Anda di halaman 1dari 7

Pentingnya Mensyukuri dan Memelihara Hidayah

Khutbah Pertama

,
,



.

,

.
.


:



.


.
Terlebih dahulu marilah sama-sama kita bertafakkur sejenak
huduril qalbi maallah, setelah tetap ingatan kita, pandangan kita,
pendengaran kita, marilah sama-sama kita panjatkan puji dan syukur
kita kepada Allah SWT, yang telah menggerakkan hati nurani kita ke
jalan bermakrifatullah, yang dengan makrifat itulah, Allah terus-menerus
membimbing kita, menunjuki kita ke jalan yang diridhai-Nya, yang
mudah-mudahan sampai saat ini kita masih dijadikan-Nya sebagai
hamba-hamba Allah yang beriman di permukaan bumi ini.
Selawat berangkaikan salam marilah sama-sama kita
persembahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat, tabi-tabiin, para ulama mutaqaddimin
dan mutaakhirin yang merupakan pewaris dakwah nabi kita Muhammad
Rasulullah SAW.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah


Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah yang
tiada ternilai yaitu hidayah iman yang telah tertanam di dalam hati kita,
yang dengan hidayah itulah kita dapat terhindar dari kesesatan.
Sementara begitu banyak orang yang dihalangi untuk memperolehnya.
Kita bisa tahu ajaran yang benar dari agama Islam ini, kita tahu
mana yang haq, mana yang batil, mana yang sunnah, mana yang wajib,
lalu kita dimudahkan untuk mengikuti yang haq. Sementara banyak
orang yang tidak mengerti mana yang benar dan mana yang sesat, atau
ada yang tahu tapi tidak dimudahkan untuk mengamalkan yang haq.
Dan ini merupakan anugerah terbesar, nikmat yang tiada ternilai, inilah
yang disebut sebagai hidayah dan taufik dari Allah SWT kepada jalan-
Nya yang lurus sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat
213:

.
Artinya : Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.
Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-Usaimin menerangkan dalam
tafsirnya bahwa hidayah di sini maknanya adalah petunjuk dan taufik.
Allah tidak meletakkan hidayah di dalam hati kecuali kepada orang yang
pantas mendapatkannya. Adapun orang yang tidak pantas
mendapatkannya, maka Allah mengharamkan ia mendapatkan hidayah
tersebut. Allah yang Maha Mengetahui, yang Maha Memiliki Hikmah,
yang Mulia lagi Maha Tinggi, tidak memberikan hidayah-Nya kepada
setiap orang, namun hanya diberikan-Nya kepada orang yang diketahui-
Nya berhak mendapatkannya. Sementara orang yang Dia ketahui tidak
pantas mendapatkannya, maka diharamkannya dari hidayah tersebut.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah


Ada 7 hal yang menyebabkan seseorang terhalang memperoleh
hidayah :
Pertama, Kurangnya ilmu dan lemahnya pemahaman terhadap
kebenaran. Kita telah mengetahui bahwa wajib hukumnya bagi muslim
laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu. Karena ilmu adalah
cahaya, sedangkan kebodohan adalah kegelapan. Hanya dengan
ilmulah kita dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Dan semua amal ibadah yang dikerjakan tanpa didasari ilmu ditolak dan
tidak diterima, dan Allah tidak akan memberikan balasan apapun atas
amal ibadah yang mereka lakukan.
Betapa banyak kita saksikan umat Islam saat ini yang tertipu
oleh kebodohannya. Mereka mengira bahwa dirinya telah banyak
berbuat amal ibadah dan kebaikan, namun ternyata dalam pandangan
Allah justru mereka itulah orang-orang yang merugi, sebaimana
dijelaskan Allah dalam surat al-Kahfi ayat 103 105 :






Artinya : Katakanlah, apakah akan kami beritahukan tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.








Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang kafir terhadap Tuhan
mereka dan kafir terhadap perjumpaan-Nya dengan Allah, maka
hapuslah amal-amal mereka dan kami tidak mengadakan satu penilaian
terhadap amal-amal mereka pada hari kiamat.
Allah tidak memberikan balasan terhadap amal ibadah mereka
disebabkan amal ibadah yang mereka lakukan tidak didasari dengan
iman dan mustahil seseorang itu dapat beriman bila tanpa didasari oleh
ilmu.
Hal kedua yang menyebabkan kita terhalang dari memperoleh
hidayah yaitu hati yang kotor akibat maksiat. Bisa jadi pengetahuan kita
tentang agama telah cukup sempurna, tetapi pengetahuan saja tidak
cukup untuk bisa mengikuti suatu kebenaran. Ada syarat lain, yaitu hati
harus bersih. Apabila hati belum dibersihkan maka kebenaran yang
datang akan sulit diterima, apalagi untuk diikuti. Oleh karena itu hati
harus selalu dibersihkan dengan memperbanyak zikir kepada Allah dan
meninggalkan perbuatan maksiat, sehingga hati akan menjadi hidup,
bersih putih serta suci kembali dan siap menerima hidayah.
Ketiga, Sombong dan dengki. Sombong dan dengki. Sombong
dan dengki merupakan penghalang bagi manusia untuk mengikuti
kebenaran. Inilah yang menjadi penghalang bagi Iblis untuk tunduk
kepada perintah Allah ketika Allah memerintahkan Iblis untuk sujud
kepada Adam. Iblis menolaknya dengan sombong. Iblis sombong karena
menganggap dan merasa bahwa dirinya lebih mulia, karena ia
diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Iblis merasa tidak
pantas menghormati Adam. Ini adalah bentuk kesombongan sehingga ia
tidak bisa mengikuti kebenaran. Rasulullah bersabda : Tidak akan
masuk surga barangsiapa yang dihatinya ada kesombongan walaupun
sebesar biji jarrah, karena kesombongan itu menolak kebenaran dan
merendahkan manusia.
Keempat, Lebih mencintai kehormatan daripada kebenaran.
Terkadang seseorang itu mengetahui bahwa yang dia lakukan itu salah,
tetapi dia tidak mau memperbaikinya. Di dalam Sahih Bukhari Hadis
nomor 7 disebutkan bahwa Raja Romawi yang beragama Nasrani
bernama Heraklius, meyakini akan kebenaran risalah Nabi Muhammad
SAW. Dia mengetahui dari kitab Injil tentang akan diutusnya Nabi
Muhammad. Dia mengumpulkan para pembesar dan para pendeta
dalam suatu ruangan, lalu dia menanyakan pendapat para hadirin akan
keinginannya untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, maka
gemparlah para hadirin sehingga mereka hendak keluar dari ruangan.
Maka raja itu paham bahwa hal yang dia sampaikan tadi membuat
mereka berupaya menggulingkan kekuasaan. Mereka tidak setuju jika
dia mengikuti Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Akhirnya
raja itu mengumpulkan mereka kembali dan mengatakan bahwa ia
hanya ingin menguji keimanan mereka saja. Raja itu tak jadi masuk
Islam karena lebih sayang kepada kekuasaannya dan takut bila hal itu
menyebabkan kedudukannya jatuh.
Kelima, Kecintaan kepada keluarga dan kaum kerabat melebihi
cintanya kepada kebenaran. Terkadang jika kita akan mengikuti
kebenaran, kita harus berbenturan dengan keluarga atau
kerabat.Ada dua pilihan bagi kita, mengikuti kemauan keluarga dan
kerabat, serta harus meninggalkan kebenaran yang kita yakini atau
berpegang kepada kebenaran yang kita yakini dengan resiko harus
berbenturan dengan keluarga. Maka seorang yang memiliki iman yang
kuat tentunya akan tetap berpegang teguh kepada kebenaran meskipun
dengan resiko harus berpisah dengan keluarganya.
Keenam, Lebih mencintai negeri dan tanah airnya daripada
mencintai kebenaran. Terkadang seseorang yang mengikuti kebenaran
mempunyai resiko untuk berpisah atau terusir dari tanah airnya. Orang
yang tidak terbiasa hidup merantau, hidup di negeri asing akan merasa
berat sekali untuk berpisah dengan kampong halamannya yang sangat
dicintainya.
Ketujuh, Adanya permusuhan antara seseorang dengan orang
lain, kemudian musuhnya itu mengikuti kebenaran. Disebabkan adanya
permusuhan pribadi antara seseorang dengan musuhnya pada akhirnya
orang tersebut tidak mau mengikuti kebenaran seperti musuhnya. Hal ini
disebabkan tabiat orang yang bermusuhan itu masing-masing ingin
tampil berbeda dengan musuhnya.misalnya jika musuhnya pergi ke
majelis talim, maka ia tidak mau pergi ke majelis talim tersebut dan
bertemu dengan musuhnya itu. Ia enggan pergi ke sana bukan karena
benci dengan majelis talim, tetapi karena musuhnya ikut majelis talim
tersebut.
Inilah 7 hal yang menjadi penyebab seseorang tidak mendapat
taufik dan hidayah dari Allah. Maka barangsiapa yang kebenaran telah
jelas baginya, namun tidak menerimanya, maka ia akan dihukum
dengan terhalang dari hidayah. Ia akan dihukum dengan penyimpangan
dan kesesatan dan setelah itu ia tidak akan mendapatkan kebenaran
lagi.
Maka di sini ada anjuran kepada orang yang telah sampai
kepadanya kebenaran untuk bersegera menerimanya. Jangan sampai ia
menunda-nundanya atau berpikir-pikir dulu, karena kalau ia
menundanya, maka memang pantas ia dihalangi dan diharamkan untuk
menerima hidayah tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat as-
Saf ayat 5 :



