Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Cost Recovery?

Cost recovery adalah uang pengganti biaya operasi, yang dikeluarkan oleh Kontraktor kontrak
kerjasama(KKS) untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi dan produksi migas di suatu wilayah kerja atau blok
migas. Biaya yang dapat dimasukkan sebagai cost recovery adalah biaya yang terkait langsung dengan operasi
eksplorasi dan produksi migas di Indonesia. Kontraktor berhak mendapatkan biaya recovery setelah ladang
minyak dan gas dapat berproduksi secara komersial melalui sistem bagi hasil dengan negara. Pengembalian
biaya berbeda antar negara bahkan dalam suatu negara tergantung kepada perjanjian waktu ditandatangani
kontrak. Pada kontrak bagi hasil kontraktor berhak menerima pengembalian biaya selama tidak melebihi
persentase tertentu dari produksi tahunan pada daerah kontrak. Proporsi ini dikenal sebagai cost oil. Batas
maksimum dari cost oil di kenal sebagai cost stop (cost recovery ceiling), bervariasi tergantung kepada negara
dan kontraknya, tapi biasanya berkisar antara 30 dan 60%. Harga cost stop mempengaruhi keekonomian,
makin besar makin bagus return on investment (pengembalian investasi) nya.
Biaya apa saja yang termasuk dalam perhitungan Cost Recovery dan yang tidak termasuk ?
Biaya yang dapat dimasukkan sebagai cost recovery (mestinya) tertuang dalam pasal 12 PP 79/2010.
Ada dua komponen utama dari cost recovery migas kita, yaitu:
a . Biaya operasi tahun berjalan biaya non-capital (intangible) yang meliputi biaya operasi dan administrasi
perusahaan untuk eksplorasi dan pengembangan lapangan migas. Ex: biaya tenaga kerja (domestik
danekspatriat, konsultan), biaya administrasi perkantoran, biaya pelatihan dan kesehatantenaga kerja.
b. Biaya depresiasi dari capital/tangible assets tahun berjalan. Biaya barang-barang modal, peralatan dan
fasilitas eksplorasi produksi yang digunakan tercakup disini. Dan ketiga,sisa cost recovery tahun-tahun
sebelumnya (carry over/unrecovered costs).
biaya kegiatan yang tidak dapat dikembalikan kepada kontraktor kontrak kerja sama UU No. 22 tahun 2008
1. Pembebanan biaya yang berkaitan dengan kepentingan pribadi pekerja Kontraktor
2. Pemberian insentif kepada karyawan Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang berupa Long Term Incentive Plan
3. Penggunaan tenaga kerja asing tanpa melalui prosedur Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing dan tidak
memiliki Izin Kerja Tenaga Asing bidang Migas
4. Pembebanan biaya konsultan hukum yang tidak terkait dengan operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
5. Pembebanan biaya konsultan pajak
6. Pembebanan biaya pemasaran minyak dan gas bumi
7. Pembebanan biaya Public Relation tanpa batasan
8. Pembebanan dana pengembangan Iingkungan dan masyarakat setempat pada masa Eksploitasi.
9. Pengelolaan dan Penyimpanan dana cadangan untuk abandonment dan site restoration
pada rekening Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
10. Pembebanan semua jenis technical Training untuk tenaga kerja asing/expatriate.
11. Pembebanan biaya yang terkait dengan merger dan akuisisi.
12. Pembebanan biaya bunga atas pinjaman untuk kegiatan Petroleum Operation.
13. Pembebanan Pajak Pengl1asilan pihak ketiga.
14. Pengadaan barang dan jasa serta kegiatan lainnya yang melampaui nilai persetujuan
Otorisasi Pembelanjaan Finansial tanpa justifikasi yang jelas.
15. Surplus material yang berlebihan akibat kesalahan perencanaan dan pembelian.
16. Pembangunan dan pengoperasian projek/fasilitas yang telah Place into Service(PIS)dan tidak dapat
beroperasi sesuai dengan umur ekonomis akibat kela/aian Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
17. Transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang menjadi afiliasinya yang merugikan Pemerintah
Motif-motif apa saja yang menyebabkan kenaikan Cost Recovery ?
