Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME

I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Memonitor pertumbuhan bakteri dalam media yang ditunjukkan dengan
kekeruhan media.
2. Mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode counting chamber.

II. Data Pengamatan


II.1 Metode Turbidimetri
Perhitungan optical density pada tabung reaksi 1:1
OD = 2 – log %T
= 2 – log 31.7
= 0,499
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut:
Tabel II.1 Hasil Pengamatan Optical Density pada Berbagai Pengenceran
Faktor %T OD
Pengenceran
1:1 31.7 0,499
1:2 55.0 0.259
1:4 71.9 0.143
1:8 88.7 0.052
1:16 94.7 0.024

II.2 Metode Counting Chamber


Berat ragi : 1 gram

A. Pengenceran 10.000x
Tabel II.2 Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Pengenceran 10.000x

Run Kotak Total


Jumlah
A B C D E Sel /
Kotak
25,4
1 27 30 22 24 24 127
23,4
2 22 21 25 23 26 117
21,8
3 22 24 21 20 22 103
∑ = 70,6
∑ = 347

Jadi, jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000x adalah 5883,3x103 sel/ml
sampel

B. Pengenceran 100.000x
Tabel II.3 Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Pengenceran 100.000x
Jumlah Sel /
Kotak
Run Total Kotak
A B C D E

9,4
1 10 8 10 8 11 47
10
2 12 7 11 9 11 50
9,2
3 10 11 8 8 9 46
∑ = 28,6
∑ = 133

Jadi, jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000x adalah 2383,3x103 sel/
ml sampel

C. Pengenceran 1.000.000x
Tabel II.4 Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Pengenceran 1.000.000x
Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E Sel / Kotak
1 3 3 2 3 3 14 2,8
2 2 1 2 2 3 10 2
3 2 1 2 3 2 10 2
∑ = 34 ∑ = 6,8

Jadi, jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000x adalah 566.6 x103 sel/
ml sampel

III. Pembahasan
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur
pertumbuhan bakteri melalui jumlah bakteri secara kuantitatif, antara lain
metode hitungan mikroskopik ( counting chamber ), hitungan cawan,
membran atau filter molekular, pengukuran kekeruhan ( turbidimetri ),
penentuan nitrogen, penentuan berat dan pengukuran aktivitas biokimiawi.
Dalam percobaan ini digunakan metode turbidimetri dan metode counting
chamber.
(Pelzcar,2008,153)
III.1 Metode Turbidimetri
Percobaan ini bertujuan untuk memonitor pertumbuhan bakteri dalam
media yang ditunjukkan dengan kekeruhan media.
Metode turbidimetri adalah metode perhitungan jumlah sel dengan
menggunakan alat spektrofotometer berdasarkan prinsip kerapatan atau
konsentrasi suatu materi atau sel-sel pada larutan yang diberi cahaya.
Sedangkan spektrofotomer adalah suatu instrument untuk mengukur
transmitan atau absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Pada percobaan ini digunakan sumber cahaya dengan panjang gelombang
686 nm, dimana panjang gelombang ini termasuk dalam rentang panjang
gelombang yang bisa digunakan untuk menembus partikel suspensi koloid
yang berisi media nutrient broth dan bakteri Escherichia coli untuk
mengetahui konsentrasi sel yang ada dalam suspensi tersebut. Pengukuran
dengan metode turbidimetri berdasarkan prinsip bahwa partikel seperti
mikroorganisme pada suatu larutan memancarkan sinar ketika seberkas
cahaya ditransmisikan melalui larutan tersebut dimana cahaya tersebut akan
diserap oleh mikroorganisme yang berada dalam sampel. Hal ini disebut
dengan absorbansi atau juga sering dikenal dengan optical density.
Sedangkan %T adalah persen fraksi cahaya masuk yang diteruskan oleh
sampel.
(Day, R.A. dan Underwood, 2002,396)
Metode analisis menggunakan turbidimetri merupakan metode yang
cepat, tidak merusak, murah serta mudah dilakukan namun mempunyai
sensitifitas yang rendah. Pada metode turbidimetri semua sel terdeteksi baik
yang hidup maupun sel yang mati dan hanya terdeteksi pada bagian atas
(tersuspensi), sehingga memerlukan kalibrasi yang mengkorelasikan
kekeruhan dengan sel hidup yang ditumbuhkan pada medium agar.
(www.tekpan.unimus.ac.id)

