5 16 70 40 0,2
22 70 40 0,2
10 22 70 40 0,3
11 50 33 31 0,029 35 30 0,026
55 40 32 0,028 35 30 0,026
5 16 50 34 31 0,029 38 30 0,024
55 41 33 0,03 38 30 0,024
55 36 32 0,029 35 31 0,029
10 22 45 30 29 0,028 35 29 0,025
X1
Kemiri Kec. Rate
Ts T0 CpS CpA (Kg total
ngan Putar Feed HS1 (KJ/kg)
(C) (C) (KJ/kg) (KJ/kg) water/ kg dry
() (rpm) (gr/5s)
solid)
45 30 0 2,04 4,181 0,313 100,434
X2
Kemiri Kec. Rate
Ts T0 CpS CpA (Kg total
ngan Putar Feed HS2 (KJ/kg)
(C) (C) (KJ/kg) (KJ/kg) water/ kg dry
() (rpm) (gr/5s)
solid)
45 36 0 2,04 4,181 0,075 84,663
IV.3 Pembahasan
Percobaan Rotary Dryer ini bertujuan untuk mempelajari performance rotary dryer
berdasarkan perubahan kandungan air dan efisiensi rotary dryer pada kondisi operasi
yang berbeda-beda serta mengetahui cara membuat material balance dan heat balance.
Prosedur percobaan Rotary Dryer ini adalah menyiapkan alat dan feed serta
mengukur suhunya sebagai Tf. Kemudian menentukan kadar air feed masuk dengan cara
Grafik IV.1 Hubungan Antara Kecepatan Putar Rotary Dryer dengan Efisiensi Thermal
Pada Grafik IV.1 dapat dilihat bahwa pada kecepatan putar 12 rpm mengalami
kenaikan juga penurunan, kecepatan putar 16 rpm cenderung mengalami kenaikan dan
kecepatan putar 19 rpm juga mengalami kenaikan serta penurunan. Pada kecepatan putar
12 rpm dan 19 rpm tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin besar
kecepatan putar maka effisiensi thermal juga akan semakin naik. Hal ini sesuai dengan
persamaan berikut:
Q Q
input - loss
.100%
thermal Q
input
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan putar
maka waktu tinggal feed pada rotary dryer semakin cepat. Sehingga panas pengeringan
yang dibutuhkan lebih sedikit daripada panas yang tersedia. Hal ini menyebabkan effisiensi
Grafik IV.2 Hubungan Antara Kecepatan Putar Rotary Dryer dengan Effisiensi Drying
Pada Grafik IV.2 untuk kecepatan putar 12 rpm, 16 rpm dan 19 rpm tidak sesuai
dengan literatur karena mengalami kenaikan dan penurunan effisiensi drying. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa effisiensi drying mengalami penurunan
dengan bertambahnya kecepatan putar rotary dryer. Pada Penurunan effisiensi drying
disebabkan karena semakin cepatnya putaran rotary dryer mengakibatkan waktu tinggal
feed di dalam pengering menjadi semakin singkat. Ini berarti proses pengeringan yang
berlangsung menjadi lebih singkat sehingga panas yang digunakan untuk pengeringan
semakin kecil oleh karena itu efisiensi pengering menjadi turun. Ketidaksesuaian
percobaan dengan literatur mungkin disebabkan karena adanya feed yang masih tertinggal
di dalam pengering sehingga effisiensi drying pun meningkat (Nurul, 2013).
Pada Grafik IV.3 dapat dilihat bahwa rate feed dengan kecepatan putar 16 rpm
cenderung mengalami kenaikan, sedangkan pada rate feed kecepatan putar 12 rpm dan 19
rpm cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa dengan bertambahnya feed maka effisiensi thermal cenderung tinggi
yang disebabkan karena semakin banyaknya feed yang masuk berarti panas yang
digunakan untuk pengeringan akan meningkat. Kondisi ini ditandai dengan turunnya suhu
sistem dimana semakin banyak panas yang digunakan berarti Q loss akan semakin turun.
Hal ini sesuai dengan persamaan berikut:
loss
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar rate feed maka Q akan
loss
semakin besar. Jika Q semakin besar, maka effisiensi thermal akan semakin menurun.
Pada Grafik IV.2.4 menunjukkan hubungan antara rate feed dengan effisiensi
drying. Pada kecepatan putar 12 rpm, 16 rpm dan 19 rpm effisiensi drying cenderung
mengalami kenaikan dimana hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
dengan rate feed yang semakin besar maka effisiensi drying turun. Ketidaksesuaian
percobaan dengan literatur disebabkan karena alat Rotary Dryer yang dipakai dalam
percobaan sering mengalami gangguan seperti kurangnya panas yang diberikan dan adanya
kesalahan dalam mengamati nilai Td dan Tw (Fitri, 2012).
Pada Grafik IV.5 dapat dilihat bahwa semakin besar rate feed maka residence time
semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan persamaan sebagai berikut:
H
=
F
Dari persamaan dapat dilihat bahwa residence time berbanding terbalik dengan rate feed.
Dimana semakin besar rate feed maka waktu tinggal feed akan semakin kecil (Mujumdar,
2006).
Pada Grafik IV.5 dapat dilihat untuk semua rate feed pada semua putaran
mengalami kenaikan residence time kecuali pada rate feed 50 gr/5s kecepatan putar 22
rpm. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin besar rate
feed maka waktu tinggal feed akan semakin kecil (Mujumdar, 2006).
Pada Grafik IV.6 dapat dilihat bahwa semakin besar kecepatan putar maka
residence time semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa semakin besar jumlah putaran yang digunakan dapat menyebabkan waktu tinggal
bahan di dalam ruang pengering semakin cepat (Yunanto, 2013).
Pada Grafik IV.8 pada kecepatan putar 22 rpm untuk rate feed 55 gr/5s dan 45 gr/5s
mengalami kenaikan nilai residence time. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa semakin besar jumlah putaran yang digunakan dapat menyebabkan
waktu tinggal bahan di dalam ruang pengering semakin cepat (Yunanto, 2013).