Anda di halaman 1dari 19

NO DAFTAR PENYAKIT PENJELASAN

A, MATA
I KONJUGTIFA
1. Benda Asing Di Konjungtiva Terdapat corpus alineum
pada konjungtiva
(bentuk paling sering
terjadi berkaitan
dengan posisi anatomi yang
merupakan bagian terluar
dari pembungkus bola mata)

2. Konjungtivitis Konjungtivitis merupakan


peradangan pada
konjungtiva, yakni selaput
yang berwarna putih pada
bola mata.
3. Pterigium Terjadi pertumbuhan
abnormal yang terbentuk
pada permukaan kelopak
mata yang berkembang pada
konjungtiva atau bagian
putih pada mata.
4. Perdarahan Subkonjungtiva rupturnya pembuluh darah
pada lapisan konjungtiva
yakni, pembuluh darah
konjungtivalis atau
episklera.
5. Mata Kering produksi humor aquous
yang terlalu sedikit atau air
mata yang mudah menguap,
tentunya akan menyebabkan
ketidakseimbangan pada
system air mata.
II Kelopak mata
6. Blefaritis Terjadi peradangan pada tepi
kelopak mata yang
menyebabkan bagian tersebut
jadi terlihat bengkak dan
merah.
7. Hordeolum Terjadinya penyakit ini
disebabkan karena adanya
penyumbatan pada kelenjar
minyak yang terdapat di
sepanjang tepi kelopak mata
8. Chalazion terlihat tumor atau
peradangan dikarenakan
kelenjar sebaceous
tersumbat, tidak berfunsinya
kelenjar meibom
9. Laserasi Kelopak Mata terpotongnya jaringan pada
kelopak mata yang
disebabkan karena adanya
luka sayatan benda tajam,
trauma tumpul, maupun
gigitan hewan.
10. Entropion kondisi pada mata ketika
kelopak mata (bagian
bawah) terlipat kea rah
dalam sehingga rambut atau
bulu mata bergesekan
dengan kornea.
11. Trikiasis kondisi silia bulu mata yang
melengkung ke arah bola
mata. Hal ini merupakan
akibat dari inflamasi pada
palpebrae pascaoperasi
palpebrae.
12. Lagoftalmus disebabkan oleh paralisis M.
orbicularis oculi N. Facialis
(VII) yakni, miogenik,
trauma, simblefaron, dan
ektropion berat.
13. Epikantus lipatan semilunar kelopak
mata atas yang menutupi
sudut mata bagian dalam
14. Ptosis lemahnya fungsi otot Levator
Palpebra Superior atau otot
kelopak mata atas.
15. Retraksi Kelopak Mata disebabkan karena tindakan
berlebihan dari adrenergic
dari otot muller pada
fibrosis dan pemendekan
fungsional otot levator.
16. Xanthelasma kondisi dimana kolestrerol
menumpuk dibawah atau di
atas kelopak mata.
III. Apparatus Lakrimalis
17. Dakrioadenitis inflamasi atau radang pada
kelenjar lakrimalis, dimana
kelenjar ini merupakan
tempat keluarnya air mata
18. Dakriosistitis peradangan pada sakus
lakrimalis, yang disebabkan
karena adanya obstruksi
ductus nasolakrimalis
19. Dakriostenosi merupakan penyumbatan
pada ductus nasolakrimal.
Penyumbatan ini disebabkan
karena pada keadaan normal
air mata akan mengalir ke
dalam hidung melalui
ductus nasolakrimalis
namun, apabila salurannya
tersumbat maka air mata
akan menumpuk dan
mengalir secara berlebihan
ke arah pipi.
20. Laserasi Duktus Lakrimal Laserasi dari sistem
canalicular sering terjadi
karena adanya
trauma.Cedera pada bagian
kanalikular dari sistem
drainase air mata dapat terjadi
karenaadanya cedera
terisolasi atau sebagai salah
satu komponen dari cedera
yang lebihluas! termasuk
beberapa laserasi tutup! patah
