akan tumbuh dengan baik antara pH 3,4 hingga 6. Ciri-ciri Rhizopus
oryzae antara lain stolon yang halus hingga sedikit kasar. Ada yang tak
berwarna hingga kecokelatan. Koloni jamur awalnya berwarna putih,
perlahan berubah menjadi berwarna abu-abu. Posisi rhizoid sama seperti
sporangiofora dan tumbuhnya berlawanan. Tumbuhnya sporangiofora berasal
dari stolon. Dalam percobaan ini, Takaran yang digunakan pada pembuatan
tempe yaitu 3-5 gram ragi tempe untuk 600 gram biji kedelai mentah.
(www.binasyifa.com)
Kedelai yang sudah dicampur dengan ragi dimasukkan kedalam wadah.
Dalam percobaan ini digunakan wadah dengan enam variabel yaitu petridish
terbuka, petridish tertutup, plastik dengan lubang, plastik tanpa lubang, daun
pisang dengan lubang, dan daun pisang tanpa lubang. Pada percobaan ini
digunakan beberapa variabel yang berbeda untuk menunjukkan perbedaan
hasil (kualitas) tempe. Sebelum digunakan untuk wadah, terlebih dahulu
petridish disterilisasi dengan menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70%
dimana komposisinya etanol 70% dan 30% air akan menghancurkan
dinding / membran sel suatu bakteri dengan mendenaturasi protein pada
bakteri dan melarutkan membran lipid yang terdapat pada kebanyakan
mikroorganisme. Jika menggunakan alkohol diatas 70% maka alkohol
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

10

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


tersebut hanya mampu untuk mendenaturasi protein di luar sel bakteri tidak
dapat mendenaturasi protein didalam sel bakteri sehingga tidak efektif
penggunaan alkohol diatas 70%.
(www.nursingtime.net)
Kemudian, dimasukkan ke dalam inkubator dan dilakukan pengamatan
setelah 22 jam dan 46 jam dengan suhu 27C. Jamur memiliki daur hidup
yang singkat, begitu juga Rhizopus sp. yang digunakan ini memiliki
ketahanan hidup hingga 72 jam. Jika fermentasi dilakukan lebih dari waktu
tersebut, hasil yang diperoleh adalah tempe yang sudah tidak segar karena
jamur telah memasuki fase pembusukan ( 50 90 jam fermentasi ), karena
terjadinya kenaikan jumlah bakteri dan asam lemak bebas, pertumbuhan
jamur menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur, terjadi
perubahan flavor karena degradasi protein lanjut sehingga terbentuk
ammonia
(http://repository.usu.ac.id)
Pada proses fermentasi yang terjadi selama pada saat dimasukkan di
inkubator, ragi akan mengeluarkan enzim amylase akan memecah
karbohidrat, enzim lipase yang akan membentuk asam lemak dari trigliserida
dan enzim protease akan menghidrolis protein pada kedelai menjadi asam
amino.
(Karmini,1999)
Pada pengamatan setelah masa inkubasi 22 jam, didapatkan hasil
sebagai berikut.

Gambar III.2 Tempe pada wadah


Gambar III.3 Tempe pada wadah
petridishPada
terbuka
selamaterbuka,
22 jam jamur tumbuh
petridish
selama 22 jam warna
petridish
dantertutup
belum terkontaminasi,
putih, berbau seperti tempe serta teksturnya yang kurang padat dan rasanya
belum dapat dicoba karena masih harus diamati ketika 46 jam. Sedangkan
untuk petridish tertutup, memiliki kondisi yang berbeda pada pengamatan
dengan petridish tertutup, yaitu jamur tumbuh dan sedikit terkontaminasi,
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

11

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


berwarna putih namun ada bagian yang berwarna hitam, berbau seperti tempe
serta teksturnya yang kurang rapat. Dalam literatur disebutkan bahwa waktu
untuk mencapai fase transisi dimana sebuah fase optimum fermentasi tempe
karena rasa spesifik dari tempe optimal dan tekstur lebih kompak.
(http://repository.usu.ac.id)

Gambar III.4 Tempe pada wadah


Gambar III.5 Tempe pada wadah
plastikPada
terbuka
selama
22 jam
terbukaselama
selama22
22jam,
jam jamurnya
plastik
dengan
lubang padaplastik
pengamatan
tumbuh dan tidak terjadi kontaminasi, tempe bertekstur padat, berbau seperti
tempe, dan berwarna putih. Sedangkan untuk kedelai pada plastik tanpa
lubang, jamur tidak tumbuh serta tidak terjadi kontaminasi, berwarna kuning
dan berbau kedelai serta bertekstur renggang. Hal ini terjadi akibat miselia
belum tumbuh dari jamur pada ragi.

