Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan Bumi. Planet bumi telah menghangat (dan juga
mendingin) berkali-kali selama 4,65 milyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, bumi
menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan
aktivitas manusia.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan
gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika
atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator
yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke bumi
(Darsono,1993).
Pemanasan global yang terjadi di berbagai belahan dunia semakin
membuat seluruh masyarakat resah, dan khawatir akan dampak yang akan terjadi.
Pemanasan global menyebabkan berbagai dampak antara lain: (a) Perubahan
habitat (b) Gangguan kehidupan laut (c) Gangguan cuaca (d) Meningkatnya
permukaan air laut (e) Mengancam perubahan hasil panen (f) Mengancam
kesehatan masyarakat. Selain dampak ke kehidupan manusia dan lingkungan,
dampak paling menakutkan dari fenomena pemanasan global adalah terhadap
perekonomian. Bahkan para ahli memperkirakan dampak pemanasan global
terhadap perekonomian dunia bisa jauh lebih parah dari kerusakan yang
diakibatkan oleh kombinasi dua Perang Dunia dan depresi ekonomi dunia tahun
1930-an. Salah satu contohnya adalah melambatnya laju perekonomian Negara
Negara berkembang. Pada makalah ini akan membahas mengenai Dampak
Pemanasan Global terhadap Perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yaitu bagaimana dampak pemanasan global
terhadap perekonomian? dan apa solusinya?
BAB II
KONSEP DAN HIPOTESIS

2.1 Konsep

MENGAPA BISA TERJADI ?

PEMANASAN GLOBAL

BAGAIMANA DAMPAK PEMANASAN GLOBAL ?

BERDAMPAKKAH PADA PEREKOMIAN ?

SOLUSINYA ?
2.2 Hipotesis

Pemanasan global atau sering dikenal sebagai global warming merupakan


suatu permasalahn global saat ini. Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam, yang
melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca
ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia
semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang
dipancarkan ke bumi (Darsono,1993).

Pemanasan global tentunya berdampak dalam kehidupan manusia di bumi.


Salah satu sektor yang mengalami dampak dari pemanasan global ialah sektor
perekonomian. Tentunya jika pemanasan global berdampak pada perekonomian
maka akan menurunkan Gross Domestic Product (GDP) suatu Negara.
BAB III

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Studi dokementasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang


tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh
informasi terkait objek penelitian. Dalam studi dokumentasi peneliti melakukan
penelusuran data historis objek penelitian serta melihat sejauh mana proses yang
yang berjalan telah terdokumentasi dengan baik.

Dalam menjawab rasa penasaran kami tentang dampak pemanasan global


terhadap perekonomian penulis menggunakan teknik dokumentasi.

Teknik studi dokumentasi dianggap penulis sebagai cara yang tepat untuk
menjawab permasalahn yang telah dirumusakan diawal makalah ini. Hasil-hasil
penelitan yang sebelumnya telah diteliti mendorong kami untuk menelusuri
kebenarannya.

Dengan adanya teknik pengumpulan data studi dokemuntasi ini, mampu


menjawab rumusan masalah yang telah dirumusakn oleh penulis.
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Pemanasan Global


Pemanasan global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh
aktivitas manusia diseluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta
pertumbuhan teknologi dan industri. Pemanasan akan diikuti dengan perubahan
iklim, seperti meningkatnya curah hujan dibeberapa belahan dunia sehingga
menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan didibelahan bumi lain akan
mengalami musim kering yang berkepanjangan .

4.2 Penyebab Pemanasan Global


Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global
terdiri dari:
1. Konsumsi energi bahan bakar fosil. Sektor industri merupakan penyumbang
emisi karbon terbesar, sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua.
Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi
bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total konsumsi energi, sedangkan
listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari total konsumsi energi.
Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah kaca sebesar 24,84% dari total
emisi gas rumah kaca.
2. Indonesia termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina,
Jepang, India dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena
banyaknya penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber
energinya, walaupun dalam perhitungan penggunaan energi per orang di negara
berkembang, tidak sebesar penggunaan energi per orang di negara maju. Menurut
Prof. Emil Salim, USA mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah
penduduk 1,1 milyar penduduk, Cina mengemisikan 3 ton CO2/orang per tahun
dengan jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton
CO2/orang dengan jumlah 1 milyar penduduk.
Dengan demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer
dari sektor ini berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA
merupakan negara dengan penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros,
dalam mengkonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil, berbeda dengan
negara berkembang yang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca, karena
akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah
padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang
dihadapi kota-kota di Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup
pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah
sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun 2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari.
Dilain pihak jumlah penduduk terus meningkat sehingga, diperkirakan, pada tahun
2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun.
Dengan jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500
ton/tahun. Dengan demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang sangat
potensial, mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan hutan. Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap
karbondioksida (CO2), yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dan
mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi
kerusakan hutan yang cukup parah. Laju kerusakan hutan di Indonesia, menurut
data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan
tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain
perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-
besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman
Industri (HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses
penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal. Hal ini akan mempercepat
terjadinya pemanasan global.
Menurut data dari Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang
dilepaskan oleh sektor kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai
64 % dari total emisi CO2 Indonesia yang mencapai 748,61 kiloTon. Pada tahun
1994 terjadi peningkatan emisi karbon menjadi 74%.
Pertanian dan peternakan. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap
peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang
menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian,
pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta
pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu
gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor pertanian
dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas
rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.