tulang orbital! dan cedera
yang luas.
IV. Sclera
21. Skleritis peradangan pada lapisan
mata dalam yakni sclera
22. Episkleritis Merupakan peradangan
pada episklera. Dimana
sclera tersusun dari jaringan
ikat yang mengandung
pembuluh darah yang
berfungsi memberi makan
sclera
V. Kornea
23. Erosi keadaan dimana
terkelupasnya epitel pada
kornea yang disebabkan
karena adanya gesekan
keras pada epitel kornea.
24. Benda Asing Di Kornea Benda asing pada kornea
terdapat pada lapisan epitel
atau stroma, dimana dapat
menyebabkan reaksi
inflamasi sehingga terjadi
dilatasi pembuluh darah,
udem palpebrae,
konjungtiva, dan kornea.
25. Luka Bakar Kornea Luka terbakar kornea atau
ulkus kornea adalah luka
terbuka pada kornea
26. Keratitis 'nfeksi pada kornea
bisa mengenai
l a p i s a n superficial yaitu
pada lapisan epitel atau
membran bo-man dan
lapisan profunda jika sudah
mengenai lapisan stroma.
27. Kerato-Konjungtivitis Sicca Kerato konjungtivtis sicca
merupakan keadaan dimana
permukaa kornea dan
konjungtiva menjadi kering
akibat kurangnya fungsi dari
air mata
28. Edema Kornea bertambahnya cairan dalam
stroma kornea, dimana
terdapat kerusakan sel
endotel yang menyebabkan
edema kornea dan hilangnya
sifat transparan.
29. Keratokonus penyakit mata progresif yang
ditandai dengan benjolan
pada kornea, sehingga bentuk
kornea terlihat seperti kerucut
dan bukannya bulat.
30. Xerophtalmia Merupakan kelainan pada
mata yang berupa
kekeringan pada selaput
lendir atau bagian mata
(konjungtiva) dan kornea.
VI. Bola mata
31. Endoftalmitis Merupakan peradangan
dibagian dalam mata
termasuk rongga mata yang
berisi cairan vitreus dan
bagian sclera.
32. Mikroftalmos Terjadinya isokor atau an
isokor pada mata
VII Anterior Chamber
33. Hifema keadaan dimana terdapat
darah dalam bilik mata
depan, yakni daerah antara
kornea dan iris. Diakibatkan
karena trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah
iris atau badan siliaris
sehingga bercampur dengan
cairan vitreus.
34. Hipopion merupakan komplikasi dari
ulkus kornea, terbentuk
karena refleks ganglion
silier yang ikut terangsang
setelah terjadinya ulkus
sehingga menyebabkan
dikeluarkannya sel radang
yang akhirnya tertimbun
dalam bilik mata depan
VIII Cairan vitreus
35. Perdarahan Vitreous kondisi yang diakibatkan
oleh robekan retina atau
neovaskularisasi retina atau
dapat berhubungan dengan
perdarahan dari pembuluh
darah yang sudah ada.
Perdarahan tersebut terletak
pada belakang gel vitreus
IX Iris dan Badan Silier
36. Iridosisklitis, Iritis merupakan suatu
manifestasi klinik reaksi
imunologik terlambat. Pada
trauma tumpul dapat terjadi
reaksi jaringan uvea
sehingga menimbulkan
iridosisklitis atau radang
uvea anterior
37. Tumor Iris Melanoma pada mata, atau
melanoma mata adalah jenis
kanker langka yang
mempengaruhi berbagai
bagian dari mata, khususnya
koroid, ciliary body, dan iris .
Choroidal melanoma adalah
jenis yang paling umum untuk
kanker pada mata.
X Lensa
38. Katarak menyebabkan berkurangnya
cahaya yang masuk ke
dalam mata.
39. Afakia Congenital Merupakan suatu kelainan
bawaan yang tidak memiliki
lensa sejak lahir.

