Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Tema : Penatalaksanaan pada pasien Abses ginjal

Sub Tema : Terapi kompres hangat pada pasien Abses ginjal

Sasaran : Tn. X dan keluarganya

Tempat : Di rumah sakit X

Hari/Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2012

Waktu : 30 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Tn. X dan keluarganya dapat
mengetahui tentang terapi kompres hangat pada pasien Abses ginjal.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Tn. X dapat:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan terapi kompres hangat
2. Menyebutkan tujuan terapi kompres hangat
3. Menjelaskan prosedur terapi kompres hangat

C. Materi
1. Pengertian terapi kompres hangat
2. Tujuan terapi kompres hangat
3. Prosedur terapi kompres hangat

D. Metode
Ceramah & diskusi

E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pembukaan Salam pembuka Menjawab salam
Menyampaikan tujuan Menyimak
penyuluhan 5 Menit

2. Kerja/ isi Penjelasan Pengertian, Mendengarkan dengan penuh


tujuan, dan prosedur perhatian
terapi kompres hangat

Memberi kesempatan Menanyakan hal-hal yang 20 menit


peserta untuk bertanya belum jelas
Menjawab pertanyaan Memperhatikan jawaban dari
penceramah
Evaluasi Menjawab pertanyaan

Menyimpulkan Mendengarkan
3. Penutup 5menit
Salam penutup Menjawab salam

F. Media
Leaflet : Terapi kompres hangat pada pasien Abses ginjal

G. Sumber/ReferensI
http://id.scribd.com/doc/95651643/ABSES-GINJAL

H. Evaluasi

Formatif :
1. Klien dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan terapi kompres hangat
2. Klien dapat menyebutkan tujuan terapi kompres hangat
3. Klien dapat menjelaskan prosedur terapi kompres hangat

Sumatif :

Klien dapat memahami tentang terapi kompres hangat pada pasien Abses ginjal

Yogyakarta, 28 Oktober 2012

Pembimbing, Penyuluh,

Fransisca Winandari
JURNAL

Terapi aspek abses ginjal.

(PMID: 11.512.456)

Abstrak

Kutipan

BioEntities

Related Articles

Bacha K, M Miladi, Ben Hassine L, M Hajri, Tanazaghti F, Ayed M

Layanan d'Urologie, Hpital Charles Nicolle, Boulevard du 9 avril, Tunis, Tunisie. khaled-
bacha@webmails.com

Progres en Urologie: Journal de L'Association Francaise D'Urologie et de la Societe


Francaise D'Urologie [2001, 11 (3) :444-449]

Tipe: Jurnal Pasal, Inggris Abstrak (lang: fre)

Abstrak Sorot Ketentuan

Penyakit (2)

PENDAHULUAN: Abses ginjal sering menimbulkan masalah terapi. Berdasarkan


pengalaman mereka dan kajian literatur, penulis mengusulkan sebuah pabrik pengolahan
untuk abses ginjal. BAHAN DAN METODE: Para penulis melaporkan 50 kasus abses
ginjal diobati antara Januari 1988 dan September 1999 di Departemen Urologi dari Charles
Nicolle di Tunis Rumah Sakit. Diameter abses adalah kurang dari atau sama dengan 4 cm
dalam 19 kasus, antara 4 dan 10 cm di 29 kasus dan lebih besar dari 10 cm dalam 2 kasus.
USG ginjal dan urografi intravena merupakan bagian integral dari penilaian awal
morfologi. Semua pasien diobati dengan antibiotik intravena untuk durasi rata-rata 28 hari.
Pelengkap perkutan drainase abses ini diindikasikan dalam 25 pasien. Pembedahan
diindikasikan pada 13 pasien di hadapan koleksi perirenal besar atau sepsis berat, atau
kegagalan berikut drainase perkutan.

HASIL: Antibiotik saja yang diusulkan hanya dalam 17 pasien dengan abses kurang dari 4
cm diameter dan 90% dari pasien tersebut sembuh. Percutaneous pengobatan dilakukan
pada 25 pasien dengan tingkat keberhasilan 80%, sedangkan pasien lainnya menjalani
operasi terbuka. Satu pasien meninggal setelah operasi dalam konteks syok septik
meskipun nephrectomy penyelamatan. Para pasien lain memiliki hasil yang
menguntungkan.

KESIMPULAN: Pengobatan abses ginjal didasarkan pada antibiotik sendiri atau


dikombinasikan dengan perkutan atau prosedur drainase bedah tergantung pada ukuran
abses dan kursus klinis.
RADANG TESTIS (ORCHITIS)

A. Konsep Dasar
1. Pengertian

Orchitis ( orkitis ) adalah infeksi pada salah satu atau kedua testis (buah zakar)
sehingga mengalami peradangan.

Orkhitis merupakan suatu inflamasi testis (kongesti testikular), yang biasanya


dapat disebabkan oleh factor-faktor pyogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis,
kimia, atau factor yang tidak dapat diketahui.

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian
besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun virus lain dan
bakteri juga dapat menyebabkan orchitis.

2. Etiologi

Orchitis dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri, missal: Escheria coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa. Orchitis juga dapat disebabkan oleh virus,
terutama virus gondangan. Orchitis sering dihubungkan dengan infeksi prostate
atau epididimis, serta manifestasi dari penyakit menular seksual.

a. Factor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit


menular seksual adalah:
1) Immunisasi gondongan yang tidak adekuat
2) Infeksi saluran kemih berulang
3) Kelainan saluran kemih
b. Factor resiko untuk orchitis yang berhubungan dengan penyakit menular
seksual adalah:
1) Berganti-ganti pasangan
2) Riwayat penyakit menular seksual pasangan
3) Riwayat gonorhae atau penyakit menular seksual lainnya
3. Epidemiologi

Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki. Dalam orchitis gondong, 4 dari 5


kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis
bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-
orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari
15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak
(BPH).
Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong
berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan
gondong.