Gambar III.6 Tempe pada wadah daunGambar III.7 Tempe pada wadah daun
pisang
dengan lubang
tidak terjadi
pisang Pada
terbukadaun
selama
22 jam
pisangtumbuh
tertutupjamur
selamadan
22 jam
terkontaminasi. Tempe berwarna putih dan berbau tempe serta bertekstur
padat. Sedangkan pada wadah daun pisang tanpa lubang, jamur tumbuh dan
tidak terjadi kontaminasi, berwarna putih, berbau tempe dan bertekstur
sedikit padat.
Pada pengamatan setelah masa inkubasi 46 jam, didapatkan hasil
sebagai berikut,
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

12

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Gambar III.8 Tempe pada wadah


Gambar III.9 Tempe pada wadah
petridish terbuka selama 46 jam
petridish tertutup selama 46 jam
Pada petridish tertutup, dari warna terlihat berwarna putih, berbau
tempe, tidak terjadi terkontaminasi dan bertekstur padat serta memiliki rasa
tempe. Sedangkan pada petridish terbuka terlihat bahwa jamur tumbuh
dengan tidak baik. Terlihat dari warna hitam pada segi atas dan warna putih
pada segi bawah. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi dari udara, sehingga
mikroorganisme yang tumbuh tidaklah jamur dari ragi tetapi mikroorganisme
yang terbawa dari udara juga. Pada petridish terbuka memiliki bau seperti
tempe dan bertekstur padat. Pada percobaan pembuatan tempe menggunakan
petridish terlihat bahwa pertumbuhan kapang lebih sempurna pada petridish
tertutup.

Gambar III.10 Tempe pada wadah


plastik terbuka selama 46 jam

Gambar III.11 Tempe pada wadah


plastik tertutup selama 46 jam

Pada plastik dengan lubang, terlihat bahwa miselia tumbuh dengan


baik dan tidak terkontaminasi. Dari segi bentuk, kedelai berwarna kuning
muda dan dilapisi oleh miselia tebal berwarna putih. Dari pengamatan, sudah
berbau tempe dan juga memiliki tekstur yang padat. Pada plastik tertutup,
jamur tidak dapat tumbuh tetapi tidak terkontaminasi juga. Kacang kedelai
berwarna kuning, masih berbau kedelai dan teksturnya tidak padat serta
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

13

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


memiliki rasa kedelai. Hal ini disebabkan karena Rhizopus oryzae
membutuhkan sedikit oksigen untuk dapat bertumbuh secara optimal.
(http://repository.usu.ac.id)

Gambar III.12 Tempe pada wadah


daun pisang terbuka selama 46 jam

Gambar III.13 Tempe pada wadah


daun pisang tertutup selama 46 jam
Pada daun pisang dengan lubang, jamur tumbuh dan tidak terjadi

kontaminasi, tempe bertekstur padat, berbau seperti tempe, dan berwarna


putih serta terlihat adanya banyak miselia yang rapat dan memiliki rasa
seperti tempe. Dan pada daun pisang tanpa lubang, juga jamur bertumbuh
dan tidak terjadi kontaminasi, tempe bertekstur padat, berbau seperti tempe,
dan berwarna putih serta terlihat ada banyak miselia yang rapat serta
memiliki rasa yang seperti tempe. Kedua kedelai pada variabel pembungkus
dengan daun pisang telah sempurna difermentasi menjadi tempe karena daun
pisang memiliki pori pori yang baik sehingga udara dapat mengalami
sirkulasi dengan baik.
Dari percobaan ini, terlihat bahwa Rhizopus oryzae merupakan
mikroorganisme

