Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Isu lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan
lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan
teknologi dan ekonomi global dunia. Secara perlahan terjadi perubahan yang
mendasar dalam pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau tidak
memberikan pengaruh pada lingkungan hidup. Indonesia tidak terlepas pula
dari persoalan lingkungan yang semakin hari semakin terasa dampaknya.
Era industrialisasi disatu pihak menitik beratkan pada pengunaan teknologi
seefisen mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek
lingkungan. Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya arti
lingkungan mulai tumbuh secara perlahan-lahan. Kesadaran ini tentunya
menjadi modal dasar sebagai sistem kontrol bagi perusahaan-perusahaan
sehingga efek samping industrialisasi perusahaan dapat termarjinalkan.
Aktualisasi kesadaran ini mulai kelihatan dengan gencarnya reaksi
masyarakat terhadap perubahan yang terjadi dari suatu sistem. Pembuangan
air limbah dari satu industri atau penebangan hutan yang menyimpang
selalu menjadi sorotan tajam.
Lingkungan adalah instrumen penting yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan produksi suatu perusahaan, karena adanya hubungan sebab
akibat antara proses produksi, barang yang dihasilkan dan lingkungan.
Kegiatan produksi dalam suatu perusahaan akan menghasilkan barang yang
kemudian akan dikonsumsi dan dinikmati oleh konsumen. Dalam proses
menghasilkan barang produksi biasanya perusahaan akan menimbulkan
dampak pencemaran lingkungan yang tidak dapat dihindari, yang
disebabkan oleh bahan yang digunakan maupun dampak dari penggunaan
alat-alatnya.
Dampak dari aktivitas produksi suatu perusahaan dapat menimbulkan
berbagai masalah lingkungan yang merugikan berbagai pihak. Hal ini
merupakan suatu beban sosial, yang harus ditanggapi secara serius.
Akuntansi Manajemen Lingkungan atau Environmental Management
Accounting (EMA) merupakan sebuah konsep yang membantu perusahaan
dalam memuat dampak-dampak bisnis dalam bentuk unit moneter.
Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan membantu perusahaan dalam
permasalahan lingkungan dengan mencatat seluruh aktivitas produksinya
untuk dilaporkan dalam laporan biaya lingkungan perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalammakalah ini adalah:
1. Apakah Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan?
2. Apakah Tujuan Akuntansi Manajemen Lingkungan ?
3. Apa Fungsi dari Akuntansi Manajemen Lingkungan ?
4. Bagaimana Dampak Belum Diterapkannya Akuntansi Manajemen
Lingkungan ?
5. Bagaimanakah Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan ?
6. Apa Manfaat dari Akuntansi Manajemen Lingkungan ?
7. Apakah yang dimaksud dari Triple-Bottom-Accounting ?
8. Apa Hambatan Dalam Menerapkan Akuntansi Manajemen Lingkungan?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan.
2. Mengetahui Tujuan Akuntansi Manajemen Lingkungan.
3. Mengetahui Fungsi dari Akuntansi Manajemen Lingkungan.
4. Mengetahui Dampak Belum Diterapkannya Akuntansi Manajemen
Lingkungan.
5. Mengetahui Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan .
6. Mengetahui Manfaat dari Akuntansi Manajemen Lingkungan.
7. Mengetahui apa yang dimaksud Triple-Bottom-Accounting.
8. Mengetahui Hambatan Dalam Menerapkan Akuntansi Manajemen
Lingkungan.

2
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat memenuhi salah satu prasyarat oleh
mahasiswa.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapan dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu
bagi para pembaca makalah ini.