4.3 Dampak Pemanasan Global

Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah nilai barang dan jasa
yang dihasilkan dalam suatu periode di sebuah negara. GDP juga kerap dijadikan
salah satu takaran untuk menilai kondisi ekonomi suatu negara. Dilansir dari
TIME, dampak dari pemanasan global diketahui dapat menurunkan GDP dunia.
Bahkan, di tahun 2100 nanti diperkirakan GDP dunia akan mengalami penurunan
hingga 23 persen. Penurunan ini dapat terjadi lantaran temperatur udara
mempengaruhi hasil produksi berbagai usaha. Dengan terjadinya pemanasan
global yang mempengaruhi temperatur udara, dapat berujung ke gangguan hasil
produksi, yang akhirnya berdampak pada GDP.

Perkiraan ini ternyata bukan lah tanpa bukti. Sebuah survey yang
dilakukan oleh Carbon Disclosure Project menunjukkan indikasi dari dampak
perubahan iklim terhadap hasil produksi. Dilansir dari Atlantic, sebanyak 2.000
perusahaan yang disurvey, ditemukan bahwa 44 persen diantaranya mengalami
gangguan produksi akibat hujan dan kekeringan. Sementara 31 persen mengaku
mengalami penambahan biaya produksi. Bisa dibayangkan bila hal ini terjadi
dalam jangka panjang, kemungkinan besar perkiraan tersebut dapat menjadi
kenyataan dan tentunya akan sangat merugikan.

Letak geografis Indonesia yang menjadikannya negara kepulauan dan


beriklim tropis ternyata membuatnya dapat mengalami dampak perubahan iklim
lebih cepat dibanding negara-negara lain. Hal ini dibuktikan melalui perkiraan
periode climate departure. Climate departure adalah titik di mana suhu rata-rata
terendah sudah menjadi lebih tinggi dari pada suhu rata-rata tertinggi sebelumnya.
Pada saat climate departure terjadi, maka acuan suhu rata-rata yang dipakai di
periode sebelumnya sudah tidak bisa dipakai kembali lantaran peningkatan suhu
telah terjadi begitu signifikan.

Dilansir dari Jakarta Globe, dunia diperkirakan akan mengalami climate


departure di tahun 2047 nanti. Sementara Indonesia sendiri dapat mengalaminya
di waktu yang lebih cepat, yakni di tahun 2029 untuk sebagian besar daerah
seperti di Jawa dan Sumatera. Sementara wilayah Papua bahkan sudah dapat
mengalaminya di tahun 2020 nanti.

4.4 Solusi

Meskipun dampak yang ditimbulkan akibat pemanasan global amatlah


mengerikan hal ini bukan berarti kita tidak bisa berbuat sesuatu. Perlu dilakukan
tindakan menyeluruh disertai komitmen yang kuat untuk menghentikan
meluasnya wabah bencana ini.

Karena pemanasan global merupakan tanggung jawab semua orang yang


ada di dunia ini, maka perlu sekali adanya bantuan yang tidak megikat dari
negara-negara maju kepada negara-negara berkembang supaya dapat
menanggulangi masalah yang semakin hari semakin berbahaya ini. Upaya tersebut
bisa dilakukan dengan memberikan bantuan langsung. Upaya debt swap to nature
atau penghapusan sejumlah utang untuk peremajaan hutan juga bisa menjadi
alternatif. Upaya mengurangi pembabatan hutan bisa berbenturan dengan
keinginan pemanfaatan lahan secara ekonomis. Misalnya, pembukaan lahan untuk
perkebunan kelapa sawit. Namun, hal tersebut tidak boleh menghalangi upaya
mengurangi pembabatan hutan.