anaerob

fakultatif

dimana

mikroorganisme

tetap

membutuhkan sedikit oksigen untuk melangsungkan proses respirasi maupun


fermentasi. Hal ini dapat dilihat pula pada hasil percobaan, dimana hasil
optimum fermentasi tempe terjadi pada petridish tertutup, plastik dengan
lubang, dan kedua daun pisang. Hal ini disebabkan pada keempat variabel
terdapat oksigen yang cukup agar mikroorganisme tersebut untuk melakukan
metabolisme. Tetapi, jika kacang kedelai dikontakkan langsung dengan udara
terbuka maka akan ada banyak kontaminan yang mengkontaminasi sehingga
menjadi buruk. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa kapang tempe
membutuhkan sedikit oksigen untuk melakukan proses fermentasi, jika tidak
maka pertumbuhan kapang akan terhambat dan proses fermentasi tidak akan
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

14

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


berjalan dengan sempurna. Dan sebaliknya, jika terlalu banyak oksigen maka
hasil fermentasi dapat terkontaminasi, proses metabolisme akan berlangsung
dengan cepat sehingga suhu naik dan pertumbuhan kapang menjadi
terhambat.
(http://repository.usu.ac.id)
III.2 Pembuatan Tape Singkong
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara penerapan bioteknologi
dengan

fermentasi

tape

dan

mengetahui

peranan

mikroorganisme

Sacharomyces cereviceae dalam peragian.


Prinsip dasar dari fermentasi pangan berpati adalah degradasi
komponen pati menjadi destrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi alkohol
atau asam sehingga menghasilkan makanan fermentasi berasa manis,
alkoholik dan sedikit asam atau sedikit manis. Proses esterifikasi antara asam
dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas tape.
Produksi alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit sedangkan
produksi alkohol yang minimal meningkatkan rasa manis tape.
(Santosa,2010,50)
Tape merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang
dihasilkan dari proses peragian ( fermentasi ), bahan pangan berkarbohidrat
atau sumber pati. Dalam proses fermentasi, digunakan beberapa jenis
mikroorganisme

seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae,

Endomycopis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis


fibuligera, Pediococcus sp., dsb. Tape hasil fermentasi dari S. cerevisiae
umumnya berbentuk semi cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol,
dan memiliki tekstur lengket.
(Santosa,2010,48)

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

15

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Gambar III.14 Tape Singkong
Metabolisme atau respirasi pada mahluk hidup dibedakan menjadi dua
macam

yaitu

anabolisme

dan

katabolisme.

Anabolisme

berarti

membutuhkan energi. Anabolisme menggunakan energi untuk menyusun


makromolekul (seperti gula, asam amino, nukleotida, dan asam lemak) dari
molekul yang lebih kecil.

Katabolisme berarti melepas energi.

Katabolisme merupakan kebalikan anabolisme dimana struktur senyawa


kompleks dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.
(Madigan,2012,86)
Dua jenis katabolisme yang dapat terjadi yaitu fermentasi dan
respirasi. Fermentasi adalah bentuk katabolisme yang bersifat anaerob. Pada
kondisi anaerob, oksigen tidak ikut berperan dalam mekanisme fermentasi.
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa organik berperan sebagai penyumbang
elektron sekaligus sebagai

penerima elektron. Respirasi merupakan

katabolisme yang bersifat aerob. Pada proses aerob, suatu senyawa


teroksidasi oleh oksigen (atau pengganti oksigen) sebagai penerima elektron
pusat. Respirasi biasanya disertai dengan pembentukan ATP melalui proses
fosforilasi oksidatif. Kandungan gizi pada singkong dapat dilihat pada tabel
III.2
(Madigan,2012,98)
Tabel III.2 Kandungan Nilai Gizi per 100 gram Singkong
Komponen
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air
BBD%

Kadar
146
1,2
0,3
34,7
33
40
0,7
0
0,06
30
62,5
75

Satuan
kal
gr
gr
gr
mg
mg
mg
S.I
mg
mg
gr
%
(Depkes RI, 1992)

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

16

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah mengupas
singkong sebanyak 1 kg dan mengikis bagian kulit ari singkong hingga terasa
kesat. Pengupasan dan pengikisan kulit singkong ini bertujuan agar kulit ari
singkong tidak menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Proses ini
merupakan harus dilaukukan dengan berhati-hati agar singkong tidak
terkontaminasi. Selain itu agar saat sudah menjadi tape, tape tidak terasa
kesat ketika dimakan.
Kemudian singkong yang telah dikupas tersebut dipotong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Pemotongan singkong ini bertujuan untuk
memaksimalkan

proses

fermentasi.