40. Dislokasi Lensa rupturnya zonulazinii


sebagai pemegangnya
XI Akomodasi dan Refraksi
41. Hipermetropia Ringan Hipermetropia atau rabun
dekat merupakan keadaan
gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak
cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak
dibelakang macula lutea.
Penyebab dari rabun dekat
karena bola mata penderita
lebih pendek sehingga
bayangan benda akan
difokuskan di belakang
retina.
42. Myopia Ringan Pada myopia titik focus
system optic media
penglihatan terletak didepan
macula lutea, hal ini
disebabkan system optiknya
terlalu kuat.
43. Astigmatism Ringan Astigmatism ringan atau
penderita mata silindris
merupakan gangguan
refraksi mata akibat lensa
mata atau kornea, karena
cahaya yang masuk pada
retina tidak satu titik
44. Presbiopia Presbiopia merupakan
kondisi dimana kemampuan
akomodasi (mencembung)
berkurang atau menurun.
45. Anisometropia Pada Dewasa Disebabkan karena mata
tidak dapat berakomodasi
secara independen dan
karena perbedaan refraksi
antara kedua mata.
46. Anisometropia Pada Anak Anisometropia itu sendiri
merupakan gangguan
dimana terjadi berbedaan
kekuatan refraksi lensa
sferis atau silindris pada
mata kanan dan mata kiri.

47. Ambliopia Ambliopia adalah kondisi


dimana mata mengalami
gangguan penglihatan
karena tidak maksimalnya
fungsi antara mata dan otak
48. Diplopia Binokuler penyebab utama dari
penyakit ini ialah lesi saraf
kranialis.

49. Buta Senja Buta senja atau rabun ayam


merupakan penyakit mata
yang menyebabkan
penderitanya tidak bisa atau
kesulitan melihat jika tidak
ada sumber cahaya atau
selepas senja.
50. Skotom Skotoma dapat terjadi akibat
peningkatan tekanan pada
bola mata, tekanan darah
tinggi, gangguan saraf atau
terpapar zat beracun dalam
waktu yang lama.
51. Hemianopia, Bitemporal, And Homonymous Merupakan keadaan yang
disebabkan terpotongnya
chiasma opticum, hal ini
terjadi akibat adanya tumor
hypophysis yang menekan
chiasma optikum
52. Gangguan Lapang Pandang Lesi pada nervus optikus
dapat menyebabkan
hilangnya penglihatan
monocular dimana
disebabkan karena
penyumbatan arteri centralis
yang mendarahi retina tanpa
kolateral ataupun arteri
karotis interna yang
kemudian akan menjadi
arteri centralis retina
XII Retina
53. Ablasio Retina Ablasio retina disebabkan
karena robeknya retina pada
mata, sehingga retina
terdorong oleh cairan mata
atau vitreous humor, yang
memasuki robekan tadi.
Akibatnya retina
mengapung dan
menyebabkan retina terlepas
dari lapisan epitel pigmen
koroid
54. Perdarahan Retina, Oklusi Pembuluh Darah Retina Oklusi arteri sentralis retina,
merupakan penyumbatan
pembuluh darah arteri pada
retina atau pusatnya yakni
pembuluh darah yang
membawa darah dan oksigen
ke mata.

Oklusi vena retina,


merupakan penyakit
pembuluh darah dimana
vena menjadi sempit atau
tersumbat, dimana oklusi
vena retina ini dapat
menyebabkan kebutaan
setelah diabetes retinopati
55. Degenerasi Macula Karena Usia Degenerasi macula
merupakan kondisi kronik
yang tidak dapat diperbaiki,
sehingga menyebabkan
hilangnya penglihatan
sentral karena kerusakan
macula atau bagian tengah
retina. Penderita akan
mengalami kesulitan dalam
membaca atau mengenali
wajah, meskipun
penglihatan perifer cukup
baik.
56. Retinopati (Diabetic, Hipertensi, Premature -Retinopati diabetic,
merupakan penyakit yang
diakibatkan oleh diabetes
mellitus. Retina mata perlu
dialiri darah secara teratur
dengan baik, tetapi karena
penderita mengidap diabetes
yang umunya memiliki
kadar gula dalam darah
tinggi sehingga retina mata
tidak mendapat aliran darah
yang baik. Pengaliran darah
yang kadar gula tinggi dapat
menyebabkan kerusakan
penglihatan, menurunkan
kinerja dari retina mata.