Gambar III.1 Spektrofotometer

Bakteri yang diamati pada percobaan dengan metode turbidimetri ini


adalah bakteri Escherichia coli dengan media NB ( Nutrient Broth ) cair. E.
coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan ukuran 0,5 per 1 hingga 3
mikron, sangat bervariasi dari bentuk kokus hingga batang panjang, bakteri
ini dapat terlihat sendiri, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya
tidak berkapsul. Selain itu, bakteri ini tidak dapat membentuk spora dan
merupakan gram negatif.
(Breed, 1957,336)
Escherichia coli, yaitu bakteri anaerob fakultatif gram negatif berbentuk
batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Baktei ini merupakan
penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar
manusia. Pertama dijumpai pada tahun 1885.
(www.repository.usu.ac.id)

Gambar III.2 Bakteri Escherichia coli


Nutrien broth (NB) cair memilki komposisi yang terdiri atas peptic dari
jaringan hewan 5 gr/L, NaOH 5 gr/L, ekstrak daging 1,5 gr/L, dan ekstrak
khamir 1,5 gr/L.
(http://himedialabs.com)
Langkah pertama pada percobaan ini adalah menyalakan
spektrofotometer. Setelah menyalakan alat ini sebaiknya ditunggu dahulu
kira-kira 15 menit. Hal ini bertujuan untuk menstabilkan alat tersebut
sebelum digunakan. Kemudian mengkalibrasi alat sehingga menunjukkan
skala serapan menunjuk pada A = ~ atau %T = 0 dan memasang λ = 686 nm
karena belum adanya kuvet pada tempat kuvet sehingga sumber cahaya tidak
terpantulkan.
(Harley,2002,120)
Setelah itu, suspensi dari E. coli diencerkan. Pengenceran dilakukan
dengan cara mempersiapkan 4 buah tabung reaksi ( 1:2, 1:4, 1:8, 1:16 ) dan
masing-masing diisi dengan 4 ml kaldu nutrien cair. Sementara pada 1 buah
tabung reaksi ( 1:1 ), diisi dengan 8 ml suspensi E. coli. Lalu, mengambil 4
ml suspensi bakteri pada tabung tersebut dan dimasukkan ke tabung reaksi
1:2, dikocok hingga merata. Sebelum dikocok, tabung reaksi ditutup dengan
menggunakan alumunium foil. Hal ini bertujuan agar ketika dikocok, tidak
tumpah. Langkah selanjutnya, dengan mengambil 4 ml suspensi bakteri pada
tabung reaksi 1:2 dan dimasukkan kedalam tabung reaksi 1:4, dikocok hingga
merata. Kemudian diambil 4 ml suspensi bakteri dari tabung reaksi 1:4
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi 1:8, kemudian dikocok hingga
merata. Dan setelah itu kembali memipet 4 ml suspensi bakteri dari tabung
1:8, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi 1:16 dan kemudian
dikocok hingga merata. Cara mengocok tabung reaksi adalah dengan
meletakan tabung reaksi pada telapak tangan dengan posisi yang saling
ditempelkan, kemudian digerakkan maju mundur.
Kemudian, untuk menstandarisasi spektrofotometer, larutan blanko
digunakan. Larutan blanko adalah sebuah kaldu nutrien murni yang
mempunyai konsentrasi sampel sama dengan nol. Blanko digunakan sebagai
pembanding dengan larutan suspensi lainnya. Setelah larutan blanko
dimasukkan kedalam kuvet, maka menekan tombol 0A pada
spektrofotometer sehingga akan teratur secara otomatis A = 0 dan %T = 100.
(Harley,2002,120)
Selain itu, perlu diperhatikan untuk kuvet yang akan digunakan harus
terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan tissue agar saat
pengukuran absorbansi tidak terjadi kesalahan akibat adanya kotoran yang
menempel pada kuvet. Selain itu, ketika memegang kuvet, bagian yang
dipegang adalah bagian yang bergaris dan bukan bagian yang bening. Hal ini
dimaksudkan agar tidak membuat kotoran yang dapat mempengaruhi hasil
dari transmintan dan absorbansi yang akan diukur. Setelah itu, memasukkan
kuvet berisi larutan pada tabung reaksi 1:1, lalu kemudian dicatat nilai %T
yang terbaca pada spektrofotometer. Langkah ini diulangi untuk tabung
reaksi 1:2, 1:4, 1:8, 1:16. Pada setiap pergantian larutan di kuvet,
spektrofotometer harus di standarisasi ulang dengan larutan blanko agar hasil
dari spektrofotometer menghasilkan hasil yang akurat.
Optical density (OD) adalah jumlah cahaya yang dihamburkan dan
diserap oleh sel dalam suatu larutan. Semakin banyak mikroorganisme dalam
suatu larutan maka nilai dari persen transmitan (%T) akan semakin kecil
karena ini berarti cahaya yang dapat diteruskan akan semakin sedikit akibat
terhambat oleh adanya mikroorganisme.
Pada percobaan ini diperoleh nilai %T, sehingga dapat dihitung nilai
Optical Density (OD). Rumus dari Optical density (OD) adalah 2 - log %T
Persamaan ini didapatkan dari :
OD = - log %T
OD bakteri = OD sampel – OD blanko
%T pada sampel adalah 100, sehingga:
OD = -log %T – (- log 100)
OD = 2- log %T
Hal ini menyebabkan nilai OD akan semakin besar karena berdasarkan
rumus di atas nilai OD berbanding terbalik dengan nilai persen transmitan.
Dari hasil percobaan didapatkan nilai %T pada pengenceran 1:1 sebesar 31.7;
pada pengenceran 1:2 sebesar 55; pada pengenceran 1:4 sebesar 71.9; pada
pengenceran 1:8 sebesar 88.7; dan pada pengenceran 1:16 sebesar 94.7. Dari
hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan nilai Optical density pada
pengenceran 1:1 sebesar 0.499; pada pengenceran 1:2 sebesar 0.259; pada
pengenceran 1:4 sebesar 0.143; pada pengenceran 1:8 sebesar 0.052 dan pada
pengenceran 1:16 sebesar 0.024.