Ada dua motif yang dapat dijadikan indikasi yang menyebabkan cost recovery bertambah besar. Motif
pertama adalah peningkatan cost recovery berkorelasi terhadap banyaknya sumur-sumur tua yang
membutuhkan teknologi tinggi untuk melakukan lifting secara maksimal sementara itu hasil produksi sumur-
sumur tua tersebut tidak didukung penemuan sumur-sumur baru yang pada jangka pendek segera dapat
berproduksi. Motif yang kedua adalah terjadinya penggelembungan biaya yang dimanfaatkan kontraktor
kontrak kerja sama untuk memaksimalkan laba dengan memanfaatkan insentif investasi kontrak kerja sama
berupa penggantian biaya yang dikeluarkan pemerintah atas biaya eksplorasi dan eksploitasi tanpa ceiling
price (batas maksimal).
Bagaimana hubungan antara Cost Recovery ,lifting dan APBN ?
Kaitan antara cost Recovery,lifting dan APBN. Dimana Cost Recovery yang semakin meningkat tiap
tahunnya dimana produksi minyak (lifting) semakin menurun, dan penerimaan negara yang tercatat dalam
APBN. Seperti diketahui, pada tahun 2014, dianggarkan pada APBN Perubahan 2014 sebesar AS$17,8 miliar,
sampai 26 Desember 2014 realisasi cost recovery sudah mencapai AS$15,913 miliar. Sedangkan disisi produksi
terjadi penurunan, sasaran lifting minyak yang dalam APBN 2014 ditetapkan sebesar 870 ribu BPH
diperkirakan hanya akan terealisasi sebesar 818 ribu BPH. Sebagai gambaran terkini, pada Maret 2014,
produksi minyak hanya mencapai 804 BPH dan terus menurun pada Juli 2014 telah menyentuh angka 796.500
BPH. Akibat Lifting migas yang rendah ini tidak bisa dipungkiri telah menyebabkan defisit pada anggaran
negara. Tentunya akan semakin memperburuk struktur anggaran dan mengganggu keuangan negara karena
importasi minyak masih yang masih cukup tinggi.
1. Apakah cara mengatasi kelangkaan minyak bumi di Indonesia sudah benar atau belum ? jika belum,
bagaimana cara mengatasinya yang benar?
Jawab: ada lima bentuk tindakan antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan minyak bumi,
sebenarnya kelimanya telah diterapkan di Indonesia.Hanya saja, ada sebagian cara yang mampu
dipertahankan hingga saat ini seperti mengonversi pengunaan minyak tanah ke gas dan ada yang belum bisa
diterapkan secara tetap seperti menghemat pemakaian listrik (menggunakan pembangkit listrik tenaga bahan
bakar fosil) , menggunakan sumber energi alternatif, menggunakan BBM secara bijak, serta mengubah pola
fikir masyarakat. cara antisipasi kelangkaan minyak bumi saat ini adalah mengintensifikasi sosialisasi
penggunaan sumber energi alternatif, sosialisasi penggunakaan BBM secara bijak, sosialisasi penghematan
pemakaian listrik (menggunakan pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil), yang berdampak pada
perubahan pola fikir masyarakat sehingga tidak bergantung pada minyak bumi semata sementara masih
banyak sumber energi lain yang dapat digunakan.
2. Kendati hanya 40% dari total eksplorasi yang berhasil, keuntungan jika ditemukan cadangan migas di suatu
daerah sangatlah besar. Apakah sistem bagi hasil antara investor dan Negara sesungguhnya menguntungkan
bagi Negara?