-Retinopati hipertensi,
merupakan kerusakan pada
retina akibat tekanan darah
yang tinggi. Hipertensi
dapat merusak pembuluh
darah pada retina, sehingga
dinding mereka menebal
dan mempersempit
pembuluh darah serta
mengurangi suplai darah
menuju retina. Hal ini dapat
menyebabkan kehilangan
penglihatan secara bertahap,
terutama jika mempengaruhi
macula, bagian tengah
retina.

-Retinopati premature,
merupakan kelainan
vasoproliferatif berupa
neovaskularisasi retina pada
bayi. Penyebabnya faktor
usia kehamilan singkat,
berat badan lahir sangat
rendah, defisiensi vitamin E.
pada stadium awal
pembuluh darah yang
abnormal dapat beragresi
secara spontan. Retinopati
premature dapat
menyebabnya kebutaan.

57. Korioretinitis Merupakan peradangan


koroid dan retina jauh di
mata
XIII Diskus Optik dan Saraf Mata
58. Optic Disc Cupping Merupakan suatu kumpulan
penyakit, dimana
karakteristik neuropati optic
berhubungan dengan
hilangnya fungsi
penglihatan. Penderita akan
mengalami defek optic
nerve atau nerve fiber layer
diduga sebagai glaucoma,
penyempitan neuraretinal
rim dan perdarahan disc.
59. Edema Papil Merupakan pembengkakan
diskus saraf optic sebagai
akibat sekunder peningkatan
tekanan intracranial.
60. Atrofi Optic Atrofi optic merupakan
degenerasi nervus optic
yang tampak sebagai papil
berwarna pucat akibat
hilangnya pembuluh darah
kapiler
61. Neuropati Optic Merupakan kondisi asupan
darah ke saraf optic
mengalami gangguan, yang
mengakibatkan hilangnya
penglihatan.
62. Neuritis Optic Penyebab dari neuritis optic
ialah ketika system
kekebalan tubuh seseorang
menyerang disekeliling
saraf optic yakni sarung
myelin
XIV Glaucoma
63. Glaucoma Akut Iris akan terdorong kedepan
sehingga aoutflow humor
akuos akan terhambat,
sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan
introkular. Apabila
penutupan sudut terjadi
secara mendadak, gejala
yang ditimbulkannya akan
berat, penderita akan
mengalami nyeri pada mata,
sakit kepala, muntah, dan
mual
64. Glaucoma Lainnya Hal ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan proses
produksi dan ekskresi pada
aliran aquos humor.
B. TELINGA
I Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan
65. Tuli (Congenital, Perseptif, Konduksi) -Tuli congenital, merupakan
ketulian atau hilangnya
pendengaran yang diyakini
terjadi sejak lahir. Penyakit
ini menyerang bayi, dimana
hal tersebut terjadi karena
faktor pada saat kehamilan
maupun pada saat
melahirkan. Adanya faktor
genetic, kerusakan dan
mekanisme pendengaran
semasa embrional, dapat
menyebabkan anak tuli baik
sebelum lahir maupun
waktu lahir, sehingga anak
tidak akan mendengar suara.
-Tuli perseptif, disebabkan
kerusakan koklea (N.
auditorius) atau pada system
saraf pusat dari telinga.
Terdapat kelainan pada
organo corti, N cochlearis,
N vestibularis serta pusat
pendengaran otak. Penderita
akan mengalami penurunan
atau kehilangan kemampuan
total untuk mendengar
suara.

-Tuli konduksi, merupakan


gangguan yang disebabkan
kelainan pada telinga bagian
luar dan bagian tengah, hal
ini dapat terjadi pada orang
yang mengalami infeksi
telinga tengah, luar, ataupun
adanya serumen di liang
telinga. Tidak terjadi
kerusakan pada saraf
pendengaran.

