Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi


peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan
darah diastolic 90 mmhg atau lebih. Hipertensi biasanya
terjadi pada usia pertengahan atau lebih yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi yang mengakibatkan tingginya
tekanan darah.
Berat badan yang berlebihan akan meningkatkan beban
jantung untuk menggumpal darah keseluruh tubuh. Akibatnya
tekanan darah cenderung lebih tinggi. Disamping itu,
pembuluh darah pada usia lanjut lebih tebal dan kaku
sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila disertai
adanya plak didinding dalam arteri dapat menyebabkan
sumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke
bila terjadi pada otak, sehingga dapat menyebabkan lumpuh
atau kematian. Bila sumbatan terjadi dijantung,
menyebebkan serangan anginan atau infark yang juga dapat
menyebabkan kematian.
Konsumsi (garam atau natrium) yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah, selain itu rendahnya konsumsi
kalsium, magnesium dan kalium dapat pula meningkatkan
tekanan darah.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Dapat melakukan perawatan gangguan tidur dan dapat
memahami tentang penyakit hipertensi.
Tujuan Khusus :
1. Penyusun mampu mengkaji data kelayan
2. Penysun mampu menganalisa data yang diperoleh
3. Penysun dapat merumuskan doagnosa keperawatan
4.Penyusun dapat memprioritaskan masalah-masalah yang
terjadi dan yang mungkin terjadi.

1
5. Penyusun dapat menentukan tujuan tindakan
keperawatan
6. Penyusun dapat menerapkan pelaksanaan tindakan
keperawatan
7. Penyusun dapat melakukan evaluasi tindakan
keperawatan.

C. METODE PENULISAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini,
penulis menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap kelayan dalam
melakukan kegiatan dan aktivitas.
2. Wawancara : Penulis mewancarai kelayan dan melakukan sesi
Tanya jawab serta menyesuaikan kemampuan kelayan dalam
menjawab semua pertanyaan yang di ajukan.
3. Studi Kasus : Penulis melakukan atau mempelajari kasus
yang akan di lakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan : Penulis mempelajari kasus dengan
menggunakan berbagai teori atau literature yang diambil
dari buku dan kepustakaan.
5. Sumber Data
Primer : Yang di peroleh dari kelayan itu
sendiri.
Sekunder : Yang di peroleh dari orang terdekat,
team kesehatan lain, serta hasil pemeriksaan fisik.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari
Asuhan Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini
dapat di bagi dalam lima bab yaitu:
Bab I : Merupakan bab pendahuluan meliputi : latar
belakang Masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Berisi tinjauan teori yang meliputi : konsep
dasar (masalah utama) yang terdiri dari:
pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan

2
konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Bab III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dimana semua yang ada dalam
pembahasan ini merupakan perbandingan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
Bab V : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Proses Menua (Ageing Proses)


1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nogroho, Wahyudi
2000).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umunya dialami
pada semua makhluk hidup. Pada setiap individu memiliki
kecepatan yang berbeda dalam proses menua. Adakalanya
orang yang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-
kekurangan yang menyolok (Nogroho, Wahyudi 2000).

2. Teori-Teori Proses Menua


Teori Biologis
Teori biologis tentag penuaan dibagi menjadi teori
itrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang
berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam sel
sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa
perubahan yang terjadi di akibatkan pengaruh lingkungan.
Teori biologis dibagi dalam (Wahit Iqbal Mubarak, dkk
2006) :
a. Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap
spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut teori

4
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit.

b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)


Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan beruntun
dalam jangka waktu yang lama dalam transkipsi dan
translasi. Kesalahan tersebut menyebakan terbentuknya
enzim yang salah dan berakibat metabolisme yang salah
sehingga megurangi fungsional sel, walaupun dalam
batas-batas tertentu ksalahan dalam pembentukan RNA
dapat diperbaiki, namun kemampuan dalam memperbaiki
diri terbatas pada transkripsi yang tentu akan
menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang
dapat menimbulkan metabolit berbahaya, begitu juga
jika kesalahan terjadi pada translasi maka kesalahan
juga akan semakin banyak.
c. Teori Auto Immune
Teori menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme
tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehngga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak beregenerasi. Di dalam tubuh bersiap
merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh enzim atau
senyawa non enzim contohnya vitamin C betakarotin,
vitamin E.
e. Teori Pemakaian dan Rusak
Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
f. Teori immunology slow virus

5
Sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya
usia dam masuknya virus ke dalam tubuh dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.

g. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yag biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
h. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekakuan dan hilangnya fungsi.
i. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (activity theori)
Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan
Albrecht 1953 berpendapat bahwa sangat penting bagi
individu usia lanjut untuk tetap beraktivitas dan
mencapai kepuasan hidup.
Ketentuan akan meingkatnya pada
penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
meyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan
pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theori)

6
Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori
diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theori)
Tepri ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kuantitas maupun kualitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Tripple Loss), yakni :
Kehilangan peran (Loos of role),
Hambatan kontak sosial (restraction of Contacts and
relation Ships),
Berkurangnya komitmen (to Social Mores and Values)

Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi
dan sosiologi salah satu teori yang ada. Teori tugas
perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap individu
harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada
tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan
bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini
tergantung pada maturasi fisik, pengharapan kultural dan
masyarakat dan nilai serta aspirasi individu.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian
a. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120
mmHg (Sharon, L.rogen, 1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara
Hearrison, 1997).

7
b. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab
yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardia output atau peningkatan tekanan
perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempemgaruhi terjadinya
hipertensi :
Genetic : respon neurology terhadap stress atau
kelainan arteri atau transportnya
Obesitas : terkait dengan kadar insulin yang tinggi
yang menyebabkan tekanan darah meningkat
Stress lingkungan
Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis
pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah (Arif
mansjoer, 2000)
Berdasarkan etiologinya hipertansi dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktifitas, susunan saraf simpatik, sisten
rennin angiatensin, obesitas, merokok, dan stress.
Hipertensi sekunder
Dapat di akibatkan karena penyakit parenkim renal/
vakular renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu
pil, gangguan endokrin, dll.
(Arif Mansjoer,2000)
c. Manifetasi Klinis
manifestasi klinis pada kelayan dengan hipertensi
adalah meningkatkan tekanan darah >140/90 mmHg, sakit
kepala, epetaksis, pusing/migrant, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunag-kunang, lemah dan
lelah, muka pucat dan suhu tubuh rendah. (Arif
mansjoer, 2000)

8
d. Patofisiologi

Obesitas Arterisklerosis

Pengumpulan Lemak Hilangnya elastisitas


pembuluh darah

Penyempitan Pembuluh Darah

Aliran darah ke jantung me

Peningkatan tekanan ketidakseimbangan suplai


Vaskuler serebral dan kebutuhan O2

Nyeri akut kelemasan umum


(sakit kepala)
Intolenransi aktivitas pola
hidup monoton
(Arif Manjoer 2000)

e. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi
menjadi dua jenis penatalaksanaan :
1. penatalaksanaan non farmakologis
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adostrogen dalam plasma.
b) Aktivitas

9
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada
kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan
sesuai dengan kemampuan seperi berjalan, jogging,
bersepeda dan berenang.