4. Manifestasi Klinik

a. Pembengkakan skrotum
b. Testis yang terkena terasa berat
c. Demam
d. Dari penis keluar nanah
e. Nyeri ketika berkemih (disuria)
f. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi
g. Nyeri selangkangan
h. Semen mangandung darah

5. Patofisiologi

Orchitis dapat disebabkan oleh bakteri, parasit namun virus adalah penyebab
orchitis yang paling sering. Penyebarannya melalui hematogen, biasanya dimulai
secara unilateral pada bagian bawah epididmis, infeksi dapat menyebar melalui
fenikulus spematikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis
kandung kemih, ginjal dan testis.
Kemudian kemunculan tanda dan gejala berkisar dari ketidakmampuan dan
ketikanyamanan dari testikuler dan edema sehingga terjadinya nyeri testikuler
yang parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari.

Orchitis parotiditis adalah infeksi virus yang paling sring dilihat. Pada laki-laki
biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas dan pada
beberapa kasus terdapat kerusakan sel-sel yang menyebabkan hipogonadisme
defisiensi testosteron.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Analisa air kemih


b. Pembiakan air kemih
c. Tes penyairngan untuk klamidia dan gonore
d. Pemeriksaan darah lengkap
e. Pemeriksaan kimia darah

7. Penatalaksanaan

Jika penyabab orchitis adalah bakteri, virus atau jamur, maka terapi diarahkan
pada organisme spesifik yang menginfeksi. Selebihnya evaluasi skrotum, kantung
es untuk mengurangi edema skrotum, antibiotic, analgesic, dan medikasi anti-
inflamasi dilakukan.

8. Komplikasi

a. Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa


derajat atrofi testis.
b. Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
c. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
d. Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah
untuk mengurangi tekanan dari tunika.
e. Abscess scrotalis
f. Infark testis
g. Rekurensi
h. Epididymitis kronis
i. Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian
sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas
sperma biasanya hanya sementara.
j. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki
penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat.
Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik, palpasi skrotum, ukuran dan warna.
b. Kaji lokasi skrotum dan ada tidaknya nyeri
c. Monitor tanda dan gejala

2. Diagnosa keperawatan dan Intervensi


a. Nyeri berhubungan dengan edema pada testis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2) Pasien dapat lebih rileks
3) Mampu tidur atau istirahat dengan tenang

Intervensi Rasional

Catat lokasi, lamanya intensitas nyeri, Membantu mengevaluasi tempat


perhatikan tanda-tanda nonverbal obstruksi, genetalia sehubungan dengan
pembuluh darah yang menyuplai area.
Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat
mencetuskan katakutan, gellisah dan
lain-lain

Jelaskan penyabab nyeri dan Memberikan kesempatan untuk


melaporkan ke staf atas perubahannya pemebrian analgesic sesuai waktu,
meningkatkan kemampuan koping pasien
dan dapat menurunkan ansietas

Berikan tindakan nyaman; tinggikan Meningkatkan relaksasi, menurunkan


skrotum dengan pengalas, berikan ketegangan otot, membantu dalam fase
kompres hangat dilatasi.

Menganjurkan pasien menggunakan Meningkatkan relaksasi dan


teknik napas dalam menurunkan ketegangan.

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya iinflamasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
1) Menurunkan suhu tubuh kebatas normal
2) Mempertahankan suhu tubuh normal
3) Pasien lebih rileks dan tidak gelisah

Intervensi Rasional

Kaji suhu tubuh setiap jam dan Dapat mengontrol dan mengontrol dan
sepenuhnya mengetahui perubahan suhu, evaluasi,
interverensi

Kaji factor lingkungan dan perilaku Hipertermia dapat diperburuk oleh


yang dapat menyebabkan hipertermia lingkungan atau perilaku tidak
mendukung

Anjurkan kilen banyak minum. Hipertermia menyebabkan


Anjurkan pentingnya pemasukan cairan peningkatan haluan cairan melalui kulit
selama panas dan keringat, kebutuhan cairan
meningkat secara fisiologis

Lakuakan kompres air hangat Dapat membatu terjadinya vasodilatasi

c. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah disfungsi seksual
teratasi
Kriteria hasil :
1) Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat
diatasi
2) Menyatakan pemahaman situasi individual

Intervensi Rasional

Berikan keterbukaan pada pasien/ Ansietas dapat mempengaruhi


orang terdekat untuk membicarakan kemampuan untuk menerima informasi
tentang masalah inkontensia dan fungsi yang diberikan sebelumnya
seksual

Berikan informasi akurat tantang Edema dan infeksi skrotum data


harapan kembalinya fungsi seksual menyebabkan terganggunya aktivitas
seksual dan harapan kembali apabila
edema dan infeksi dapat teratasi

Berikan lingkungan yang terbuka pada Meningkatkan saling menghargai


pasien untuk mendiskusikan masalah kenyakinan atau nilai tentang subjek
seksualitas sensitif

Kolaborasi : rujuk ke penasehat seksual Masalah menetap atau tidak teratasi


sesuai indikasi memerlukan interverensi professional

Anda mungkin juga menyukai