Singkong

yang

terlalu

besar

menyebabkan waktu fermentasi semakin lama karena pertumbuhan ragi


untuk sampai ke bagian dalam singkong akan semakin lama pula akibat dari
kecilnya luas permukaan dari singkong tersebut. Jika luas permukaan kontak
dengan ragi diperbesar membuat fermentasi berlangsung lebih cepat. Selain
itu, dipotong menjadi lebih kecil agar proses pengukusan singkong dapat
berlangsung lebih cepat dan dapat matang dengan merata.
Selanjutnya, singkong dicuci hingga bersih agar tidak ada kotoran pada
singkong. Pencucian singkong dilakukan dengan menggunakan air bersih.
Setelah itu, memanaskan air hingga kirakira 1/4 volume panci hingga
mendidih. Lalu memasukkan singkong ke dalam panci yang berisi air
mendidih hingga singkong matang. Apabila singkong masih terlalu keras
setalah dikukus maka akan dihasilkan tape dengan tekstur yang keras.
Sebaliknya, singkong yang terlalu matang akan menghasilkan tape yang
terlalu lembek dan berair. Singkong yang sudah matang ditandai dengan
daging dari singkong tersebut sudah dapat ditusuk dengan garpu. Perebusan
tape dilakukan untuk melunakkan struktur singkong agar pertumbuhan
mikroba lebih optimal dan juga hasil fermentasi dari singkong tersebut
menjadi lunak.
Setelah itu singkong diletakkan pada suatu wadah dan didinginkan.
Singkong yang telah dingin dipindahkan ke wadah beralas daun pisang.
Pendinginan ini bertujuan agar mikroorganisme yang digunakan sebagai ragi
nantinya tidak mati ketika ditambahkan pada singkong karena suhu yang
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

17

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


tinggi dapat mematikan jamur. Selain itu juga, suhu optimum untuk
pertumbuhan kapang sekitar 25-30oC.
Kemudian, menaburkan ragi tape secara merata pada singkong.
Pemberian ragi harus dilakukan secara merata agar proses fermentasi
berlangsung di seluruh bagian singkong sehingga tape dihasilkan baik. Ragi
tape yang digunakan pada percobaan ini merupakan salah satu jenis khamir
yakni Saccharomyces cerevisiae. Jenis khamir ini biasanya dipakai dalam
indutri fermentasi alkohol S. cereviseae berbentuk bulat, oval, atau
memanjang, dan mungkin berbentuk pseudomiselium. Reproduksi khamir
dilakukan dengan cara pertunasan multipolar, atau melalui pembentukan
askospora. Askospora dapat terbentuk setelah terjadi konjugasi, atau berasal
dari sel diploid.
(Hasanah,2008)
Pada percobaan ini digunakan beberapa variabel yang berbeda untuk
menunjukkan perbedaan hasil (kualitas) tape. Variabel yang dimaksud adalah
jenis wadah yang digunakan dan ketersediaan oksigen pada wadah. Variabel
yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun pisang tertutup, daun
pisang terbuka, plastik tertutup dan plastik terbuka. Setelah diberi ragi,
singkong dibungkus dengan menggunakan daun pisang dan plastik dan
dibuat sesuai dengan variabel yang dibuat.
Kemudian memasukkan singkong ke dalam inkubator dengan suhu
27C. Inkubasi ini bertujuan untuk memberikan suhu optimum pada ragi
untuk tumbuh yaitu antara 2530C dengan suhu maksimum 3547C.
(Hasanah,2008)
Reaksi fermentasi anaerob yang terjadi pada singkong oleh enzim
zymase yang dihasilkan Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai berikut,