Gambar III.3 Grafik Hubungan antara OD dengan Pengenceran


Grafik di atas adalah grafik hubungan antara pengenceran dengan nilai
OD. Sumbu x menunjukkan pengenceran sedangkan sumbu y menunjukkan
OD. Grafik yang diperoleh berupa garis linear yang diagonal meningkat ke
arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil faktor pengenceran
(semakin besar konsentrasi mikroorganisme dalam larutan) maka semakin
besar nilai OD yang didapat, artinya semakin banyak mikroorganisme di
dalam suatu larutan maka semakin banyak pula cahaya yang dihamburkan
ataupun diserap oleh sel dalam suatu larutan. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan adanya hubungan yang linear antara konsentrasi suatu
suspensi dengan optical density. Jika pada optical density yang tinggi, maka
mungkin nilai tersebut menjadi tidak linear. Artinya, jika konsentrasi suspensi
tersebut menjadi dua kali lipat maka mungkin nilai optical density lebih kecil
dari dua kali nya.
(Benson,2002,97)

III.2 Metode Counting Chamber


Percobaan kedua bertujuan untuk mempelajari cara menghitung jumlah
sel mikroorganisme menggunakan metode counting chamber.
Metode counting chamber adalah perhitungan jumlah mikroorganisme
menggunakan ruang hitung yang berupa kaca objek tebal yang disebut
hemasitometer yang dipermukaan atasnya diasah suatu dataran yang
memiliki ukuran-ukuran tertentu berupa kotak atau petak-petak yang batas-
batas garis ukurnya dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada metode ini digunakan hemasitometer. Hemasitometer adalah suatu
alat untuk menghitung sel secara cepat dan digunakan untuk konsentrasi sel
yang rendah. Alat ini adalah tipe khusus dari microscopeslide yang terdiri dari
dua chamber, dimana terbagi atas 9 area (1,0 mm x 1,0 mm) satuan luas dan
terpisahkan oleh tiga garis. Luas area masing-masing 1 mm2.Deck glass
digunakan untuk menutup bagian atas dengan ketebalan 0,1 mm.
Hemasitometer diletakkan diatas spesimen pentas (tempat objek) dan
digunakan untuk menghitung jumlah suspensi sel. Kelebihan metode counting
chamber adalah mudah, murah dan relatif cepat. Metode ini juga memberikan
informasi mengenai ukuran dan morfologi mikroorganisme.
(Tortora, 2010,176)
Kerugiannya adalah populasi mikroorganisme yang digunakan harus
banyak (minimum berkisar 106 CFU/ml), karena pengukuran dengan volume
dalam jumlah sedikit tidak dapat membedakan antara sel (Anonim,
repository.usu.ac.id) (Anonim, repository.usu.ac.id)hidup dan sel mati, serta
kesulitan menghitung sel yang motil
(www.repository.usu.ac.id)
Gambar III.5 Hemasitometer
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
menyiapkan 7 tabung reaksi. Tabung reaksi yang pertama diisi 10 ml
aquadest dan kemudian memasukkan 1 gram ragi yaitu Saccharomyces
cerevisiae, yang kemudian diaduk hingga homogen. Dimasukkan aquadest
steril terlebih dahulu agar ketika dimasukkan ragi, tidak terjadi
penggumpalan dan dapat larut semua. Lalu, keenam tabung reaksi lainnya,
diberi label 10 x, 100 x, 1.000 x, 10.000 x, 100.000 x, dan 1.000.000 x dan
juga dimasukkan 9 ml aquadest pada setiap tabung reaksi. Setelah itu,
mempipet 1 ml larutan pada tabung reaksi pertama, kemudian dipindahkan ke
