PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah karena dewasa ini
banyak kasus pasien dengan penyakit atau gangguan pada telinga, hidung tenggorokan,
kepala dan leher. Dan semua gejala pada kelainan tersebut mempunyai gejala yang
mirip-mirip.
Jadi untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan ditelinga,
hidung dan tenggorokan diperlukan kemampuan melakukan anamnesis dan
keterampilan melakukan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini
merupakan bagian dari pemeriksaan fisik bila terdapat keluhan atau gajala yang
berhubungan dengan kepala dan leher. Banyak penyakit sitemik yang bermanifestasi
didaerah telinga, hidung, atau tenggorok demikian juga sebaliknya. Untuk mendaptkan
kemampuan dan keterampilan ini perlu latihan yang berulang.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang, tersedia sebuah
meja kecil tempat melatkkan alat-alat pemeriksaan dan obat-obatan atau meja khusus
ENT istrumen unit yang sudah dilengkapi dengan pompa pengisap, kursi pasien yang
dapat berputar dan dinaik turunkan tingginya serta kursi untuk pemeriksa dan meja
tulis.
Salah satu gejala atau manifestasi klinik yang sering timbul adalah sakit
tenggorokan atau sakit menelan ( odinofagi ) akibat adanya kelainan atau peradangan
didaerah nasofaring, orofaring dan hipofaring.
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Pada faring inilah bisa terjadi
infeksi atau peradangan yang disebut faringitis dan gejala utamanya adalah odinofagi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan istilah yang belum diketahui
2. Mencari dan mejelaskan masalah yang ada pada skenario
3. Menetukan diagnosis banding penyakit pasien pada skenario
4. Menegakkan diagnosis penyakit pasien pada skenario
5. Menjelaskan penatalaksanaan untuk pasin pada skenario
A. TERMINOLOGI
B. PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
1. Mekanisme keluhan-keluhan:
Dilihat dari skenario, bahwa faktor yang mempengaruhi gejala-gejala yang dialami
pasien adalah rokok. Dimana di dalam rokok terkandung nikotin dan zat spesies O2
reaktif/radikal bebas, kemudian terhirup dan masuk ke dalam faring dan
menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa faring disertai hilangnya epitel bersilia yang
Demam akan terjadi bersamaan dengan hiperemi dari reaksi peradangan akut.
Ini terjadi dimana pada saat peradangan timbul maka arteriol yang mensuplai daerah
tersebut berdilatasi. Dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam
mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagaian saja
yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah sehingga menimbulkan warna
merah (hiperemi) lokal karena peradangan akut. Ini semua disebabkan oleh
pengeluaran zat histamin.
Dari reaksi peradangan dapat dihasilkan berbagai cara, seperti pengeluaran zat
kimia tertentu seprti histamin dan zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.
Selain itu juga, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal sehingga tenggorokan terasa sakit. Terutama mengenai saraf IX dan
saraf X yang berfungsi dalam menelan sebagai akibatnya nafsu makan menurun.
2. Pembesaran-pembesaran Tonsil :
T0 : Sudah dioperasi
T1 : ukuran normal
T2 : pembesaran Tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran Tonsil mencapai garis tengah
T4 : pembesaran Tonsil melewati garis tengah
Laki-laki 25 tahun
Tenggorokan sakit
Tidak mau makan karena Sakit menelan
Demam
Onset 3 hari
Perokok berat
TD 120/80 mmHg
RR 24X/menit
T=37,8C
Faring hiperemi
Pemeriksaan fisik (tonsil T1-T1)
Leukosit 14.000
Hidung dan telinga normal.
D. DIAGNOSIS BANDING
1. FARINGITIS
Fringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus ( 40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal.
1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan
tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachae virus dan
sitomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachae virus dapat
menimbulkan lesi vesikular diorofaring dan lesi kulit berupa makulopapular rash.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi group A streptococcus Hemoliticus merupakan penyebab faringitis akut
pada orang dewasa ( 15%) dan pada anak ( 30%)
Gejala dan Tanda
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi dan jarang disertai batuk.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, dan
terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
peteckiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal dan nyeri pada penekanan
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdpat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.