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah:
1. Kata Pengantar, yang berisi kata-kata dan ungkapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
2. Daftar isi, yang berisi urut-urutan materi yang dibahas dalam makalah
ini beserta halamannya.
3. BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
4. BAB II Pembahasan, yang berisi pemaparan materi yang dibahas dalam
makalah ini.
5. BAB III Studi Kasus terkait tentang Pengelolaan Biaya Lingkungan .
6. BAB IV Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran makalah ini.
7. Daftar Pustaka, yang berisi daftar referensi yang dipakai dalam
pembuatan makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan


Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental Management
Accounting) merupakan salah satu sub sistem dari akuntansi lingkungan
yang menjelaskan sejumlah persoalan mengenai persoalan penguantifikasian
dampak dampak bisnis perusahaan ke dalam sejumlah unit moneter.
Akuntansi manajemen lingkungan juga dapat digunakan sebagai suatu tolak
ukur dalam kinerja lingkungan.
The International Federation of Accountants (1998) dalam Ikhsan
(2009) mendefinisikan akuntansi manajemen lingkungan sebagai:
Pengembangan manajemen lingkungan dan kinerja ekonomi seluruhnya
serta implementasi dari lingkungan yang tepat hubungan sistem akuntansi
dan praktik. Ketika ini mencakup pelaporan dan audit dalam beberapa
perusahaan, akuntansi manajemen lingkungan khususnya melibatkan siklus
hidup biaya, akuntasni biaya penuh, penilaian keuntungan dan perencanaan
strategic untuk manajemen lingkungan.
Menurut IFAC (2005), akuntansi manajemen lingkungan
(environmental management accounting) merupakan pengelolaan
lingkungan sekaligus kinerja ekonomi organisasi melalui pengembangan
dan implementasi sistem dan praktek akuntansi yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi tersebut.
Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam akuntansi manajemen,
yaitu :
1. Kepatuhan (Compliance) dalam hal ini akuntansi manajemen
lingkungan harus dapat memberikan informasi mengenai kepatuhan
perusahaan terhadap peraturan-peraturan yang terkait dengan
lingkungan, baik yang dibuat sendiri oleh perusahaan maupun yang
dibuat oleh pemerintah.
2. Efisien Lingkungan (Eco-effisien) dalam hal ini akuntansi manajemen
lingkungan harus dapat melakukan pengawasan terhadap efisiensi

4
penggunaan SDA dan sumber energi lain, dampak terhadap lingkungan,
dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Posisi Strategis (Strategic Positioning) dalam hal ini perusahaan harus
membuat program-program yang terkait dengan lingkungan untuk
mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Akuntansi manajemen
lingkungan harus dapat mengawasi apakah biaya-biaya yang
dikeluarkan dapat mencapai tujuan tersebut.
2.2. Tujuan Akuntansi Manajemen Lingkungan
Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental Management
Accounting) merupakan salah satu bidang disiplin ilmu akuntansi yang
aktivitasnya bertujuan memberikan informasi pada manajemen atas
pengelolaan lingkungan dan dampaknya terhadap biaya produksi. Akuntansi
manajemen lingkungan diharapkan akan menjadi salah satu rangkaian
sistem yang bertujuan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Sehingga
tercapai model pengukuran kinerja yang seimbang antara ukuran financial
profit dengan kinerja pengelolaan lingkungan.
Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong
kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang
dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini
menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan
efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan
lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat
atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh
berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya
dan dampak perlindungan lingkungan (environmental protection).
Beberapa alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan
untuk mengadopsi akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem
akuntansi perusahaan, antara lain: memungkinkan untuk mengurangi biaya-
biaya lingkungan, memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama
ini mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan
keberhasilan bisnis perusahaan, diharapkan menghasilkan biaya atau harga
yang lebih akurat terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan

5
dan memungkinkan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang mengharapkan
produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.
2.3. Fungsi Akuntansi Manajemen Lingkungan
Fungsi akuntansi manajemen ini bisa dari dua bagian yaitu : dari sisi
internal dan juga sisi eksternal.
1. Fungsi internal
Sisi internal ini merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal
perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan
usaha, seperti rumah tangga konsumen dan rumah tangga produksi
maupun jasa lainnya. Adapun yang menjadi aktor dan faktor dominan
pada fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan. Sebab pimpinan
perusahaan merupakan orang yang bertanggungjawab dalam setiap
pengambilan keputusan maupun penentuan setiap kebijakan internal
perusahaan. Sebagaimana hanya dengan sistem informasi lingkungan
perusahaan, fungsi internal memungkinkan untuk mengukur biaya
konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan
konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan
pengambilan keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan akuntansi
manajemen lingkungan berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang
dapat digunakan oleh manajer ketika berhubungan dengan unit-unit
bisnis.
2. Fungsi Eksternal
Fungsi ekternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek
pelaporan keuangan. SFAC No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan
keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan
kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi,
kredit dan yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus tersebut
harus bersifat komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman
yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomis dan memiliki
kemauan untuk mempelajari informasi dengan cara yang rasional.
SFAC No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai

6
lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa
secara rasional.
Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan
adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam
bentuk data akuntansi. Informasi yang diungkapkan mereka hasil yang
diukur secara kuantitatif dari kegiatan konservasi lingkungan. Termasuk
di dalamnya adalah informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu
perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu
perusahaan untuk menyerahkan sumber-sumber pada entitas lain atau
pemilik modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang
mengubah sumber-sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber tersebut.
Fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholders, seperti pelanggan,
rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi. Oleh
karena itu, perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana
manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada
pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi lingkungan akan berfungsi
dan berarti bagi perusahaan-perusahaan dalam memenuhi
pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi para stakeholders
yang secara semultan sangat berarti untuk kepastian evaluasi dari
kegiatan konservasi lingkungan. Ada beberapa cara untuk
mengungkapkan informasi pertanggung jawaban lingkungan, pertama
penyajian informasi lingkungan melalui pengungkapan dapat
dilakukan dengan membuat ikhtisar kegiatan perusahaan terkait dengan
upaya untuk melestarikan lingkungan, hasil penilaian pihak independen
terkait dengan kepatuuhan entitas terhadap kelestarian lingkungan,
kedua pelaporan tanggung jawab atas lingkungan juga dapat ddisajikan
dalam keuangan inti, misalnya peralatan yang disediakan dalam rangka
untuk menguurangi pencemaran lingkungan dapat disajikan sebagai
asset tetap. PSAK 16 (revisi 2007) tentang asset tetap paragraph 11
menyatakan asset tetap diperoleh untuk alasan keamanan atau

7
lingkungan. Peolehan asset tetap semacam itu, dimana tidak secara
langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari suattu asset
tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperroleh
manfaat ekonomik masa depan dari asset yang lain. ketiga biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam rangka untuk pencegahan lingkungan dari
pencemaran dapat diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi.
Aspek-aspek yang menjadi bidang garap akuntansi lingkungan:
Pengakuan dan identifikasi pengaruh negatif aktifitas bisnis
perusahaan terhadap lingkungan dalam praktek akuntansi
konvensional.
Identifikasi, mencari dan memeriksa persoalan bidang garap akuntansi
konvensional yang bertentangan dengan kriteria lingkungan serta
memberikan alternatif solusinya.
Melaksanakan langkah-langkah proaktif dalam menyusun inisiatif
untuk memperbaiki lingkungan pada praktik akuntansi konvensional.
Pengembangan format baru sistem akuntansi keuangan dan
nonkeuangan, sistem pengendalian pendukung keputusan manajemen
ramah lingkungan.
Identifikasi biaya-biaya (cost) dan manfaat berupa pendapatan
(revenue) apabila perusahaan lebih peduli terhadap lingkungan dari
berbagai program perbaikan lingkungan.
Pengembangan format kerja, penilaian dan pelaporan internal maupun
eksternal perusahaan.
Upaya perusahaan yang berkesinambungan, akuntansi kewajiban,
resiko, investasi biaya terhadap energi, limbah dan perlindungan
lingkungan.
Pengembangan teknik-teknik akuntansi pada aktiva, kewajiban dan
biaya dalam konteks non keuangan khususnya ekologi.
2.4. Dampak belum diterapkannya Akuntansi Manajemen Lingkungan
Belum diterapkannya akuntansi manajemen lingkungan dalam perusahaan
akan berdampak kepada lingkungan yaitu :