tabung reaksi yang berlabel 10x. Kemudian, dikocok hingga homogen.
Langkah – langkah ini diulangi hingga tabung reaksi yang terakhir yakni
1.000.000x.

A B

C DD

Gambar III.6 Permukaan Hemasitometer


Kemudian mengambil tabung reaksi 10.000 x dan meneteskan sedikit
suspensi pada hemasitometer menggunakan pipet mata dan menutupnya
dengan deck glass. Pada metode ini menggunakan hemasitometer yang
mempunyai luas 1/25 mm2 dan tingginya 1/10 mm, untuk satu kotaknya.
Kemudian menghitung jumlah mikroorganisme yang terdapat pada kotak A,
B, C, D dan E dengan mikroskop menggunakan perbesaran 400 x. Penentuan
kotak tersebut bebas, namun letak kotak tersebut haruslah sama tiap kali
pengamatan. Dalam percobaan ini, kotak A merupakan kotak pada bagian
pojok kiri atas, kotak B merupakan kotak pada bagian pojok kanan atas,
kotak C merupakan kotak pada bagian pojok kiri bawah, kotak D merupakan
kotak pada bagian pojok kanan bawah dan kotak E merupakan kotak yang
berada di tengah. Pengamatan ini dilakukan untuk larutan dengan label
10.000 x, 100.000x, dan 1.000.000 x. Pengamatan hanya dilakukan untuk
pengenceran seperti itu, karena jika dilakukan pada pengamatan yang lebih
rendah daripada 10.000 x maka jumlah mikroorganisme yang terhitung
sangatlah banyak sehingga terlalu sulit untuk dihitung seperti itu. Sebaliknya
jika dilakukan pengamatan pada pengenceran lebih besar dari 1.000.000 x
maka jumlah mikroorganisme yang dihitung menjadi sangat sedikit ataupun
tidak ada. Pengenceran 10x, 100x dan 1.000x digunakan untuk
mempermudah mendapatkan pengenceran 10.000x.
Pada setiap suspensi dilakukan perhitungan sebanyak tiga kali sehingga
menghasilkan jumlah sel untuk tiap 5 kotak kemudian dijumlahkan dan
dirata-rata hingga mendapatkan jumlah sel untuk tiap kotak. Kemudian
dikalikan dengan volume tiap kotaknya, hingga didapatkan jumlah sel / ml .
Dari percobaan ini didapatkan hasil untuk pengenceran 10.000x mendapatkan
jumlah sel 5883.3 x 103 sel/ml sampel pada pengenceran 10.000x. Pada
larutan pengenceran 100.000x mendapatkan jumlah sel 2383.3 x 103 sel/ml
sampel pada pengenceran 100.000x. Sedangkan pada larutan pengenceran
1.000.000x mendapatkan jumlah sel 566.6 x 103 sel/ml sampel pada
pengenceran 1.000.000x. Jumlah ragi awal dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah ragi pada sampel dengan faktor pengenceran. Dari hasil
perhitungan, didapatkan jumlah ragi dengan faktor pengenceran 10.000x
adalah sebesar 5883.3 x 107 jumlah sel/ ml, jumlah ragi dengan faktor
pengenceran 100.000x adalah sebesar 2383.3 x 108 jumlah sel/ml, dan jumlah
ragi dengan faktor pengenceran 1.000.000x adalah sebesar 566.6 x 109
jumlah sel/ml. Sehingga didapatkan jumlah sel rata-rata ragi adalah 2879.21
x 108 sel/ml ragi. Dalam percobaan ini didapatkan hasil jumlah sel yang
berbeda untuk setiap pengenceran, hal ini disebabkan oleh ketidaktelitian
dalam menghitung jumlah sel. Selain itu penyebaran dari sel yang tidak
merata di dalam hemositometer.
Setelah itu, dihitung jumlah sel / ml sampel tiap pengenceran yang
dilakukan, hasilnya dapat dibuat grafik hubungan antara pengenceran dengan
jumlah sel sebagai berikut