2. Faringitis Kronis
Terdapat dua bentuk, yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Faktor predisposisi faringitis kronik difaring ini adalah rinitis kronik, sinusitis, iritasi
kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring,
dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa
bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
3. Faringitis spesifik
8 LBM I SAKIT TELAN
a. Faringitis Leutika
Treponema Pallidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga
penyakit lues diorgan lain. Gambaran Kliniknya tergantung stadium penyakit
primer, sekunder atau tersier.
Stadium Primer
Kelaian pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan
dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus
berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia
yanitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak
nyeri tekan.
Stadium Sekunder
Dtadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang
menjalar kearah laring.
Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang
pada dinding psoterior faring. Guma pda dinding posterior faring dapat meluas ke
vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang
terdapat dipalatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.Diagnosis ditegakkan
sengan cara serologik.
b. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan
asam jenis bovinum dapat timbul Ttuberkulosis faring primer. Cara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada
tuberkulosis milliaris. Buila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat
terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding psoterior faring,
arcus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum
durum. Kelenjar regional leher membesar. Saat ini juga penyebaran secara
limfogen.
2. Tonsilitis
Definisi
Adalah peradanagn tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin
waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu :
tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlachs tonsil).
Penyebab infeksi melalui udara (airborn droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
a) Tonsilitis akut
1) Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab yang paling seringbadalah viris Epstein Barr (EBV).
Hemofilius influenza merupakan penyebab tonsilitis akut suprative. Jika terjadi
infeksi virus coxchaki, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-
luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.
2) Tonsilitis bakterial
Radanga akut tonsil dapat disebabkan kuman group A stertococus hemolitikus
dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, streptokokus viridan, dan stertococus
piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa kluarnya leukosit polimorfnukleat sehingga terbentuk
detritus. Detritus ini merupak kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil (quincy throat), abses parafarin, bronkitis, glomerulonefritis akut,
miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi V. Jugularis interna (sindrom
lamierre).
Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernfas
menggunakan mulut, tdur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadi
sleep apnea yang dikenal sebagai obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)
2. Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena itu di indonesia susu
sapi dimasak dulu dangan cara pasteorisasi sebelum diminum maka penyakit ini
jarang ditemukan.
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan hygen mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
Gejala
Demam sampai 39oC, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat
gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan busi sering
berdarah.
Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleus timbul difaring atao tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-
kadang terdapat perdarahan diselaput lendir mulut dan faring serta pembesaran
kelenjar submandibula.
Leukimia akut
Gejala pertama sering berupa epitaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi, dan
dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak
c) Tonsilitis Kronik
Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limpa submandibula.
Pada pemeriksaa tampa tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal
di tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau.
DEFINISI
ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ
saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis
(amandel), sinusitis, rhinitis, laringitis, faringitis.
ETIOLOGI
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
micoflasma, jamur, dll. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan
ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mikoflasma, ISPA bagian
bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang
berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus streptococcus, stapylococus, pneumococus,
hemofilus, bordetella, dan korinekbakterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara
lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornakirus, mikoplasma,
herpes virus, dll.
MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada awal
perjalanan infeksi. Kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang
berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang lebih
tua dapat menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah
kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring. Gejala ini dalam
beberapa jam disertai bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus hidung yang encer kadang
batuk., nyeri kepala lesu dan demam ringan. Dalam satu sekresi biasanya lebih kental
dan akhirnya perulen. Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan melalui mulut.
PATOFISIOLOGI
15 LBM I SAKIT TELAN
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam
dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
E. DIAGNOSIS
Dari pembahasan diatas dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien pada skenario mengarah
pada faringitis, dan karena keluhan baru 3 hari, maka diagnosis faringitis akut
Analgetika
Kortikosteroid : deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM,
1 kali ( bila perlu saja )
Kumur dengan air hangat atau antiseptik
EDUKASI
Prognosis pasien pada skenario yang menderita faringtis akut adalah baik.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien faringitis akut adalah faringitis
kronik, faringitis eksaserbasi akut, dan Otitis Media Akut ( OMA )
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien pada skenario adalah faringitis akut karena keluhan baru disrakan 2
hari
2. Faringitis disebabkan oleh iritasi asap rokok
3. Dan penatalaksanaannya dengan analgetik, kumur air hangat atau antiseptik