8
1. Adanya permasalahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh
perusahaan manufaktur. Permasalahan lingkungan akibat proses
produksi perusahaan banyak ditemukan misalnya pada kasus
pencemaran lingkungan yang menyebabkan menurunnya kadar kualitas
air di sekitar industry yang berdekatan dengan rumah penduduk.
2. Ketidaktepatan alokasi biaya lingkungan sebagai biaya tetap. Karena
secara biaya lingkungan tersembunyi dalam biaya umum, pada saat
diperlukan, akan menjadi sulit untuk menelusuri biaya sebenarnya dari
proses, produk atau lini produksi tertentu. Jika biaya umum dianggap
tetap, biaya limbah sesungguhnya merupakan biaya variabel yang
mengikuti volume limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan
tingkat produksi.
3. Ketidaktepatan perhitungan atas volume (dan biaya) atas bahan baku
yang terbuang. Berapa sebenarnya biaya limbah? Sebelum
diterapkannya akuntansi manajemen lingkungan akan menghitungnya
sebagai biaya pengelolaannya, yaitu biaya pembuangan atau
pengolahan. Tetapi setelah menerapkan EMA, EMA akan menghitung
biaya limbah sebagai biaya pengolahan ditambah biaya pembelian bahan
baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar (sebenarnya)
daripada biaya yang selama ini diperhitungkan.
2.5. Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan
Perusahaan dapat menghitung biaya limbah sebagai biaya pengolahan
ditambah biaya pembelian bahan baku. Sehingga biaya limbah yang
dikeluarkan lebih besar (sebenarnya) daripada biaya yang selama ini
diperhitungkan. Dan dapat meminimalisirkan pemakaian bahan agar tidak
terbuang percuma dan akhirnya menjadi limbah. Biaya lingkungan dalam
perusahaan sangat perlu di perhatikan untuk meminimalisirkan
permasalahan lingkungan yang berakibat juga terhadap perusahaan.
Pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan dapat dilakukan
dengan membagi biaya yang terkait dengan biaya lingkungan menjadi
empat bagian,yaitu:

9
1. Biaya lingkungan yang bersifat pencegahan (prevention cost), merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kualitas yang buruk dari barang
atau jasa yang dihasilkan atau diberikan kepada pelanggan. Biaya ini
antara lain dapat berupa:
a) Biaya seleksi dan evaluasi pemasok, sehingga didapatkan pemasok
yang ramah lingkungan.
b) Biaya perancangan proses produksi yang ramah lingkungan.
c) Biaya sertifikasi eksternal seperti ISO 14001 tentang Environmental
Management, ISO 50001 tentang Energy Management, maupun
OHSAS 18001 tentang Occupational Health and Safety
Management.
d) Biaya perancangan produk yang ramah lingkungan.

2. Biaya lingkungan yang bersifat pemeriksaan (appraisal cost), merupakan


biaya yang dikeluarkan untuk memastikan kesesuaian barang atau jasa
yang dihasilkan atau diberikan dengan peraturan pemerintah maupun
peraturan internal perusahaan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a. Biaya pemeriksaan (audit) terhadap aktivitas yang berkaitan dengan
lingkungan.
b. Biaya inspeksi terhadap proses yang dilakukan maupun produk yang
dihasilkan.
c. Biaya pengembangan tolok ukur (benchmark) yang berkaitan dengan
lingkungan.
d. Biaya percobaan untuk menguji tingkat kontaminasi suatu zat.

3. Biaya lingkungan karena kegagalan internal (internal failure cost),


merupakan biaya yang muncul karena perusahaan menghasilkan elemen-
elemen yang dapat merusak lingkungan namun dapat dikendalikan oleh
perusahaan sehingga tidak mencemari lingkungan. Biaya ini antara lain
dapat berupa:

a) Biaya pengamanan dan pengolahan limbah produksi yang tidak


ramah lingkungan.