66. Inflamasi Pada Auricular Merupakan reaksi tubuh


terhadap invasi bahan
infeksi, antigen, ataupun
lapisan ikat sekitarnya atau
bisa pada perikondrium
aurikula. Inflamasi ialah
reaksi tubuh terhadap invasi
bahan infeksi, tantangan
antigen atau bahkan hanya
cedera fisik, ikut sertanya
aktivitas banyak tipe sel dan
mediator. Dimana dapat
menimbulkan tanda
inflamasi berupa
kemerahan, pembengkakan,
panas, nyeri, dan hilangnya
fungsi
67. Herpes Zoster Pada Telinga Penyakit ini dapat
melumpuhkan nervus VII
perifer (Facialis), nyeri
telinga hebat, tuli dan
vertigo
68. Fistula Pre-Aurikular suatu traktus di dasari oleh
epitel skuamos yang
bermula di depan daun
telinga. Hal ini terjadi
karena kegagalan penyatuan
atau penutupan tonjolan
(hilokz) pada masing-
masing arkus brankialis
pertama dan kedua yang
akan membentuk daun
telinga pada masa
pembentukan embrional.
69. Labirintitis Labirintitis merupakan
infeksi pada telinga dalam
atau labirin yang disebabkan
oleh bakteri atau virus.
Apabila seseorang
menderita labirintitis umum
(mengenai seluruh bagian
dalam labirin) maka akan
mengalami gejala vertigo
berat dan tuli saraf yang
berat, dan apabila penderita
mengalami labirintitis
sirkums kripta (terbatas),
maka akan mengalami
vertigo atau tuli saraf yang
tidak berat
70. Otitis Eksterna Merupakan peradangan
yang terjadi pada saluran
telinga bagian luar. Dimana
telinga dapat mengalami
bengkak, kemerahan, nyeri,
dan seperti ada tekanan dari
dalam telinga. Penderita
juga akan merasakan telinga
gatal, berair, kulit
disekitarnya tampak bersisik
disertai pengelupasan,
pendengaran dapat
berkurang. Hal ini
disebabkan karena infeksi
bakteri, jamur atau virus
71. Otitis Media Akut Adanya sumbatan pada tuba
eustachius menyebabkan
kuman dapat masuk dan
mengakibatkan peradangan
pada telinga. Terjadi
tekanan negative pada
telinga tengah sehingga
terjadi transudasi cairan.
72. Otitis Media Serosa berupa penyumbatan tuba
eustachius (saluran yang
menghubungkan telinga
tengah dengan belakang
hidung). Hal ini terjadi
karena adanya peradangan
pada nasofaring, alergi, atau
pembesaran adenoid.
73. Otitis Media Kronik Otitis media kronik
merupakan infeksi kronik
pada telinga tengah,
perforasi membrane
tympani dan secret keluar
dari telinga terus menerus.
74. Mastoiditis Infeksi yang terjadi dapat
menyebar ke tulang mastoid
tengkorak. Infeksi campuran
bakteri dari meatus
auditorius eksternal
terkadang berasal dari
nasofaring melalui tuba
eustachius saat infeksi napas
atas.
75. Miringitis Bullosa Adanya infeksi virus
menyebabkan gangguan
epitel pernapasan dan
disfungsi tuba eustachius
yang akan menyebabkan
tekanan negative di telinga
tengah dan akumulasi
sekresi pada telinga tengah
76. Benda Asing Terdapat benda asing yang
berada di liang telinga baik
itu berupa benda mati,
benda hidup, binatang,
komponen tumbuhan atau
mineral. Bagian telinga luar
merupakan kejadian yang
selalu terjadi. Jika benda
asing tidak cepat ditangani
maka penderita akan
mengalami nyeri, secret dari
suatu otitis eksterna dan
sering diikuti dengan tuli
konduktif atau bisa saja
terjadi perdarahan dari
telinga.
77. Perforasi Membrane Tympani Perforasi membrane
tympani yakni hilangnya
sebagian jaringan dari
membrane tympani
sehingga fungsi dari
membrane tympani hilang
sebagian atau keseluruhan.
78. Otosklerosis Otosklerosis merupakan
suatu penyakit pada tulang
bagian telinga telingah,
dimana terdapat
pertumbuhan tulang yang
abnormal pada sekitar
stapes.
79. Timpanosklerosis Merupakan penyakit pada
membrane tympani yang
menunjukkan gambaran
bercak-bercak putih tebal
atau menjadi putih dan
tebal, dimana seluruhnya
akibat timbunan kolagen
terhialinisasi pada bagian
tengahnya.
80. Kolesteatom Sel epitel debris mengumpul
dalam telinga bagian tengah
membentuk kista yang
merusak struktur telinga dan
mengurangi pendengaran.
Penyakit ini sangat
berbahaya karena dapat
merusak jaringan dan
mengakibatkan hilangnya
pendengaran.
81. Presbiakusis kerusakan pada rambut saraf
atau sel saraf koklea,
gendang telinga pecah,
ataupun infeksi telinga
dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran.
82. Serumen Prop terjadi penumpukan
serumen disertai pengerasan
serumen di antara telinga
sampai dengan gendang
telinga atau selaput tympani.
Akibat dari penumpukan
serumen ini yakni terjadi
infeksi, bahkan terjadi
penurunan pendengaran atau
tulis konduktif.
83. Mabuk Perjalanan Mabuk perjalanan atau
motion sickness terjadi jika
system vestibular atau pusat
keseimbangan didalam
telinga dalam terganggu.
Apabila pusat keseimbangan
terganggu maka telinga
akan merangsang zat
histamine yang merangsang
otak menghasilkan reaksi
mual dan muntah. Selain itu
disebabkan juga karena
sirkulasi udara segar tidak
baik, sehingga membuat
otak kekurangan oksigen.
84. Trauma Akustik Akut Suara yang keras dan
berlebihan dapat
mengetarkan membrane
tympani yang pada akhirnya
menyebabkan getaran yang
tidak normal sehingga pada
membrane tektoria yang
berlebihan dapat
menimbulkan atrofi
85. Trauma Auricular Merupakan cedera yang
terjadi pada telinga luar,
akibat dari pukulan tumpul
yang menimbulkan memar,
oedem, robekan diantara
kartilago dan perikondrium
C HIDUNG
I Hidung dan Sinus Hidung
86. Deviasi Septum Hidung disebabkan karena deviasi
septum nasi yakni truma
langsung Birth Moulding
Theory atau posisi yang
abnormal ketika dalam
rahim, trauma sesudah lahir,
serta perbedaan
pertumbuhan antara septum
dan palatum.
87. Furunkel Pada Hidung Furunkel atau bisul pada
hidung disebabkan karena
infeksi dari kelenjar sebasea
atau folikel rambut yang
melibatkan jaringan
subkutan atau
Staphylococcus aureus.
88. Rhinitis Akut peradangan pada mukosa
hidung dan sinus-sinus
aksesorius (berlangsung
lama) yang disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri,
ataupun iritan
89. Rhinitis Vasomotor Merupakan penyakit yang
disebabkan pembuluh darah
di dalam hidung membesar/
lebar (bengkak) apabila
terkena beberapa jenis
pemicu yang ada
dilingkungan tersebut.
Pemicu umum dari rhinitis
vasomotor karena adanya
penurunan suhu lingkungan,
perubahan kelembaban
udara, bahan kimia, bau
parfum, konsumsi alcohol.
90. Rhinitis Alergika rhinitis alergi merupakan
kelainan pada gejala bersin-
bersin rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen
yang diperantarai oleh Ig E.
91. Rhinitis Kronik penyakit pada membrane
mukosa yang disebabkan
karena adanya infeksi
berulang bisa juga karena
alergi atau rihinitis
vasomotor
92. Rhinitis Medikamentosa Rhinitis medikamentosa