Gambar III.7 Grafik Hubungan antara Jumlah Sel dengan Kali Pengenceran
Grafik di atas adalah grafik hubungan antara pengenceran dengan
jumlah sel. Sumbu x menunjukkan pengenceran sedangkan sumbu y
menunjukkan jumlah sel. Grafik yang diperoleh berupa garis linear yang
diagonal menurun ke arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
faktor pengenceran maka semakin kecil jumlah sel yang didapat.
(Harley,2012,119)

IV. Jawaban Pertanyaan


1. Apakah hubungan antara OD dengan jumlah sel pada kultur ?
Jawab : Jumlah sel bakteri dapat diukur dengan cara mengetahui
kekeruhan (turbiditas) kultur, semakin keruh suatu kultur
maka semakin banyak jumlah selnya. Nilai OD menunjukkan
besarnya cahaya yang diserap oleh sel berbanding lurus
dengan jumlah sel, artinya semakin tinggi konsentrasi bakteri
yang diberikan maka semakin besar aktivitas
penghambatannya
(Nurul, 2015,68)
2. Apakah diperlukan untuk membuat suatu hubungan antara perhitungan
jumlah sel antara metode I (dillution) dan metode II (turbidimetri) ?
Jawab : Diperlukan membuat suatu hubungan antara perhitungan
jumlah sel antara metode I (dillution) dan metode II
(turbidimetri) karena hasil dari kedua percobaan ini dapat
digunakan untuk memperkirakan banyaknya jumlah sel yang
tidak diketahui dalam volume larutan tertentu untuk masing-
masing mikroorganisme.
V. Kesimpulan
1. OD pada pengenceran 1:1 sebesar 0,499; pada pengenceran 1:2 sebesar
0,259; pada pengenceran 1:4 sebesar 0,143; pada pengenceran 1:8 sebesar
0,052; dan pada pengenceran 1:16 sebesar 0,024. Dari percobaan
turbidimetri ini terlihat bahwa semakin besar faktor pengenceran (semakin
tidak keruh suatu larutan) maka semakin kecil nilai OD yang didapat yang
berarti semakin tidak keruh suatu larutan, jumlah mikroorganisme yang
ada dalam larutan semakin sedikit sehingga semakin sedikit cahaya yang
dihamburkan ataupun diserap.
2. Jumlah sel ragi pada larutan dengan pengenceran 10.000 x sebesar 5883.3
x 103 sel/ml sampel, pada larutan dengan pengenceran 100.000 x sebesar
2383.3 x 103 sel/ml sampel, dan pada larutan dengan pengenceran
1.000.000 x sebesar 566.6 x 103 sel/ml sampel. Sehingga jumlah sel pada 1
ml larutan sampel tersebut adalah 2879.21 x 108 sel/ml sampel. Sehingga
semakin besar faktor pengenceran semakin sedikit jumlah sel karena
prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba.

Daftar Pustaka

Benson. 2001. “Microbiological Applications Laboratory Manual in General


Microbiology, 8th Edition”. USA: McGraw-Hill Comp.
Day, R.A. dan Underwood. 1994. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta:
Erlangga.
Harley, John P. 2002.” Laboratory Exercises in Microbiology, 5th Edition “. USA:
McGraw-Hill Comp.
Nurul, P. 2015. “Aktivitas Senyawa Antibakteri Ekstrak Herba Meniran terhadap
Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae Secara in vitro”. 68.