Jawab :Menguntungkan. Karena berdasarkan presentasi bagi hasil, pemerintah atau negara mendapatkan
bagian 85% dari hasil yang di dapat. Dan, apabila harga minyak dunia meningkat, maka secara otomatis
penerimaan pemerintah atau negara juga meningkat. Namun, jika dilihat dari segi penanggung pajak, pihak
kontraktor tidak lagi dibebankan pajak atas pembagian hasil tersebut, pemerintah lah yang dibebankan PPh
migasnya. Yang mana hal ini berarti, semakin tinggi pajak yang dikenakan, juga mengakibatkan bagian
pemerintah akan semakin menurun.
3. Menurut pendapat anda, manakah yang lebih efektif antara PSAK 29 dan PSAK 64? Mengapa PSAK yang
anda pilih tersebut lebih baik atau efektif?
Jawab: PSAK 64 membawa dampak yang lebih baik bagi Perusahaan Penambang Minyak dan Gas. Alasannya
karena PSAK 64 adalah Standar Akuntansi Keuangan yang merupakan hasil dari pengadopsian IFRS 6. Oleh
karena itu, pengadopsian IFRS 6 mengenai Exploration for and Evaluation of Mineral Resources yang
dituangkan dalam PSAK 64 mengenai Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral, akan berdampak pada
laporan keuangan yang disusun terkhususnya oleh perusahaan penambang minyak dan gas menjadi lebih
dipahami oleh stakeholder secara global, penyajian aset akan lebih menggambarkan nilai wajarnya, memiliki
daya saing internasional dan dapat menarik investor asing. Sehingga dapat kami simpulkan bahwa PSAK 64
lebih efektif dibandingkan dengan PSAK 29
4. Sebutkan standar eksplorasi dan batasannya ! Jawab: Indonesia mengacu pada standar Australia, karena
merupakan negara yang paling nanyak melakukan eksplorasi dan penambangan batubara. Tahapan-tahapan
tersebut antara lain: Tahap Pra Eksplorasi Pada tahap ini ditetapkan asumsi yang dapat diandalkan mengenai
jumlah, kedalaman, luas rentangan, kualitas dan potensi komersial dari lapisan batubara di wilayah sasaran.
Pada tahap ini terhadap data yang ada diperlukan penelitian dan persiapan sebagai berikut : Peta topografi
dan peta lahan, Peta geofisik regional. Catatan sumur air,Survey lahan dan Situasi lingkungan. Pengkajian
regional (eksplorasi tahap I ) untuk menentukan korelasi dan kontinuitas arah lateral lapisan batubara dan
formasi batubara dan menentukan penampang penambangan yang mungkin dapat ditambang dengan
memperhatikan metode eksploitasi dan potensi permintaan dari pemakai akhir (end user). Evaluasi Komersial
(eksplorasi tahap II) untuk melakukan pengkajian yang pasti dan konservatif terhadap kualitas batubara serta
kondisi penambangan untuk penambangan sementara batubara. Ditahap ini juga termasuk rencana produksi,
perhitungan biaya dan survey pasar. Perencanaan tambang (eksploitasi tahap III) Seluruh kerja pada tahap ini
adalah perencanaan pengembangan tambang batubara dan konfirmasi data yang ada. Sampling curahan dan
atau uji coba penambangan (eksplorasi tahap IV) untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut dari
karakteristik hasil tambang. Pengeboran pada saat produksi untuk mempertahankan daerah penambangan
yang stabil dan memastikan daerah kerja efektif diwilayah penambangan
5. Apa kendala dalam melakukan production sharing contract, kemudian risiko apa saja yang ditimbulkan dari
production sharing contract dan apa upaya pemerintah untuk meminimalisir risiko tersebut?