2. penatalaksanaan farmakologis
secara garis besar terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan
obat anti hipertensi yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan
atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh
kelayan.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada
kelayan hipertensi seperti golongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemasan, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis,
penyakit jantung koroner dan penyakit
serebravaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, murnius
stenosis valvular.takikardia, berbagai
distnenia, DJV/kongesti vena, ekstermitas
(perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler mingkin lambat/

10
tertunda), kulit (pucat, sianosis dan
kemerahan)
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
continu perhatian tangisan yang meledak.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau tidak.
e. Makanan/ cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan yang tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol, mual muntah, perubahan
berat badan dan riwayat pengggunaan
dierutik
Tanda : BB normal atau obesitas dan adanya edema,
kongesti vena, DJV, glikosuria.
f. Neurosensoris
Gejala : keluhan pusing, sakit kepala suboksipital,
episode kebas dan atau kelemahansatu sisi
tubuh, dan gangguan penglihatan (mis,
penglihatan kabur)
Tanda : Status mental (perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/isi bicara, efek, proses
piker atau memori).Respon motorik (penurunan
kekuatan genggaman tangan dan atau ferleks
tendo dalam). Perubahan rentina optic.
g. Nyeri/ ketidak nyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai
dan nyeri abdomen/massa.
h. Pernafasan
Gejala : dipnea berkaitan dengan aktivitas/kerja,
fakipnnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum dan riwayat merokok.
i. Keamanan

11
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, episode
parastesi unirateral fransie, hipotesi
postural.

j. Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : factor-faktor resiko keluarga:
hipertensi,ateroskleris, penyakit jantung,
DM, penyakit ginjal. Faktor-faktor resiko
anelik, penggunaan pil KB atau hormon lain.
(Doengoes,2000)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
berhubungan dengan ansietas yang dialami kelayan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
d. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Perencanaan
No Diagnosa Intervensi Rasional

1 Nyeri akut atau sakit Menganjurkan Panas dapat


kepala berhubungan kelayan melakukan meningkatkan
dengan peningkatan kompres hangat relaksasi otot
tekanan vascular pada daerah nyeri
Mengurangi
serebral Menganjurkan
ketegangan
kelaan melakukan
masase pada daerah
nyeri
Memberikan
Menganjurkan
rasa nyaman
kelayan melakukan
teknik relaksasi Memberikan
Menganjurkan
ketenangan
2 kelayan untuk

Gangguan pemenuhan mendapatkan posisi

kebutuhan istirahat yang nyaman jika


nyerinya kambuh Memberikan
tidur berhubungan

12
dengan ansietas yang Menganjurkan rasa nyaman
dialami kelayan. kelayan melakukan
Memberikan
teknik relaksasi
ketenangan
Memberikan
kesempatan kepada
kelayan untuk
melakukan
Memberikan
kebiasaan sebelum
kenyamanan
tidur misalnya
menonton atau
3
mendengarkan musik Memberikan
Menciptakan ketenangan
Intoleransi aktivitas lingkungan tetap
berhubungan dengan nyaman
kelemahan umum Menganjurkan Mengetahui TTV
berdoa sebelum Kelayan dapat

tidur melakukan
aktifitas
sesuai dengan
Mengobservasi TTV
4 Menganjurkan kemampuannya
Kelayan dapat
kelayan untuk
melakukan
menghemat energi
Kurangnya pengetahuan aktifitas
mengenai kondisi tanpa keluhan
Memberi dorongan
penyakit berhubungan
kepada kelayan
dengan kurangnya Menentukan
untuk melakukan
pengetahuan kebutuhan
aktifitas secara
informasi yang
bertahap
dibutuhkan
Mengkaji kelayan
pengetahuan
Kelayan
kelayan tentang
mengerti
penyakitnya
tentang
Berikan HE tentang penyakitnya
penyakitnya dan sehingga tau
perawatannya bagaimana
penatalaksanaa
Diskusikan dengan n nya

13
kelayan tentang Membantu
penatalaksanaan kelayan untuk
yang paling mudah mengurangi
untuk kelayan keluhan dengan
lakukan mudah.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan pada asuhan keperawatan
dapat disesuaikan dengan perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan sesuai dengan diagnosa yang ada.

4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan yang
diberikan kepada kelayan dapat dibuat sesuai dengan
perkembangan dari kelayan. Evaluasi keperawatan
disusun berdasarkan pendekatan SOAP.

14

Anda mungkin juga menyukai