atau rebound atau rhinitis
kimia merupakan gambaran
kongesti mukosa hidung
yang diakibatkan
penggunaan vasokontriksi
topical dalam waktu yang
lama dan berlebihan yang
dapat menyebabkan
sumbatan hidung yang
menetap. Penyakit ini
merupakan salah satu
kelainan hidung non alergi
yang dapat mengganggu
penderitanya.
93. Sinusitis peradangan atau infeksi
yang terjadi pada membrane
mukosa sinus paranasal dan
terjadi obstruksi dari
mekanisme drainase normal.
Sinus paranasal merupakan
rongga di dalam tulang
kepala yang terletak
disekitar hidung dan
mempunyai hubungan
dengan rongga hidung
melalui ostiumnya.
94. Sinusitis Frontal Akut Penutupan ethmoid dan
sinus frontal menghalangi
udara sehingga terjadi
sinusitis frontal. Terjadinya
penghalangan atau
penyumbatan dari sinus
frontal akan menghambat
fungsi optimal dari
mukosiliar sinus.
95. Sinusitis Maksilaris Akut Merupakan penyakit infeksi
akut mukosa sinus
maksilaris. Sinus ini akan
terinfeksi menjadi penyakit
yang disebabkan karena
adanya penyumbatan di
ostium, pembukaan tempat
lendir mengalir dari sinus
maksilaris.
96. Sinusitis Kronik lapisan sinus terus menerus
membengkak dan meradang
maka timbul penyakit
sinusitis kronik
97. Benda Asing Benda asing ini dapat
menyebabkan morbilitas,
bahkan mortalitas bila
masuk ke saluran napas
bawah
98. Epistaksis Epistaksis adalah
perdarahan akut yang
berasal dari lubang hidung
atau nasofaring, dimana
epistaksis ini bukan
penyakit, tetapi gejala dari
penyakit lain yang ringan
dan dapat berhenti sendiri.
Pada orang yang berusia
menengah dan lanjut, arteri
kecil dan sedang terlihat
terjadi perubahan progresif
dari otot pembuluh darah
tunika media mejadi
jaringan kolagen. Perubahan
tersebut memperlihatkan
gagalnya kontraksi
pembuluh darah karena
hilangnya otot tunika media
sehingga perdarahan terus
menerus dan berlangsung
lama.
99. Etmoiditis Akut merupakan infeksi dari
sinus ethmoid dimana terdiri
dari sel-sel udara yang
terkumpul antara kavum
nasal dan orbita
100. Polip Polip hidung adalah
pertumbuhan jaringan pada
dinding saluran pernapasan
hidung atau pada sinus.
D Kepala dan Leher
101. Fistula Dan Kista Brankial Lateral Dan Medial Fistula dan kista brankial
adalah kista yang dihasilkan
oleh kegagalan hilangnya
celah brankial. Biasanya
lebih besar dari nodus
limfatikus dan mula-mula
timbul di
trigonumkarotikum, tepat
diliputi tepi anterior
muskulus
sternokleidomastoideus
102. Higroma Kistik Higroma kistik merupakan
benjolan yang berisi cairan
yang jernih atau keruh
seperti cairan limfe yang
diakibatkan oleh blok atau
hambatan pada system
limfatik
103. Tortikolis Terjadi karna gangguan
pada otot
sternokleidomastoid pada
salah satu sisi dan
mengakibatkan kepala
dipertahankan pada sisi
yang mengalami gangguan
yang menyebabkan
kontralateral pada dagu.
104. Abses Bezold Terdapat pus yang keluar
dari sisi medial prosesus
mastoid yang terinfeksi dan
membentuk abses jaringan
leher dalam. Apabila pusnya
pada otot mencapai otot
pendek pada leher dalam,
maka pus dapat meluas ke
prosesus vertebra orakal
dua, meluas ke bawah di
sepanjang sarung pembuluh
darah sampai ke ruang
previsera laring atau
mediastinum

Nama: Andi Suci Indah Lestari


Nim: 70600116033

Anda mungkin juga menyukai