Jawab: Kendala dalam production sharing contract: 1) Belum adanya aturan yang rinci mengenai cost recovery
2) Adanya pengaturan yang berbeda mengenai ketentuan pajak yang akan diberlakukan 3) Belum adanya
pengaturan windfall profit tax, yaitu pengenaan pajak atas keuntungan yang tidak terduga akibat melonjaknya
harga minyak dunia. 4) Belum adanya pengaturan restitusi pajak. 5)Belum adanya kontrak dalam versi bahasa
Indonesia. 6) Investor sering merasa cemas terhadap keamanan modal asset dan hak kepemilikan termasuk
isu nasional diindonesia, Risiko dalam production sharing contract: 1)Resiko dari sisi Pemerintah, pemerintah
diharuskan membayar cost recovery sesuai perjanjian yang di tetapkan. Dan kelemahan dari cost recovery PSC
terletak pada pengawasannya. 2) Resiko dari sisi Kontraktor, Kategori extreme risk, ialah resiko biaya investasi,
eskalasi harga minya, dan hasil lifting minyak. Kategori High Risk, diantaranya resiko dalam hari operasi per
tahun. Kategori Moderate risk, yaitu resiko eskalasi biaya. Upaya pemerintah dalam menanggulanginya 1)
Pemerintah membentuk Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Badan Pengatur Kegiatan Hilir
Minyak dan Gas Bumi sebagai badan pelaksana, 2) Pemerintah membuat peraturan yang jelas mengenai
pelaksanaan PSC. 3)membentuk perlindungan hukum yang tegas terhadap aset negara terkait dengan
pengelolaan minyak dan juga gas bumi.
1. Apakah cara mengatasi kelangkaan minyak bumi di Indonesia sudah benar atau belum ? jika belum,
bagaimana cara mengatasinya yang benar?
Jawab: ada lima bentuk tindakan antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan minyak bumi,
sebenarnya kelimanya telah diterapkan di Indonesia.Hanya saja, ada sebagian cara yang mampu
dipertahankan hingga saat ini seperti mengonversi pengunaan minyak tanah ke gas dan ada yang belum bisa
diterapkan secara tetap seperti menghemat pemakaian listrik (menggunakan pembangkit listrik tenaga bahan
bakar fosil) , menggunakan sumber energi alternatif, menggunakan BBM secara bijak, serta mengubah pola
fikir masyarakat. cara antisipasi kelangkaan minyak bumi saat ini adalah mengintensifikasi sosialisasi
penggunaan sumber energi alternatif, sosialisasi penggunakaan BBM secara bijak, sosialisasi penghematan
pemakaian listrik (menggunakan pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil), yang berdampak pada
perubahan pola fikir masyarakat sehingga tidak bergantung pada minyak bumi semata sementara masih
banyak sumber energi lain yang dapat digunakan.
2. Kendati hanya 40% dari total eksplorasi yang berhasil, keuntungan jika ditemukan cadangan migas di suatu
daerah sangatlah besar. Apakah sistem bagi hasil antara investor dan Negara sesungguhnya menguntungkan
bagi Negara?
Jawab :Menguntungkan. Karena berdasarkan presentasi bagi hasil, pemerintah atau negara mendapatkan
bagian 85% dari hasil yang di dapat. Dan, apabila harga minyak dunia meningkat, maka secara otomatis
penerimaan pemerintah atau negara juga meningkat. Namun, jika dilihat dari segi penanggung pajak, pihak
kontraktor tidak lagi dibebankan pajak atas pembagian hasil tersebut, pemerintah lah yang dibebankan PPh
migasnya. Yang mana hal ini berarti, semakin tinggi pajak yang dikenakan, juga mengakibatkan bagian
pemerintah akan semakin menurun.
3. Menurut pendapat anda, manakah yang lebih efektif antara PSAK 29 dan PSAK 64? Mengapa PSAK yang
anda pilih tersebut lebih baik atau efektif?