Selain mengatasi pembabatan hutan, upaya lain adalah mengurangi


pemakaian energi (reduce), daur ulang limbah (recycle), perolehan kembali
(recovery), dan penggunaan kembali (reuse), kegiatan tersebut merupakan satu
mata rantai penting dalam pengelolaan limbah. Dengan teknologi pemanfaatan
limbah di satu pihak dapat dikurangi jumlah limbah sehingga biaya pengelolaan
limbah juga dapat ditekan dan dilain pihak akan dapat meningkatkan kemanfaatan
bahan baku. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi kecepatan pengurasan
sumber daya alam. Upaya-upaya Itu bisa dilakukan dengan memberi insentif
kepada industri yang mengkaji kembali Analisi Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dan menempatkan kondisi lingkungan sebagai prioritas utama tentunya
dengan konsekuensi pencemaran lingkungan rendah. Bisa juga intervensi fiskal
dengan menerapkan pajak terhadap bahan bakar terutama bensin.

Upaya lain dalam menghadapi masalah pengendalian pencemaran


terutama yang menyangkut sector industri, adalah: Pertama, pengendalaian
langsung (direct control) dengan satu-satunya strategi adalah diberlakukannya
peraturan-peraturan terhadap para pencemar, terutama peraturan mengenai standar
emisi (emission standards), dan kedua dengan menggunakan pendekatan
ekonomi. Pendekatan ini mengemukakan, bahwa berbagai sumber daya alam
terbuang sia-sia karena dianggap gratis atau kurang dipertimbangkan. Maka perlu
ditetapkannya harga yang wajar yang meliputi pula pungutan pencemaran.
Pendekatan yang gunakan adalah pollution charge approach (pendekatan
pungutan polusi).

Studi OECD (organization for economic co-operation and development)


telah mengemukakan 3 fungsi utama dari pendekatan pungutan polusi, yaitu:

1. Optimasi

Apabila pungutan pencemaran ditetapkan pada titik dimana keuntungan


marginal penanggulangan pencemaran adalah sama dengan ongkos
marginalnya, maka pencemar akan membatasi emisi pada tingkat yang
optimal.

2. Efisiensi

Apabila pungutan memberikan insentif yang memadai, maka pencemar


akan mengurangi emisinya pada suatu tingkat dimana seluruh emisi dari
semua pencemar tidak melampaui suatu norma yang ditentukan.

3. Redistribusi dan pembiayaan


Dana yang terkumpul melalui pungutan dapat diinvestasikan kembali
dalam penanggulangan pencemaran.

Redistribusi ini mempunyai bermacam-macam bentuk berupa: (a).


sebagian atau seluruh pembiayaan fasilitas kolektif pengendalian
pencemar; (b). investasi para pencemar dalam pengendalian pencemaran,
yang meliputi biaya pelaksanaan apabila diperlukan, pembayaran ganti
kerugian kepada penderita pencemaran.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemanasan global sebagai akibat dari perubahan iklim global tentunya


berpengaruh dalam kehidupan manusia di bumi. Salah satu sektor yang
mengalami dampak dari pemanasan global ialah perekonomian. Pemanasan global
yang mempengaruhi temperatur udara, dapat berujung ke gangguan hasil
produksi, yang akhirnya berdampak pada GDP.

Adapun beberapa solusi yang dapat diterapkan dalam upaya


menanggulangi pemanasan global diantaranya mengatasi pembabatan hutan,
mengurangi pemakaian energi (reduce), daur ulang limbah (recycle), perolehan
kembali (recovery), dan penggunaan kembali (reuse). Upaya-upaya Itu bisa
dilakukan dengan memberi insentif kepada industri yang mengkaji kembali
Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan menempatkan kondisi
lingkungan sebagai prioritas utama tentunya dengan konsekuensi pencemaran
lingkungan rendah.

Upaya lain dalam menghadapi masalah pengendalian pencemaran


terutama yang menyangkut sektor industri, adalah: Pertama, pengendalaian
langsung (direct control) dengan satu-satunya strategi adalah diberlakukannya
peraturan-peraturan terhadap para pencemar, terutama peraturan mengenai standar
emisi (emission standards), dan kedua dengan menggunakan pendekatan
ekonomi. Pendekatan ini mengemukakan, bahwa berbagai sumber daya alam
terbuang sia-sia karena dianggap gratis atau kurang dipertimbangkan. Maka perlu
ditetapkannya harga yang wajar yang meliputi pula pungutan pencemaran.
Pendekatan yang gunakan adalah pollution charge approach (pendekatan
pungutan polusi).

Saran kami untuk menanggulang dampak pemanasan global ialah


menerapkan setiap solusi yang diperoleh dari hasil penelitian sehingga ddampak
pemanasan global dapat diminimalisir.
Daftar Pustaka

Hannoni, Ati.2005. Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim. Jakarta:


Universitas Gunadanna.

Martusa, Riki (2009). Peranan Environmental Accounting terhadap Global


Warming. Jurnal Akuntansi, Vol.1 No.2 November 2009:164-179.

Anda mungkin juga menyukai