10
b) Biaya operasional dan pemeliharaan peralatan yang berkaitan dengan
pengolahan limbah atau polusi.

4. Biaya lingkungan karena kegagalan eksternal (external failure cost),


Biaya ini dibagi 2, yaitu:
a. Realized external failure cost, yaitu biaya yang benar benar
dikeluarkan perusahaan, karena adanya kontaminasi atau kerusakan
lingkungan akibat kegiatan operasional perusahaan. Contoh dari
biaya ini adalah:
Biaya pembersihan danau atau sungai yang tercemar.
Biaya ganti rugi kepada para penduduk atau pihak ketiga karena
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan.
Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena
bocor atau karamnya kapal tanker pengangkut minyak
b. Unrealized external failure (societal) cost, dalam kasus ini kerusakan
lingkungan memang berasal dari kegiatan operasi perusahaan, namun
biaya yang timbul tidak ditanggung oleh perusahaan, tapi ditanggung
pihak lain diluar perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah:
Kesehatan penduduk yang menurun karena sungai terkontaminasi
Mata pencaharian nelayan yang hilang karena laut terkontaminasi
Terdapat dua pendekatan dalam merumuskan Akuntansi Manajemen
Lingkungan (EMA) :
Monetary Accounting (berbasis pada monetary procedure) merupakan
upaya mengidentifikasi, mengukur dan mengalokasikan biaya lingkungan
berdasarkan perilaku aliran keuangan dalam biaya tersebut.
Physical Accounting (berbasis pada material flow balance procedure)
adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai perilaku
sumber biaya lingkungan. Hal ini akan berguna bagi manajemen untuk
dasar alokasi biaya lingkungan yang terjadi.

11
2.6. Pengelolaan Biaya Lingkungan
Pada dasarnya prinsip pengelolaan biaya lingkungan sama dengan
prinsip pengelolaan biaya kualitas. Biaya lingkungan terbesar yang dihadapi
oleh perusahaan adalah biaya lingkungan karena adanya kegagalan
eksternal. Biaya ini memang tidak sering muncul namun jika biaya tersebut
muncul maka akan dapat membebani perusahaan dengan biaya yang amat
besar, bahkan dalam kasus yang ekstrim dapat menimbulkan kebangkrutan
perusahaan. Contohnya adalah kasus lumpur lapindo. Karena itu untuk
mengelola atau mengurangi biaya yang terkait dengan lingkungan maka
perusahaan harus memperbanyak proporsi biaya yang bersifat pencegahan
dan pemeriksaan. Contoh dari laporan yang berkaitan dengan pengelolaan
biaya lingkungan dapat dilihat pada tabel 2.1 ini.

PT Kacau Balau
Laporan Biaya Lingkungan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20x3
Biaya Pencegahan Lingkungan
Biaya untuk Melakukan Sertifikasi ISO 14001 Rp. 300.000.000
Biaya untuk Melakukan Pemilihan Pemasok 100.000.000
Rp. 400.000.000 5.95%
Biaya Pemeriksa Lingkungan
Biaya untuk Mengukur tingkat Kontaminasi Rp. 125.000.000
Biaya untuk Melakukan Pemeriksaan terhadap
Proses Produksi 200.000.000
Rp. 325.000.000 4.83%
Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan
Internal
Biaya untuk Membuang "Waste" dari Produksi Rp. 800.000.000
Biaya untuk Mengoperasikan Peralatan untuk
Mengendalikan Produksi 200.000.000
Rp. 1.000.000.000 14.87%
Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan
Eksternal
Biaya untuk membersihkan sungai yang terkena
polusi Rp. 1.800.000.000
Biaya untuk membayar ganti rugi pada penduduk
yang terkena dampak polusi 3.200.000.000
Rp. 6.000.000.000 74.35%
Total Biaya Lingkungan Rp. 6.725.000.000 100%