Jika terdapat O2 , maka Saccharomyces cerevisiae akan melakukan


proses respirasi secara aerobik, reaksinya adalah sebagai berikut

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

18

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

(Hasanah,2008)
Fermentasi alkohol biasanya diawali dengan proses glikolisis dari
molekul glukosa menghasilkan 2 molekul asam piruvat dan 2 molekul ATP.
Pada rekasi selanjutnya, 2 molekul asam piruvat berubah menjadi 2 molekul
asetaldehida dan 2 molekul CO2. 2 molekul asetaldehida selanjutnya
direduksi oleh 2 molekul NADH membentuk 2 molekul etanol. Fermentasi
alkohol adalah proses yang menghasilkan energi yang kecil karena
kebanyakan energi mengandung molekul glukosa mula-mula dan menyisakan
etanol sebagai produk akhir. Fermentasi alkohol dilakukan oleh sejumlah
bakteri dan ragi. Etanol dan CO2 dihasilkan oleh Saccharomyces. Jika
dituliskan reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut:
Reaksi glikolisis : C6H12O6

Reaksi selanjutnya : 2 asam piruvat

2 asam piruvat + 2 ATP


2 asetaldehida + 2 CO2

Reduksi oleh 2 NADH : 2 asetaldehida 2 C2H5OH


(Tortora, 2010,135)
Setelah proses inkubasi, dilakukan pengamatan pertumbuhan miselia
dan sifat organoleptik dari tape meliputi tekstur, bau, warna dan rasa. Setelah
masa inkubasi 22 jam dan 46 jam, didapatkan hasil pengamatan tape sebagai
berikut:

Gambar III.15 Tape pada wadah daun Gambar III.16 Tape pada wadah daun
pisang terbuka selama 22 jam
pisang tertutup selama 22 jam
Berdasarkan pengamatan pada percobaan ini, didapatkan data
pengamatan tape hasil inkubasi selama 22 jam, warna tape pada wadah daun
pisang terbuka adalah tumbuhnya jamur, tidak terjadi kontaminasi, berwarna

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

19

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


kuning, bau seperti tape, tekstur agak keras dan terasa manis. Sedangkan
untuk pengamatan tap pada wadah daun pisang tertutup tidak dapat diamati
kondisi jamur serta warna tape karena tidak dapat dibuka daun pisang
tersebut karena akan mempengaruhi hasil pengamatan pada 46 jam, namun
dapat diamati bahwa tape tersebut memiliki tekstur yang sedikit lembek dan
tidak berbau.

Gambar III.17 Tape pada wadah


Gambar III.18 Tape pada wadah
plastik terbuka selama 22 jam
plastik tertutup selama 22 jam
Untuk percobaan tape pada wadah plastik terbuka selama 22 jam,
didapatkan hasil bahwa jamur tumbuh dan tidak terjadi kontaminasi,
berwarna kuning, berbau seperti tape dan bertekstur lembek, Dan untuk tape
pada wadah plastik tertutup didapatkan hasil bahwa tidak tumbuh jamur dan
tidak terjadi kontaminasi, berwarna kuning, tidak berbau dan bertekstur keras
menyerupai singkong pada awal.

Gambar III.19 Tape pada wadah daun


pisang terbuka selama 46 jam

Gambar III.20 Tape pada wadah daun


pisang tertutup selama 46 jam

Sedangkan tape hasil inkubasi selama 46 jam pada wadah daun pisang
terbuka, jamurnya tumbuh dan tidak terjadi kontaminasi, bertekstur lembek,
berbau khas tape singkong, berwarna kuning, rasanya manis. Sedangkan
untuk wadah daun pisang tertutup, terlihat jamur tumbuh dan tidak terjadi

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

20

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


kontaminasi, berwarna kuning, berbau seperti tape, bertekstur agak keras dan
memiliki rasa yang manis.

Gambar III.21 Tape pada wadah


plastik terbuka selama 46 jam

Gambar III.22 Tape pada wadah


plastik tertutup selama 46 jam

Dan pada wadah plastik terbuka dengan inkubasi selama 46 jam terlihat
bahwa jamur tumbuh dan tidak terjadi kontaminasi, berwarna kuning, berbau
seperti tape, memiliki tekstur lembek dan memiliki rasa yang manis.
Sedangkan untuk wadah plastik tertutup, terlihat jamur tumbuh dan tidak
terjadi kontaminasi, berwarna kuning, berbau seperti tape, bertekstur keras
dan memiliki rasa yang pahit. Rasa pada produk tape ditentukan oleh bahan,
formula yang digunakan. Rasa tape merupakan kontribusi dari rasa asam
organis, manis dari gula dan alkoholik sebagai hasil proses fermentasi dari
mikrobia ragi yang ditambahkan. Secara normal rasa tape sedikit manis, asam
dan beraroma khas tape yaitu alkoholik.
(Santosa,2010,63)
Hal ini sesuai dengan literatur dimana fermentasi yang dilakukan oleh
Saccharomyces cerevisiae dapat terjadi pada kondisi anaerob maupun aerob.
Jika proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob maka proses
fermentasi

berlangsung

lambat.