Jawab: PSAK 64 membawa dampak yang lebih baik bagi Perusahaan Penambang Minyak dan Gas. Alasannya
karena PSAK 64 adalah Standar Akuntansi Keuangan yang merupakan hasil dari pengadopsian IFRS 6. Oleh
karena itu, pengadopsian IFRS 6 mengenai Exploration for and Evaluation of Mineral Resources yang
dituangkan dalam PSAK 64 mengenai Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral, akan berdampak pada
laporan keuangan yang disusun terkhususnya oleh perusahaan penambang minyak dan gas menjadi lebih
dipahami oleh stakeholder secara global, penyajian aset akan lebih menggambarkan nilai wajarnya, memiliki
daya saing internasional dan dapat menarik investor asing. Sehingga dapat kami simpulkan bahwa PSAK 64
lebih efektif dibandingkan dengan PSAK 29
4. Sebutkan standar eksplorasi dan batasannya ! Jawab: Indonesia mengacu pada standar Australia, karena
merupakan negara yang paling nanyak melakukan eksplorasi dan penambangan batubara. Tahapan-tahapan
tersebut antara lain: Tahap Pra Eksplorasi Pada tahap ini ditetapkan asumsi yang dapat diandalkan mengenai
jumlah, kedalaman, luas rentangan, kualitas dan potensi komersial dari lapisan batubara di wilayah sasaran.
Pada tahap ini terhadap data yang ada diperlukan penelitian dan persiapan sebagai berikut : Peta topografi
dan peta lahan, Peta geofisik regional. Catatan sumur air,Survey lahan dan Situasi lingkungan. Pengkajian
regional (eksplorasi tahap I ) untuk menentukan korelasi dan kontinuitas arah lateral lapisan batubara dan
formasi batubara dan menentukan penampang penambangan yang mungkin dapat ditambang dengan
memperhatikan metode eksploitasi dan potensi permintaan dari pemakai akhir (end user). Evaluasi Komersial
(eksplorasi tahap II) untuk melakukan pengkajian yang pasti dan konservatif terhadap kualitas batubara serta
kondisi penambangan untuk penambangan sementara batubara. Ditahap ini juga termasuk rencana produksi,
perhitungan biaya dan survey pasar. Perencanaan tambang (eksploitasi tahap III) Seluruh kerja pada tahap ini
adalah perencanaan pengembangan tambang batubara dan konfirmasi data yang ada. Sampling curahan dan
atau uji coba penambangan (eksplorasi tahap IV) untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut dari
karakteristik hasil tambang. Pengeboran pada saat produksi untuk mempertahankan daerah penambangan
yang stabil dan memastikan daerah kerja efektif diwilayah penambangan
5. Apa kendala dalam melakukan production sharing contract, kemudian risiko apa saja yang ditimbulkan dari
production sharing contract dan apa upaya pemerintah untuk meminimalisir risiko tersebut?
Jawab: Kendala dalam production sharing contract: 1) Belum adanya aturan yang rinci mengenai cost recovery
2) Adanya pengaturan yang berbeda mengenai ketentuan pajak yang akan diberlakukan 3) Belum adanya
pengaturan windfall profit tax, yaitu pengenaan pajak atas keuntungan yang tidak terduga akibat melonjaknya
harga minyak dunia. 4) Belum adanya pengaturan restitusi pajak. 5)Belum adanya kontrak dalam versi bahasa
Indonesia. 6) Investor sering merasa cemas terhadap keamanan modal asset dan hak kepemilikan termasuk
isu nasional diindonesia, Risiko dalam production sharing contract: 1)Resiko dari sisi Pemerintah, pemerintah
diharuskan membayar cost recovery sesuai perjanjian yang di tetapkan. Dan kelemahan dari cost recovery PSC
terletak pada pengawasannya. 2) Resiko dari sisi Kontraktor, Kategori extreme risk, ialah resiko biaya investasi,
eskalasi harga minya, dan hasil lifting minyak. Kategori High Risk, diantaranya resiko dalam hari operasi per
tahun. Kategori Moderate risk, yaitu resiko eskalasi biaya. Upaya pemerintah dalam menanggulanginya 1)
Pemerintah membentuk Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Badan Pengatur Kegiatan Hilir
Minyak dan Gas Bumi sebagai badan pelaksana, 2) Pemerintah membuat peraturan yang jelas mengenai
pelaksanaan PSC. 3)membentuk perlindungan hukum yang tegas terhadap aset negara terkait dengan
pengelolaan minyak dan juga gas bumi.

Anda mungkin juga menyukai