Artinya : Maka tatkala mereka berpaling dari kebenaran, Allah
memalingkan hati-hati mereka.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah


Perlu kita ketahui bahwa hidayah itu ada dua macam :
Pertama, hidayah yang bisa diberikan oleh makhluk, baik dari
kalangan para nabi, rasul, dan para ulama. Hidayah jenis ini dinamakan
dengan irsyad, atau bimbingan atau dakwah sebagaimana firman Allah
dalam surat asy Syura ayat 52 :




Artinya : Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) benar-benar memberi
hidayah/petunjuk kepada jalan yang lurus.
Kedua, hidayah yang hanya bisa diberikan oleh Allah. Hidayah
jenis ini dinamakan dengan taufik. Hidayah inilah yang ditiadakan pada
diri Rasulullah, terlebih lagi selain beliau, sebagaimana firman Allah
dalam surat al-Qashash ayat 56 :





Artinya : Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) tidak dapat memberi
hidayah/petunjuk kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah
yang memberi hidayah kepada siapa yang dia kehendaki.
Yang namanya manusia, baik itu para ulama dan para dai,
hanya dapat memberikan penerangan dan bimbingan dan mengajari
mereka kepada ajaran agama yang benar. Adapun yang memasukkan
orang lain ke dalam hidayah dan memasukkan iman ke dalam hati,
maka tidak ada seorang pun yang kuasa melakukannya karena ini
merupakan haknya Allah SWT.
Oleh karena itu berbahagialah kita dengan hidayah yang telah
Allah berikan kepada kita dan jangan biarkan hidayah itu berlalu dari
kita. Agar hidayah yang kita miliki tetap kokoh dan lestari, maka kita
dianjurkan untuk menyertakan diri kepada orang-orang yang benar,
sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 119 :










Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sertakanlah dirimu bersama
dengan orang-orang yang benar.
Berkenaan dengan ayat ini, Imam Ghazali mengatakan:
menyertakan diri kepada ahli sufi (guru) adalah fardhu ain hukumnya,
karena setiap orang membutuhkan bimbingan untuk mengokohkannya
di atas hidayah, agar hidayah itu bertambah dan terus menerus
dimilikinya.
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga Allah membantu
dan menolong kita dalam memahami betapa mahalnya nilai hidayah dan
mensyukuri hidayah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Karena
tanpa hidayah mustahil bisa selamat di dunia dan di akhirat dan semoga
Allah berkenan menghimpun kita di surga bersama para rasul, shiddiqin
dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini.


.


.


,
Khutbah Kedua

, .
,


,

,
.

, :



,













.




, ,

, , ,






,


.

,

, ,
.

Anda mungkin juga menyukai