Sebaliknya,

jika

proses

fermentasi

berlangsung dengan adanya O2 maka ragi akan melakukan respirasi secara


aerob, dalam keadaan ini enzim zimasa yang dihasilkan dari Saccharomyces
cerevisiae dapat memecah senyawa gula lebih sempurna. Hal ini ditunjukkan
dengan rasa manis yang dirasakan dalam tape yang berwadah daun pisang
terbuka, daun pisang tertutup dan plastik terbuka.
(Hasanah,2008)

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

21

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


IV. Jawaban Pertanyaan
IV.1. Pembuatan Tempe Kedelai
1. Apakah proses pembutan tempe termasuk proses fermentasi?
Jawab:
Ya, tempe adalah produk fermentasi kacang kedelai oleh jamur yang telah
direndam dan dimasak supaya lembut. Hasil fermentasi kacang kedelai
oleh jamur ini menghasilkan tekstur yang padat, dan kaya protein,
sehingga banyak digunakan sebagai bahan olahan pengganti protein
(Babu,2009,22)
2. Sebutkan mikroorganisme yang biasa digunakan dalam proses
pembuatan tempe?
Jawab:
Jamur dari genus Rhizopus, utamanya Rhizopus oligosporus, beberapa
jenis jamur dari genus Rhizopus lain yang banyak digunakan adalah
Rhizopus stolonifer, Rhizopus arrhizuz, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus
formosaensis .Pada ragi tempe komersial umumnya ditemukan tidak hanya
jamur kapang, namun juga ragi, bakteri gram-negatif, dan bakteri asam
laktat.
(Babu,2009,22)
3. Bagaimana proses kedelai menjadi tempe?
Jawab:
Kedelai berkualitas baik dipilih dan dipisahkan dari yang berkualitas
buruk, setelah itu dicuci dengan air bersih. Setelah bersih, kacang kedelai
direbus selama kurang lebih 30 menit, lalu rendaman air rebusan ditambah
cuka sebanyak 10 ml per liter air perebus. Kedelai direndam selama satu
malam sehingga diperoleh pH sekitar 5. Kacang kedelai dibuang kulit
arinya kemudiam direbus kembali dengan air bersih selama 90 menit.
Setelah direbus, kacang kedelai dibiarkan kering dan turun suhunya
dengan cara ditiriskan pada nyiru. Selanjutnya ragi ditaburkan secara
merata pada kedelai. Perbandingan ragi dengan kedelai harus tepat agar
dihasilkan tempe berkualitas baik. Kedelai beragi lalu dibungkus dengan
wadah tertentu seperti plastik ataupun daun pisang. Selanjutnya kedelai
disimpan pada suhu 30C untuk proses fermentasi.
(Babu,2009,23)
4. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembuatan tempe?
Jawab:
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

22

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


A. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu
cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga
dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena
itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya
maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara
lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
B. Uap air.
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk
pertumbuhannya.
C. Suhu.
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat
mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27C). Oleh
karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat
pemeraman perlu diperhatikan.
D. Keaktifan Laru.
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang
keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan laru
yang belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak
mengalami kegagalan.
(Suprihatin, 2010,40)

IV.2 Pembuatan Tape Singkong


1. Bagaimana proses fermentasi pada tape?
Jawab:
S. cerevisiae dapat memfermentasi senyawa gula, seperti glukosa menjadi
etanol dan karbondioksida. Reaksi yang terjadi dalam fermentasi alkohol
sebagai berikut:
C6H12O6
(Glukosa)

2C2H5OH
(Etanol)

2CO2
(Karbon dioksida)