Pelczar, Michael.2008.”Dasar-Dasar Mikrobiologi”. Indonesia: Universitas


Indonesia.
Tortora, Gerard.2010.” Microbiology Tenth Edition “. San Fransisco : Benjamin
Cummings.
http://himedialabs.com/TD/M002.pdf diakses pada 28 Maret 2016 pukul 19.15
WIB.

Anonim. (2014, 03).Diambil kembali dari tekpan.unimus.ac.id:


http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/ANTIMIKROBIA-
REMPAH-REMPAH-DAN-HERBAL.pdf

Anonim.Diambil kembali dari repository.usu.ac.id:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39436/4/Chapter%20II.pdf

Anonim.Diambil kembali dari repository.usu.ac.id:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39437/4/Chapter%20II.pdf

LAMPIRAN

Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Berbagai Pengenceran

Berat ragi : 1 gram


Pengenceran 10.000x
Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Pengenceran 10.000x
Kotak Jumlah
Run Total Sel /
A B C D E
Kotak
1 27 30 22 24 24 127 25.4
2 22 21 25 23 26 117 23.4
3 22 24 21 20 22 103 21.8
∑ = 347 ∑ = 70.6

Jumlah sel ragi rata-rata = 70.6:3 = 23.53 sel/ kotak


1
Jumlah sel ragi = 23.53 sel/ kotak : kotak/mm2 = 588.33 sel/ mm2
25

1
= 588.33 sel/ mm2 : mm-1 = 5883.3 sel/mm3
10

Jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000x = 5883.3 sel/mm3 x 103 mm3/ml
=5883.3 x 103sel/ ml sampel
Jumlah sel ragi pada sampel adalah =
5883.3 x 103 sel/ml x Faktor Pengenceran
10.000
= 5883.3 x 103 sel/ml x = 5883.3 x 107 jumlah sel/ml
1

Pengenceran 100.000x
Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Pengenceran 100.000x

Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E Sel / Kotak
1 10 8 10 8 11 47 9.4
2 12 7 11 9 11 50 10
3 10 11 8 8 9 46 9.2
∑ = 133 ∑ = 28.6

Jumlah sel ragi rata-rata = 28.6:3 = 9.53 sel/ kotak


1
Jumlah sel ragi = 9.53 sel/ kotak : kotak/mm2= 238.33 sel/ mm2
25

1
= 238.33 sel/ mm2 : mm-1= 2383.3 sel/mm3
10

Jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000x = 2383.3 sel/mm3 x 103 mm3/ml
= 2383.3 x 103 sel/ml sampel
Jumlah sel ragi pada sampel adalah =
2383.3 x 103 sel/ml x Faktor Pengenceran
100.000
= 2383.3 x 103 sel/ml x = 2383.3 x 108 jumlah sel/ml
1

Pengenceran 1.000.000x
Hasil Perhitungan Jumlah Sel pada Pengenceran 1000.000x

Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E Sel / Kotak
1 3 3 2 3 3 14 2.8
2 2 1 2 2 3 10 2
3 2 1 2 3 2 10 2
∑ = 34 ∑ = 6.8

Jumlah sel ragi rata-rata = 6.8:3 = 2.26 sel/ kotak


1
Jumlah sel ragi = 2.26 sel/ kotak : kotak/mm2= 56.66 sel/ mm2
25

1
= 56.66 sel/ mm2 : mm-1= 566.6 sel/mm3
10

Jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000x = 566.6 sel/mm3 x 103 mm3/ml
= 566.6 x 103 sel/ ml sampel
Jumlah sel ragi pada sampel adalah :
566.6 x 103 sel/ml x Faktor Pengenceran =
1.000.000
= 566.6 x 103 sel/ml x = 566.6 x 109 jumlah sel/ml
1
Jadi, jumlah sel rata – rata pada 1 ml sampel tersebut adalah =
(5883.3 x 107 jumlah sel/ml + 2383.3 x 108 jumlah sel/ml + 566.6 x 109 jumlah
sel/ml) / 3 = 2879.21 x 108 jumlah sel/ml

Anda mungkin juga menyukai