12
Pada tabel ini terlihat bahwa perusahan belum menerapkan
pengelolaan biaya lingkungan dengan baik, hal ini dicerminkan dari
tingginya biaya kegagalan dari pihak internal maupun eksternal perusahaan
serta rendahnya biaya pencegahan dan pemeriksaannya. Bisa saja,
perusahaan baru saja mau memulai memberikan perhatian yang lebih pada
lingkungan dan hal tersebut mencerminkan dari adanya biaya untuk
memperoleh sertifikasi ISO 14001.
2.7. Manfaat Akuntansi Manajemen Lingkungan
Manfaat dari mengadopsi akuntansi manajemen lingkungan (EMA) adalah
Dapat memperkirakan yang lebih baik dari seluruh biaya pada
perusahaan untuk memproduksi produk atau jasa.
Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk proses, sistem atau
fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya tersebutpada tanggung jawab
manajer.
Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan
biaya dan perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas
Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran
perbaikan kualitas
Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatifuntuk mengurangi biaya-
biaya lingkungan
Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan
sumber daya dan mengurangi, mendaur ulang,atau mengidentifikasi pasar
bagi limbah
Peningkatan kepedulian staf terhadap isu-isu lingkungan, kesehata, dan
keselamatan kerja
Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa
perusahaandan sekaligus meningkatkan daya kompetitif
Selain itu akuntansi manajemen lingkungan dapat mendukung pembuatan
keputusan di perusahaan dalam hal :
Penganggaran modal adalah proses menganalisis alternative investasi dan
memutuskan investasi mana yang akan digunakan dalam standar keungan

13
yang mana mempertimbangkan aliran pendapatan dan biaya-biaya
dihasilkan dari sepanjang waktu investasi
Pemilihan produk perusahaan secara rutin membuat keputusan mengenai
produk mana untuk dapat didasarkan pada pertimbangan biaya mereka.
Biaya-biayanya termasuk tidak hanya biaya pembelian, namun biaya yang
terjadi karena menggunakan dan membuang produk pada akhir masa
penggunaannya.
Manajemen limbah perusahaan menghasilkan sejumlah besar limbah
yang pilihan pengolahan dan pembuangannya ditentukan oleh komposisi
aliran limbah. Karena biaya-biaya pembuangan adalah biaya-biaya
lingkungan,mencoba untuk meminimalkan biaya-biaya ini akan mendapat
manfaat dari akuntansi lingkungan
2.8. Tripe - Bottom Accounting
Triple-bottom accounting merupakan kerangka akuntansi yang melihat
dari tiga sisi yaitu people (orang), planet (lingkungan) dan profit. Dalam
pelaporan keuangan secara tradisional biasanya perusahaan hanya
melaporkan profit atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Namun
demikian, apa yang terjadi apabila profit tersebut diperoleh dengan kegiatan
merusak lingkungan ataupun dengan melakukan outsourching pada
perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur. Collin
dan Porras (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan-
perusahaan yang memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham biasayanya tidak akan bertahan hidup dalam waktu yang
lama. Menurut penelitian tersebut, perusahaan yang dapat bertahan dan
sukses dalam waktu yang lama adalah perusahaan-perusahaan yang
berusaha untuk mencapai beberapa tujuan (cluster of objectives) dimana
memaksimalkan kekayaan pemegang saham hanya merupakan salah satu
tujuan yang ingin dicapai dan biasanya bukan merupakan tujuan yang
utama.
Planet, People, and Profit atau yang di Ilmu Akuntansi lazim disebut
dengan Triple Bottom Line merupakan pemikiran yang sudah berkembang
cukup lama di Eropa. Pemikiran tentang bisnis yang berkelanjutan

14
(sustainable business) yang mengedepankan kelestarian alam (planet)
sebagai sumber dari semua sumber daya, kesejahteraan masyarakat atau
manusia (people), dan memperoleh laba (profit) yang memadai untuk
kelangsungan hidup perusahaan.
Elkington (1997) dalam Wibisono (2007) menjelaskan konsep Triple
Bottom Line digunakan sebagai landasan prinsipal dalam aplikasi program
Corporate Social Responsibility pada sebuah perusahaan. Tiga kepentingan
yang menjadi satu ini merupakan garis besar dan tujuan utama tanggung
jawab sosial sebuah perusahaan.
1. Profit (Keuntungan)
Keuntungan merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari
setiap kegiatan usaha. Keuntungan sendiri pada hakikatnya merupakan
tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan.
2. People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu
stakeholder penting bagi perusahaan karena dukungan masyarakat
sekitar sangat diperlukan untuk keberadaan, kelangsungan hidup dan
perkembangan perusahaan. Perusahaan perlu berkomitmen untuk
berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.
Selain itu, operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada
masyarakat sekitar. Tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada
keputusan perusahaan tersebut tidak bersifat paksaan atau tuntutan
masyarakat sekitar. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung
jawab sosial diperlukan pandangan menganai Corporate Social
Responsibility. Melalui kegiatan sosial perusahaan maka itu dapat
dikatakan melakukan investasi masa depan dan timbal baliknya
masyarakat juga akan ikut serta menjaga eksistensi perusahaan.
3. Planet (Lingkungan)
Lingkungan merupakan sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan perusahaan. Hubungan perusahaan dan lingkungan adalah
hubungan sebab akibat yaitu jika perusahaan merawat lingkungan maka

15
lingkungan akan bermanfaat bagi perusahaan. Sebaliknya jika
perusahaan merusak lingkungan maka lingkungan juga akan tidak
memberikan manfaat kepada perusahaan.

Dengan demikian, penerapan konsep Triple Bottom Accounting yakni


profit, people, dan planet sangat diperlukan sebuah perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Sebuah perusahaan tidak hanya keuntungan saja
yang dicari melainkan juga memperdulikan masyarakat dan lingkungan
sekitar perusahaan.

2.9. Hambatan Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan


Hambatan dalam penerapan akuntansi lingkungan:
System pendukung Informasi akuntansi yang kurang/tidak cukup.
Informasi mengenai biaya lingkungan sangat kurang.sistem akuntansi-
idealnya informasi sumber biaya- umumnya tidak cukup untuk
kebutuhan akuntansi lingkungan,diman manfaat-manfaatnya dari
memisahkan biaya-biaya lingkungan dari pos overhead dalam rangka
untuk menelusuri biaya ke produk atau aktivitas yang menyebabkan
biaya tersebut rancuh.
Hubungan yang kurang antara bidang pembelian dan bagian sumber
daya. Hubungan institusional antara pembeliah atau usaha mendapatkan
dan fungsi-fungsinya sumber daya sangat lemah. Ketika penggunaan tim
pendapatan produk antar fungsi terlihat meningkat,hal ini cenderung
difokuskan pada mengintegrasi secara efektif criteria klinis ke dalam
keputusan pembelian, terutama usaha-usaha standarisasi. Input sumber
daya cenderung secara spesifik diminta hanya bagi keputusan dengan
aspek lingkungan yang jelas- seperti kontrak manajemen limbah.
Halangan pembelian. Seperti fasilitas di banyak sector lain, fasilitas
penjagaan kesehatan seringkali merupakan subyek pada halangan
pembelian yang cenderung mengurangi alternative-alternatif produk dari
mana mereka mungkin dipilih secara efektif.

16
BAB III
STUDI KASUS

3.1. Contoh Kasus


PT ABC yang bergerak di bidang kelapa sawit yang terletak di Kotabaru,
mengungkapkan biaya yang terkait dengan akuntansi manajemen
lingkungan.

Laporan Biaya Lingkungan PT ABC

Presentase
Presentase
Aktivitas Biaya Berdasarkan
Per Kategori
Biaya Produksi
Biaya Pencegahan

Biaya Jamsostek 184,239,200.00

Biaya keselamatan karyawan 45,000,000.00


Biaya sewa eskafator
(mengevaluasi dan memilih alat
untuk mengendalikan
150,000,000.00
polusi/mengeruk limbah padat di
dasar kolam)
Biaya beton lahan ( untuk mendaur
ulang produk/ mengolah tandan
700,000,000.00
kosong untuk pupuk organik)

Baya perbaikan jalan 100,000,000.00

Total Biaya Pencegahan 1,179,239,200.00 80% 0.25%

Biaya Pendeteksian

Sewa tenaga ahli eskafator(untuk


24,000,000.00
memeriksa produk dan proses)
Biaya menguji kelayakan limbah
6,000,000.00
cair
Biaya pemeriksaan pengukuran
6,000,000.00
udara

Total Biaya Pendeteksian 36,000,000.00 2% 0.01%

17
Biaya Kegagalan Internal -

Total Biaya Kegagalan Internal -

Biaya Kegagalan Eksternal


Pertanggungjawaban pencemaran
lingkungan( biaya kebocoran 250,000,000.00 17% 0.05%
limbah cair)
Total Biaya Kegagalan Eksternal 250,000,000.00

Total Biaya Lingkungan 1,465,239,200.00 100% 0.31%

Kesimpulan Kasus pada PT ABC :


Pada PT ABC ini terdapat biaya-biaya pengelolaan dan pengendalian biaya-biaya
lingkunganiaya dan biaya terbesarnya terletak pada biaya pencegahan yaitu
sebesar 81%, sedangkan untuk biaya pendeteksian sebesar 2% dan biaya
kegagalan eksternal sebesar 17%. Dari persentase diatas dapat disimpulkan bahwa
PT ABC ini terdapat biaya lingkungan sebesar 0,31% dari keseluruhan biaya
operasional perusahaan PT ABC ini, hal ini berarti bahwa perusahaan PT ABC ini
memiliki cukup kepedulian dan juga telah berkontribusi dengan baik terhadap
lingkungannya. Akan tetapi disini perusahaan mengalami masalah pada kegagalan
eksternal yaitu terdapat pencemaran lingkungan dalam bentuk kebocoran limbah
cair yang menyebabkan perusahaan harus membayar ganti rugi sebesar Rp.
250.000.000. Namun secara keseluruhan kinerja lingkungan perusahaan PT ABC
sudah cukup baik dengan adanya presentase biaya pencegahan yang lebih besar,
memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar perusahaan
PT ABC jika terdapat hal-hal yang tidak bisa diprediksi oleh perusahaan yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

18
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Akuntansi lingkungan merupan salah satu strategi untuk mengelola
lingkungan dengan menggunakan alat manajemen lingkungan yang dapat
diterapkan sebagai upaya pelestarian lingkungan, akuntansi manajemen
lingkungan memberikan informasi mengenai penggunaan sumberdaya alam
dan dampaknya terhadap lingkungan serta informasi moneter mengenai
biaya yang digunakan untuk upaya perbaikan lingkungan sehingga dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap citra sebuah peerusahaan dan
mempengaruhi kinerja financial perusahaan. Selain itu menerapkan
akuntansi manajemen lingkungan dalam perusahaan itu penting karena jika
tidak diterapkan mempunyai banyak dampak baik bagi lingkungan ataupun
bagi perusahaan itu sendiri. Akuntansi manajemen lingkungan dalam
perusahaan itu supaya bisa mengetahui bagaimana sumber dayanya dan
mengukur biaya lingkungannya.
4.2. Saran
Seharusnya perusahaan lebih memperhatikan dampak dari limbah yang di
akibatkan oleh perusahaan manufaktur dengan menerapkan Akuntansi
Manajemen Lingkungan bagi perusahaan.
Dan seharusnya juga perusahaan tidak menerapkan akuntansi Manajemen
Lingkungan dalam perusahaan sangatlah berdampak pada lingkungan
disekitarnya dan merugikan pihak perusahaan dalam pengelolaan limbah
biaya yang sebenarnya masih bisa di gunakan yang menguntungkan
perusahaan.

19

Anda mungkin juga menyukai