(Hasanah,2008)
2.Apa kegunaan ragi dalam proses pembuatan tape singkong?
Jawab:
Zat pati yang ada dalam bahan makanan diubah menjadi bentuk
yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan ragi atau khamir.
(Hasanah,2008)
3. Sebutkan mikroorganisme yang biasa digunakan dalam proses
pembuatan tape?
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

23

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Jenis khamir yang biasanya dipakai dalam indutri fermentasi
alkohol adalah jenis Saccharomyces cereviseae.
(Hasanah,2008)
4. Ada berapa macam langkah-langkah dalam proses pembuatan tape
singkong?
Jawab:
Ada empat langkah pada pembuatan tape singkong secara tradisional.
Pertama yang dilakukan adalah singkong dikupas kemudian dibersihkan
kulit arinya. Kemudian singkong dicuci bersih dan dikukus hingga cukup
matang. Setelah dingin, singkong dicampur dengan ragi komersial.
Singkong beragi dimasukkan dalam wadah yang dilapisi daun pisang dan
difermentasi selama 1 sampai 3 hari pada suhu kamar.
(Hasanah, 2008)
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembuatan tape?
Jawab:
Proses pembuatan tape dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- Macam Bahan (substrat)
- Mikroba
- Derajat Keasaman (pH)
- Suhu
- Suplai Makanan
- Waktu
- Air (H2O)
- Ketersediaan Oksigen (O2)
(Hasanah, 2008)
V. Kesimpulan
V.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Dari percobaan, diketahui bahwa jamur Rhizopus oryzae dapat
memfermentasikan kedelai menjadi tempe karena pada proses
fermentasi dihasilkan enzim amylase, lipase, dan protease. Kedelai hasil
fermentasi dengan variabel terbaik adalah dengan menyediakan tempat
yang terdapat sedikit oksigen karena jamur Rhizopus oryzae merupakan
mikroorganisme aerob fakultatif sehingga tetap membutuhkan oksigen
untuk melakukan fermentasi.
V.2 Pembuatan Tape Singkong
1. Proses fermentasi tape dari singkong dapat berlangsung dengan
bantuan organisme Saccharomyces cerevisiae.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

24

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


2. Mikroorganisme Sacharomyces cereviceae dalam peragian berperan
sebagai jamur yang memfermentasi gula menjadi asam laktat dan
alkohol secara anaerob fakultatif.

Daftar Pustaka
Babu, P. Dinesh, R. Hbakyaraj dan R. Vindhyalakshmi. 2009. A Low Cost
Nutrious Food Tempeh. Tamilnadu: Department Biotechnolokgy, Anna
University.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Kandungan Gizi Singkong.
Esvandiari,Megia.2010.Studi Kinerja Adsorpsi Arang Aktif-Bentonit pada
Aroma Susu Kedelai.
Hasanah, Hafidatul.2008.Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol
Tape Ketan Hitam dan Tape Singong. Malang : UIN Malang.
Karmini, Mien, Djoko Sutopo dan Hermana.1999.Aktivitas Enzim Hidrolitik
Kapang Rhizopus sp. pada Proses Fermentasi Tempe.
Madigan, Michael T. dan Martinko, John M. 2012. Brock Biology of
Microorganism. New York: Benjamin Cummings.
Santosa, Agus dan Cucut Prakosa.2010.Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil
Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Berbeda.
Shurtleff, William dan Akiko Aoyagi.2001.Book of Tempeh. California: Ten
Speed Press.
Suprihatin. 2010.Teknologi Fermentasi. Surabaya : UNESA Press.
Tortora, Gerard J., Funke, Berdell R., dan Case, Christine L. 2010.
Microbiology: An Introduction. San Francisco: Pearson Education Inc.
www.nursingtime.net diakses pada tanggal 18 April 2016 pukul 19:12 WIB.
http://www.binasyifa.com/309/43/26/klasifikasi-dari-jamur-tempe.htm

diakses

pada 17 April 2016 pukul 17.05 WIB.


http://www.bppjambi.info/newspopup.asp?id=697 diakses pada 17 April 2016
pukul 16.33 WIB.
http://www.tempeh.info/health/tempeh-nutrition.php diakses pada 16 April 2016
pukul 16.22 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37884/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 17 April 2016 pukul 17.35 WIB.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai