Sistem efektor.
Tugas utama dari sistem efektor adalah mempertahankan pusat gravitasi tubuh / Center Of
Gravitation (COG). Dimana tugasnya meliputi duduk, berdiri, atau berjalan. Dalam posisi berdiri
respon motor (effector) mempertahankan atau menyokong sikap dan keseimbangan, yang disebut
muscle synergies (Guccione, 2000).
Gerakan dilakukan oleh suatu kelompok sendi dan otot dari kedua sisi tubuh, maka komponen
efektor yang normal harus ada supaya dapat melakukan gerakan keseimbangan postural yang normal.
Komponen efektor yang dibutuhkan adalah LGS (Lingkup Gerak Sendi), kekuatan dan ketahanan
(endurance) dari kelompok otot kaki, pergelangan kaki, lutut, pinggul, punggung, leher, dan mata.
Gangguan pada komponen efektor akan mempengaruhi kemampuan dalam mengontrol postur
sehingga akan terjadi gangguan keseimbangan postural (Suhartono, 2005).
Sedangkan menurut (Nugroho, 2000) Stabilitas atau keseimbangan tubuh ditentukan atau
dibentuk oleh:
1. Sistem Sensorik
Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan pendengaran. Semua
gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan pengelihatan. Gangguan
pengelihatan yang dimaksud meliputi presbiop, kelainan lensa mata ( refleksi lensa mata kurang),
kekeruhan pada lensa (katarak), tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma), dan radang saraf
mata. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Gangguan
pendengaran yang dimaksud meliputi kelainanan degeneratif (otosklerusis) dan ketulian pada lanjut
usia yang seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental.
3. Kognitif
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.
4. Muskuloskeletal.
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia (faktor murni milik lanjut
usia). Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan
dengan proses menua yang fisiologis.